Anda di halaman 1dari 15

1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA


AUDIOVISUAL DI KELAS V SD DAHROMO TAHUN 2019
Eva Pungki Ainora
NIM 836909586
Email: evapainora@gmail.com

Abstrak: Berdasarkan observasi dan refleksi peneliti di kelas 5 SD Dahromo ditemukan


beberapa masalah dalam pembelajaran IPA yaitu keterampilan guru belum optimal
dalam melakukan inovasi pembelajaran, keaktifan peserta didik rendah, dan hasil belajar
mencapai ketuntasan klasikal 33%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana media Audiovisual pada pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas 5 SD Dahromo dan mengetahui cara/mekanisme meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas 5 SD Dahromo dengan media Audiovisual pada
pembelajaran IPA. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Subjek penelitian ini adalah 27 peserta didik kelas 5 SD Dahromo. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan nontes
berupa observasi dan dokumentasi untuk mengetahui aktivitas peserta didik dan hasil
belajar peserta didik. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Hasil
penelitian diketahui hasil belajar peserta didik pada siklus I mengalami ketuntasan
klasikal sebesar 52% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81%. Melalui
media Audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas 5 SD
Dahromo.

Kata Kunci: Audiovisual, Pembelajaran IPA

Pendahuluan bahwa standar kompetensi IPA


Mata pelajaran IPA adalah ilmu merupakan kemampuan minimal
yang berhubungan dengan cara peserta didik dalam penguasaan
mencari tahu tentang alam secara kumpulan pengetahuan yang berupa
sistematis, sehingga IPA bukan hanya fakta-fakta, konsep-konsep,atau
penguasaan kumpulan pengetahuan prinsip-prinsip dan juga merupakan
yang berupa fakta-fakta, konsep- suatu proses penemuan dari hasil
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi pengamatan dan penelitian dalam
juga merupakan suatu proses kehidupan sehari-hari di lingkungan
penemuan. Permendiknas Nomor 22 sekitar. Standar kompetensi dan
Tahun 2006 tentang standar isi untuk kompetensi dasar ini merupakan dasar
satuan pendidikan dasar dan menengah bagi peserta didik untuk membangun
2

kemampuan, bekerja ilmiah dan penguasaan materi hanya 9 peserta


mencari pengetahuan sendiri yang didik, dan masih 18 peserta didik yang
difasilitasi oleh guru (BSNP 2006:484) tingkat penguasaan materinya sangat
Gambaran umum yang terjadi rendah atau di bawah KKM. Selain itu
di SD Dahromo, dimana dalam proses rata-rata hasil belajarnya pun masih
pembelajaran IPA, peserta didik sangat rendah yaitu 58. Hal inilah yang
membutuhkan pengajaran khusus yang mendorong penulis untuk
mampu meningkatkan prestasi melaksanakan penelitian tindakan kelas
belajarnya. Berdasarkan refleksi awal (PTK) dalam upaya memperbaiki
terlihat bahwa pembelajaran IPA pada pembelajaran.
peserta didik kelas 5 masih belum Berdasarkan identifikasi
optimal. Hal tersebut terlihat dari masalah di atas, peneliti dapat
proses pembelajaran di kelas masih menganalisis pokok permasalahan
menggunakan metode ceramah, dalam dalam pembelajaran adalah 1) guru
penyampaian materi guru sudah tidak menggunakan media
menggunakan media pembelajaran pembelajaran dalam menyampaikan
namun belum optimal, sehingga materi pelajaran IPA; 2) peserta didik
pemahaman peserta didik tentang kurang bisa menangkap penjelasan
konsep yang disampaikan masih guru; 3) prestasi belajar IPA rendah.
kurang, peserta didik dalam Setelah melakukan analisis masalah di
pembelajaran belum dibentuk atas, peneliti mengambil inisiatif
kelompok-kelompok diskusi, peserta alternatif dan prioritas pemecahan
didik juga kurang aktif karena hanya masalah sebagai berikut 1) perlu
diberikan satu macam latihan soal saja adanya media pembelajaran dalam
untuk menguji pemahaman peserta menyampaikan materi pelajaran; 2)
didik. Penerapan proses pembelajaran guru mencari media Audiovisual yang
tersebut, membuat peserta didik masih sesuai dengan materi yang akan
kesulitan untuk menangkap materi IPA digunakan dalam pembelajaran IPA.
yang disampaikan, sehingga hasil Rumusan masalah dalam penelitian ini
belajar IPA sangat rendah. Terlihat dari adalah 1) apakah dengan media
27 peserta didik yang mencapai tingkat Audiovisual pada pelajaran IPA dapat
3

meningkatkan hasil belajar peserta dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu
didik kelas 5 SD Dahromo?; 2) 1) keterampilan guru dalam mengajar
Bagaimanakah meningkatkan hasil dapat meningkat; 2) menambah
belajar peserta didik kelas 5 SD wawasan bagi guru dalam merancang
Dahromo melalui media Audiovisual pembelajaran yang efektif dan efisien
pada pembelajaran IPA? Tujuan dari dalam pembelajaran IPA; 3)
penelitian ini adalah 1) mengetahui memotivasi guru untuk lebih kreatif
sejauh mana media Audiovisual pada dalam merencanakan dan
pelajaran IPA dapat meningkatkan melaksanakan kegiatan pembelajaran
hasil belajar peserta didik kelas 5 SD agar kualitas pembelajaran IPA dapat
Dahromo; 2) mengetahui meningkat; 4) memberikan wawasan
cara/mekanisme meningkatkan hasil bagi guru tentang model pembelajaran
belajar peserta didik kelas 5 SD yang dapat menciptakan suasana
Dahromo dengan media Audiovisual pembelajaran yang aktif dan
pada pembelajaran IPA. menyenangkan; 5) memberikan
Penelitian ini diharapkan akan wawasan kepada guru dalam
memberikan manfaat baik kepada penggunaan media pembelajaran yang
Guru, Peserta didik, maupun sekolah. inovatif. Manfaat bagi sekolah yaitu 1)
Bagi peserta didik manfaat yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
diperoleh dari penelitian ini yaitu 1) memotivasi guru-guru yang lain untuk
memberikan pengalaman belajar melaksanakan proses pembelajaran
bermakna pada peserta didik; 2) yang efektif dan efisien sehingga dapat
meningkatkan kemampuan peserta meningkatkan kualitas pembelajaran
didik untuk dapat bekerjasama dengan IPA; 2) meningkatkan mutu
orang lain; 3) motivasi dan minat pendidikan, khususnya pada mata
belajar peserta didik pada pembelajaran pelajaran IPA.
IPA meningkat; 4) aktivitas peserta Pembelajaran IPA
didik dalam pembelajaran IPA dapat Istilah Pembelajaran merupakan
meningkat; 5) hasil belajar peserta terjemahan dari kata “instruction”
didik pada pembelajaran IPA dapat yang dalam Bahasa Yunani disebut
meningkat. Bagi guru manfaat yang “instructus” atau “intruere” yang
4

berarti menyampaikan pikiran. Dengan didik, di mana antara keduanya terjadi


demikian, instruksional adalah komunikasi (transfer) yang intens dan
menyampaikan pikiran atau ide yang terarah menuju pada suatu target yang
telah diolah secara bermakna melalui telah ditetapkan sebelumnya.
pembelajaran (Djamarah, Sedangkan Pembelajaran menurut
2010:324).Berdasarkan pasal 1 butir 20 Siddiq (2008: 1-9) adalah suatu upaya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang dilakukan oleh seseorang untuk
tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik yang
proses interaksi peserta didik, pendidik, belajar. Pada pendidikan formal,
sumber belajar suatu lingkungan pembelajaran merupakan tugas yang
belajar. Lingkungan belajar merupakan dibebankan kepada guru.
suatu sistem yang terdiri dari Ilmu pengetahuan alam (IPA)
komponen, tujuan, bahan pelajaran, merupakan bagian dari ilmu
strategi, alat, peserta didik,dan guru. pengetahuan atau sains yang semula
Sementara itu, Trianto berasal dari bahasa inggris “Science”.
(2014:19) mengemukakan bahwa Kata science sendiri berasal dari bahasa
pembelajaran merupakan aspek latin “Scientia” yang artinya saya tahu.
kegiatan manusia yang kompleks, yang Science terdiri dari social science (ilmu
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. pengetahuan sosial) dan natural
Secara simple pembelajaran dapat science (ilmu pengetahuan alam).
diartikan sebagai produk interaksi Namun seiring perkembangan waktu
berkelanjutan antara pengembangan istilah science sering diterjemahkan
dan pengalaman hidup. Dalam makna menjadi sains yang berarti ilmu
yang kompleks, pembelajaran adalah pengetahuan alam (IPA). (Suria
usaha sadar dari seorang guru untuk sumantri dalam Trianto, 2014:136).
membelajarkan peserta didiknya dalam Menurut Fowler (dalam Trianto,
rangka mencapai tujuan yang 2014:136), IPA merupakan
diharapkan. Dari kedua makna tersebut pengetahuan yang sistematis dan
Trianto menegaskan bawa dirumuskan, yang berhubungan dengan
pembelajaran merupakan interaksi dua gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
arah dari seorang guru dan peserta terutama atas pengematan dan deduksi.
5

Selain itu pengertian IPA juga memiliki arti yang sangat luas, namun
diungkapkan oleh Wahyana (dalam sebagai media pendidikan, media
Trianto, 2014:136) bahwa IPA adalah digunakan sebagai alat dan bahan
suatu kumpulan pengetahuan yang kegiatan pembelajaran (Daryanto,
tersusun secara sistematik, dan dalam 2013:4). Pada hakekatnya media
penggunaannya secara umum terbatas diartikan sebagai medium atau
pada gejala-gejala alam. perantara. Dalam kaitannya dengan
Menurut Sukarno (dalam pembelajaran, media diartikan sebagai
Wisudawati, 2014:23) IPA merupakan wahana penyampaian informasi
rumpun ilmu, yang memiliki pembelajaran. Menurut Asep
karakteristik khusus yaitu mempelajari (2008:11.18) media pembelajaran
fenomena alam yang faktual (factual), adalah sarana untuk menyalurkan
baik berupa kenyataan (facta) atau pesan atau informasi dari guru ke
kejadian (event) dan hubungan sebab- peserta didik atau sebaliknya.
akibatnya. Ada tiga istilah dalam IPA Penggunaan media pembelajaran akan
yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan memungkinkan terjadinya proses
“alam”. Pengetahuan adalah segala belajar peserta didik yang dapat
sesuatu yang diketahui manusia. meningkatkan efektivitas
Sedangkan ilmu adalah pengetahuan pembelajaran.
yang ilmiah, pengetahuan diperoleh Menurut Djamarah (2010:124),
secara ilmiah. Dengan pengertian ini, media audiovisual adalah media yang
IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempunyai unsur suara dan unsur
mempelajari tentang sebab dan akibat gambar. Jenis media ini memiliki
yang ada di alam. kemampuan yang baik, karena
Media Audiovisual memiliki dua jenis media yaitu suara
Kata media berasal dari bahasa dan gambar. Audio visual merupakan
latin yang merupakan bentuk jamak jenis media tidak hanya dapat
dari kata medium. Medium dapat dipandang atau diamati, tetapi juga
didefinisikan sebagai perantara atau dapat didengar. Menurut Asyhar
pengantar terjadinya komunikasi dari (2012:73) media audiovisual adalah
pengirim menuju penerima. Media media yang dapat menampilkan unsur
6

gambar (visual) dan unsur suara hasil observasi awal yang dilaksanakan
(audio) secara bersamaan pada saat penulis sebagai guru kelas V SD
mengkomunikasikan pesan atau Dahromo, rata-rata hasil belajar IPA 58
informasi. Dengan kata lain media dari 27 peserta didik. Melihat hal
audiovisual adalah media yang tersebut penulis mengupayakan
menggabungkan unsur audio (suara) perbaikan pembelajaran IPA dengan
dan visual (gambar). Dalam pembuatan menggunakan media audiovisual dalam
media audiovisual juga diperlukan pembelajaran.
sebuah naskah. Naskah tersebut adalah Penelitian ini menggunakan
inti atau isi dari materi ajar, yang rancangan penelitian tindakan kelas
kemudian dijadikan sebuah video (Classroom action research), menurut
dengan suara. Dengan penggunaan Aunurrahman (2008:3-5) penelitian
media audiovisual ini guru bisa sebagai tindakan kelas adalah penelitian praktis
fasilitator pembelajaran, karena yang dilakukan oleh guru di dalam
pembelajaran dapat disajikan dengan kelas dengan melakukan refleksi diri
media. Selain itu media audiovisual dengan tujuan memperbaiki proses
juga memiliki beberapa kelebihan pembelajaran di kelas. Upaya tindakan
dalam pembelajaran, salah satunya ini dilakukan oleh guru untuk
adalah membuat pembelajaran lebih memperbaiki permasalahan sehari-hari
menarik. di kelasnya sendiri dengan tujuan untuk
Metode Penelitian memperbaiki kualitas pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan di kelas Langkah-langkah penelitian tindakan
V SD Dahromo Semester 2 Tahun kelas yaitu 1) perencanaan 2)
Ajaran 2018/2019 sebagai upaya pelaksanaan tindakan 3) observasi dan
perbaikan pembelajaran IPA agar 4) refleksi. Prosedur penelitian ini
terdapat peningkatan hasil belajar dapat digambarkan dengan bagan di
peserta didik. Penelitian diadakan bawah ini
dengan tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Sesuai
7

Gambar 1. Bagan Alur Rancangan Penelitian


teknik analisis data kuantitatif. Data
Subjek dalam peniltian ini kuantitatif berupa hasil belajar untuk
adalah peserta didik kelas 5 SD mengukur kemampuan kognitif pada
Dahromo, Kecamatan Pleret, pembelajaran IPA. Dianalisis dengan
Kabupaten Bantul dengan jumlah menggunakan teknik analisis statistik
peserta didik 27 orang (8 peserta didik deskriptif dengan menggunakan mean,
perempuan dan 19 peserta didik laki- median, modus, nilai terendah, nilai
laki). Sedangkan objek dari penelitian tertinggi dan ketuntasan belajar secara
ini adalah penggunaan media Audio individual ditampilkan dalam bentuk
Visual untuk meningkatkan hasil tabel dan persentase.
belajar IPA peserta didik kelas 5 SD Indikator keberhasilan dalam
Dahromo. penelitian ini adalah meningkatnya
Teknik yang digunakan dalam hasil belajar peserta didik kelas V SD
pengumpulan data dalam penelitian ini Dahromo dalam pembelajaran IPA.
adalah teknik tes. Teknik tes dilakukan Pembelajaran dengan media
melalui pemberian soal ulangan harian Audiovisual dapat meningkatkan
berupa soal tertulis kepada peserta kualitas pembelajaran IPA pada peserta
didik. Alat pengumpulan data yang didik kelas V SD Dahromo dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah indikator 1) meningkatnya hasil belajar
berupa soal pilihan ganda dan soal peserta didik pada aspek kognitif
uraian. mencapai ketuntasan secara klasikal ≥
Tahapan setelah pengumpulan 80%; dan 2) meningkatnya hasil belajar
data adalah analisis data. Teknik peserta didik pada aspek kognitif
analisis data yang digunakan adalah
8

mencapai ketuntasan secara individual Hasil belajar pada studi awal


dengan nilai KKM 70. pembelajaran IPA tentang bumi dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan alam semesta di kelas 5 masih sangat
Hasil Penelitian rendah dan belum sesuai dengan yang
Pra Siklus diharapkan peneliti.

pra siklus
20

15

10

0
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 1. Grafik Nilai Pra Siklus


Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal nilai di atas nilai rata-rata kelas
(KKM) untuk mata pelajaran IPA sebanyak 16 peserta didik.
kelas V SD Dahromo adalah 70, dari Siklus I
27 peserta didik kelas V yang a. Perencanaan
mengalami ketidaktuntasan belajar Pada Tahap Perencanaan
sebanyak 18 peserta didik (67%) di perbaikan pembelajaran siklus 1,
bawah KKM, sisanya 9 peserta didik peneliti mempersiapkan Rencana
telah mengalami ketuntasan belajar Persiapan Pembelajaran (RPP)
yaitu 33% di atas KKM. Nilai perbaikan dari RPP pada saat pra
terendah yang didapatkan peserta siklus. Kekurangan yang dibenahi
didik yaitu 20 dan nilai tertinggi 80, adalah dengan penggunaan media
dengan rata-rata kelas 58. Peserta audiovisual dalam pelaksanaan
didik yang mendapatkan nilai di pembelajaran
bawah rata-rata kelas sebanyak 11
peserta didik dan yang mendapatkan
9

b. Pelaksanaan didik yang belum memahami


Pelaksanaan tindakan pada materi yang di persentasikan; 5)
penelitian ini dengan menerapkan guru memerintahkan kepada
strategi media pembelajaran audio setiap kelompok untuk
visual dengan langkah-langkah membacakan kesimpulan materi
pelaksanaan sebagai berikut: 1) yang mereka sudah simpulkan
guru mempersiapkan bahan setelah mendengarkan materi yang
pengajaran dalam bentuk RPP di persentasikan guru; 6) guru
yang berisi materi yang akan mengakhiri pembelajaran
disajikan; 2) guru membuka dengan memberikan evaluasi
pembelajaran dengan baik, lalu individu dan memberi kesimpulan.
membentuk kelompok kerja c. Observasi
peserta didik untuk mengerjakan Pada akhir pembelajaran
lembar kerja kelompok dan dilaksanakan tes tulis untuk
menyimpulkan materi yang mengetahui hasil belajar peserta
disajikan 3); guru didik. Berdasarkan hasil tes setelah
mempersentasekan materi yang dilaksanakannya siklus I
akan di ajarkan melalui media mengalami peningkatan, meskipun
power point per slidenya dan hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat
pemutaran video pembelajaran; 4) dari data nilai evaluasi berikut ini:
guru bertanya kepada peserta

siklus 1
14.2
14
13.8
13.6
13.4
13.2
13
12.8
12.6
12.4
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 2. Grafik Nilai Evaluasi Siklus I


10

d. Refleksi peneliti mempersiapkan Rencana


Dari data tersebut dapat Persiapan Pembelajaran (RPP)
disimpulkan bahwa penguasaan perbaikan dari RPP pada saat
materi sudah meningkat, meskipun siklus 1. Kekurangan yang
belum optimal, yaitu 14 peserta dibenahi adalah dengan
didik dari 27 peserta didik (52%) mempersiapkan hadiah sebagai
sudah mencapai ketuntasan penghargaan kepada kelompok
belajar. peserta didik yang terbaik,
Berdasarkan observasi pada pembagian kelompok diatur oleh
saat pelaksanaan pembelajaran dan guru, dan penataan posisi meja dan
hasil belajar peserta didik pada kursi agar semua peserta didik
siklus 1, terdapat beberapa dapat menangkap suara dan
kekurangan yang harus dibenahi melihat tayangan presentasi
untuk perbaikan pembelajaran pembelajaran dengan jelas.
siklus 2. Kekurangan tersebut yaitu b. Pelaksanaan
1) pemberian penghargaan belum Pelaksanaan pembelajaran
dipersiapkan dengan baik 2) siklus 2 dilakukan dengan
kinerja beberapa peserta didik langkah-langkah sebagai berikut:
dalam kelompok belum maksimal 1) guru mempersiapkan bahan
3) beberapa peserta didik kurang pengajaran dalam bentuk
aktif saat diadakan kuis/tanya Rencana Pembelajaran ( RPP ),
jawab karena kurang bisa yang berisi materi yang akan
menangkap suara maupun disajikan; 2) guru membuka
penjelasan gambar dari slide pembelajaran dengan baik, lalu
presentasi, sehingga selanjutnya membentuk kelompok kerja
perlu penataan tempat duduk peserta didik untuk mengerjakan
sebelum pembelajaran. lembar kerja kelompok dan
Siklus II menyimpulkan materi yang
a. Perencanaan disajikan; 3) guru mengatur posisi
Pada Tahap Perencanaan meja dan kursi peserta didik dan
perbaikan pembelajaran siklus 2, memastikan semua peserta didik
11

dapat menangkap suara dan memberikan hadiah yang sudah


gambar dari tayangan audiovisual dipersiapkan kepada kelompok
pada saat pembelajaran; 4) guru terbaik; 8) Guru mengakhiri
memaparkan materi yang akan di pembelajaran dengan memberikan
ajarkan melalui media power point evaluasi individu dan memberi
per slidenya dan pemutaran video kesimpulan.
pembelajaran; 5) guru bertanya c. Observasi
kepada peserta didik yang belum Hasil belajar peserta didik
memahami materi yang di setelah dilaksanakannya siklus II
persentasikan; 6) guru mengalami peningkatan yang baik,
memerintahkan kepada setiap hanya ada beberapa peserta didik
kelompok untuk membacakan yang belum tuntas atau masih
kesimpulan materi yang mereka mendapatkan nilai di bawah KKM.
sudah simpulkan setelah Hal ini dapat dilihat dari data nilai
mendengarkan materi yang di evaluasi siklus II berikut ini :
persentasikan guru; 7) guru

siklus 2
25

20

15

10

0
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 3. Grafik Nilai Evaluasi Siklus II


d. Refleksi mencapai ketuntasan belajar ada
Dari tes hasil belajar dapat 22 peserta didik atau 81% dari
diperoleh hasil yaitu 1) pada siklus jumlah peserta didik; 3) peserta
II nilai rata-rata kelas 81; 2) didik yang belum tuntas belajar
jumlah peserta didik yang ada 5 atau sekitar 19%.
12

Dari data tersebut dapat Pembahasan


disimpulkan bahwa penguasaan Penguasaan terhadap konsep
materi sudah mengalami pada proses pembelajaran tersebut
peningkatan bila dibandingkan dapat dilihat pada penilaian evaluasi
sebelumnya. Pada siklus II ini peserta didik. Proses pembelajaran
ketuntasan belajar klasikal telah pada siklus I mengalami peningkatan
mencapai 81%, artinya ketuntasan bila dibandingkan dengan studi awal
belajar tersebut telah melebihi pembelajaran. Pada siklus II hasil
kriteria ketuntasan belajar klasikal belajar meningkat dibandingkan
yang diharapkan yaitu 80%, siklus I. Peningkatan tersebut dapat
sehingga peneliti sudah tidak kita lihat pada tabel dan grafik
melakukan pembelajaran siklus III. berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II


No Nama siswa Jenis Kelamin Nilai Studi Awal Siklus I Siklus
II
1. FA L 20 20 40
2. AZA L 60 70 80
3. AM L 40 40 60
4. AMS P 60 50 60
5. MAS L 40 60 80
6. IW L 30 30 50
7. YUK P 60 60 70
8. AF L 40 70 70
9. AUN L 50 70 90
10. AMH P 50 60 70
11. AYS L 40 40 70
12. DC L 80 80 100
13. EFK L 60 80 90
14. FR L 60 80 100
15. FW L 80 80 100
16. LM P 70 80 100
17. FNK L 70 70 100
18. MSH L 80 70 100
19. MDM L 50 60 80
20. MSA L 80 80 100
21. MWH L 60 80 100
22. NN P 70 70 90
13

23. RFP L 70 50 70
24. RDM L 50 50 90
25. SRS P 50 20 50
26. TTF P 80 80 100
27. RA P 60 60 80

Jumlah 1560 1660 2190


KKM 70 70 70
Rata-rata Kelas 58 61 81
Persentase 33% 52% 81%
Ketuntasan
Persentase 67% 48% 19%
Belum tuntas

25

20

15
Tuntas

10 Belum Tuntas

0
pra siklus siklus 1 siklus 2

Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Grafik diatas menunjukkan pada studi awal, siklus I, dan siklus II


bahwa perbandingan peserta didik mengalami peningkatan yaitu dari
yang tuntas belajar dengan peserta 33%, 52%, dan 81% dan
didik yang belum tuntas belajar ketidaktuntasan atau belum tuntas
berbanding terbalik antara studi awal, belajar peserta didik secara klasikal
siklus I, dan siklus II. Data tersebut menurun yaitu dari 67%, 48%,
menunjukkan bahwa hasil belajar dan19%. Adapun peserta didik yang
peserta didik mengalami peningkatan. belum tuntas pada siklus II
Ketuntasan belajar secara klasikal
14

memerlukan perlakuan yang lain maka peneliti memberikan saran-


untuk mencapai ketuntasan. saran bagi:
Simpulan a. Bagi guru, agar pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dapat berjalan
yang dilakukan pada peserta didik maksimal, maka diperlukan
kelas V SD Dahromo dengan media persiapan dan perencanaan yang
Audiovisual dalam pembelajaran IPA matang disesuaikan dengan
untuk meningkatkan hasil belajar kondisi peserta didik dan sekolah.
peserta didik, maka peneliti dapat b. Sekolah hendaknya menyediakan
menarik kesimpulan bahwa sarana maupun media yang
penggunaan media Audiovisual diperlukan untuk menunjang
dalam pembelajaran IPA pada peserta terlaksananya pembelajaran yang
didik kelas V Dahromo, memperoleh inovatif. Penelitian pembelajaran
hasil belajar yang selalu meningkat IPA dengan media Audiovisual
pada setiap siklusnya. Pada saat pra- dapat dijadikan sebagai upaya
siklus (kondisi awal) diperoleh untuk meningkatkan hasil belajar
ketuntasan klasikal 33% dengan rata- peserta didik di sekolah.
rata nilai 58. Kemudian pada siklus I c. Penelitian tindakan kelas dengan
memperoleh ketuntasan klasikal 52% media Audiovisual terbukti
dengan rata-rata nilai 61. Dan terakhir dapat meningkatkan kualitas
pada siklus II memperoleh ketuntasan pembelajaran IPA. Sehingga
klasikal 81% dengan rata-rata nilai model dan media dalam
81. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran tersebut dapat
belajar pada siklus terakhir telah digunakan sebagai acuan untuk
mencapai indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran pada
dengan ketuntasan klasikal ≥80% dan mata pelajaran yang lainnya.
ketuntasan individual ≥70. d. Untuk peneliti selanjutnya,
Saran Tindak Lanjut diharapkan dapat meneruskan
Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini menggunakan media
yang telah disimpulkan tersebut, Audiovisual dalam pembelajaran,
sehingga peneliti selanjutnya dapat
15

membuat media Audiovisual yang Hamdani. 2011. Strategi Belajar


Mengajar. Bandung: Pustaka
lebih menarik dan dengan variatif
Setia.
pembelajaran yang menarik, serta
Purwono Joni, Sri Yutmini, Sri
dapat memberikan kontribusi yang Anitah. 2014. Penggunaan
lebih baik dalam perbaikan mutu Media Audio-Visual Pada
Mata Pelajaran Ilmu
pembelajaran di Indonesia Pengetahuan Alam Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1
Pacitan. Jurnal Teknologi
Daftar Pustaka Pendidikan Dan
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Pembelajaran, 2(2): 127 –
Mendesain Model 144.
Pembelajaran Inovatif.
Sardiman. 2011. Interaksi dan
Progresif, dan Kontekstual.
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Prenadamedia. Jakarta:Rajawali Pers.
Anggoro M. Toha, dkk. 2007. Metode Semenderiadis, Themistoklis
Penelitian. Jakarta: & Rachel Martidou. 2009.
Universitas Terbuka. Using Audiovisual Media

Aqib, Zainal, dkk.. 2014. Penelitian Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Tindakan Kelas untuk Guru Kuantitati, Kualitatif, dan
SD, SLB, dan TK. Bandung: R&D. Bandung: Alfabeta
CV. Yrama Widya.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar
Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Pembelajaran di Sekolah
Penelitian Tindakan Kelas. Dasar. Jakarta: Kencana.
Jakarta: Bumi Aksara. Widihastrini, Florentina. 2012.
Arsyad, Azhar. 2014. Media Penelitian Pendidikan SD.
Pembelajaran. Jakarta: Pendidikan Guru Sekolah
Rajagrafindo Persada. Jakarta: Dasar FIP UNNES.
Rajawali Pers.
Wisudawati, Asih Widi dan Eka
Aunurrahman, dkk. 2008. Penelitian Sulistyowati. 2014.
Pendidikan SD. Direktorat Metodologi Pembelajaran
Jenderal Pendidikan Tinggi IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2013. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai