Anda di halaman 1dari 10

ERGONOMI DAN CARA KERJA ERGONOMIS UNTUK DOKTER GIGI

(Makalah ini dipresentasikan pada KPPIK PDGI, Maret 2013 di JCC Jakarta)

Dewi Sumaryani Soemarko * #


*Divisi Kedokteran Okupasi - Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI
# Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia

1. PENDAHULUAN
Setiap pekerja yang terpajan oleh bahaya potensial (potential hazard) mempunyai risiko untuk
mendapatkan gangguan kesehatannya. Hal ini terjadi karena pajanan yang sama tersebut mengenai
pekerja untuk waktu yang lama selama seharian bahkan sampai berpuluh puluh tahun
Risiko untuk mengalami gangguan kesehatan pada pekrja dapat dicegah atau diminimalisasi bila dapat
diidentifikasi kan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja selama pekerja itu bekerja dan kemudian
dilakukan pengendalian bahaya potensial tersebut.
Dokter gigi sebagai salah satu profesi yang melakukan pekerjaannya, mempunyai banyak bahaya
potensial di tempat kerjanya termasuk pada saat yang bersangkutan melakukan pekerjaannya. Hal ini
tentu saja bila didiamkan saja akan dapat menimbulkan gangguan pada dokter gigi tersebut[1].

2. BAHAYA POTENSIAL DOKTER GIGI


Dokter gigi dalam melakukan pekerjaannya mempunyai bahaya potensial yang cukup banyak, antara
lain bahaya potensial fisik seperti vibrasi dari alat bor gigi, gelombang elektro magnetik dari alat alat gigi
yang menggunakan listrik, sinar ultra violet dari alat saat proses menambal gigi, pencahayaan, bising
dari kompresor atau alat bor[1].
Bahaya potensial biologi virus, dan bakteri dari rongga mulut pasiennya dan juga hasil tindakan yag
dilakukan terhadap pasien gigi.Bahaya potensial kimia diadapat dari penggunaan bahan bahan kimia
saat melakukan proses/tindakan,seperti Mercury, Methyl methacrylate, cyanoacrylate, Glutaraldehyde,
ethylene oksida, N2O, Halothane, cairan pembersih dan bahan lateks sarung tangan[1].
Bahaya potensial ergonomi yang dialami dokter gigi adalah gerakan-gerakan repetitif, posisi bekerja
yang statis(dudukatau berdiri) dan posisipoisis gerakan yang janggal, seperti menggenggam (power
grip), pinch grip, pressing, esktensi tangan, fleksi tangan, rotating, posisi kepala menunduk,miring,
tengadah, posisi punggung bungkuk, miring, twisting, dan lain sebagainya[1]. Bahaya potensial
psikososial yang dialami dokter gigi antara lain hubungan dengan rekan kerja, stress target kerja.

3. MASALAH KESEHATAN KERJA PADA DOKTER GIGI

Berdasarkan penelitian dari Leggat, Kedjarune dan Smith pada tahun 2007[1] ditemukan dokter gigi di
negara Belgia dan Australia mengalami Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)sebesar 54% dan 64%.
Sementara itu kasus terbesar kedua di Belgia adalah gangguan mata(52%) , di Australia sakit kepala
(58%). Kasus dermatoses pada dokter gigi banyak terdapat di Norwegia (40%) dan Australia (22%).
1
Tabel 1. Penyakit pada Dokter Gigi di Norwegia, Belgia dan Australia tahun 2007
PENYAKIT NORWEGIA BELGIA AUSTRALIA

Infeksi 9%

LBP 3% 54% 64%

Dermatoses 40% 22%

Gangg Mata 13% 52%

Gangg Pendengaran 20%

Allergi 23% 9%

Gangg Sensitivitas 6%

Sakit Kepala 58%

Sumber: Leggat, Kedjarune dan Smith (2007)

Selain itu leggat,dkk. menemukan bahwa kasus Nyeri Punggung bawah merupakan kasus terbanyak
yang ditemui pada dokter gigi di Australia dan Arab Saudi, sementara kasus nyeri bahu terbanyak
ditemukan di negara Denmark. Kanada dan Amerika Serikat menemukan kasus muskuloskeletal
terbanyak adalah sindroma terowongan karpal pada dokter gigi.[1]
Bila dilihat dari tabel 2, terlihat lima puluh persen atau lebih penyakit yang diderita oleh repsonden
dokter gigi di negara Denmark, Israel, Australia, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Kanada adalah Nyeri
Punggung Bawah.

Tabel 2. Kasus penyakit muskuloskeletal di berbagai negara

LOKASI STUDI NYERI NYERI BAHU/LEHER SINDROMA


PUNGGUNG TEROWONGAN
BAWAH KARPAL

Denmark 50% 65%

Israel 55% 38%

Australia 54 - 64% 33%

Arab Saudi 74% 65%

Amerika Serikat 53% 76%

Kanada 56,8% 68,5% 69,5%

Sumber: Leggat, Kedjarune dan Smith (2007)

2
3.1. GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

International Labour Organization(ILO) tahun 2008 memperkirakan 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Sejalan dengan itu Jamsostek,Indonesia pada tahun 2010
mencatat 98.711 kasus yang harus dibayarkan, dengan perincian 2.191 tenaga kerja meninggal dunia,
tenaga kerja yang Cacat permanen 6.667 orang. Dan jumlah yang dibayarkan oleh Jamsostek pda tahun
tersebut lebih dari Rp 401 miliar.[2]

4. ERGONOMI

ERGOS, berasal dari bahasa Yunani, artinya kerja, sedangkan NOMOS yang juga berasal dari bahasa
Yunani artinya hokum atau ukuran[3,4].
Kepentingan dengan ilmu Ergonomi sudah dikenal sejak abad 19,pada saat itu dilakukan pembatasan
waktu kerja pekerja yang bekerja di tambang/ pabrik.
Hal tersebut merupakan awal berkembangnya Ergonomi di dunia dalam bidang industri, sehingga
ergonomi sering disebut sebagai Human Factor

4.1.D E F I N I S I

Clark & Corlett mengatakan bahwa Ergonomi adalah Ilmu yang mempelajari kemampuan dan
karakteristik manusia yang mempengaruhi rancangan peralatan, sistem kerja dan pekerjaan yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, K3 dan kesejahteraan pekerja [3,4]
Sementara Wickens mendefinisikan ergonomi adalah ilmu mempelajari faktor-faktor manusia untuk
merancang mesin yang dapat mengakomodasi keterbatasan manusia[3,4]
InternationalLabor Organization (ILO) mengatakan bahwa Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari atau
mengukur pekerjaan.[3,4]
Ergonomi adalah ilmu yang multidisiplin, yaitu perpaduan anatara ilmu kesehatan dan ilmu teknik.
Dalam ilmu kesehatan dipelajari antara lain anatomi tubuh manusia, biologi, fisiologi, antroplogi
kesehatan dan psikologi. Sementara dalam ilmu teknik antara lain dipelajari ilmu teknik mesin, industri,
disain dan mekanika. Disiplin ilmu kesehatan/kedokteran memberikan batasan dan penjelasan tentang
kemampuan dan keterbatasan manusia. Dan disiplin ilmu teknik merancang tugas/pekerjaan, tempat
kerja dan sstem kerja. [3,4]

4.2. DASAR PEMIKIRAN & PERMASALAHAN DALAM ERGONOMI


Manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan fisik, beban kerja
fisik & psikologis. Keterbatasan itu terjadi karena ukuran tubuh manusia bervariasi,dan adanya
perbedaan ukuran menurut gender, kelompok usia, ras dan lainnya.
Tanpa penerapan konsep-konsep ergonomi di tempat kerja, ternyata akan meningkatkan risiko
terjadinya kecelakaan- dan penyakit akibat kerja pada pekerja.

3
4.3. IMPLEMENTASI ERGONOMI

Implementasi ergonomi dapat diterapkan pada Lingkungan kerja, yaitu dengan membuat tempat kerja
(workstation) sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pekerja. Selain itu
dengan membuat atau menggunakan alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pekerja itu, serta
sesuai dengan gerakan gerakan yang dilakukannya dan memberikan rasa nyaman saat
menggunakannya. Implementasi lainnya dapat dilakukan pada produk, hasil dari suatu proses, dimana
porduk tersebut ergonomis untuk yang menggunakannya. Impelentasi ergonomi dapat juga digunakan
di lingkungan rumah, dimana interior dalam rumahdapat dibuat ergonomis, dan menggunakan alat
ataupun perabot rumah yang ergonomis sehinggamembuat rasa nyaman dari penghuni rumah.

4.4.FAKTOR RISIKO ERGONOMI


Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko ergonomi [3,4] antara lain:
1. Gerakan Repetitif
2. Penggunaan Kekuatan
3. Stres Mekanik
4. Sikap tubuh statis
5. Awkward position
5. Vibrasi
6. Suhu ekstrem (Dingin atau panas)
7. Stres

4.5. SIKAP TUBUH YANG BAIK


Dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas , perlu diperhatikan sikap tubuh yang baik[3,4], yaitu:
1. Tidak membungkuk
2. Tidak jongkok
3. Tidak memutar tubuh
4. Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku
5. Tidak meraih obyek/alat kerja melebihi tinggi bahu
6. Letak obyek pada lapang pandang (30 derajat dari masing-masing mata – 60 derajat)

4.6. TUJUAN ANTHROPOMETRI DALAM ERGONOMI

Penggunaan data antropometri sangat esensial dalam Ergonomi untuk memperbaiki interaksi Manusia
dengan Mesin dengan tujuan mendapatkan komunitas pekerja yang lebih sehat, aman dan lebih efisien.

APLIKASI ANTROPOMETRI

Secara teoritis, semua peralatan harus di disain untuk mengakomodasi semua individu ,dari yang paling
kecil sampai yang paling besar, namun tidak mungkin mengakomodasi untuk semua orang.
Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendisain peralatan/tempat kerja untuk persentil tertentu

4
dari populasi. (1%, 5%, 90% atau 95%). Ini diperlukan karena proses otomatisasi di tempat kerja tetap
harus memperhitungkan ukuran-ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja [3,4]

Jenis pengukuran yang sering digunakan adalah ukuran statis yang terdiri dari ukuran panjang, lebar dan
tebal [3,4].

Ukuran panjang ukuran lebar ukuran tebal

Selain itu ada ukuran dinamis yang terdiri dari ukuran kekuatan (strenght) dan range of motion.

4.7. PENGGUNAAN DATA ANTROPOMETRI

Data pengukuran tubuh manusia digunakan untuk melihat seberapa besar ruang gerak manusia
diperlukan, ukuran jangkauan extremitas dan seberapa tinggi tempat kerja atau posisi dn kekuatan dari
ekstremitas manusia saat bekerja.

Clearance Reach

Posture Strength

5
PENGARUH KETIDAK SERASIAN TEMPAT KERJA DENGAN UKURAN ANTROPOMETRI

Pengaruh dari tidak serasinya anatara tempat kerja dengan ukuran tubuh pekerja akan berpengaruh
terhadap kesehatan pekerja itu sendiri, yang sering terjadi adalah gangguan kesehatan, teumatama
gangguan muskuloskeletal. Selain itu akan meningkatkan risiko terjadinya kecelekaan kerja, yang lama
kelamaan akan menurunkan produktivitas pekerja

5. DESAIN TEMPAT KERJA


Ketidak serasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan mempengaruhi sikap tubuh
saat berkerja . Hal ini dapat menyebabkan berbagai gangguan muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai
cedera otot & memperbesar risiko untuk terjadi kecelakaan

5.1.PRINSIP LAY-OUT TEMPAT KERJA

Secara garis besar, prinsip melaukan disain suatu tempat kerja harus memperhatikan [5,6,7]:

1. Prinsip kepentingan: yang paling penting umumnya diletakkan dekat dengan pekerja

2. Prinsip pemakaian tersering: yang paling sering digunakan juga harus diletakkan dekat dengan
pekerja

3. Pinsip fungsional: diatur sedemikian rupa sehingga fungsi dari pengaturan tempat sesuai dengan
peruntukannya dan tidak membuat sulit saat bekerja

4. Prinsip urutan: mengatur alat kerja , sarana dan prasarana harus sesuai dengan urutan yang
akan digunakan sehingga akan mempermudah saat bekerja dan menyingkat waktu yang
diperlukan

KRITERIA KEBERHASILAN SUATU RANCANGAN TEMPAT KERJA

Keberhasilan suatu rancangan tempat kerja sangat dipengaruhi oleh nyaman atau tidaknya pekerja saat
melakukan pekerjaannya, apakah kinerja pekerja meningkat atau tidak,apakah pekerja sehata atau tidak
dan yang terakhir apakah pekerja menunjukkan ada peningkatan produktivitas kerjanya.

6. DESAIN TEMPAT KERJA DOKTER GIGI

6.1. KARAKTERISTIK PEKERJAAN DOKTER GIGI


Pekerjaan dokter gigi mempunyai karaketristik pekerjaan tertentu, dimana dibutuhkan kerja yang
presisi, dengan bekerja di area terbatas dan sempit, serta membutuhkan waku lama dan kadang kadang
obyek kerjanya agak gelap (rongga mulut) dan memerlukanperalatan khusus dan tertentu[5,6,7].

6
Gambar karakteristik dokter gigi melaukan aktivitasnya

6.2. KOMPONEN TEMPAT KERJA


Komponen tempat kerja dokter gigi terdiri dari kursi dokter, kursi pasien, meja alat,
lampu/penerangandan alat[5,6,7]

SIKAP KERJA ERGONOMIS Dokter GIGI


Dokter gigi dalam berpraktik sebaiknya selalu memperhatikan postur tubuhnya atau posisi tubuhnya
agar selalu ergonomis dan juga sebaiknya tidak melakukan posisi tubuh yang statis terlalu lama seperti
duduk, berdiri atau memeriksa pasien. Usahakan untuk sellau seimbang dalam melakukan hal hal
tersebut[5,6,7].

Sesuaikan tinggi kursi dokter dengan kursi pasien sesuai dengan kenyamanan duduk. Dan bekerja
dengan mendekatkan kursi pasien dengan tubuh.

KURSI DOKTER

Karakteristik dari kursi dokter gigi adalah berkaki 5, tinggi yang daoat disesuaikan, sandaran punggung
sesuai lekuk tubuh, sandaran tangan dapat diatur. Dokter gigi selalu menggunakan kursi yang dapat
diatur dan ada penyangga dibagian lumbal, torakal dan tangan [5,6,7]
7
Gambar kursi dokter gigi

KURSI PASIEN
Kursi pasien merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Ini berguna agar pasien merasa nyaman
saat dilakukan pemeriksaan. Sandaran tempat duduk pasien sebaiknya dapat diatur, yaitu sandaran
dapat tegak atau terlentang. Ini disesuaikan dengan kebutuhan.
Tungkai kaki pasien hendaknya lurus, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan rileks. Ketinggian kursi
pasien dapat diatur oleh dokter gigi dengan menggunakan kaki. Diusahakan meminimalkan penggunaan
kaki dengan lebih membuat nyaman pasien pada posisi horisontal [5,6,7]

TEMPAT ALAT
Tempat alat-alat praktik gigi haruslah mudah dipindahkan, stabil dan dapat diatur tinggi rendahnya. Ini
semua diperhatikan untuk kenyamanan pemakainya. Selain itu tempat alat juga hendaknya ergonomis
penataannya (Lay-Out Ergonomis) , artinya harus dalam area jangkauan pemakai, dalam hal ini dokter
gigi. Perhatikan juga agar penggunaan jari jari yang berlebihan dihindari pada saat melakukan praktik
kedokteran gigi.[5,6,7]

PENEMPATAN LAMPU BEKERJA


Penempatan lampu bekerja saat dokter gigi melakukan aktivitasnya sangat penting. Jadi perlu
diperhatikan posis dan letak dari lampu tersebut, diusahakan agar cahaya lampu mengenai obyek yang
dijadikan area kerja. Cahaya jangan mengenai tubuh atau terhalang oleh bagian tubuh.
Suhu ruangan tempat praktik dokter gigi harus nyaman dan tidak boleh terasa panas, karena akan
mengganggu aktivitas dokter gigi saat bekerja. Suhu yang diakibatkan oleh lampu penernangan perlu
diperhatikan, sehingga perlu memilih lampu yang tidak menimbulkan panas tinggi saat dipergunakan.
Lampu penerangan untuk bekerja harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat dipindah
pindahkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagambar di bawah ini[5,6,7].

8
Gambar.....penempatan lampu yang optimal di atas kepala pemeriksa (sumber UBC, 2008)

7. EXERCISE UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL

Exercise ini dilakukan untuk mencegah atau mengurangi keluhan muskuloskeletal akibat pajanan
ergonomi di tempat kerja[8]. Lakukan exercise sesuai dengan gambar no 1 sampai 12.

Gambar Latihan untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal [8]


9
Untuk peregangan tangan dan telapak tangan dapat mengikuti latihan seperti gambar dibawah ini [8].

KESIMPULAN
Setiap fasilitas pelayanan dokter gigi dapat ditingkatkan tempat kerjanya agar lebih ergonomis dan
Dokter gigi perlu memperhatikan gejala-gejala dini gangguan kesehatan agar dapat dilakukan
pencegahan dan deteksi secara dini serta mencegah terjadinya masalah kesehatan jangka panjang.
Cara kerja ergonomis dalam bekerja perlu ditingkatkan secara berkesinambungan dan secara proaktif
oleh setiap dokter gigi agar tetap sehatn dan produkstif.

REFERENSI
1. Leggat, Kedjarune, Smith, Occupational Health Problems in Dentistry, 2007
2. Jamsostek. Data kecelakaan kerja tahun 2008.
3. Sarkar PA, Shigli A. Ergonomics in General Dental Practice. Department of Pedodontist and
Preventive Dentistry. Modern Dental College and Research Ceter, Indore. People’s Journal of
Scientific Research. Vol 5(1). Jan 2012.
4. Kroemer, K.H.E & Grandjean, E., Fitting the Task to the Human, 5th edition, 2004
5. Council on Dental Practic,, An introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and
Interventions, American Dental Association ,2004
6. Occupational Health Clinics for Ontario Workers, Ergonomics and Dental Work, Ontario, 2007
7. Colin Graham, Ergonomics in Dentistry, 01 April 2002
8. Canadian Center for Occupational Health and Safety. Office Stretching. Diunduh dari:
http\\wwwccohs.ca/ohsanswer/ergonomics/office/stretching.html

10

Anda mungkin juga menyukai