Anda di halaman 1dari 67

PEDOMAN

PELAYANAN LABORATORIUM

RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU


“MUNA ANGGITA”
KABUPATEN BOJONEGORO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Pedoman Pelayanan Laboratorium di
Rumah Sakit Muslimat NU “Muna Anggita” ini berhasil disusun.

Dalam Pedoman Pelayanan Laboratorium telah dirumuskan daftar pelayanan


laboratorium sampai alur pasien laboratorium. Karena itu pedoman akan menjadi
acuan bagi Petugas Laboratorium rumah sakit dalam memberikan Pelayanan
Laboratorium.

Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan Direktur Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita”, seluruh petugas Rumah Sakit Muslimat NU “Muna
Anggita” yang telah berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan sampai
dengan penerbitan pedoman. Semoga Buku pedoman ini memberikan manfaat bagi
pihak Rumah Sakit Muslimat NU “Muna Anggita” untuk peningkatan pelayanan rumah
sakit.

Akhirnya saran dan koreksi demi penyempurnaan buku pedoman ini sangat
kami harapkan

Terimakasih

Tim Penyusun

i
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU
“MUNA ANGGITA”
KABUPATEN BOJONEGORO

NOMOR : 075/ RS.MNU.MA/PER/IV/ 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM


RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU “MUNA ANGGITA”

DIREKTUR RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU “MUNA ANGGITA”

Menimbang : a. Bahwa untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan pelayanan


penunjang, maka dibutuhkan Pedoman Pelayanan Laboratorium di
lingkungan Rumah Sakit Muslimat NU “Muna Anggita”;

b. Bahwa untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman
Pelayanan Laboratorium.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
755/MENKES/PER//IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit;

ii
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit;
5. Departemen Kesehatan Tahun 2002 tentang Pedoman Pelayanan
Laboratorium Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
7. Keputusan Badan Pengurus Yayasan Kesejahteraaan Muslimat NU
Pusat Nomor 084/YKMNU/Pst/SK/IX/2015 tentang Pengesahan
Susunan Badan Pengurus Yayasan Kesejahteraan Muslimat
Nahdlatul Ulama Wilayah Kerja II Bojonegoro Periode 2015-2020;
8. Keputusan Kepala Badan Perijinan Kabupaten Bojonegoro Nomor
445/290/208.412/2016 tentang Pemberian Ijin Operasional Rumah
Sakit Muslimat NU “Muna Anggita” Bojonegoro Kelas D;
9. Keputusan Badan Pengurus Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU
Wilayah Kerja II Bojonegoro Nomor 089/YKM-NU/Kep/IX/2017
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Muslimat NU ”Muna
Anggita” masa bhakti 2017 – 2022.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUSLIMAT
NU “MUNA ANGGITA” TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN LABORATORIUM RUMAH SAKIT
MUSLIMAT NU “MUNA ANGGITA”
Pasal 1
Pedoman Pelayanan Laboratorium di Lingkungan Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita” digunakan sebagai Acuan
Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Muslimat NU “Muna
Anggita”.
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Laboratorium di Lingkungan Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita” sebagaimana yang dimaksud
pada Pasal 1 terdiri atas:

iii
a. Bab I : Pendahuluan
b. Bab II : Standar Ketenagaan
c. Bab III : Standar Fasilitas
d. Bab IV : Tata Laksana Pelayanan
e. Bab V : Logistik
f. Bab VI : Keselamatan Pasien
g. Bab VII : Keselamatan Kerja
h. Bab VIII : Pengendalian Mutu
i. Bab IX : Penutup

Pasal 3
Pedoman Pelayanan Laboratorium di Lingkungan Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita” sebagaimana yang dimaksud pada
Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.

Pasal 4
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di :Bojonegoro
pada tanggal : 10 April 2019
Direktur RS Muslimat NU
“Muna Anggita”

dr. Moh. Asari


NIP. 200009

iv
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU ..................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
B. TUJUAN ........................................................................................................ 2
C. RUANG LINGKUPPELAYANAN .............................................................. 2
D. BATASAN OPERASIONAL........................................................................ 3
E. LANDASAN HUKUM ................................................................................. 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN .................................................................. 5
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA ............................................ 5
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN ..................................................................... 5
C. PENGATURAN JAGA ................................................................................. 6
BAB III STANDAR FASILITAS ........................................................................ 7
A. DENAH RUANGAN .................................................................................... 7
B. FASILITAS LABORATORIUM .................................................................. 8
C. PERALATAN ( ALKES ) ............................................................................. 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ...................................................... 11
A. PENDAFTARAN / PELAYANAN PASIEN ............................................. 11
B. ALUR PELAYANAN LABORATORIUM ................................................ 12
C. PENCATATAN........................................................................................... 13
D. PENGELOLAAN SPESIMEN.................................................................... 13
E. PERALATAN LABORATORIUM ............................................................ 32
F. PENGELOLAHAN LIMBAH .................................................................... 36
G. PELAPORAN HASIL DAN ARSIP ........................................................... 37
H. DOKUMEN ( ARSIP ) ................................................................................ 40
BAB V LOGISTIK.............................................................................................. 40
A. PENGERTIAN ............................................................................................ 42

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” v


B. ALUR PERMINTAAN LOGISTIK RUMAH TANGGA/
LOGISTIK FARMASI ................................................................................ 42
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ................................................................. 43
A. PENGERTIAN ............................................................................................ 43
B. TUJUAN ...................................................................................................... 43
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN .................................................... 43
D. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN LABORATORIUM ....... 45
BAB VII KESELAMATAN KERJA ................................................................. 46
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 46
B. DASAR HUKUM ........................................................................................ 46
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................... 49
A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI) ............................................ 49
B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME) ......................................... 58
BAB IX PENUTUP ............................................................................................. 59

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” vi


Lampiran : Peraturan Direktur RS Muslimat NU
“Muna Anggita”
Nomor : 075/ RS.MNU.MA/PER/IV/ 2019
Tanggal : 10 April 2019
Tentang : Pedoman Pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Muslimat NU “Muna
Anggita”

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan laboratorium klinik di Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat
NU "Muna Anggita" Bojonegoro merupakan pelayanan kesehatan yang
terintegrasi dengan semua pelayanan di rumah sakit, yang berfungsi untuk
menegakkan diagnosa, memantau pemberian pengobatan, memantau hasil
pengobatan, dan menilai prognosa suatu penyakit. Pelayanan ini wajib
memenuhi standar yang telah ditentukan secara nasional, dan memenuhi
peraturan dan undang-undang yang ada di Indonesia.
Pelayanan laboratorium yang sesuai standar tersebut merupakan upaya
untuk memberikan jaminan mutu (quality assurance) pelayanan baik kepada
dokter maupunpihak pasien. Disamping itu pihak pengguna baik dokter
ataupun pasien menuntut pelayanan laboratorium dalam waktu yang cepat
namun tetap akurat, sehingga tepatnyawaktu pelaporan hasil juga merupakan
satu hal yang penting untuk memberikan kepuasan kepada pihak pengguna.
Buku Pedoman Pelayanan Laboratorium ini memuat pedoman-
pedoman yang dapat digunakan sebagaiacuan pelaksanaan pelayanan yang
merupakan implementasi kebijakan pelayanan laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro yang berlaku saat ini, sehingga
pelayanan dapat terstandarisasi dan menjamin mutu pelayanan di Instalasi
Laboratorium Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 1


B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Pedoman pengelolaan mutu pelayanan laboratorium di Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro
b. Implementasi kebijakan pelayanan laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan jaminan mutu pelayananlaboratoriumyang berkualitas di
Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro
b. Meningkatkan keselamatan pasien dan petugas laboratorium
c. Pedoman bagi petugas laboratorium tentang pemeriksaan, penyediaan
bahan serta pemeliharaan alat laboratorium

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Pelayanan pemeriksaan Hematologi 24 jam
Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan : darah rutin / darah lengkap, golongan darah, laju endap darah,
hapusan darah tepi
2. Pelayanan pemeriksaan waktu pendarahan dan waktu pembekuan 24 jam
3. Pelayanan pemeriksaan Kimia Klinik 24 jam
Pemeriksaan kimia klinik meliputi pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan: glukosa darah acak, glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam
sesudah puasa, faal hati, faal ginjal, profil lemak, elektrolit
4. Pelayanan pemeriksaan Urinalisa 24 jam
Pemeriksaan urinalisa mencakup beberapa pemeriksaan antara lain urine
lengkap, albumin urine, sedimen urine.
5. Pelayanan pemeriksaan faeses 24 jam
Pemeriksaan faeses meliputi faeses lengkap
6. Pelayanan pemeriksaan imunologi 24 jam
Pemeriksaan imunologi meliputi pemeriksaan Hbs Ag, Widal, Anti Hbs,
Anti Dengue, HIV.
7. Pelayanan pemeriksaan bakteriologi

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 2


Pemeriksaan bakteriologi yang terdapat di Laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro meliputi pemeriksaan Sputum
BTA dengan metode TB DOTS dan pewarnaan Gram
8. Pelayanan tes kehamilan 24 jam (rapid test)
9. Pelayanan Faal Hemostasis (APTT dan PPT) 24 jam
Semua pemeriksaan laboratorium selain yang tertera diatas dikerjakan
di laboratorium Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro
akan dirujuk ke laboratorium rujukan yang bekerjasama dengan laboratorium
Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro.

D. BATASAN OPERASIONAL
Laboratorium Klinik melayani:
1. Semua unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit Muslimat NU "Muna
Anggita" Bojonegoro
2. Permintaan dari dokter sekitar Rumah Sakit Muslimat NU "Muna
Anggita" Bojonegoro
3. Institusi yang membutuhkan pelayanan Laboratorium Klinik

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Keputusan Mentreri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 370 / Menkes / SK / III / 2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 411 / Menkes / Per / III / 2010 tentang
Pedomam Laboratorium Klinik.
5. Keputusan Menteri Kesehatan R No 1244 / Menkes / SK / XII / 1994
tentang Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologi
dan Biomedis.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 298 / Menkes / SK / III / 2008
Tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 3


7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432/ Menkes / SK / IV/ 2007
Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087 / Menkes / SK / VIII / 2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 4


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pengelola laboratorium secara efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pemilihan alat yang baik, reagen/bahan kimia yang
bermutu, sumber daya manusia khususnya analis yang berkualitas, profesional
dan bertanggung jawabserta sistem manajemen yang berorientasi pada mutu
efektivitas.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.81/MENKES/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi yang secara berkelanjutan dapat
menjaga keseimbangan antara tenaga analis dengan beban kerja yang dipikul
maka perlu terbentuknya pola ketenagaan.
Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi SDM Laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro adalah sebagai berikut :

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Ka. Instalasi Dokter Umum 1 orang


laboratorium
2 Pelaksana / Teknisi D III Analis 1 orang
Laboratorium
3 Penanggung Jawab D III Analis 1 orang
Sertifikat phlebotomy

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pelayanan laboratorium klinik dilakukan setiap hari dalam waktu 24
jam.Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Laboratorium yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang :
Kategori :
1 Orang penanggung jawab shift merangkap pelaksana

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 5


Jam dinas dari jam 07.00 sampai dengan jam 14.00 WIB
2. Untuk Dinas Sore
Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang
Kategori :
1 Orang pelaksana
Jam dinas dari jam 14.00 sampai jam 20.00 WIB
3. Untuk Dinas Malam
Yang bertugas adalah petugas jaga cito

C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan Jaga Petugas Instalasi Laboratorium
a. Pengaturan jadwal dinas analis dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
kepala instalasi laboratorium dan disetujui oleh kepala bidang penunjang
medis.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
analis pelaksana laboratorium setiap bulan.
c. Untuk tenaga analis yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka analis tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengaggu pelayanan,
maka permintaan disetujui).
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas cito dan cuti.
e. Apabila ada tenaga analis jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka analis yang
bersangkutan harus memberitahu Karu laboratorium 4 jam sebelum waktu
dinas dan sebelum memberitahukan kepada Kepala Instalasi laboatorium,
diharapkan analis yang bersangkutan sudah mencari analis pengganti,
apabila analisyang bersangkutan tidak mendapatkan analis pengganti, maka
Kepala Instalasi Laboratorium akan mencari tenaga analis penggati yaitu
analis yang hari itu libur.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 6


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN KETERANGAN :


A. Area kerja
B N D B. Tempat arsip
C. R.Konsul / Adm
G D. Ruang sampling
E. Wastafel/bak cuci
C A
F. Tempat penerimaan
blanko pemeriksaan /
F loket
H
K G. Tempat penerimaan
I
O sampel, bawa untuk
P bahan habis pakai
J
H. Pintu masuk pasien
J I. Ruang tunggu
E
J. Meja kerja, bawah
untuk penyimpanan
bahan habis pakai
L
K. Tempat pembuatan
slide dan pengecatan
BTA
Q L. Tempat sampah
M. Toilet petugas

M N. Dispenser
I
J O. Lemari dingin
P. Tempat penyimpanan
B3
Q. Wastafel

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 7


B. FASILITAS LABORATORIUM
Fasilitas dan SaranaLaboratorium Rumah Sakit Muslimat NU "Muna
Anggita" Bojonegoro berlokasi di lantai 1 yang terdiri dari :
a. Ruang penerimaan yang terdiri dari: ruang tunggu, ruang sampling dan
ruang administrasi. Ruangan ini digunakan untuk
pengambilan/penerimaan sampel, pengetikan data pasien, pengetikan
hasil pemeriksaan, pencatatan, konsultasi dengan dokter patologi klinik.
Ruangan ini dilengkapi dengan air condition
b. Ruang pemeriksaan yang terpisah dari ruang lainnya, dan dilengkapi
dengan air condition.
Adapun keterangan konstruksi ruangan laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro :
a. Semua ruangan cukup pencahayaan
b. Dinding ruang pemeriksaan terbuat dari bahan porselin/keramik warna
terang, mudah dibersihkan dengan desinfektan
c. Langit langit tingginya 4 m dari lantai
d. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan rapat
e. Jendela terletak 1 m dari lantai
f. Lantai terbuat dari keramik warna terang dan mudah dibersihkan
g. Meja kerja terbuat dari bahan yang kuat, tahan terhadap getaran kedap
air dan mudah dibersihkan

Fasilitas penunjang :
a. Toilet pasien
b. Penampungan dan pengolahan limbah yang masuk dalam sistem IPAL
rumah sakit
c. Keselamatan dan keamanan kerja:
1) Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan tersedia juga
handsrub
2) Jas laboratorium
3) Masker
4) Handschoon

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 8


5) Alat pemadan api ringan
6) Tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik sesuai ketentuan.
Hitam untuk non infeksius, Kuning untuk infeksius dan ungu untuk
B3
7) Tempat pembuangan benda tajam
8) Eye washer portable
d. Ruangan dilengkapi dengan AC berkekuatan 1 dan 1,5 PK
e. Penerangan cukup
f. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih , jernih, mengalir dari
sumber PDAM
g. Listrik mempunyai aliran dengan ketegangan stabil dan kapasitas
cukup. Listrik dilengkapi dengan UPS untuk masing-masing alat
Perabot yang digunakan dari bahan yang kuat

C. PERALATAN ( ALKES )
NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN

ALKES
1 Rak Tabung Reaksi Besar 2 baik
2 Rak Tabung Reaksi Kecil 1 baik
3 Rak LED Wesrergren 1 baik
4 Rak Pengecatan 1 baik
5 Pipet Ukur 0,1 ml 3 baik
6 Pipet Ukur 1 ml 5 baik
7 Pipet Ukur 5 ml 3 baik
8 Pipet Ukur 10 ml 2 baik
9 Pipet Volume 5 m 1 baik
10 Mikro Pipet 50 ul 1 baik
11 Mikro Pipet 100 ul 1 baik
12 Mikro Pipet 5 - 20 ul 1 baik
13 Mikro Pipet 50 ul 1 baik

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 9


NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN
14 Mikro Pipet 50 – 200 ul 1 baik
15 Mikro Pipet 200 – 1000 ul 1 baik
16 Mikroskop Binokuler 1 baik
17 Beaker Glass 100 ml 1 baik
18 Beaker Glass 200 ml 2 baik
19 Erlenmeyer 2 baik
20 Lampu Spiritus 1 baik
21 Gelas Ukur 1 baik
22 Corong Gelas Kecil 1 baik
23 Corong Gelas Sedang 1 baik
24 Corong Gelas Besar 1 baik
25 Kamar Hitung 2 baik
26 Fotometer 1 baik
27 Hematologi Analiser 1 baik
28 Elektrolit AFT 1 baik
29 Urinenalysis Sight up 1 baik
30 Cuatron 1 baik
31 Hand Counter 1 baik
32 Timer 1 baik
33 Stopwatch 1 baik
34 Centrifuge Tabung 2 baik
35 Centrifuge 1 baik

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 10


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENDAFTARAN / PELAYANAN PASIEN


1. Rawat Jalan
a. Pendaftaran pasien yang datang ke laboratorium dilakukan oleh pasien /
keluarga di bagian pendaftaran
b. Sebagai bukti bahwa pasien sudah mendaftar pasien mendapatkan kartu
/no RM / no ID, beserta lembar permintaan pemeriksaan laboratorium
dari dokter pemeriksa lengkap dengan identitas pasien (Nama, nomor
Rekam Medis, tanggal lahir)
c. Petugas analis langsung memasukkan data pemeriksaan yang
dikehendaki melalui manual sistem
d. Pasien membayar dikasir
e. Setelah pasien menunjukkan bukti pembayaran, petugas laboratorium
mempersilahkan pasien masuk untuk dilakukan pengambilan sampel
f. Petugas laboratorium menganalisa pemeriksaan laboratorium yang
diminta
g. Hasil pemeriksaan laboratorium diberikan ke pasien untuk diserahkan
kembali ke dokter perujuk
2. Rawat Inap / Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Petugas rawat inap / IGD mengantarkan sampel beserta formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium yang lengkap dengan identitas
pasien (nama, nomor Rekam Medis, tanggal lahir ), diagnosis dan jenis
pemeriksaan yang dikehendaki.
b. Petugas laboratorium memasukkan datanya ke buku register pasien
c. Petugas laboratorium menganalisa pemeriksaan laboratorium yang
diminta
d. Petugas laboratorium menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium ke
perawat rawat inap / IGD / Dokter IGD

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 11


B. ALUR PELAYANAN LABORATORIUM

Pendaftaran

IGD / Klinik Umum / Klinik spesialis

R. Inap / IGD Pasien R. jalan


Pengambilan sampel

Pasien umum Pasienansi JKN /


Laboratorium asuransi lain
Input data
Laboratorium
m Lengkapi berkas
Input data
Pemeriksaan sampel
m
Laboratorium
Kasir Input data
Hasil pemeriksaan

m
Serahkan ke Laboratorium
R.Inap/ IGD Pengambilan sampel

Pemeriksaan sampel

Hasil pemeriksaan

Dokter perujuk

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 12


C. PENCATATAN
Pencatatan pelayanan kegiatan laboratorium diperlukan dalam
perencanaan pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk
peningkatan pelayanan laboratorium, sehingga kegiatan ini harus dilakukan
secara cermat, teliti, dan berkesinambungan. Pencatatan Pelayanan
Laboratorium Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro terdiri
dari :
1. Pencatatan register penerimaan spesimen yang berisi data pasien dan jenis
pemeriksaan
2. Pencatatan register besar/ induk berisi : data-data pasien secara lengkap
serta hasil pemeriksaan spesimen.
3. Pencatatan register pemeriksaan rujukan.
4. Pencatatan ekspedisi ke ruangan.
5. Pencatatan stok pemakaian bahan habis pakai.

D. PENGELOLAAN SPESIMEN
1. Persiapan Pasien
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen dalam keadaan basal:
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa 8 – 12 jam sebelum
diambil darah
2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00
3) Pasien disarankan tidak melakukan aktivitas yang berat sebelum
diambil spesimennya
Tabel Pemeriksaaan Yang Perlu Puasa
Glukosa Puasa 10 – 12 jam
Tes toleransi glukosa (TTG) Puasa 10 – 12 jam
Glukosa kurva harian Puasa 10 – 12 jam
Profil lipid Puasa 12 jam
Asam Urat Puasa 10 – 12 jam
b. Menghindari obat- obatan sebelum spesimen diambil
Obat obatan yang diberikan baik secara oral maupun lainnya akan
menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 13


pemberian obat secara intramuskuler akan menyebabkan jejas pada otot
masuk kedalam darah, yang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
antara lain pemeriksaan creatinine kinase (CK) dan Lactic
dehydrogenase (LDH)
1) Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 24
jam sebelum pengambilan sampel
2) Untuk pemeriksaan dengan spesimen urin tidak minum obat 72 jam
sebelum pengambilan sampel
3) Apabila pemberian pengobatan tidak dapat diberhentikan, harus
diinformasikan kepada petugas laboratorium

Tabel Daftar Obat daan Pemeriksaan yang Dipengaruhi


JENIS OBAT PEMERIKSAAN YANG
DIPENGARUHI
Diuretik Hampir seluruh hasil pemeriksaan subtrat
dan enzim dalam darah akan meningkat
karena terjadi hemokonsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, hitung sel darah, elektrolit.
Pada urin akan terjadi pengenceran
Cafein Sama dengan diuretic
Thiazide Glukosa darah, tes toleransi glukosa, ureum
darah
Pil KB ( hormone ) LED, Kadar hormone
Morfin Enzim hati ( SGPT, SGOT )
Phenobarbital GGT
Efedrin Amphetamine, Methamphetamine
Acetosaal Uji Hemostasis
Vitamin C Analisa uric
Obat anti diabetika Glukosa darah dan glukosa urin
Kortikosteroid Hitung eosinophil, tes toleransi glukosa

c. Menghindari aktifitas yang berlebihan sebelum spesimen diambil

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 14


d. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari).
e. Pemeriksaan yang dipengaruhi variaasi diurnal perlu diperhatikan waktu
pengambilan darahnya, antara lain: ACTH, renin, aldosterone.
f. Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan baik langsung maupun tidak langsung seperti:
o Periksaan gula daarah dan profil lipid
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh
makanan/minuman kecuali air putih tawar. Karena pengaruhnya
yang sangat besar, maka pada pemeriksaaan gula darah puasa pasien
perlu puasa 10 – 12 jam sebelum darah diambil, dan pada
pemeriksaan profil lipid perlu puasa sekurang kurangnya 12 jam
o Periksaaan laju endap darah, aktifitas enzim, besi, pemeriksaan ini
dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman, oleh
karena makanan dan minuman mempengaruhi reaksi dalam proses
pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak valid
g. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada
kadar zat-zat tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1
jam hanya dengan merokok 1-5 batang dan terlihat akibatnya berupa
peningkatan kadar asam lemak, efinefrin, gliserol bebas, aldsosterone
dan kortisol. Ditemukan peningkatan kadar Hb pada perokok kronik.
Perubahan lambat terjaadi pada hitung lekosit. lipoprotein, aktivitas
beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
h. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat
beberapa kadar analit. Perubahan cepat terjadi pada waktu 2-4 jam
setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya berupa peningkatan
kadar glukosa, laktat, asam urat dan terjadi asidosis metabolik.
Perubahan lambat berupa peningkatan aktivitas GGT, AST, ALT,
trigliserida, kortisol dan MCV

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 15


i. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat meenyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh
antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan intersisiel, kehilangan
cairan karena berkeringat dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan
terjadi perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan di vena
serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin,
aktivitas CK, AST, LDH, Hb, hitung sel darah dan produksi urin.
j. Ketinggian / altitude
Beberapa pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan
tinggi rendahnya permukaan air laut. Perameter tersebut adalah CRP, B2-
globulin, hematokrit, hemoglobin dan asam urat. Adaptasi terhadap
perubahan ketinggian daratan memerlukan waktu harian hingga
berminggu-minggu.
k. Demam
Pada waktu demam terjadi:
1) Peningkatan kadar gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat
terjadinya peningkatan kadar insulin yang berakibat terjadinya
penurunan kadar gula darah pada tahap lanjut
2) Terjadinya penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal
demam karena terjadi peningkatan metabolism lemak dan terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena
penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama
3) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah
4) Lebih mudah menemukan biakan positif
5) Reaksi anamnestik yang akan meningkatkan titer widal
l. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan
kadar subtrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk Hb,
hematokrit dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pemindahan cairan tubuk ke dalam darah sehingga menyebaabkan
terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 16


m. Variasi circadian rhytme
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat zat tertentu dalam tubuh
dari waktu ke waktu yang disebut dengan variasi circadian rhytme.
Perubahan zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linier (lurus)
seperti umur dan dapat bersifat siklus seperti siklus hari (variasi diurnal),
siklus bulanan (menstruasi) dan siklus musiman.
n. Variasi diurnal yang terjadi antara lain:
1) Besi serum, kadar besi serum pada sore hari akan lebih tinggi daripada
pagi hari
2) Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,
sehingga apabila tes toleransi glukosa dikerjakan pada siang hari,
maka hasilnya akan lebih tinggi dari pada pagi hari
3) Aktivitas enzim yang akan diukur akan berfluktuasi disebabkan kadar
hormon yang berbeda dari waktu ke waktu
4) Jumlah eosinophil menunjukkan variasi diurnal. Jumlah akan lebih
rendah pada malam hari sampai pagi hari
5) Kortisol kadarnya lebih tingi pada pagi hari dibandingkan malam hari
6) Kalium pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan siang hari
Selain yang sifatnya harian dapat terjadi variasi fluktuasi yang sifatnya
bulanan. Variasi siklus bulanan pada umumnya pada wanita kerena
menstruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan
terjadi penurunan kadar zat besi, protein dan fosfat dalam daarah
disamping hormon seks. Demikian pula pada saat ovulasi terjadi
peningkatan kadar aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol.
o. Umur
Hitung eritrosit dan kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus
daripada dewasa. Alkalifosfatase, kolesterol total daan kolesterol LDL
akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur
p. Ras
Jumlah eritrosit orang kulit hitam amerika lebih rendah daripada kulit
putih. Demikian juga dengan aktivitas CK. Keadaan serupa juga
dijumpai pada ras lain

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 17


q. Perbedaan jenis kelamin / gender
Kadar besi serum dan Hb pria berbeda dengan wanita dewasa. Perbedaan
ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah usia 65 tahun. Perbedaan
lainnya adalah aktivitas CK dan kreatinin. Perbedaaan ini lebih
disebabkan karena masa otot pria relatif lebih besar dibanding dengan
wanita. Sebaliknya kadar hormon seks wanita, prolaktin dan kolesaterol
HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita.
r. Kelamin
Pada wanita hamil, hasil pemeriksaan perlu melihat usia kehamilannya.
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran) yang dimulai
minggu ke sepuluh dan terus meningkat sampai minggu ke 35 kehamilan.
Volume urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama
kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon, tiroid, elektrolit, besi
dan ferritin, protein total dan albumin, lemak, aktivitas AL, factor
koagulasi dan LED.
2. Identifikasi Spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang
harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian
identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus
cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien,
nomor ID atau nomor rekam medis,tanggal lahir, serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.Untuk
spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus
pada label dan formulir permintaan laboratorium.
3. Informed Concent
Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan spesimen,
mengenai prosedur yang akan dilakukan dan meminta persetujuan pasien.
Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk informed concent.
4. Pengumpulan Spesimen
a. Peralatan, secara umum peralatan harus memenuhi persyaratansebagai
berikut:

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 18


1) Bersih
2) Kering
3) Tidak mengandung zat kimia
4) Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
5) Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
6) Pengambilan spesimen untuk biakan harus menggunakan peralatan
yang steril. Pengambilan spesimen yang invasiv harus menggunakan
peralatan yang steril dan sekali pakai dibuang.

b. Wadah. Wadah spesimen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1) Terbuat dari gelas atau plastik
2) Tidak bocor atau tidak merembes
3) Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
4) Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
5) Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
6) Bersih
7) Kering
8) Tidak mempengaruhi zat dalaam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat ( inaktinis )
9) Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus
steril
10) Untuk spesimen dahak, urin, tinja sebaiknya menggunakan wadah
bermulut lebar
c. Antikoagulan dan pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku. Pengawet adalah bahan kimia yang
ditambahkan kedalam spesimen agar analit yang akan diperiksa dapat
dipertaahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupah bahan
pengawet atau antikoagulan. Kesalahan dalam pemberian bahan
tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan yang

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 19


diperlukan harus memenuhi persyaraatan yaitu tidak mengganggu atau
merubah zat yang akan diperiksa.
d. Waktu
Pengambilan spesimen umumnya dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi
karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaaan basal. Namun
adaa beberapa yang waktu pengambilan spesimennya harus disesuaikan
dengan perjalanan penyaaklit dan fluktuasi hariannya, misalnya:
1) Demam tifoid, pemeriksaan biakan darah paling baik dilakukan pada
minggu I atau II sakit. Sedaangkan biakan urin dan tinja pada
minggu II dan III
2) Pemeriksaaan widal dilakukan pada fase akut dan fase
penyembuhan
3) Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, spesimen diambil
sebelum diberi antibiotik
4) Pemeriksaan Gonorrhoe, pengambilan sekret uretra sebaaiknya
dilakukan 2 jam setelah buanga air kecil yang terakhir
5) Pemeriksaan mikrofilari, untuk menemukan parasit mikrofilaria
dalam darah, pengambilan sebaiknya dilakukan malam hari (antara
jam 20.00 – 23.00)
6) Pemeriksaan tuberculosis, dahak diambil pada pagi hari segera
setelah pasien bangun tidur, memungkinkan ditemukan kuman M.
tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan dahak sewaktu
7) Pemeriksaan narkoba. Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi
morfin, ganja dan lain lain dipengaruhi oleh waktu dan lama
mengkonsumsi
e. Lokasi
Sebelum pengambilan sampel harus ditemukan lokasi yang tepat untuk
pengambilan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta seperti:
1) Spesimen dari darah vena, umumnya diambil dari vena mediana
cubiti daerah siku. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari
arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 20


lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari manis
tangan bagian tepi atau daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki
bayi atau cuping telinga. Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaraan darah seperti cyanosis atau
pucat dan pengambilan tidak tidak boleh di lengan yang sedang
dipasang infus
2) Spesimen untuk pemeriksaan biakan harus diambil pada tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah daan cairan otak
3) Lokasi untuk pengambilan darah untuk pemeriksaan:
 Mikrofilaria: sampel diambil dari darah kapiler (jari tangan) atau
darah vena dengan antikoagulan
 Gas darah: sampel darah arteri dengan antikoagulan heparin
4) Volume, volume yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan yang diminta
Table beberapa spesimen dengan jenis anti koaguan / pengawet dan
stabilitasnya
Jenis Spesimen Antikoagulan /
wadah Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Volume Pengawet
Hematologi
Hematocrit darah 2 ml K2/k3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu kamar
mg/ml darah (6jam)
LED darah 2 ml K2/k3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu kamar (2jam)
mg/ml darah
Lekosit darah 2 ml K2/k3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu kamar
mg/ml darah (2jam)
Hemostasia darah 5 ml Sitrat 3,8% dengan P 20-25°C (4jam)
(PPT,APTT) perbandingan 1 : 9
Retikulosit Darah 2 ml K2/k3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu kamar
mg/ml darah (8jam)
Trombosit Darah 2 ml K2/k3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu kamar
mg/ml darah (2jam)
BT , CT Darah 4 ml Segera diperiksa

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 21


Jenis Spesimen Antikoagulan /
wadah Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Volume Pengawet
Kimia Klinik
Gula Darah Darah 2 ml Na-F-Oksalat 4,5 mg/ml G/P 20-15°C (3hari)
darah 4°C (6hari)
-20°C (6bulan)
Serum 2 ml G/P 2-8°C (12jam)
Kolesterol Serum 1 ml G/P 20-25°C (6hari)
4°C (6hari)
-20°C(6bulan)
Bilirubin Serum 1 ml G/P Sesegera
mungkin
Amylase Serum 1 ml G/P 20-25°C (5hari)
4°C (5hari)
-20°C (6bulan)
Asam urat Serum 1 ml G/P 20-25°C (24jam)
4°C (5hari)
-20°C (3tahun)
Protein total Serum 1 ml G/P 20-25°C (6hari)
4°C (6hari)
-20°C (10hari)
Na. K, Cl Serum 1 ml G/P 20-25°C (14hari)
4°C (14hari)
Fosfatase Serum 1 ml G/P 20-25°C
alkali (>7hari,aktivitas
menurun 1%)
4°C (7hari)
-20°C (7hari)
Kalsium Serum 1 ml G/P 20-25°C (10hari)
4°C (10hari)
Kreatinin Serum 1 ml G/P 20-25°C (24jam)
4°C (7hari)

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 22


Jenis Spesimen Antikoagulan /
wadah Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Volume Pengawet
-20°C (8bulan)
GGT Serum 1 ml G/P 20-25°C (>3hari
aktivitas turun
17%)
4°C (3hari
aktivitas
turun8%)
-20°C (7hari)
SGOT Serum 1 ml G/P Aktivitas turun
10% 4°C (3hari)
Aktivitas turun
8% -20°C (7hari)
SGPT Serum 1 ml G/P 20-25°C (3 hari
aktivitas turun
17%)
-4°C (>3
hariaktivitas turun
8%)
-20°C (7hari)
Serologi
Widal Serum 1 ml G/P 2-8°C 2-3hari)
Freezer (1bulan
Deep freezer
(-20°C 6 bulan)
Tidak boleh gelas
HBsAg Serum 1 ml G/P Idem
Anti HBs Serum 1 ml G/P Idem
Anti HIV Serum 1 ml G/P Idem
Urinalisa

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 23


Jenis Spesimen Antikoagulan /
wadah Stabilitas
Pemeriksaan Jenis Volume Pengawet
Pemeriksaan Urin Toluene 2-5 ml/urin G/P 24 jam
urin 24 jam
Protein Urin 5 ml P 20-25°C (4hari)
kuantitatif
Reduksi Urin 5 ml P 20-25°C
secepatnya
4°C (24 jam)
Urin rutin Urin 15 ml G/P Suhu kamar
pagi (1jam) 4-8°C
Sedimen urin Urin 10 ml G/P Suhu kamar
pagi (1jam) 4-8°C
Kehamilan Urin 5 ml G/P
pagi
Parasitologi
&
Mikrobiologi
Malaria Darah 2 tts G
segar kapiler
Tt tebal
Tt tipis
Keterangan:
P : plastik (polyetilen atau yang sederajat)
G : gelas
T : tabung
1. Teknik
Pengambilan sampel harus dilakukan dengan cara yang benar, agar
mewakili keadaan yang sebenarnya.
a) Darah vena

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 24


 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan harus
lurus, jangan menekuk siku. Pilih lengan yang banyak melakukan
aktivitas
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
 Pasang tourniquet 10 cm diatas siku ( tornuquet tidak boleh
terpasang > 1 menit )
 Pilih bagian vena mediana cubiti
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70% dengan cara melingkar (dari dalam mengarah keluar)
dan biarkan mongering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan
rasa terbakar. Kulit yang sudah dubersihkan jangan dipegang lagi
 Tusuk bagian vena tadi dengan sepuit, lubang jarum mrnghadap ke
atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15° - 30°,
setelah volume darah cukup untuk pemeriksaan, lepas tornuquet
dan tutup kulit pasien yang ditusuk dengan kapas kering
 Cabut spuit dan minta pasien menekan luka bekas tusukan dengan
kapoas kering.
 Plaster bekas tusukan
 Masukkan darah ke dalam tabung sesuai kebutuhan (jika
memerilukan antikoagulan bolak balik tabung kurang lebih 5 kali
agar tercampur rata)
 Label setiap tabung dengan identitas pasien
 Buang spuit ke dalam pembuangan jarum
 Kesalahan kesalahan dalam pengambilan darah vena
- Pemasang tourniquet terlalu lama, sehingga menyebabkan
hemokonsentrasi
- Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol
- Pengocokan tabung terlalu kuat dapat menyebabkan hemolysis
b) Darah kapiler
 Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan
biarkan mengering

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 25


 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang
 Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari tersebut
tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis garis sidik jari, jangan
sejajar garis itu. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan
sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar
 Buanglah tetes darah pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya dapat dipakai untuk
pemeriksaan
 Kesalahan kesalahan dalam pengambilan darah kapiler
- Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya
gangguan peredaran darah seperti vasokonstriksi (pucar),
vasodilatasi (oleh radang, trauma, dll), kongesti atau cyanosis
setempat
- Tusukan kurang dalam sehingga darah harus diperas peras supaya
keluar, darah yang keluar akan bercampur dengan cairan jaringan
sehingga menjadi encer dan mempengaruhi hasil pemeriksaan
- Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol, bukan saja darah itu
diencerkan tetapi juga melebar diatas kulit sehingga sulit dihisap
oleh ke dalam pipet
- Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
- Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja
c) Urine
Pengambilan urine porsi tengah yang dilakukan oleh pasien sendiri,
sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai berikut:
 Bersihkan alat kelamin dengan sabun
 Bilas dengan air mengalir dan usap dengan kasa / tissue
 Baru kemudian pasien disuruh kencing, urin awal dibuang, sedang
porsi tengahditampung langsung ke dalam botol sebanyak 5 sampai
10 ml, tutup rapat botol
 Segera kirim ke laboratorium
Pada bayi dan anak anak

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 26


 Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air
kecil
 Bersihkan alat kelamin dengan sabun dan usap dengan tisue
 Anak duduk dipangkuan orangtua dan pengaruhi anak untuk
mengeluarkan urinenya
 Tampung urin daalm wadah atau kantong plastic steril. Pada bayi
dipasang penampung urine pada alat kelamin
Urine Kateter
 Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% pada bagian yang terbuat
Dari karet (jangan bagian yang dari plastik)
 Aspirasi urine dengan spuit sebanyak kurang lebih 10 ml
 Masukkan dalam wadah dan tutup rapat
 Kirimkan segera ke laboratorium
Urine aspirasi suprapubik
 Lakukan desinfeksi kulit didaerah suprapubik dengan povidon
iodin 10% kemudian bersihkan dengnan kapas alcohol 70%
 Aspirasi tepat di suprapubic dengan menggunakan spuit
 Ambil urin sebanyak 20 ml dengan cara aseptic ( dilakukan oleh
petugas yang berwenang )
 Masukkan dalam steril yang tertutup rapat
 Kirimkan segera ke labiratorium

d) Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan (
tanpa bantuan pencahar ), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat
pula sampel tinja diambil dari rektum dengan colok dubur
e) Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila
pasien kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril gianikolat 200 mg.
 Tempatkan penderita di ruang yang terbuka

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 27


 Penderita disuruh batuk / dirangsang untuk batuk
 Sputum yang keluar langsung ditampung pada wadah, tutup rapat
 Segerah kirim ke laboratorium
Perlu diperhatikan sebaiknya sputum diambil sebelum terapi diberikan,
spesimen yang diambil harus benar benar mewakili ( bukan ludah )
2. Pengiriman Spesimen Ke Laboratorium
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen
telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan
masing-masing pemeriksaan.
b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang
lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir
permintaan sudah sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman
spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam
setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan
menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber
kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
1) Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit,
angka trombosit.
2) Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
3) PPT / APTT memanjang.
4) Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
5) Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
6) Perkembangbiakan bakteri
3. Penundaan pengiriman sampel urine :
a. Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel
eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
b. Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga
menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 28


c. Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena
sinar matahari.
d. Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan
terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
e. Jamur akan berkembang biak
f. Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton
dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu
yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada
suhu 2 – 8 °C paling lama 8 jam.
g. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya
berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus
(styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum spesimen diperiksa, terlebih dahulu dilakukan pengolahan
spesimen
a. Darah ( Whole blood )
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah diberi
antikoagulan yang sesuai, dan dihomogenisasi dengan cara membolak
balik tabung kira-kira 10-12 kali secara pelan pelan dan merata
Kemudian diperiksa sesuai permintaan
b. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu dalam suhu kamar selama 20
– 30 menit kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5 – 15 menit
2) Pemisahan serum dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan
spesimen
3) Periksa sesuai permintaan
4) Serum yang memenuhi syarat harus tidak boleh berwarna merah (lisis)
atau keruh (lipemik)
c. Plasma
1) Kocok darah EDTA atau sitrat secara berlahan-lahan
2) Pemisahan plasma dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 29


3) Plasma yang memenuhi syarat tidak boleh berwarna merah (lisis) atau
keruh (lipemik)
4) Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan
d. Urine
1) Untuk uji carik celup, urine tidak memerlukan pemeriksaan khusus,
kecuali urine harus sudah diperiksa sebelum 1 jam. Sedaangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan cara sebagai berikut:
2) Wadah urine harus digoyang goyangkan agar memperoleh sampel
yang homogen
3) Masukkan 15 ml urine ke daalam tabung sentrifus
4) Putar selama 1500-2000 rpm selama 5 menit
5) Buang supernatannya, sisakan 1 ml, kocoklah tabung untuk
mensupensikan sedimen
6) Periksa 1 tetes sedimen dengan mikroskop
5. Metode Pemeriksaan
a. Beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam memelih
metode yaitu:
1) Tujuan pemeriksaan:
Tujuan melakukan pemeriksaan antara lain untuk uji saring, uji
diagnostik, dan evaluasi hasil pengobatan, serta survailans. Tiap
tujuan pemeriksaan memerlukan sensitifitas dan spesifisitas yang
berbeda beda sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena
setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda.
- Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan analitik. Sensitivitas klinik adalah
persentase hasil positif sejati di antara orang-orang yang berpenyakit
Sensitivitas klinik = positivitas diantara yang berpenyakit

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 30


Sensitivitas analitik sering diartikan sebagai batas deteksi, yaitu kadar
terendah dari suatu analit yang dapat diperriksa oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas yang tinggi terutama dipersyaratkan
untuk pemeriksaan dengan tujuan skrining
- Spesifisitas
Dikenal spesifisitas klinik dan analitik
Spesifisitas klinis adalah persentase hasil negatif sejati di antara pasien
pasien yang sehat.
Spesifsitas klinis = negatifitas di antara yang sehat

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Spesifitas analitik berkaitan denga kemampuan dan akurasi suatu metode
untuk memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi oleh zat zat lain.
Sensitivitas 100% jarang diikuti dengan spesifisitas 100%, demikian
sebaliknya. Metode yang baik adalah metode yang memberikan
sensitivitas dari positif palsu dan negatif palsu
b. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
Mengingat hasil pemeriksaan sangat diperlukan dalam mengambil
keputusan, maka waktu pemeriksaan yang diperlukan sampai keluarnya
hasil untuk berbagai metode perlu dipertimbangkan. Misalnya pasien di
IGD memerlukan metode pemeriksaan yang dapat memberikan hasil
yang cepat untuk keperluan diagnostik dan pengobatan.
c. Rekomendasi resmi
Beberapa pemeriksaan dapat dipilih berdasarkan rekomendasi dari suatu
lembaga/ badan uang diakui oleh organisasi profesi antara lain:
WHO (World Health Organisation), IFCC (Interrnational Federation of
Clinical Chemistry), NCCLS (Nasional Committee for Clinical
Laboratory Standards), ICSH (International Committee fot
Standarisation in Hematologi)

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 31


d. Evaluasi
Metode yang dipergunakan perlu dikaji ulang secara periodic mengingat
ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu serta untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap
memiliki makna klinis sebagaimana dibutuhkan
6. Penyimpanan Spesimen
a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau
spesimen akan dikirim ke laboratorium lain
b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan
stabilitasnya jika perlu tambahkan pengawet
c. Sampel yang dicairkan (setelah diberi aanti koagulan) harus dibolak-
balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
d. Simpan semua sampel selama 24 jam untuk keperluan pemeriksaan
konfirmasi / pengulangan
e. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar,
suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC
f. Jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum,
maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan
g. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri
Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :
 Kimia klinik : 1 minggu dalam refrigerator
 Imunologi : 1 minggu dalam refrigerator
 Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
 Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator

E. PERALATANLABORATORIUM
1. Pemilihan alat pemeriksaan berdasarkan:
a. Spesimen dan jumlah pemeriksaan
b. Kesesuaian spesifikasi alat dengan fasilitas ruangan, listrik air, serta
suhu dan kelembaban ruangan, kesesuaian spesifikasi alat dengan
kebutuhan yang meliputi jenis- jenis pemeriksaan, jenis dan volume
c. Ketersediaan dan kualifikasi tenaga yang mengoperasionalkan alat

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 32


d. Petimbangan kontinuitas reagen dan pasaaran
e. Pertinbangan kemudahan pengoperasionalan alat, perawatan dan
kalibrasinya
f. Mempertimbangkan vendor atau pemasoknya
g. Pertinbangan nilai ekonomisnya meliputi analysis cost benefit
h. Terdaftar di departemen kesehatan
2. Pemilihan Vendor ( pemasok )
a. Pemasok harus harus memiliki syarat sebagai berikut
b. Mempunyai reputasi yang baik
c. Memberikan fasilitas uji fungsi
d. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting
e. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasionalkan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana
f. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin termasuk mempunyai
teknisi yang handal dan suku cadang yang mudah diperoleh
3. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
a. Pemeliharaan Alat
 Setiap peralatan laboratorium dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan (instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang
memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan pada umumnya
memuat cara operasional dan hal-hal lain yang diperhatikan.
 Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis
peralatan laboratorium Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU
"Muna Anggita" Bojonegoro telah ditulis dalam prosedur tetap /
protap (buku pedoman kerja Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU
"Muna Anggita" Bojonegoro)
 Setiap peralatan juga dilakukan pemeliharaan (preventife
maintenance) yaitu : semua kegiatan yang dilakukan agar
memperoleh kondisi yang optimal,dapat beroperasi dengan baik dan
tidak terjadi kerusakan. Kegatan ini dilakukan secara rutin untuk
semua jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 33


 Setiap alat diberi kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau dekat
alat, untuk mempermuda pencatatan kegiatan alat serta kelainan-
kelainan yang ditemukan.
 Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat tersebut, untuk dilakukan perbaikan.
b. Kalibrasi alat
 Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan
hasil pemeriksaan.
 Kalibrasi dilakukan secara berkala.

Tabel pemeliharaan dan kalibrasi


Jenis peralatan Jenis kegiatan Frekuensi

Fotometer Diperiksa kebersihan kuvet (dicuci Pemeliharaannya : tiap


dengan aquades,air demineral ) hari dan tiap akan
kuvet direndam dalam larutan melakukan analisa
extran 5 %, fotodetektor juga Kalibrasinya : tiap bulan
dibersihkan waktu pemakainan atau setiap ganti lot
dicatat dan sumber cahaya number
diperiksa

Mikroskop Lensa dibersihkan dengan kertas Pemliharaannya : tiap


lensa atau tissu yang dibasahi eter hari selesai bekerja
alkohol, penyangga dibersihkan
serta dilumasi
Pipet Ukur Setelah dipakai direndam dalam Pemeliharaan
larutan antiseptik
Klinik / mikro pipet Ujung pipet dibersihkan dengan Pemeliharaannya
tissu untuk membersihkan sisa-sisa dilakukan tiap hari
reagen, selalu diletakkan pada selesai bekerja
tempat pipet Kalibrasinya : tiap 6
bulan sekali

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 34


Jenis peralatan Jenis kegiatan Frekuensi

Sentrifuse Dinding dalam dibersihkan dengan Pemeliharaannya tiap


desinfektan ( misal alkohol ) hari
Kalibrasinya : 1 tahun
sekali
DL Analyser Tempat aspirate sampel Pemeliharaannya : tiap
dibesihkan dengan tissu, untuk hari, tiap minggu, tiap
menghilangkan sisa-sisa darah bulan sesuai petunjuk
yang menempel dan mencegah manual pengoprasian
adanya sumbatan. alat oleh analis tiap tiga
Pencucian alat dilakukan dengan bulan oleh teknisi
aspirate reangn cell clean defeloper
semua kerak yang menempel Kalibrasinya dilakukan
dibersih dengan air dan disikat oleh teknisi defeloper
setiap 6 bulan sekali
atau setiap ganti lot
number
Lemari es dibersihkan baik bagian dalam Pencatatan suhu
maupun luar, seta pencatatan suhu dilakukan setiap hari ,
pagi dan sore

4. Trouble Shooting
Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari
penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih
cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat,
akan makin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi.
 Hal yang perlu diketahui adanya troubleshooting adalah :
1. Adanya tanda – tanda yang tidak memuaskan / tidak sesuai (hasil
tidak keluar, hasil tidak sesuai dengan kondisi pasien, sampel
tidak terhisap dll .)
2. Dengan adanya tanda-tanda tersebut petugas hendakkaya
langsung mencari penyebabnya.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 35


3. Jika semua penyebab sudah diketahui maka dilakukan tindakan
4. Tindakan bisa dilakukan petugas laboratorium jika penyebab
kesusakan bersifat sederhana.
5. Tindakan harus dilakukan oleh tehknisi produksi jika diketahui
penyebabnya berakibat fatal.
 Hal yang perlu diperhatikan jika terjadi permasalahan alat :
a. Tetep tenang dan berfikir dengan jernih
b. Dipastikan masalahnya, tidak boleh membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan
c. Jika penanganan sederhana gagal, maka petugas laboratorium
segera meminta bantuan atasan / kepala laboratorium untuk
menghubungi agen dan menanyakan masalah tersebut.
d. Alat ditempeli dengan label yang bertuliskan bahwa alat rusak

F. PENGELOLAHAN LIMBAH
Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair,padat
dan gas yang berbahayabagi lingkungan bila tidak ditangani secara benar.
Karema itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak
menimbulkan dampak negatif.
1. Bentuk limbah :
- Limbah cair :
Pelarut organik, bahan kimia,air bekas cucian alat, sisa spesimen (
darah atau cairan tubuh ).penangan limbah ini dikakukan sesuai
dengan ( SOP)
- Limbah Padat :
Peralatan habis pakai seperti alat suntik,sarung tangan, kapas, botol
spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen ( ekskreta ) dan medium
pembiakan. ( SOP )
- Limbah Gas :
Dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen
oksida atau dari termometer yang pecah ( uap air raksa ).untuk
pengolahannya dilakukan dengan cara netralisasi, oksidasi-reduksi,

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 36


dan pengendapan koagulasi/flokulasi, hal ini tergantung dari
kandungan masing-masing zat.
2. Pemisahan Limbah :
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang atau dimusnakan maka sebelumnya dilakukan pemisahan
dengan cara menggunakan kantong berkode warna.

Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis :


Kantong Warna Jenis Limbah

Hitam Limbah rumah tangga biasa,tidak digunakan


untuk menyimpan atau mengangkut limbah
klinis
Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar
(limbah infeksius)

G. PELAPORAN HASIL DAN ARSIP


1. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium Rumah Sakit Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro dilakukan setiap hari yaitu
terdiri dari :
a. Laporan hasil pemeriksaan (hal ini dilakukan tergantung dari jenis
pemeriksaan)
Pelaporan hasil laboratorium / penyerahan hasil laboratorium kurang
lebih 2 jam setelah bahan diterima.
No Jenis Pemeriksaan Waktu (jam)
1 Darah Lengkap 2
2 Liver Fungsi Tes 2
3 Widal 1
4 Renal Fungsi Tes 2
5 Hbs Ag 1
6 Screning 1

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 37


No Jenis Pemeriksaan Waktu (jam)
7 Hema Paket 1
8 Urin Lengkap 1
9 Feses Lengkap 1
10 BSN / 2 Jam PP 2
11 Profil lipid 2

Penyerahan hasil pemeriksaan yang dirujuk

JENIS JADWAL
NO RUJUKAN BAHAN HASIL
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN

1 AFP Laboratorium Senin s/d Rabu Berupa 3 hari


Klinik Prima sampel
Medika darah tanpa
antikougulan

b. Untuk Pemeriksaan Cek Up Lengkap pagi pangambilan sampel


pelaporan hasil dilakukan jam 13.00 WIB
c. Penanganan nilai kritis
Penetapan dan penanganan niali kritis hasil pemeriksaan laboratorium
di Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita"
Bojonegoro berdasarkan kesepakatan dokter yang bekerja di Rumah
Sakit Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro bersama
dengan referensi dari Wallach J. Interpretation of Diagnostics Ed .7
Pengertian:
Nilai kritis adalah hasil laboratorium di luar rentang nilai normal yang
terkait dengan kondisi klinis pasien, sehingga nilai kritis laboratorium
harus segera diketahui oleh dokter yang merawat, dilaporkan maksimal
1 jam.
Prosedur pelaporan:
- Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai permintaan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 38


- Jika mendapatkan nilai kritis lakukan pengecekan sampel apakah
sesuai dengan identitas pasien, kondisinya sampel, hasil quality
control selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang.
- Jika hasil tetap berupa nilai kritis, maka segera dilaporkan ke
dokter penanggung jawab laboratorium.
- Hasil analisa nilai kritis dari dokter penanggung jawab
laboratorium dilaporkan oleh analis laboratorium ke dokter yang
meminta.
- Jika dokter yang meminta tidak ada di ruangan, maka laporan nilai
kritis disampaikan ke perawat ruangan.
- Petugas laboratorium menyampaikan hasil nilai kritis tersebut ke
dokter/perawat ruangan berupa jenis parameter dan nilainya.
- Petugas laboratorium meminta perawat ruangan mengulanginya
dan mencatatnya di dokumen rekam medis form Catatan
Perkembangan Pasien Terintegerasi.
- Petugas laboratorium menulis hasil nilai kritis di form nilai kritis,
disertai identitas pelapor dan penerima laporan, tanggal dan jam
lapor.
- Cetak hasil di formulir laboratorium.
- Serahkan hasil laboratorium tersebut ke ruangan yang meminta.
- Sebagai bukti pelaporan, minta tanda tangan penerima laporan
pada form nilai kritis.
d. Laporan kegiatan rutin harian :
- Penyerahan hasil pemeriksaan baik kepada pasien maupun perawat
yang bertugas.
- Pelaporan hasil kontrol serum sebagai data Pemantapan Mutu
Internal
- Semua hasil pemeriksaan di pindah/dimasukkan kedalam buku
register hasil harian/ komputer sebagai dokumen.
e. Laporan Bulanan :
- Laporan pengeluaran berdasarkan parameter pemeriksaan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 39


- Laporan pengawasan perhitungan beserta grafik Pemantapan
Mutu Internal
- Laporan stok pemakaian BHP ( bahan habis pakai )
- Laporan jumlah kunjungan pasien
f. Laporan Tahunan :
- Laporan perencanaan ( RAPB )
- Laporan jumlah kunjungan pasien selama 1 tahun
g. Laporan Khusus :
- Laporan ini dilakukan apabila terjadi kejadian luar biasa ( KLB )
misalnya HIV, dll.

H. DOKUMEN ( ARSIP )
1. Dokumen tersebut terdiri dari :
- Semua arsip laporan baik laporan harian, bulanan, maupun tahunan
- Surat permintaan / blanko permintaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan
2. Prosedur penyimpanan dokumen :
- Semua dokumen yang disimpan dalam bentuk asli
- Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun ( sesuai dengan kebijakan
direktur tentang penyimpanan arsip )
- Berkas anak-anak disimpan hingga batas usia tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku.
3. Pemusnahan Dokumen :
Informasi dilakukan sebelum dilakukan pemusnahan dokumen,dan pada
pelaksanaan pemusnahan akan dilakukan adanya berita acara yang berisi :
- Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
- Penanggung jawab / otorisasi pemusanahan dokumen

Daftar Nilai Kritis di Rumah Sakit Muslimat NU “Muna Anggita”:


Hematologi :
a. Hb < 7 g/dl atau > 20 g/dl

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 40


b. Lekosit < 2000/mm³ atau > 15.000/mm³
c. Trombosit < 100.000/mm³ atau > 1.000.000 /mm³
d. Hct < 20 % atau > 45%

Kimia Klinik :
a. Glukosa < 60 mg/dl atau > 300 mg/dl
b. Kreatinin > 2,0 mg/dl ( kecuali pasien dialisis )
c. SGOT – SGPT ≥ 150 mg/dl

Elektrolit dan Analisa Gas Darah :


a. pH < 7,20 atau > 7,60
b. pCO2 < 20 mmHg atau > 77 mmHg
c. pO2 < 40 mmHg
d. HCO3 / bicarbonat <10 mEq/L atau > 40 mEq/L
e. Natrium < 130 mEq/L atau > 150 mEq/L
f. Kalium < 3 mEq/L atau > 5 mEq/L
g. Serologi Hepatitis B anti HIV, HCV, HAV hasil positif harus
dilaporkan semua

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 41


BAB V
LOGISTIK

A. PENGERTIAN
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran
dan pemeliharaan serta penghapusan material-material/alat-alat.

B. ALUR PERMINTAAN LOGISTIK RUMAH TANGGA/LOGISTIK


FARMASI
1. Petugas membuat perencanaan permintaan barang ke logistik farmasi
2. Petugas mencatat permintaan barang di buku permintaan yang sudah
disiapkan oleh petugas logistik farmasi dan ditanda tangani oleh petugas
ruangan dan petugas logistik farmasi.
3. Petugas logistik mengambilkan barang yang ada sesuai dengan permintaan.
4. Petugas logistik mengecek barang-barang sesuai dengan permintaan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 42


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem ini meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko psien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kenmampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda- metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkat keselamatan pasien

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 43


7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir
Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commision )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( ommision ), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
- Karena “ keberuntungan “
- Karena “ pencegahan “
- Karena “ peringanan “
Kesalahan Medis
Medical Errors :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius,biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima. Seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah,
kesalahan penulisan hasil laboratorium.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 44


D. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN LABORATORIUM
1. Identifikasi pasien secara benar
2. Melaksanakan prosedur kerja dengan benar sesuai SPO yang sudah
ditetapkan
3. Ketelitian serta kosentrasi saat melakukan pemeriksaan laboratorium
4. Ketelitian dalam pelaporan serta pencatatan hasil laboratorium
5. Koreksi hasil sebelum diberikan baik pada dokter, perawat maupun pasien.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 45


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Keselamatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang
berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada
sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan
tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/ mesin/
instrumen, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut
maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan kerja,
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi.Setiap pekerjaan pasti ada risikonya. Tingkat risiko tersebut ada yang
kecil, ada juga yang besar.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan usaha atau tindakan
pencegahan agar di dalam kegiatan di laboratorium terhindar dari kecelakaan
sekecil apapun. Sehubungan dengan kemungkinan timbul bahaya-bahaya di
dalam kegiatan laboratorium, petugas laboratorium perlu mengetahui bahaya
yang ditimbulkan oleh benda- benda atau barang-barang yang ada di
laboratorium.Di samping itu juga perlu tahu usaha-usaha apa yang dapat
dilakukan , untuk mencegah timbulnya bahaya akibat kerja di laboratorium.

B. DASAR HUKUM
1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2)
2. UU NO. 1 TH 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3. UU NO. 23 TH 1992 Tentang Kesehatan, Bahwa setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja.
Dalam laboratorium pada tahap awal kita harus mengetahui :
1. Kegiatan yang akan dilakukan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 46


2. Bahan-bahan kimia yang tersedia
3. Fasilitas peralatan proses yang tersedia
4. Peralatan K3 yang tersedia
 Untuk melakukan kegiatan di dalam laboratorium diperlukan aturan
tersendiri dalam melakukan Keselamatan kerja di Laboratorium :
 Perhatian untuk keselamatan perlu dimulai bahkan sebelum melakukan
aktivitas yang pertama. Selalu membaca dan memikirkan masing-
masing tugas laboratorium sebelum dimulai
 Mengetahui letak penempatan dan penggunaan dari semua peralatan
keselamatan di dalam laboratorium ini meliputi keselamatan shower,
pencuci mata, kotam PPPK, pemadam api dan selimut (blanket) dan
lihat suatu tata ruang yang menyangkut dan mempertunjukkan
penempatan dari peralatan keselamatan.
 Pemakaian jas laboratorium dan kacamata pelindung memakai sepatu
lebih baik dibandingkan dengan sandal.
 Meja selalu dibersihkandari semua material sebelum dan sesudah di
mulai pekerjaan
 Periksa label bahan kimia dua kali untuk meyakinkan mempunyai unsur
yang benar. Beberapa bahan kimia rumusan dan nama berbeda dengan
hanya suatu nama dan nomor. Memperhatikan dan menghiraukan
penggolongan resiko yang ada
 Hindari pergerakan dan pembicaraan yang tak perlu di dalam
laboratorium
 Tidak boleh mmbawa makanan atau minuman ke dalam laboratorium.
Jika di perintahkan untuk membaui sesuatu, lakukan dengan
penghembusan sebagian dari uap air ke arah hidung. Tidak
menempatkan hidung dekat pembukaan kontainer/kemasan.
 Apapun kecelakaan dalam laboratorium, bagaimanapun kecilnya, harus
dilaporkan dengan seketika kepada Komite K3RS.
 Jika terjadi kondisi yang terkait dengan kebakaran, bencana, ancaman,
paparan/tumpahan B3, kondisi pasien tidak sadar dilakukan sesuai
dengan kode-kode yang ditetapkan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 47


 Jika membuang bahan kimia setelah digunakan harus mengikuti
perintah dan harus secara hati-hati.
 Semua peralatan dikembalikan (peralatan kimia, bahan kimia, celemek)
kepada penempatan awal.
 Sebelum minggalkan laboratorium, pastikan bahwa kran air dan gas
sudah tutup

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 48


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI)


Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara
terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan meliputi aktivitas : pra-analitik, analitik, dan pasca analitik. Tujuan
pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal (PMI) mengendalikan hasil
pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui adanya
penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diambil tindakan perbaikan
segera.

Manfaat pelaksanaan pemantapan mutu internal :


a. Mutu presisi maupun akurasi hasil pemeriksaan laboratorium akan
meningkat
b. Kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pasien yang di tangani dokter.
c. Pimpinan akan mudah melakukan pengawasan terhadap hasil
laboratorium
d. Tingkat kepercayaan tinggi terhadap hasil laboratorium
I. Tahap Pra Analitik
1. Persiapan pengambilan sampel/ spesimen
Pengambilan sampel hendaknya memenuhi persyaratan seperti:
a. Bahan diambil sebelum pasien minum obat
b. Pengambilan sampel dilakukan dengan alat yang steril secara
aseptis
c. Bahan pemeriksaan diambil pada saat dan tempat yang tepat yang
dipilih dengan mempertimbangkan kemungkinan terbesar
terkontaminasi dengan kumanpenyebab penyakit

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 49


d. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium diisi dengan
lengkap
e. Wadah sampel harus diberi label identitas yang jelas dan sesuai
2. Pengambilan sampel
Dalam petunjuk khusus akan dirinci menurut jenis bahan pemeriksaan.
Hal hal yang perlu diperhatikan :
a. Cara pengambilan
b. Volume bahan yang dibutuhkan
c. Waktu pengambilan
d. Tempat pengambilan
e. Wadah yang sesuai
f. Peralatan yang sesuai
3. Pemberian Identitas
Pemberian identitas adalah hal yang sangat penting, Identitas terdapat
pada surat permintaan laboratorium, pada wadah yang akan dibutuhkan,
pada hasil pemeriksaan. Identitas pasien memuat antara lain:
a. Nama pasien
b. Nomor rekam medis
c. Nomor laboratorium
d. Umur / Tanggal lahir
e. Alamat
f. Diagnosa
g. Tanggal pemeriksaan
4. Penyimpanan Sampel
Menghindari kontaminasi :
a. Sampel harus selalu disimpan dalam botol/ tabung rapat
b. Menghindari sinar matahari secara langsung
c. Stabilitas sampel
II. Tahap Analitik
1. Pengolahan sampel
a. Sampel darah, urine, faeces harus seger sampai di laboratorium

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 50


b. Sampel untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi harus
di sentrifuge terlebih dahulu
c. Bahan yang lain sesuai dengan permintaan pemeriksaan
d. Menggunakan pipet yang bersih dan tidak rusak
e. Memastikan sampel, reagensia seru, control berada pada suhu
pemeriksaan
2. Uji ketelitian dan ketepatan
Uji ketelitian ini dengan menggunakan serum kontrol yang telah
diketahui nilainya (Quality control). Pemeriksaan quality control
dilakukan tiap hari oleh petugas laboratorium.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan ketelitian dari
reagensia.
a. Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan yang
berlaku untuk tiap jenis reagen antara lain:
- Tutuplah botol waktu penyimpanan
- Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
- Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna
gelap
- Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang tidak
berdakatan satu sama lainnya.
- Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan dibagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya
b. Pencampuran reagen
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang lain
atau pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan. Reagen yang
belum dilarutkan sifatnya lebih stabil
c. Cara pemakaian reagen
Umumnya setiap reagen komersial dilengkai atau petunjuk cara
pemakaian yang dibuat oleh produsen. Cara pemakaian ini biasanya
berbeda dari satu produsen dengan produsen lain dan tidak boleh
diubah atau dimodifikasi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 51


Penilaian hasil pemeriksaan bahan kontrol sehati-hari memakai
grafik Levey –Jeannings dengan aturan westgard (westgard multirules
quality kontrol). Apabila hasil pemeriksaan terletak didalam batas
perhitungan (mean ± 2SD), maka hasil pemeriksaan bahan kontrol
dinyatakan terkontrol baik sehingga pemeriksaan spesimen pada hari
pemeriksaan tersebut dianggap dapat diterima hasilnya.
1. Aturan 1
Merupakan aturan PERINGATAN. Aturan ini menyatakan bahwa
apabila satu nilai kontrol berada diluar batas 2 SD, tetapi masih di dalam
batas 3 SD, kita perlu waspada. Ini merupakan peringatan dan mungkin
adanya masalah pada instrumen atau malfungsi metode. Yang harus
dilakukan adalah melihat performan hasil kontrol lainnya yaitu:
a. Hasil kontrol yang sebelumnya dalam level yang sama (accros rum).
Jika hasil kontrol sebelumnya dalam level yang sama berada dalam
batas 2SD maka kita dapat menggunkan instrumen untuk pelayanan
pasien. Jika kontrol hari/run sebelumnya berada diluar batas 2SD
yang sama, maka kita harus menyelesaikan masalah tersebut
sebelum menggunakannya untuk pelayanan paien.
b. Hasil kontrol level lainnya pada saat dikerjakan hasil berbarengan
(within run). Jika kontrol level yang lain berada dalam batas 2SD,
maka kita dapat menggunakan instrumen untuk pelayanan pasien.
Jika kontrol level yang lain berada diluar batas 2SD yang sama
(sama-sama 2SD atau sama-sama -2SD) maka kita harus
menyelesaikan masalah tersebut sebelum menggunakannya.
c. Terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan bahan kontrol sehingga
perlu diteliti lagi prosedur pemeriksaannya tetapi tetap belum perlu
dilakukan pemeriksaan ulang. Kita tidak menggunakan aturan 1-2S
sendirian untuk menolak suatu run. Kita harus
mengkombinasikannya dengan aturan lain misalnya 2-2S.
1. Aturan 1-3S
Merupakan PENOLAKAN yaitu 1 (satu) hasil kontrol keluar dari
batasan baik 3 SD (diatas) atau -3SD (dibawah). 1-3S merupakan ciri

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 52


kesalahan random dan merupakan awal dari kesalahan sistematik yang
besar. Satu saja nilai kontrol berada di luar batas 3SD kita harus
mengevaluasi instrument kita akan adanya kesalahan acak. Instrumen
tidak boleh digunakan untuk pelayanan sampai masalah yang
mendasari teratasi. Aturan ini dapat diberikan untuk menolak run,
walaupun kita hanya menggunakan 1 level kontrol saja.
2. Aturan 22S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematik
yaitu: 2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama keluar
disisi yang sama baik 2SD diatas atau -2SD di bawah (accros run) 2
(dua) hasil kontrol dari level kontrol yang berada keluar disisi yang
sama baik 2 SD diatas atau -2SD dibawah (within run). Bila hal ini
terjadi berturut turut pada bahan kontrol dengan level yang sama
kemungkinan permasalahan ada pada bahan kontrol yang
dipergunakan.
3. Aturan R4S
Merupakan PENOLAKAN, aturan ini hanya dapat digunakan apabila
kita menggunakan dua level kontrol. Menggambarkan kesalahan
random yaitu : 2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang
sama (accros run) atau berbeda (within run) keluar dari 2 SD di sisi
yang berseberangan sehingga perbedaan nilainya menjadi 4 SD. Jika 3
level yang dikerjakan dan 2 hasil diantaranya berbeda 4 SD. Bila
titemukan keadaan ini, intrumen tidak boleh digunakan untuk
pelayanan sebelum masalah teratasi.
4. Aturan 41S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematis
yaitu : 4 (empat) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama
(accros run) atau berbeda (within run) berada pada sisi yang sama di
atas nilai 1SD atau dibawah -1SD. Aturan ini dapat digunakan pada 1
level kontrol saja maupun pada lebih dari 1 level kontrol saja. Kita dapat
tetap menggunakan instrument untuk pelayanan namun sebaiknya kita

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 53


melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan kalibrasi
kit/instrumen
5. Aturan 10 (X)
Jika hasil pemeriksaan bahan kontrol didapatkan IN KONTROL.
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada level
yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di satu sisi
yang sama terhadap rerata, kita perlu melakukan maintenance terhadap
istrumen atau melakukan kalibrasi kit/instrumen. Aturan ini mendeteksi
adanya kesalahan sistematik. Bukan PENOLAKAN namun
mengidentifikasikan harus memelihara kinerja alat dengan meintenance
atau kalibrasi instrumen (PERINGATAN). Aturan ini dapat
dimodifikasi menjadi aturan 8x, atau aturan 12x. Modifikasi ini dapat
dipertimbangkan sesuai kondisi yang dihadapi di laboratorium kita.
Bila ini adalah aturan-aturan dari Westgard Multirules apabila
menggunakan tiga level kontrol
a. Aturan (2 dari 3)2S
Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang sama, kita
menyatakan bahwa kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya
sebelum instrumen dapat kita gunakn untuk pelayanan pasien.
b. Aturan 31S
Apabila 3 kontrol berturut-turut melewati batas 1SD yang sama, kita
menyatakan kontrol tidak masuk. Kita perlu membenahinya sebelum
instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan pasien.
c. Aturan 6x
Apabila 6 kali kontrol berturut-turut selalu berada pada sisi yang
sama terhadap rerata, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita
perlu membenahinya sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk
pelayanan pasien. Aturan ini pun dapat kita modifikasi menjadi
aturan 9x sehingga dibutuhkan lebih banyak kontrol sebelum kita
menolak suatu run.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 54


d. Aturan 7T
Apabila 7 kontrol berturut-turut memiliki trand untuk menjauhi
rerata ke arah yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk. Kita
perlu membenahinya sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk
pelayanan pasien.
Tindakan harian
Kecenderungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada hari
yang bersangkutan menunjukan ada pola tertentu atau ada diluar batas
kontrol maka pengujian harus di ulang dan dilakukan investigasi.
3. Kalibrasi Peralatan
III. Tahap Pasca Analitik
Meliputi pencatatan, interpretasi dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Evaluasi:
2. Kesalahan pada hasil pemeriksaan
3. Perhatikan titik desimalnya
4. Perhatikan satuannya
5. Interpretasi hasil dan quality control
6. Pengiriman hasil pemeriksaan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat
dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan. Pemakaian
Laboratory Information System untuk pemeriksaan yang dilakukan pada alat
otomatis sangat dianjurkan karena dapat mengurangi kesalahan pelaporan
hasil karena kesalahan identifikasi sampel atau kesalahan dalam penyampaian
hasil pemeriksaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kesesuaian permintaan pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan.
b. Penulisan angka dan satuan yang digunakan
Umumnya hasil pemeriksaan berupa kalimat-kalimat singkat. Khusus
mengenai angka, pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal
angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun
terhadap nilai normal. Bila diperlukan suatu angka bulat, cukup dilaporkan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 55


dalam angka bulat, tanpa desimal dibelakang koma. Satuan yang digunakan
sebaiknya adalah suatu internasional.
Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai
yang dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan serta
kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis
kelamin. Satuan pelaporan juga harus sama antara hasil pemeriksaan dengan
hasil normal.
Penetapan dan evaluasi rentang nilai normal
No Jenis Pemeriksaan Nilai normal
1. Ureum 10 – 50 mg/dL
2. Creatinine ♂ 0,6 – 1,3 ♀0 ,9 – 1,1 mg/dL
3. BUN 10 – 20 mg/dL
4. Uric Acid ♂ 3,0 – 7,0 ♀ 2,5 – 6,0mg/dL
5. Gula Darah Sewaktu Sampai 140 mg/dL
6. Gula Darah Puasa (BSN) 75 – 115 mg/dl
7. Bilirubin Direct 0,1 – 0,25 mg/dl
8. Bilirubin Total 0,2 – 1,0 mg/dl
9. Bilirubin Indirect 0,36 – 0,96 mg/dl
10. SGOT ♂ ≤ 37 ♀ ≤ 31 U/L
11. SGPT ♂ ≤ 42 ♀ ≤ 32 U/L
12. Alkali phospatase ♂80 – 306 ♀64 – 306 U/I
13. Alkali phospatase Anak 0 – 400 U/I
14. Albumin 3,5 – 5,2 g/dl
15. Total Protein 6,2 – 8,4 g/dl
16. Globulin 2,55 – 3,32 g/dl
17. Gamma GT ♂10 – 49 ♀7 – 32 U/I
18. Natrium/Sodium 135,00 – 145,00 mEq/L
19. Kalium/Potassium 3,50 – 5,50 mEq/L
20. Chlorida 96,00 – 106,00 mEq/L
21. Bleeding Time (Duke) 1 – 4 menit
22. Clotting Time (Lee & White) 5 – 15 menit
23. APPT(KPTT) 11 -16 detik
(± 2 detik dibandingkan dengan kontrol)
24. PPT 25 – 38 detik
(± 7 detik dibandingkan dengan kontrol)
25. Hb ♂ 13,5 – 18 ♀ 12 – 16 gr/dL
26. Leukosit 4.000 – 10.000 /μL
27. Eritrosit ♂ 4,5 – 6,5 ♀ 3,9 – 5,6 x106/μL
28. BBS / LED I 0 – 15 mm/jam
29. II 0 – 20 mm/jam
30. Diff Count

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 56


No Jenis Pemeriksaan Nilai normal
31. Eosinofil 1–2%
32. Basofil 0–1%
33. Stab 3–5%
34. Segmen 54 – 62 %
35. Limfosit 25 – 33 %
36. Monosit 3–7%
37. HCT / PCV ♂40 – 54 ♀37 – 47 %
38. Trombosit 150.000 – 450.000 μL

Evaluasi
Jika hasil dibawah atau diatas batas nilai normal, maka akan dilakukan
pemeriksaan ulang.
Pencantuman keterangan yang penting,
Pencantuman keterangan yang penting misalnya bila pemeriksan
dilakukan dua kali, keadaan sampel seperti lisis, ikterik atau lipemik atau
kondisi lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil dan sebagainya.
Penyampaian hasil
Hasil yang boleh dikeluarkan oleh laboratorium adalah hasil yang telah
diverifikasi melalui release data dan divalidasi oleh Ka Instalasi dan
penanggung jawab laboratorium atau yang ditunjuk oleh penanggung jawab/
ka shift
Waktu pemeriksaan
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat untuk kepentingan diagnosis
penyakit dan pengobatan pasien, oleh karena itu hasil pemeriksaan perlu
disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan selesai
dilaksanakan. Petugas laboratorium harus memberitahukan segera kepada
dokter atau laboratorium petunjuk untuk hasil yang berada dalam nilai kritis
sesuai standar prosedur yang berlaku. Setiap pemberitahuan yang dilakukan
harus didokumentasikan. Untuk hasil yang dikirim sebagai suatu laporan
sementara, maka harus selalu disampaikan kepada peminta pemeriksaan.
Petugas laboratorium harus menghubungi dokter/perawat yang meminta
pemeriksaan apabila terjadi penundaan penyerahan hasil terutama jika
penundaan berdampak kepada perawatan pasien. Hasil dapat diberitahukan

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 57


melalui telepon atau sarana elektronik lain, diterima oleh yang berwenang dan
hasil lisan diikuti dengan hasil tertulis.
B. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselengggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium Rumah Sakit Muslimat
NU "Muna Anggita" Bojonegoro untuk memantau dan menilai penampilan
(performance) suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggara Pememantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh
pemerintah, swasta atau internasional. Dalam pelaksanaan PME ini tidak
boleh diperlakukan secara khusus, jadi pada waktu melaksanakan kegiatan ini
harus dilakukan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut
serta menggunakan peralatan/reagen/metode yang biasa dipakai sehingga
hasil pementapan mutu eksternal yang diperoleh benar benar dapat
mencerminkan penampilan/performance laboratorium Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara PME dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab
penyebabnya dan mengambil langkah langkah perbaikan.
Pemantapan Mutu Eksternal yang diikuti oleh laboratorium Rumah
Sakit Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro:
- Pemantapan Mutu Eksternal Hematologi
- Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik
- Pemantapan Mutu Eksternal Urinalisis

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 58


BAB IX
PENUTUP

Sebagai penunjang diagnostik diharapkan laboratorium melaksanakan visi


dan misinya yang sesuai dengan tujuan dari pada Rumah Sakit Rumah Sakit
Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro. Dalam melaksanakan praktek tugas
kerja sebagai tenaga laboratorium tak luput dari bimbingan serta pedoman-
pedoman kerja yang telah ditetapkan dan pelaksaanananya dilakukan sesuai
dengan SOP ( Standart Operational Procedur ) yang berlaku di laboratorium
Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro dan
dilakukan dengan sebenar –benarnya.
Buku pedoman ini hendaknya dapat membantu semua petugas laboratorium
Rumah Sakit Rumah Sakit Muslimat NU "Muna Anggita" Bojonegoro, agar bisa
memahami dan melaksanakan praktek laboratorium dengan benar yaitu dalam
kegiatan sehari-hari. Buku Pedoman pelayanan laboratorium ini masih memerlukan
penyempurnaan, oleh karena itu saran perbaikan sangat kami harapkan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 59


LAMPIRAN
ALUR PELAPORAN NILAI KRITIS

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Di Luar Rentang
Normal

Cek sampel :

Identitas, kondisi sampel, QC

Tidak SESUAI Ya

Laporan
disampaikan Lapor dr. SpPK
Evaluasi analis dan dicatat utk dianalisa
Ulang di Form Nilai
Kritis

Analis melaporkan ke Dokter


/Perawat ruangan

Perawat ruangan mengulangi Analis menyerahkan hasil dan


laporan tsb. dan mencatatnya di meminta dokter /Perawat
form Catatan Perkembangan Ruangan menandatangani
Pasien Terinteregrasi Form Nilai Kritis

Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit NU “Muna Anggita” 60

Anda mungkin juga menyukai