MAKALAH
Oleh:
Ayu Milatul (170711636)
Danvhi Ayusandra Sekartadji (170711636)
Dyan Nurvita Martvianti (170711636)
Ika Yunita Damayanti (170711636082)
Meylani Catur Ambarwati (170711636)
Nanda Nandyana (170711636)
Nizar Khabibulloh (170711636)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah :
1. Bagaimanakah latar belakang George Simmel ?
2. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya konflik menurut George Simmel ?
3. Bagaimanakah cara mengatasi konflik menurut George Simmel ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai :
1. Untuk mengetahui latar belakang George Simmel.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya konflik menurut George Simmel.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi konflik menurut George Simmel.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang George Simmel
Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola
seperti halnya jaring laba-laba. Dan ini merupakan tugas dari sosiolog untuk meneliti
bentuk interaksi sedemikian itu bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam
kehidupan sejarah dan seiring budaya yang berbeda. Sosiologi adalah “master
science” dimana orang dapat menemukan hokum-hukum yang mengatur semua
perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme
sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri
dari jaringan yang banyak liku-liku nya. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk
sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh interaksi. Struktur super-
individual yang lebih luas seperti halnya Negara, keluarga, klan, kota, atau
persekutuan dagang hanyalah merupakan kristalisasi interaksi.
Sekalipun Simmel memandang bahwa struktur kelembagaan yang lebih luas
juga merupakan lapangan yang sah bagi studi sosiologi dia lebih suka membatasi
karyanya pada penyelidikan tentang apa yang disebutnya interaksi diantara atom-atom
masyarakat. terutama dia membatasi perhatian utamanya pada pola-pola dasar dari
interaksi antara individu-individu yang berada di bawah kelompok sosial yang lebih
luas (sekarang dikenal dengan mikro sosiologi). Perhatian Simmel pun hanya
ditujukan pada interkasi.
Dengan kerangka sosiologi inilah mengapa Simmel disebut sebagai tokoh
sosiologi formal. Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel
antaralain: Dominasi (penguasaan), Subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi,
pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai dan banyak lagi
bentuk perhubungan sosial yang kesemuanya terdapat di dalam kesatuan-kesatuan
sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang, sekolah
dan lain-lain lagi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan haruslah dapat atau bertujuan
untuk melajkukan deskripsi, klasifikasi, analisa dan penyelidikan tentang bentuk-
bentuk hubungan sosial itu. Simmel memang selalu berusaha melakukan analisa,
klasifikasi, dan interpretasi dari bentuk-bentuk hubungan sosial seperti masalah
isolasi, kontak-kontak sosial, diferensiasi sosial, superordinasi, oposisi dan
sebagainya. Sehingga Simmel mengibaratkan masyarakat seperti jarring laba-laba.
Bagi simmel bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah
bersifat murni. Setiap fenomena sosial merupakan elemen formal yang bersifat ganda,
antara kerja sama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara intimasi
atau keakraban dan jarak sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan
yang teratur di dalam struktur yang kurang lebih bersifat birokratis.
Apa yang pada akhirnya sangat menarik perhatian dikemudian hari dari
sosiologi Simmel ini adalah uraianya yng begitu luas tentang konflik-konflik di
dalam kehidupan sosial. Menurut Simmel, perhubungan sosial selalu mencakup di
dalam dirinya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, inta dan kebencian.
Pendeknya Simmel melihat melihat bagaimana hubungan manusia selalu ditandai
oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu
masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antara individu dengan masyarakat.
Bagi Simmel konflik merupakan suatu yang esensial dari kehidupan sosial sebagai
komponen yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial.
Sebagian atau bahkan kebanyakan orang menganggap konflik merupakan sesuatu
yang negative sementara consensus merupakan sesuatu yang positif bagi kehidupan
masyarakat. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari konflik,
sebaliknya dalam bentuk bersama dari berbagai konflik menyilang antara bagian-
bagian dari komponen masyarakat. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan
ketrtiban sebenarnya bersifat korelatif. Kedua-duanya sama-sama mempertangguh
dan juga menghancurkan bagian-bagian dari adat-istiadat yang ada sebagai dialektika
abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu akan merupakan kesalahan
sosiologi apabila seseorang mencoba untuk memisahkan antara sesuatu yang teratur
atau tertib dengan yang tidak tertib, dengan masyarakat yang mencapai harmoni
dengan yang mengalami konflik, sebab keduanya merupakan realita yang berbeda,
melainkan hanya berbeda, melainkan hanya berbeda di dalam aspek formalnya belaka
dari suatu realita yang sama.
https://www.academia.edu/34939618/George_Simmel_Biografi_dan_Pandangannya. Diakses
pada 26 September 2019.
Dewi, Santi. 2018. HAFAL MAHIR MATERI SOSIOLOGI. Jakarta : PT. Gramedia