Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan 2

RSUD Dorys Siylvanus Palangka Raya Di Ruang Gardenia

Disusun Oleh:

Yuni Monesa

(PO.62.20.1.17.352)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

DIV KEPERAWATAN REGULER IV

2019
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui air bone infection.
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,
pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan kavitas.

2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat
tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif
kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas
(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke).
keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang
disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap
basil tersebut.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh, 2011)
1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2). Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang adekuat
5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by pass
gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7). Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal di daerah kumuh
9). Petugas kesehatan

3. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi
kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet
yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya.
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak
di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul
yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau
pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan
menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh
yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang
mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut.
Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan
yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh
limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru
yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami
pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani
pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun
basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754).
4. Patthway

Mycobacterium TB

Masuk ke jalan
nafas

Tinggal di alveolus

Reaksi inflamasi

Alveolus mengalami Ketidaknyamanan


peradangan pada rongga dada dan
diafragma

Bersihan jalan nafas Anoreksia


Nyeri
tidak efektif Akut

Nafsu makan
menurun

Defisit Nutrisi
5. Tanda dan gejala

a. Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih


b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam (2006)
dapat bermacam-macam antara lain :
a. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan
yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang
cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
c. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
e. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat
malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Foto Rontgen
- CT Scan
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
1) Promotif
- Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
- Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan,
cara pencegahan, faktorresiko
- Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
2) Preventif
- Vaksinasi BCG
- Menggunakan isoniazid (INH)
- Membersihkanlingkungandaritempat yang kotor dan lembab.
- Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
b. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1) Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
- Streptomisin injeksi 750 mg.
- Pas 10 mg.
- Ethambutol 1000 mg.
- Isoniazid 400 mg.
2) Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan
dengan jenis :
- INH.
- Rifampicin.
- Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
3) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
- Rifampicin
- Isoniazid (INH)
- Ethambutol.
- Pyridoxin (B6).
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1) Pengumpulan data, dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang
dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan
satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini.Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial.
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan

2) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
3) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
4) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
5) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
6) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
7) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
8) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak
ada gangguan.
9) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
11) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
12) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
13) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
14) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
15) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
16) Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah.
17) Palpasi : Fremitus suara meningkat.
18) Perkusi : Suara ketok redup.
19) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring.
20) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
21) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
22) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
23) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari –
hari yang kurang meyenangkan.
24) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
25) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2. Diagnosa Keperawatan.
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat di alveolus.
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
c) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmempuan memasukkan makanan karena
faktor biologi.

3. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif

Klien dan Keluarga mengatakan : Batuk


Batuk Pucat
Nyeri dada dan ulu hati Lemah dan lesu
Demam Meringis
Mual Muntah
Pusing
Tidak nafsu makan
Gatal – gatal dikulit
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Agar mengetahui


tidak efektif kedalaman, usaha napas) pola napas klien.
2. Posisikan semi-Fowler atau 2. Memberikan rasa
Fowler. nyaman dan
3. Ajarkan teknik batuk efektif. memudahkan
4. Kolaborasi pemberian klien untuk
bronkodilator, ekspektoran, bernapas.
mukolitik, jika perlu. 3. Agar klien tau
dan dapat
menerapkan cara
batu yang efektif.
4. Untuk
melancarkan
pernapasan dan
membersihkan
jalan napas.

2. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Agar mengetahui


Nyeri Akut durasi, frekuensi, kualitas, lokasi,
intensitas nyeri. karakteristik
2. Berikan teknik nonfarmakologis durasi, frekuensi,
untuk mengurangi rasa nyeri kualitas, dan
(mis. TENS, hypnosis, intensitas nyeri.
akupresur, terapi music, terapi 2. Untuk
pijat, aromaterapi, kompres meringankan atau
hangat/dingin) mengurangi rasa
3. Jelaskan penyebab, periode, dan nyeri.
pemicu nyeri. 3. Agar klien dan
4. Kolaborasi pemberian analgetik, keluarga
jika perlu. mengetahui
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
4. Agar rasa nyeri
berkurang atau
hilang.

3. Defisit Nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi. 1. Untuk


2. Berikan makanan tinggi serat mengetahui
untuk mencegah Nutrisi klien.
3. Anjurkan posisi duduk, jika 2. Agar nutrsi klien
mampu seimbang.
4. Kolaborasi pemberian medikasi 3. Untuk
sebelum makan (mis. Pereda memudahkan
nyeri, antlemetik), jika perlu. klien
mengkonsumsi
makanan.
4. Agar klien dapat
mengkonsumsi
makanan dengan
mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 09.03
dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/

Bruner dan Suddart. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Smeltzer, C.S.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. JL. Raya
Lenteng Agung no.64 Jaga Karsa Jakarta Selatan 12610

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. JL. Raya
Lenteng Agung no.64 Jaga Karsa Jakarta Selatan 12610

Anda mungkin juga menyukai