Anda di halaman 1dari 4

PERSYARATAN GURU

C. PERSYARATAN FISIK

Profesi guru sebagai pendidik formal di sekolah tidak dapat dipandang


ringan, karena menyangkut berbagai aspek kehidupan serta menuntut pertanggung
jawaban moral yang berat. Salah satu aspek yang perlu diperhitungkan untuk
menjadi seorang guru adalah persyaratan fisik atau persyaratan jasmani. Hal ini
dimaksudkan bahwa seorang calon guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki
cacat tubuh yang dapat mengganggu tugas mengajarnya. Dalam dunia pendidikan
selalu berhadapan dengan muridnya dan juga guru sebagai penentu keberhasilan
pendidikan dituntut untuk memiliki fisik yang memenuhi syarat, maksudnya guru
dalam proses belajar-mengajar harus selalu dalam keadaan sehat, tidak cacat tubuh
serta memiliki stamina yang kuat untuk melaksanakan tugasnya.

Mengenai persyaratan fisik yang harus dipenuhi oleh seorang guru, ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Siti Meichati MA: “Keadaan jasmani calon
pendidik seperti kesehatan dan tidak adanya cacat jasmani yang menyolok adalah
syarat penting”1.

Bagaimana jika seorang pendidik sakit ketika mengajar? Tentu akan


menganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung, apalagi pendidik
memilki peran penting dalam proses tersebut. Tentu seorang pendidik harus
memiliki fungsi indrawi yang bagus ketika mengajarkan materi, misalnya terkait
materi warna. Seorang guru harus memberitahu nama warna yang benar sesuai
dengan warna tersebut. Jika berwarna hijau maka guru harus mengatakan itu adalah
warna hijau bukan warna biru atau kuning dan sebagainya.

Persyaratan fisik diantaranya: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh


yang mungkin mengganggu pekerjannya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang
menular. Karena jika seorang guru memiliki penyakit yang menular makan ia tidak
dapat menjalankan tugasnya karena akan membahayakan siswanya jika penyakit
tersebut tertular kepada siswa. Kemudian persyaratan fisik termasuk juga kerapian,

1
Siti Meichati , Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), hal:58
dan kebersihan yang akan menjadi hal yang harus diperhatikan.2 Dalam persyaratan
fisik ini juga menyangkut hal kerapian dalam bagaimana cara berpakaian sebab
bagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para
siswa. Seorang guru juga harus bersih, seperti tidak berkuku panjang, dan menjaga
kebersihan tubuh karena guru merupakan panutan bagi siswanya.

Berdasarkan persyaratan tersebut, jelaslah bahwa persyaratan fisik


merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi guru. Dengan kondisi yang
baik, maka guru akan dapat tampil di depan kelas dengan baik pula, sehingga
interaksi edukatif yang diharapkan dapat mencapai hasil maksimal.

D. PERSYARATAN PSIKIS

Persyaratan psikis/psikologis ini pada hakikatnya ada dua unsur yang sangat
kompeten terhadap perkembangan manusia yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Perpaduan dua unsur dalam setiap manusia itulah yang menentukan figur guru yang
baik.

Persyaratan psikis yang harus dimiliki oleh guru dikemukakan oleh team
didaktik motodik IKIP Surabaya yang mengatakan:

Persyataran psikis yaitu sehat rohaninya. Maksudnya, tidak mengalami


gangguan kelainaan jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan
dapat menuinaikan tuasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan
memiliki bakat dan minat keguruan3.

Persyaratan tersebut, sepintas lebih menekankan pada kesehatan jiwa guru.


Kesehatan yang dimaksud juga berkaitan dengan kesetabilan emosi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Karena perasaan dan emosi guru yang mempunyai
kepribadian yang terpadu tampak stabil optimis dan menyenangkan. Dia dapat
memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh
guru . Demikian juga emosi yang tidak stabil akan membawa keadaan emosi yang
tidak stabil kepada anak didiknya, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan
2
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hal.126-
127
3
Ibid, hal: 9
kewajiban anak didik tersebut. Dengan adanya hal di atas, maka seorang guru harus
memiliki mental yang sehat dalam rangka menunjang keberhasilan program
pengajaran.

Didalam persyaratan psikis ini antara lain: sehat rohani, dewasa dalam
berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan sopan,
memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani bertanggung jawab, berani
berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. Guru harus mematuhi norma dan nilai
yang berlaku serta memiliki semangat membangun.

Kondisi psikis yang baik merupakan hal yang sangat penting bagi guru.
Bagaimana tidak, coba bayangkan saja jika seorang guru memiliki keterbelakangan
mental atau gangguan jiwa. Bisakah guru mengajar dengan baik dan sebagai teladan?

Oleh karena itu, guru haruslah memiliki suasana jiwa yang baik agar saat
mengajar dapat mengontrol emosi terhadap anak didik. Tidak kalah penting juga
bahwa guru harus memilki kompetensi paedagogis, kepribadian, dan sosial yang
bagus, serta profesional.

Dari beberapa syarat tersebut di atas, sudah barang tentu diperlukan, karena
dapat meningkatkan kualitas kerja dalam melaksanakan tugas keguruannya, sebab
indikator suatu keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal adalah adanya
keberhasilan siswa dalam memahami materi-materi yang disampaikan oleh guru yang
bersangkutan kemudian dievaluasi dengan menggunakan teknik evaluasi yang relevan
dengan materi yang diajarkan.

Tanpa persyaratan di atas, maka guru akan mengalami kesulitan menjalankan


tugasnya sebagai pendidik. Profesi atau jabatan guru sebagai pendidik formal di
sekolah sebenarnya tidaklah dapat dipandang ringan karena menyangkut beberapa
aspek kehidupan serta menuntut pertanggung jawaban moral yang berat. Inilah
sebabnya guru dituntut berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh orang-orang
yang akan berkecimpung di bidang keguruan. Persyaratan tersebut meliputi
persyaratan administrasi, teknik fisik dan psikis.
DAFTAR PUSTAKA

Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Rajawali Pers.

Meichati, Siti. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Wijaya, Cece, 1999. Pendidikan Remedial (Sarana Pengembangan Mutu Sumber


Daya anusia) Cet. II, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai