PEMULIAAN TANAMAN
ACARA VI
DESKRIPSI VARIETAS
Semester :
Genap 2017/2018
Oleh:
Lia
NIM A1D016023
A. Latar Belakang
Tanaman yang ada di alam ini sangatlah beragam. Suatu tanaman tidak hanya
memiliki satu varietas, namun memiliki beberapa ataupun beragam varietas yang ada
dalam satu jenis atau spesies tanaman. Variasi antara suatu varietas dengan varietas
yang lainnya dapat diketahui dengan mengamati sifat-sifat yang ada pada varietas
tertentu. Sifat-sifat tanaman maupun morfologi dari suatu varietas tanaman dapat kita
jadikan sumber untuk membedakan suatu varietas tanaman dengan varietas yang
sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama serta anjuran tanam
suatu varietas tanaman yang membedakan dengan varietas yang lainnya. Deskripsi
varietas sangat penting dilakukan agar kita dapat mengetahui sifat-sifat yang ada pada
sangat umum dilakukan. Pentingnya deskripsi suatu varietas untuk kegiatan sertifikasi
benih yang benih didalamnya terdapat sifat unggul, seragam, dan asal-usul (silsilah)
jelas dapat diketahui melalui deskripsi varietasnya. Deskripsi varietas setiap tanaman
tidaklah sama, karena morfologi pada tanamanpun berbeda-beda. Kegiatan pemuliaan
tanaman juga sangat berhubungan dengan deskripsi varietas suatu tanaman. Benih
unggul yang dirakit oleh pemulia tanaman harus diketahui deskripsi varietasnya
sehingga silsilah, sifat-sifat unggul, dan morfologi varietas unggul yang dirakit dapat
diketahui. Deskripsi varietas yang memang sangat penting untuk kegiatan pemuliaan
tanaman menjadikannya perlu untuk dipelajari, hal inilah yang mendasari praktikum
B. Tujuan
secara keseluruhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama utama serta anjuran tanam.
Sifat-sifat morfologis yang disajikan dalam deskripsi sebagian besar merupakan sifat
fisik. Variasi tersebut dapat terjadi pada semua varietas terutama jika ditanam pada
lokasi dan musim tanam yang berbeda. Deskripsi dapat membantu dalam menguji
morfologi yang tampak, ini langkah awal di dalam penyediaan benih bermutu yang
bertujuan mendapatkan varietas unggul tahan terhadap hama dan penyakit dan adaptif
Salah satu upaya untuk mempelajari sifat-sifat suatu tanaman yaitu dengan
mempelajari deskripsi dari suatu tanaman tersebut. Pengertian deskripsi itu sendiri
daun, warna batang, warna biji, bentuk batang, bentuk daun, dan masih banyak lagi
sifat morfologi yang lainnya (Soenarto, 1997). Keseragaman pada tanaman padi dapat
bagian penting tanaman padi yang dapat dipergunakan untuk membedakan antar
varietas satu dengan yang lainnya adalah sebagi berikut (Soemedi, 1982):
a. Habitus (bentuk tanaman): dapat tinggi atau pendek, tegak atau terserak.
d. Batang: ada yang berwarna, bergaris atau tidak berwarna atau bergaris.
e. Daun bendera: ada yang tegak atau membentuk sudut dan ada pula yang mendatar
atau terkulai.
f. Bulir: ada yang berdiri tegak atau terkulai dan ada pula yang terserak atau tidak
terserak.
g. Gabah: dapat dibedakan menjadi besar, sedang atau kecil; panjang, sedang atau
h. Beras: ada yang besar, sedang atau kecil; panjang, sedang atau pendek.
Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim. Bentuk batangnya bulat dan
berongga, daunnya memanjang seperti pita yang terdiri pada ruas-ruas batang dan
mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang Satoto et.al. (2005)
Kerajaan : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Jenis tanaman padi yang termasuk ke bangsa Oryza sativa terdapat ribuan
varietas yang satu sama lain mempunyai ciri-ciri khas tersendiri sehingga dapat
dikatakan bahwa dilihat dari sudut bentuk tubuh (morfologi) tidaklah ada dua varietas
padi yang mempunyai bentuk tubuh yang sama. Varietas yang satu dengan yang lain
senantiasa terdapat perbedaan, bagaimana pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaan yang
nampak antara varietas yang satu dengan yang lainnya adalah disebabkan oleh
perbedaan dalam pembawaan atau sifat varietas (Siregar, 1999). Varietas yang dipilih
oleh petani sebaiknya yang paling menguntungkan. Petani juga harus jeli dalam
penentuan lokasi penanaman karena setiap varietas adalah spesifik dimana dapat
menghasilkan produksi optimal jika ditanam di daerah geografis yang sesuai (Ardianto,
2004).
Pengalaman pada revolusi hijau telah membuktikan hal tersebut dimana melalui
rekayasa genetika produktifitas usahatani padi dapat meningkat secara tajam sebagai
dampak ditemukannya varietas unggul padi yang berdaya produksi tinggi. Peraturan-
tentang sistem budidaya tanaman yang dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah No. 44 tahun 1995 tentang perbenihan tanaman. Pada intinya peraturan
1. Varitas hasil pemuliaan atau introduksi yang belum dilepas oleh pemerintah
2. Sertifikasi wajib dilakukan dalam perbanyakan benih dari varitas atau hibrida yang
3. Pemasukan benih ke dalam wilayah Indonesia hanya dapat dilakukan jika benih
tersebut belum ada atau tidak cukup tersedia atau belum dapat diselenggarakan
perbanyakannya di wilayah Indonesia. Pengeluaran benih bina dari wilayah
Indonesia hanya dapat dilakukan jika kebutuhan benih didalam negri telah
tercukupi.
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum acara enam ini adalah tanaman dari
varietas yang di candra. Alat yang digunakan antara lain alat ukur yang meliputi
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum deskripsi varietas acara enam ini antara lain adalah
sebagai berikut:
A. Hasil
B. Pembahasan
sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama serta anjuran tanam
menggunakan varietas tersebut sebagai sumber plasma nutfah agar jika terjadi
kepunahan tidak dapat digantikan oleh teknologi (Anhar, 2010). Manfaat mengetahui
deskripsi tanaman bagi petani ataupun masyarakat umum menurut Hajoningtijas dan
varietas, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan bagi para petani untuk ditanam,
dan bagi masyarakat umum dapat memperoleh informasi keberadaan varietas suatu
yang ada pada suatu varietas tanaman. Berbagai sifat pada suatu varietas tanaman
diamati untuk mendapatkan deskripsi varietasnya. Sifat-sifat yang yang diamati dalam
deskripsi varietas berbeda-beda tergantung pada jenis atau spesies tanamannya, karena
setiap jenis tanaman memiliki morfologi yang berbeda. Namun, untuk mendapatkan
deskripsi varietas pada tanaman padi sifat-sifat yang diamati adalah sebagai berikut
(Suprihatno, 2009):
1. Nomor seleksi Nomor, merupakan urut persilangan yang pernah dilakukan dan
2. Asal persilangan, merupakan penjelasan tentang asal-usul materi genetik dan atau
cara persilangan yang telah dilakukan dalam perakitan varietas yang bersangkutan.
a. Indica (cere)
b. Japonica
4. Umur tanaman, merupakan umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis
didasarkan atas besar sudut yang dibentuk antara batang-batang anakan dengan
garis imaginer yang berada di tengah-tengah rumpun dan tegak lurus dengan
tanah.
6. Tinggi tanaman merupakan tinggi dari permukaan tanah sampai ujung malai
paling panjang.
malai per rumpun, dari total rumpun yang berada pada luasan 1 m2.
8. Warna kaki, merupakan warna dasar bagian bawah pelepah rumpun tanaman yang
9. Warna batang, merupakan warna dasar bagian luar batang padi yang diamati pada
10. Telinga daun (auricle), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya
menyerupai daun telinga, terletak dipangkal daun bagian luar. Warna telinga daun
dibedakan menjadi dua yaitu hijau pucat, dan ungu, yang diamati saat akhir fase
vegetatif.
11. Lidah daun (ligula), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya menyerupai
lidah, terletak diketiak daun. Warna lidah daun yang diukur pada akhir fase
a. Putih
b. Garis ungu
c. Ungu
12. Warna daun, merupakan warna helaian daun pertama setelah daun bendera
dikelompokkan menjadi hijau pucat, hijau, hijau tua, ungu pada bagian ujung,
ungu pada bagian garis tepi daun, campuran antara ungu dan hijau, ungu
13. Permukaan daun, merupakan kekasaran dan kehalusan permukaan helaian daun
yang didasarkan pada hasil perabaan daun secara cermat menggunakan ibu jari dan
b. Sedang
14. Posisi daun, merupakan pososi yang dinyatakan oleh sudut yang terbentuk pada
titik pelekatan helaian daun pertama setelah daun bendera dengan batang,
15. Daun bendera, merupakan daun yang terakhir keluar dari batang, membungkus
malai atau bunga padi pada saat fase bunting. Sudut daun bendera, sudut daun yang
diukur dari titik pelekatan daun bendera terhadap tangkai malai, dikelompokkan
c. Mendatar (90⁰)
16. Bentuk gabah hasil, merupakan pengamatan terhadap panjang dan lebar gabah.
bentuk gabah dikelompokkan berdasarkan rasio antara panjang dan lebar gabah,
dapat dikelompokkan menjadi: bulat (p/l = 1), agak bulat (1.1-2.0), sedang (2.1-
17. Warna gabah, merupakan warna palea dan lemma pada saat biji masak.
atau bergaris keemasan dengan latar, belakang warna jerami, kuning jerami
kemerahan sampai ungu muda, bercak –bercak ungu, bergaris ungu, ungu, hitam,
dan putih.
18. Kerontokan, merupakan ukuran mudah tidaknya gabah rontok ketika malai
19. Kerebahan, diukur pada fase masak biji untuk melihat posisi ketegakan tanaman
20. Tekstur nasi, umumnya dinyatakan dalam bentuk pernyataan pulen atau pera.
a. Kadar amilosa, merupakan salah satu sifat fisikokimia beras yang ditentukan
oleh sifat pati (beras mengandung 80% pati) yang berantai lurus. Penetapan
1. 0-2%: Ketan
2. 2-10%: Ketan
Data ini sangat diperlukan untuk memperjelas kelas tekstur nasi dari varietas-
21. Rasa nasi, ditentukan secara subjektif dengan uji organoleptik dengan menyajikan
nasi pada 10-12 orang panelis terlatih. Pemasakan nasi dilakukan dengan cara aron
aroma, warna dan rasa nasi berdasarkan derajat kesukaannya (skala hedonik).
22. Indeks glikemik (IG), merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula
darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi.
Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG
dan tinggi (>70). Beras IG rendah baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam
melaksanakan diit (Miller et al. 1992 dalam Rimbawan dan Siagian 2004).
23. Bobot 1000 butir, merupakan bobot 1000 butir gabah bernas pada kandungan air
gabah 14%.
24. Rata-rata hasil, merupakan hasil rata-rata dari berbagai lokasi pengujian yang
pernah dilaksanakan.
25. Potensi hasil, merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai pada suatu daerah
tertentu.
26. Gabah kering giling, merupakan gabah kering giling dengan kadar air 14%
27. Ketahanan terhadap hama penyakit utama, merupakan respon tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit yang saat ini diklasifikasi sebagai hama atau penyakit
kegiatan untuk sertifikasi benih. Menurut Sayaka dan Hestina (2011), perbenihan
mendukung agar bisa saling bersinergi agar sistem tersebut berjalan dengan baik.
yaitu:
d. Subsistem Informasi.
berbadan resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya
adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman
bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat
ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Tujuan sertivikasi
benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penakar
benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan
sertifikasi adalah mempertahankan atau melindungi mutu genetis, mutu fisik dan mutu
fisiologis dari benih varitas unggul selama proses produksi, pengolahan, pengepakan
Darwis et.al. (2001), menyatakan bahwa sertifikasi ini dilakukan oleh institusi
pemerintah, perorangan atau badan hukum yang sudah mendapatkan ijin dan akreditasi
pengujian laboratorium dan pemasangan label. Benih yang lulus tiap tahapan sertifikasi
Adapun tahapan atau kegiatan dalam sertifikasi benih adalah sebagai berikut
(Herman, 2010):
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi lahan yang belum ada tanamannya,
varietas yang akan ditanam, luas produksi benih, dan sebagainya yang
dan lain-lain). Bertujuan untuk menguji mutu benih. Sampel benih yang diambil
harus homogen, karena mutu benihnya hanya berdasarkan sampel yang dikirim.
secara morfologis dari benih yang dipasarkan. Apabila ada kerusakan benih
kembali. Label dalam kemasan benih terutama masa kadaluarsanya. Bila telah
habis masa kadaluarsa benih, maka harus ditarik kembali atau dilakukan pengujian
ulang. Bila hasil uji ternyata masih layak, maka dapat dilakukan labeling ke-2
(perpanjangan).
berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan
mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang. Tinggi tanaman diukur dari
digolongkan: sangat rendah (>70 cm), rendah (70 cm-100 cm), sedang (101 cm-130
cm), tinggi (131 cm-160 cm), dan sangat tinggi (<60 cm). Daun terdiri dari helaian
daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi
batang. Daun ketiga dari atas biasanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera
(daun yang berada di paling atas) mempunyai panjang daun terpendek dengan lebar
daun terbesar. Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan
malai, tergantung pada varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang di bentuk
kurang dari 900 atau lebih dari 900. Jumlah anakan biasanya mencapai maksimum pada
minggu keenam atau ke tujuh setelah tanam. Jumlah anakan maksimum perbatang
dapat digolongkan: sangat rendah (<5 batang), rendah (5-8 batang), tinggi (13-16
deskripsi varietas diantaranya berasal dari hasil persilangan Angke , termasuk kedalam
golongan cere, bentuk tanamannya tegak yaitu 200, tinggi tanaman 120 cm, anakan
produktif yang dijumpai yaitu 8-10 batang anakan, warna kaki cokelat, warna batang
hijau muda, posisi daun tegak karena sudut yang terbentuk 300, posisi daun bendera
unggulan antara lain Angke, Ciapus, Bahbutong, dan Lusi. Persilangan padi Basmati
Original dengan Hamolicad Th ata Angke. Jumlah anakan yang dihasilkan sedang, dan
tekstur nasi yang dihasilkan sedang dengan rasa gurih. Menurut Suhartini dan I Putu
(2011) melakukan penelitian taentang kandungan amilosa dan bobor 1000 biji padi
Basmati Pakistan memiliki kandungan amilosa sebesar 23,54% dan bobot 1000
benihnya adalah 19,9 gram. Menurut Litbangn (1976), menjelaskan perkawinan antara
short sigadis dan Basmati dengan deskripsi golongan termasuk cere (Indika), umur
tanaman genjah samapai lambat, bentuk tanman padi tegak, posisi daun tegak, posisi
daun bendera tegak sampai miring, dan ketahannan tanaman terhadap penyakit dan
hama tanaman peka terhadap wereng coklat dan wereng hijau dan toleran terhadap
kemungkinan karena padi di tanam pada polybag dengan kondisi kekurangan air,
sehingga padi Basmati Pakistan saat pengamatan lebih pendek yaitu sekitar 120 cm,
betuk gabah pada saat pengamatan dengan yang tertera pada literatur sama yaitu bentuk
gabah ramping dan umur tanamna padi Basmati Pakistan termasuk genjah. Menurut
Litbang (2015), menjelaskan Padi lokal Basmati mempunyai batang tinggi (140-160
cm), kecil lemah, daun terkulai dan hijau muda, malai sedang dengan susunan gabah
jarang (80-90 gabah/malai, umur bervariasi genjah sampai lambat, indek panen
(gabah/berat tanaman) 0.25 - 0.30, gabah ramping panjang (6,8 – 7,0 cm) dengan ratio
panjang lebar 3,5 – 3,7, beras dan nasinya beraroma kuat. Sifat spesifik Basmati adalah
pemanjangan beras setelah ditanak sampai 100 persen, sehingga panjang nasi bisa
sampai lebih dari dua kali lipat dari panjang beras. Warna kaki padi Basmati Pakistan
coklat sama dengan yang ada pada tabel deskripsi, tetapi warna gabah pada tabel
dengan literatur berbeda yaitu warna coklat tua pada literatuur dan coklat pada tabel
pengamatan kemungkinan pada saat pengamatan malai padi belum tua, dan warna
yakni, diketahui bahwa padi varietas Basmati Pakistan merupakan padi yang
merupakan persilangan asal dari padi Angke. Padi varietas Basmati Pakistan memiliki
umur tanaman sekitar genjah sampai lambat, bentuk tanaman tegak 20o, tinggi tanaman
120 cm, termasuk kedalam golongan cere, anakan produktif sebanyak 8-10 batang,
warna kaki cokelat, warna batang hijau, posisi daun dan daun bendera tegak, bentuk
gabah ramping, dan warna gabahnya cokelat, memiliki tekstur nasi sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, B, et al. 2015. Perakitan Varietas Padi Unggul Basmati. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Bogor.
Adnan, et.al. 2013. Identifikasi Varietas berdasarkan Warna dan Tekstur Permukaan
Beras Menggunakan Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan. Penelitian
Tanaman Pangan 32 (2) : 91-97
Andrianto, T. Taufiq, dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang. Absolut: Yogyakarta.
Anhar, Azwir. 2010. Kelestarian Plasma Nutfah Padi Lokal Pasca Intensifikasi:
Studi Kasus di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=80601. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2018.
BB Padi. 2017. Tarabas beras tipe japonica pertama di Indonesia, Online bb padi.
litbang.pertanian.go.id.
Bishwajit, D., Md. M. Haque, Md. A. Mannan and S. Mazumder. 2015. Performance
study of koshihikari rice variety and its economic prospect in comparison with
three popular rice varieties of Bangladesh. Asian Journal of Agricultural
Excension Economics and Sociology. 5(3) : 147-157
Cheng, Y., R. Inamori, K. Ruike, T. Inamori and Z. Zhang. 2018. Optimum dosage of
hyper-thermophilic aerobic compost (HTAC) produced from sewage sludge for
rice yield. International Journal of Biology. 10(3) : 27-38
Dadang, A., Tasliah, dan J. Prasetyono. 2013. Seleksi dan konfirmasi alel gen-gen hd
pada padi berumur genjah dan produktivitas tinggi persilangan code x
nipponbare. Jurnal Agrobiogen. 9(1) : 11-18
Hanum, R., Bakhtiar., dan L. Hakim. 2015. Pertumbuhan hasil dan ketahanan enam
varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap penyakit hawar dan bakteri (Xanthomonas
oryzae pv oryzae). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 1(1): 138-146.
Karden, Mulya. 2014. Varietas unggul baru dan palawija. Warta Plasma Nutfah. 26: 1-
20.
Lestari, P., A. Risliawati dan H. J. Koh. 2012. Identifikasi dan aplikasi marka berbasis
PCR untuk identifikasi varietas padi dengan palatabilitas tinggi. Jurnal
Agrobiogen. 8(2) : 69-77
Manan, Efendi. 2013. Mengenal Inpari 31, 32, dan 33. Badan Litbang Kementerian
Pertnian Indonesia.
Nguyen, V. N., dan D. V. Tran. 2000. Rice Information. Food and Agriculture
Organisation of the United Nation. Philipine
Rahayu.M.D, Prajitno dan A. Syukur. 2016. Pertumbuhan varietas padi gogo dan
beberapa varietas nanas dalam sistem tumpang sari di lahan kering Gunung
Kidul Yogyakarta. Biodiversitas 7(1) : 73-76
Sayaka, B., dan J. Hestina. 2011. Kendala Adopsi Benih Bersertifikat untuk
Usahatani Kentang. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 (1): 27–41.
Siregar, M. 1999. Pembinaan Sistem Perbenihan Terpadu: Kasus Komoditas Kedelai.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. 17(1): 14-26.
Slitonga, T.S., Somantri, I.H., Daradjat A.A., Kurniawan, H. 2013. Panduan Sistem
Karakterisasi Dan Evaluasi Tanaman Padi. Dapertemen Pertanian, Penelitian, dan
Pengembangan Pertanian Komisi Nasional dan Plasma Nutfah.
Sobrizal. 2008. Pemuliaan mutasi dalam peningkatan manfaat galurgalur terseleksi asal
persilangan antar sub-spesies padi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isologi dan Radiasi.
4(1) : 1-11
Suhartini, T. 2009. Evaluasi karakter peka panjang hari pada tiga golongan padi serta
pengaruhnya terhadap karakter agronomis. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 9(5) : 123-
132
Suhartini., dan I Putu Wardana. 2011. Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di
Lokasi dengan Ketinggian Berbeda. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 30
(2) : 101-106
Suprihatno, B. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian:
Jakarta.