Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA VI
DESKRIPSI VARIETAS

Semester :
Genap 2017/2018

Oleh:
Lia
NIM A1D016023

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman yang ada di alam ini sangatlah beragam. Suatu tanaman tidak hanya

memiliki satu varietas, namun memiliki beberapa ataupun beragam varietas yang ada

dalam satu jenis atau spesies tanaman. Variasi antara suatu varietas dengan varietas

yang lainnya dapat diketahui dengan mengamati sifat-sifat yang ada pada varietas

tertentu. Sifat-sifat tanaman maupun morfologi dari suatu varietas tanaman dapat kita

jadikan sumber untuk membedakan suatu varietas tanaman dengan varietas yang

lainnya melalui deskripsi varietas.

Deskripsi varietas merupakan suatu panduan penyajian data sejarah asal-usul

sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama serta anjuran tanam

suatu varietas tanaman yang membedakan dengan varietas yang lainnya. Deskripsi

varietas sangat penting dilakukan agar kita dapat mengetahui sifat-sifat yang ada pada

suatu varietas tanaman. Deskripsi varietas sangat diperlukan dalam kegiatan

perbenihan, salah satunya untuk sertifikasi benih.

Membedakan suatu varietas dengan varietas lain melalui deskripsinya sudah

sangat umum dilakukan. Pentingnya deskripsi suatu varietas untuk kegiatan sertifikasi

benih yang benih didalamnya terdapat sifat unggul, seragam, dan asal-usul (silsilah)

jelas dapat diketahui melalui deskripsi varietasnya. Deskripsi varietas setiap tanaman
tidaklah sama, karena morfologi pada tanamanpun berbeda-beda. Kegiatan pemuliaan

tanaman juga sangat berhubungan dengan deskripsi varietas suatu tanaman. Benih

unggul yang dirakit oleh pemulia tanaman harus diketahui deskripsi varietasnya

sehingga silsilah, sifat-sifat unggul, dan morfologi varietas unggul yang dirakit dapat

diketahui. Deskripsi varietas yang memang sangat penting untuk kegiatan pemuliaan

tanaman menjadikannya perlu untuk dipelajari, hal inilah yang mendasari praktikum

deskripsi varietas perlu untuk dilaksanakan.

B. Tujuan

Praktikum deskripsi varietas bertujuan untuk mengetahui tiap-tiap tanaman

secara keseluruhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi merupakan suatu panduan menyajikan sejarah asal-usul sifat-sifat

morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama utama serta anjuran tanam.

Sifat-sifat morfologis yang disajikan dalam deskripsi sebagian besar merupakan sifat

yang diatur secara kuantitatif sehingga penampilannya dapat menimbulkan variasi

fisik. Variasi tersebut dapat terjadi pada semua varietas terutama jika ditanam pada

lokasi dan musim tanam yang berbeda. Deskripsi dapat membantu dalam menguji

kemurnian suatu benih. Kemurnian suatu benih dinilai berdasarkan sifat-sifat

morfologi yang tampak, ini langkah awal di dalam penyediaan benih bermutu yang

bertujuan mendapatkan varietas unggul tahan terhadap hama dan penyakit dan adaptif

terhadap lingkungan tumbuh (Syukur, 2009).

Salah satu upaya untuk mempelajari sifat-sifat suatu tanaman yaitu dengan

mempelajari deskripsi dari suatu tanaman tersebut. Pengertian deskripsi itu sendiri

adalah menggambarkan secara langsung mengenai morfologi tanaman, yaitu warna

daun, warna batang, warna biji, bentuk batang, bentuk daun, dan masih banyak lagi

sifat morfologi yang lainnya (Soenarto, 1997). Keseragaman pada tanaman padi dapat

diperoleh dengan mengetahui sifat-sifat pada bagian-bagian tanaman padi. Bagian-

bagian penting tanaman padi yang dapat dipergunakan untuk membedakan antar

varietas satu dengan yang lainnya adalah sebagi berikut (Soemedi, 1982):

a. Habitus (bentuk tanaman): dapat tinggi atau pendek, tegak atau terserak.

b. Anakan: dapat banyak, sedang atau sedikit.


c. Pangkal batang: ada yang bergaris atau tidak berwarna atau bergaris.

d. Batang: ada yang berwarna, bergaris atau tidak berwarna atau bergaris.

e. Daun bendera: ada yang tegak atau membentuk sudut dan ada pula yang mendatar

atau terkulai.

f. Bulir: ada yang berdiri tegak atau terkulai dan ada pula yang terserak atau tidak

terserak.

g. Gabah: dapat dibedakan menjadi besar, sedang atau kecil; panjang, sedang atau

pendek; berbulu atau tidak; ujungnya berwarna atau tidak.

h. Beras: ada yang besar, sedang atau kecil; panjang, sedang atau pendek.

Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim. Bentuk batangnya bulat dan

berongga, daunnya memanjang seperti pita yang terdiri pada ruas-ruas batang dan

mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang Satoto et.al. (2005)

mengklasifikasikan tanaman padi (Oryza sativa) sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Oryza

Species : Oryza sativa sp.

Jenis tanaman padi yang termasuk ke bangsa Oryza sativa terdapat ribuan

varietas yang satu sama lain mempunyai ciri-ciri khas tersendiri sehingga dapat
dikatakan bahwa dilihat dari sudut bentuk tubuh (morfologi) tidaklah ada dua varietas

padi yang mempunyai bentuk tubuh yang sama. Varietas yang satu dengan yang lain

senantiasa terdapat perbedaan, bagaimana pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaan yang

nampak antara varietas yang satu dengan yang lainnya adalah disebabkan oleh

perbedaan dalam pembawaan atau sifat varietas (Siregar, 1999). Varietas yang dipilih

oleh petani sebaiknya yang paling menguntungkan. Petani juga harus jeli dalam

penentuan lokasi penanaman karena setiap varietas adalah spesifik dimana dapat

menghasilkan produksi optimal jika ditanam di daerah geografis yang sesuai (Ardianto,

2004).

Pengalaman pada revolusi hijau telah membuktikan hal tersebut dimana melalui

rekayasa genetika produktifitas usahatani padi dapat meningkat secara tajam sebagai

dampak ditemukannya varietas unggul padi yang berdaya produksi tinggi. Peraturan-

peraturan dibidang perbenihan telah diatur dalam Undang-Undang No 12 tahun 1992

tentang sistem budidaya tanaman yang dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah No. 44 tahun 1995 tentang perbenihan tanaman. Pada intinya peraturan

tersebut mencakup 3 aspek yaitu (Darwis et.al., 2001):

1. Varitas hasil pemuliaan atau introduksi yang belum dilepas oleh pemerintah

dilarang untuk diedarkan.

2. Sertifikasi wajib dilakukan dalam perbanyakan benih dari varitas atau hibrida yang

telah dilepas dan akan dijual.

3. Pemasukan benih ke dalam wilayah Indonesia hanya dapat dilakukan jika benih

tersebut belum ada atau tidak cukup tersedia atau belum dapat diselenggarakan
perbanyakannya di wilayah Indonesia. Pengeluaran benih bina dari wilayah

Indonesia hanya dapat dilakukan jika kebutuhan benih didalam negri telah

tercukupi.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum acara enam ini adalah tanaman dari

varietas yang di candra. Alat yang digunakan antara lain alat ukur yang meliputi

penggaris, busur dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum deskripsi varietas acara enam ini antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Penampilan tanaman yang akan dideskripsi diamati

2. Data tanaman yang dideskripsi diambil.

3. Candra tanaman dibuat berdasarkan data yang sudah diperoleh.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Deskripsi varietas padi Basmati Pakistan

Varietas Padi Basmati Pakistan


No. Variable pengamatan
Pengamatan Literatur
1 - Anake (Abdullah et.al,
Asal
2015)
2 Cere Cere Indika (Litbang,
Golongan
1976)
3 - Genjah-lambat (Litbang,
Umur tanaman
1976)
4 Bentuk tanaman Tegak Tegak (Litbang, 1976)
5 102 cm 140-160 cm (Litbang,
Tinggi tanaman
2015)
6 Anakan produktif Sedang Banyak (Abdullah, 2015)
7 Warna kaki Coklat Coklat (Adnan et.al, 2013)
8 Hijau Hijau tua (Adnan et.al,
Warna batang
2013)
9 Posisi daun Tegak Serak (Litbang, 2015)
10 Tegak Tegak sampai miring
Posisi daun bendera
(Litbang, 1976)
11 Bentuk gabah Ramping Ramping (Litbang, 2015)
12 Coklat Coklat muda (Adnan et.al,
Warna gabah
2013)
13 - Sedang (Abdullah
Tekstur nasi
et.al,2015)
14 - 19,9 gr (Suhartini dan I
Bobot 1000 biji
Putu, 2011)
15 - 23,54% (Suhartini dan I
Kadar amilosa
Putu, 2011)
16 - Toleran terhadap kresek
Ketahanan terhadap OPT (Litbang,1976)
Tabel 2. Varietas Tarabas 36
Varietas Tarabas 36
No Sifat-sifat
Observasi Literatur
Seleksi varietas lokal
1. Asal - Tarabas (BB Padi,
2017)
Tidak berbulu
2. Golongan Gundil panjang (Sitaresmi et
al., 2013)
131 hss (BB Padi,
3. Umur tanaman -
2017)
Tegak tinggi (BB
4. Bentuk tanaman Tegak (20°)
Padi, 2017)
5. Tinggi tanaman 94,5 cm
Sedang (10-15)
6. Anakan produktif Sedikit (5 buah) (Sitaresmi et al.,
2013)
Hijau (BB Padi,
7. Warna kaki Hijau
2017)
Hijau tua (Sitaresmi
8. Warna batang Hijau
et al., 2013)
Agak tegak (BB
9. Posisi daun Tegak (16,5°)
Padi, 2017)
Agak tegak (BB
10. Posisi daun bendera Tegak (10°)
Padi, 2017)
Bulat (Dispertan,
11. Bentuk gabah Bulat/gemuk (1:2)
2017)
Kuning (BB Padi,
12. Warna gabah Hijau kecoklatan
2017)
Sangat pulen (BB
13. Tekstur nasi -
Padi, 2017)
26,4 gram (BB Padi,
14. Bobot 1000 biji -
2017)
17,73 % (BB Padi,
15. Kadar amilosa -
2017)
Blast dan tungro (BB
Padi, 2017)
Ketahanan terhadap Kelemahan wereng
16. -
hama penyakit dan hawar serta
kresek (BB Padi,
2017)

Tabel 3. Variable Koshihikari


No. Variabel Observasi Literatur
Pengamatan
1. Asal - Khoshihikari Nigota Bls (Lestari et
al., 2015)
2. Golongan Gundil Gundil (Suhartini, 2009)
3. Umur tanaman - 113 hari (Bishwajit,2015)
4. Bentuk tanaman Tegak (20◦) Tegak (Nguyen dan Vantran, 2000)
5. Tinggi tanaman 104 cm 5,56 cm (Bishwajit et al., 2015)
6. Anakan Sedikit: 7 Banyak (Dadang et al., 2013)
produktif
B Warna kaki Hijau tua Hijau (Nguyen dan Vantran, 2000)
8. Warna batang Hijau muda Hijau (Nguyen dan Vantran, 2000)
9. Posisi daun Tegak (20◦) Tegak (Nguyen dan Vantran, 2000)
10. Posisi daun Tegak (20◦) Tegak (Sobrizal, 2008)
bendera
11. Bentuk gabah Sedang (1:2) Bulat (ratio C/P < 1) (Suhartini,
2009)
12. Warna gabah Hijau Kuning kecokelatan (Nguyen dan
Vantran, 2000)
13. Tekstur nasi - Pulen (Hori, 2016)
14. Bobot 1000 - 24,8 gram ± 0,2 (Chang, 2018)
butir
15. Kadar amilosa - ±5,1% (Hori, 2016)
16. Ketahanan - Hama : Tahan Blash (Yaruda, 2015)
terhadap hama
dan penyakit
Tabel 4. Padi Inpari 31
No. Variabel Observasi Literatur
Pengamatan
1. Asal - Pepe/BP342B-MR-1-3-KN-1-2-3-6-
MR-3-BT-1(Iswanto et al., 2015)
2. Golongan Bulu Cere (Litbang,2015)
3. Umur tanaman - 119 (Litbang,2015)
4. Bentuk tanaman Tegak Tegak (Litbang,2015)
5. Tinggi tanaman 95 91,43 (Hanum et al., 2016)
6. Anakan Sedikit: 4 20-30 anakan ± 16 batang/banyak
produktif (Slitong et al., 2003)
7. Warna kaki Hijau tua Hijau (Litbang,2015)
8. Warna batang Hijau muda Hijau (Litbang,2015)
9. Posisi daun Intermedia Tegak (Litbang,2015)
10. Posisi daun Tegak Tegak (Litbang,2015)
bendera
11. Bentuk gabah Ramping Panjang (Litbang,2015)
12. Warna gabah Coklat Kuning bersih (Litbang,2015)
kekuningan
13. Tekstur nasi - Pulen (Litbang,2015)
14. Bobot 1000 - 24,83 gram (Hanum et al., 2016)
butir
15. Kadar amilosa - ±21,1% (Manan, 2013)
16. Ketahanan - Hama : Tahan wereng
terhadap hama Penyakit :- hawar daun bakteri
dan penyakit ptotipe IV dan VIII
-tahan blas ras 033
-agak tahan tungro ras lanrang
(Karden, 2014)

Tabel 5. Variable Inpago Unsoed 1


Varietas Padi Inpago Unsoed 1
No. Sifat-Sifat
Pengamatan Literatur
1 - Poso dan mentik wangi
Asal
(Litbang, 2017)
2 Golongan Cere Cere (Litbang, 2017)
3 Umur tanaman - + 110 hari (Litbang, 2017)
4 Bentuk tanaman Tegak Tegak (Rahayu,2016)
5 Tinggi tanaman 119,2 cm 126,17cm (Rahayu, 2016)
6 Anakan produktif 14 batang +16 batang (Rahayu, 2016)
7 Warna kaki Coklat Hijau (Litbang, 2017)
8 Warna batang Hijau muda Hijau (Litbang, 2017)
9 Posisi daun Tegak Tegak (Litbang, 2017)
10 Posisi daun bendera Miring Tegak (Litbang, 2017)
11 Bentuk gabah Sedang Sedang (Litbang, 2017)
12 Coklat kuning Kuning bersih (Litbang,
Warna gabah
2017)
13 Tekstur nasi Pulen Pulen (Litbang, 2017)
14 __ + 27,7 gram
Bobot 1000 biji
(Rahayu,2016)
15 Kadar amilosa __ + 18 % (Litbang, 2017)
16 __ Tahan terhadap penyakit
Ketahanan terhadap OPT blas ras 133 dan agak tahan
terhadap hama wereng.

B. Pembahasan

Deskripsi varietas merupakan suatu paduan untuk menyajikan sejarah asal-usul

sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama serta anjuran tanam

(Soemadi, 1982). Mengetahui deskripsi varietas maka pemulia tanaman dapat

menggunakan varietas tersebut sebagai sumber plasma nutfah agar jika terjadi

kepunahan tidak dapat digantikan oleh teknologi (Anhar, 2010). Manfaat mengetahui

deskripsi tanaman bagi petani ataupun masyarakat umum menurut Hajoningtijas dan

Mulyadi (2013) yaitu mengetahui keunggulan dan keunikan dari masing-masing

varietas, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan bagi para petani untuk ditanam,

dan bagi masyarakat umum dapat memperoleh informasi keberadaan varietas suatu

tanaman di suatu tempat.


Deskripsi varietas sangat penting dilakukan agar kita dapat mengetahui sifat-sifat

yang ada pada suatu varietas tanaman. Berbagai sifat pada suatu varietas tanaman

diamati untuk mendapatkan deskripsi varietasnya. Sifat-sifat yang yang diamati dalam

deskripsi varietas berbeda-beda tergantung pada jenis atau spesies tanamannya, karena

setiap jenis tanaman memiliki morfologi yang berbeda. Namun, untuk mendapatkan

deskripsi varietas pada tanaman padi sifat-sifat yang diamati adalah sebagai berikut

(Suprihatno, 2009):

1. Nomor seleksi Nomor, merupakan urut persilangan yang pernah dilakukan dan

silsilah turunan bagaimana tanaman materi pemuliaan diseleksi sampai menjadi

galur harapan calon VUB.

2. Asal persilangan, merupakan penjelasan tentang asal-usul materi genetik dan atau

cara persilangan yang telah dilakukan dalam perakitan varietas yang bersangkutan.

3. Golongan, merupakan pengelompokan varietas ke dalam klasifikasi

taksonomi”sub spesies” padi antara lain:

a. Indica (cere)

b. Japonica

c. Javanika atau japonica tropis (bulu)

d. Intermediate (tipe tanaman berada antara indica dan japonica).

4. Umur tanaman, merupakan umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis

(±75% biji dalam semua malai matang).

5. Bentuk tanaman, merupakan penampakan tegakan rumpun tanaman yang

didasarkan atas besar sudut yang dibentuk antara batang-batang anakan dengan
garis imaginer yang berada di tengah-tengah rumpun dan tegak lurus dengan

bidang permukaan tanah.

a. Tegak: Besar sudut yang dibentuk batang kurang dari 30o

b. Agak tegak: Batang membentuk sudut > 300 dan <450

c. Terbuka: Batang membentuk sudut > 450 dan <60o

d. Berserak: Batang membentuk sudut >60o tetapi tidak menyentuh tanah

e. Menjalar (tidak teratur): Batang dari rumpun tanaman mendekati permukaan

tanah.

6. Tinggi tanaman merupakan tinggi dari permukaan tanah sampai ujung malai

paling panjang.

7. Anakan produktif, merupakan rata-rata jumlah anakan yang mampu menghasilkan

malai per rumpun, dari total rumpun yang berada pada luasan 1 m2.

8. Warna kaki, merupakan warna dasar bagian bawah pelepah rumpun tanaman yang

diamati pada saat awal sampai akhir fase vegetatif.

9. Warna batang, merupakan warna dasar bagian luar batang padi yang diamati pada

akhir fase vegetatif.

10. Telinga daun (auricle), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya

menyerupai daun telinga, terletak dipangkal daun bagian luar. Warna telinga daun

dibedakan menjadi dua yaitu hijau pucat, dan ungu, yang diamati saat akhir fase

vegetatif.
11. Lidah daun (ligula), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya menyerupai

lidah, terletak diketiak daun. Warna lidah daun yang diukur pada akhir fase

vegetatif dapat dibedakan menjadi tiga kelas yaitu:

a. Putih

b. Garis ungu

c. Ungu

12. Warna daun, merupakan warna helaian daun pertama setelah daun bendera

dikelompokkan menjadi hijau pucat, hijau, hijau tua, ungu pada bagian ujung,

ungu pada bagian garis tepi daun, campuran antara ungu dan hijau, ungu

seluruhnya. Pengamatan dilakukan pada akhir fase vegetatif.

13. Permukaan daun, merupakan kekasaran dan kehalusan permukaan helaian daun

yang didasarkan pada hasil perabaan daun secara cermat menggunakan ibu jari dan

jari telunjuk. Dapat dibedakan atas:

a. Halus termasuk bagian tepi daun

b. Sedang

c. Berbulu (diamati pada saat fase vegetatif akhir)

14. Posisi daun, merupakan pososi yang dinyatakan oleh sudut yang terbentuk pada

titik pelekatan helaian daun pertama setelah daun bendera dengan batang,

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Tegak (sudut kurang dari 45⁰)

b. Datar (sudut daun mendekati 90⁰)


c. Terkulai (sudut daun lebih dari 90⁰)

15. Daun bendera, merupakan daun yang terakhir keluar dari batang, membungkus

malai atau bunga padi pada saat fase bunting. Sudut daun bendera, sudut daun yang

diukur dari titik pelekatan daun bendera terhadap tangkai malai, dikelompokkan

menjadi empat yaitu:

a. Tegak (kurang dari 30⁰)

b. Agak tegak/sedang (45⁰)

c. Mendatar (90⁰)

d. Terkulai (descending) (lebih dari 90⁰)

16. Bentuk gabah hasil, merupakan pengamatan terhadap panjang dan lebar gabah.

bentuk gabah dikelompokkan berdasarkan rasio antara panjang dan lebar gabah,

dapat dikelompokkan menjadi: bulat (p/l = 1), agak bulat (1.1-2.0), sedang (2.1-

3.0), dan ramping/panjang (lebih dari 3.0).

17. Warna gabah, merupakan warna palea dan lemma pada saat biji masak.

Diklasifikasikan ke dalam 11 kelas yakni berwarna kuning jerami, keemasan dan

atau bergaris keemasan dengan latar, belakang warna jerami, kuning jerami

berbecak coklat, kuning jerami dengan garis-garis coklat, coklat kekuningan,

kemerahan sampai ungu muda, bercak –bercak ungu, bergaris ungu, ungu, hitam,

dan putih.

18. Kerontokan, merupakan ukuran mudah tidaknya gabah rontok ketika malai

digenggam dengan tangan, dikelompokkan menjadi 3 yakni:


a. Sulit: apabila hanya beberapa gabah atau tidak ada gabah yang rontok,

b. Sedang apabila 25-50% gabah rontok

c. Mudah apabila lebih dari 50% gabah rontok.

19. Kerebahan, diukur pada fase masak biji untuk melihat posisi ketegakan tanaman

pada seluruh plot. Diklasifikasikan berdasarkan skor yaitu:

a. Tahan (tidak ada yang rebah)

b. Agak tahan (sebagian tanaman condong/tidak tegak lagi)

c. Agak rentan (sebagian besar tanaman agak rebah)

d. Lemah (sebagian besar tanaman rebah, hampir rata dengan tanah)

e. Sangat lemah (seluruh tanaman rebah, rata dengan tanah)

20. Tekstur nasi, umumnya dinyatakan dalam bentuk pernyataan pulen atau pera.

Secara fisik –kimia sifat tekstur nasi tersebut dicirikan oleh:

a. Kadar amilosa, merupakan salah satu sifat fisikokimia beras yang ditentukan

oleh sifat pati (beras mengandung 80% pati) yang berantai lurus. Penetapan

kadar amilosa menggunakan metode Sun-hun dan Matheson (1990). Kadar

amilosa Tekstur nasi dibagi menjadi lima kelompok:

1. 0-2%: Ketan

2. 2-10%: Ketan

3. 10-20% (amilosa rendah): Sangat pulen

4. 20-25% (amilosa sedang): Pulen

5. >25% (amilosa tinggi): Pera


b. Konsistensi gel digunakan sebagai indeks kelunakan (softness) dari beras.

Data ini sangat diperlukan untuk memperjelas kelas tekstur nasi dari varietas-

varietas yang berkadar amilosa > 22 %.

Pengelompokkan tekstur nasi dapat dibagi menjadi tiga, yakni :

1. Konsistensi gel tinggi (< 36 mm) Keras

2. Konsistensi gel sedang (36-50 mm) Sedang

3. Konsistensi gel rendah (> 50 mm) Lunak

21. Rasa nasi, ditentukan secara subjektif dengan uji organoleptik dengan menyajikan

nasi pada 10-12 orang panelis terlatih. Pemasakan nasi dilakukan dengan cara aron

kemudian dikukus. Kepada panelis dimintakan penilaian terhadap kepulenan,

aroma, warna dan rasa nasi berdasarkan derajat kesukaannya (skala hedonik).

22. Indeks glikemik (IG), merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula

darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi.

Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG

rendah. Nilai IG pangan dikelompokkan menjadi IG rendah (<55), sedang (55-70)

dan tinggi (>70). Beras IG rendah baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam

melaksanakan diit (Miller et al. 1992 dalam Rimbawan dan Siagian 2004).

23. Bobot 1000 butir, merupakan bobot 1000 butir gabah bernas pada kandungan air

gabah 14%.

24. Rata-rata hasil, merupakan hasil rata-rata dari berbagai lokasi pengujian yang

pernah dilaksanakan.
25. Potensi hasil, merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai pada suatu daerah

tertentu.

26. Gabah kering giling, merupakan gabah kering giling dengan kadar air 14%

27. Ketahanan terhadap hama penyakit utama, merupakan respon tanaman terhadap

serangan hama dan penyakit yang saat ini diklasifikasi sebagai hama atau penyakit

yang paling destruktif merusak tanaman padi. Penilaian ketahanan termaksud

didasarkan atas hasil pengujian dilaboratorium.

Deskripsi varietas sangatlah berhubungan dengan perbenihan salah satunya

kegiatan untuk sertifikasi benih. Menurut Sayaka dan Hestina (2011), perbenihan

merupakan sebuah sistem yang komponen-komponen di dalamnya harus saling

mendukung agar bisa saling bersinergi agar sistem tersebut berjalan dengan baik.

Departemen Pertanian (2006) membagi sistem perbenihan kedalam empat subsistem,

yaitu:

a. Subsistem Penelitian dan Pengembangan,

b. Subsistem Produksi dan Distribusi Benih,

c. Subsistem Pengendalian Mutu,

d. Subsistem Informasi.

Menurut Kariyasa (2007), sertifikasi benih merupakan suatu sistem atau

mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan

mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem

berbadan resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya

adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman
bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat

ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Tujuan sertivikasi

benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penakar

benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan

segera, dengan hanya memeriksa benihnya. Menurut Bachrein (2004), tujuan

sertifikasi adalah mempertahankan atau melindungi mutu genetis, mutu fisik dan mutu

fisiologis dari benih varitas unggul selama proses produksi, pengolahan, pengepakan

dan distribusi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Darwis et.al. (2001), menyatakan bahwa sertifikasi ini dilakukan oleh institusi

pemerintah, perorangan atau badan hukum yang sudah mendapatkan ijin dan akreditasi

dari pemerintah. Instansi pemerintah yang melakukan sertifikasi adalah Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Kegiatan sertifikasi meliputi pemeriksaan lapangan,

pengujian laboratorium dan pemasangan label. Benih yang lulus tiap tahapan sertifikasi

dan bila akan diperdagangkan harus diberi label:

1. Benih Dasar warna label Putih

2. Benih Pokok warna label Ungu

3. Benih Sebar warna label Biru

Adapun tahapan atau kegiatan dalam sertifikasi benih adalah sebagai berikut

(Herman, 2010):

1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi lahan yang belum ada tanamannya,

varietas yang akan ditanam, luas produksi benih, dan sebagainya yang

berhubungan dengan benih yang akan di sirtifikasi.

2. Pengujian (analisis benih)

Pengujian (analisis benih) dilakukan di laboratorium (KA, DK, Kemurnian, vigor,

dan lain-lain). Bertujuan untuk menguji mutu benih. Sampel benih yang diambil

harus homogen, karena mutu benihnya hanya berdasarkan sampel yang dikirim.

3. Pengawasan oleh BPSB (Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih)

Pengawasan dilakukan terhadap benih yang sudah mendapatkan sertifikat,

termasuk yang sudah ada di pasaran. Dilakukan pengawasan di pasar. Penampilan

secara morfologis dari benih yang dipasarkan. Apabila ada kerusakan benih

meskipun masa kadaluarsanya belum habis maka harus dilakukan pengujian

kembali. Label dalam kemasan benih terutama masa kadaluarsanya. Bila telah

habis masa kadaluarsa benih, maka harus ditarik kembali atau dilakukan pengujian

ulang. Bila hasil uji ternyata masih layak, maka dapat dilakukan labeling ke-2

(perpanjangan).

Tanaman padi (Oryza sativa) termasuk familia Graminea (Deptan, 2013).

Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim. Bentuk batangnya bulat

berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan

mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang. Tinggi tanaman diukur dari

permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman maksimum

digolongkan: sangat rendah (>70 cm), rendah (70 cm-100 cm), sedang (101 cm-130
cm), tinggi (131 cm-160 cm), dan sangat tinggi (<60 cm). Daun terdiri dari helaian

daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi

batang. Daun ketiga dari atas biasanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera

(daun yang berada di paling atas) mempunyai panjang daun terpendek dengan lebar

daun terbesar. Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun bendera dengan

malai, tergantung pada varietas-varietas padi yang ditanam. Besar sudut yang di bentuk

kurang dari 900 atau lebih dari 900. Jumlah anakan biasanya mencapai maksimum pada

minggu keenam atau ke tujuh setelah tanam. Jumlah anakan maksimum perbatang

dapat digolongkan: sangat rendah (<5 batang), rendah (5-8 batang), tinggi (13-16

batang), dan sangat tinggi (>16 batang) (Deptan, 2013).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu mengamati deskripsi padi

pertama varietas Basmati Pakistan didapatkan sifat-sifat yang tercantum dalam

deskripsi varietas diantaranya berasal dari hasil persilangan Angke , termasuk kedalam

golongan cere, bentuk tanamannya tegak yaitu 200, tinggi tanaman 120 cm, anakan

produktif yang dijumpai yaitu 8-10 batang anakan, warna kaki cokelat, warna batang

hijau muda, posisi daun tegak karena sudut yang terbentuk 300, posisi daun bendera

tegak, bentuk gabah ramping, dan warna gabah coklat.

Menurut Abdullah (2015), menjelaskan padi Basmati Pakistan memiliki varietas

unggulan antara lain Angke, Ciapus, Bahbutong, dan Lusi. Persilangan padi Basmati

Original dengan Hamolicad Th ata Angke. Jumlah anakan yang dihasilkan sedang, dan

tekstur nasi yang dihasilkan sedang dengan rasa gurih. Menurut Suhartini dan I Putu

(2011) melakukan penelitian taentang kandungan amilosa dan bobor 1000 biji padi
Basmati Pakistan memiliki kandungan amilosa sebesar 23,54% dan bobot 1000

benihnya adalah 19,9 gram. Menurut Litbangn (1976), menjelaskan perkawinan antara

short sigadis dan Basmati dengan deskripsi golongan termasuk cere (Indika), umur

tanaman genjah samapai lambat, bentuk tanman padi tegak, posisi daun tegak, posisi

daun bendera tegak sampai miring, dan ketahannan tanaman terhadap penyakit dan

hama tanaman peka terhadap wereng coklat dan wereng hijau dan toleran terhadap

kresek, peka terhadap kerdil rumput, tungro dan blas.

Tinggi tanaman pada saat pengamatan sedikit berbeda dengan literatur

kemungkinan karena padi di tanam pada polybag dengan kondisi kekurangan air,

sehingga padi Basmati Pakistan saat pengamatan lebih pendek yaitu sekitar 120 cm,

betuk gabah pada saat pengamatan dengan yang tertera pada literatur sama yaitu bentuk

gabah ramping dan umur tanamna padi Basmati Pakistan termasuk genjah. Menurut

Litbang (2015), menjelaskan Padi lokal Basmati mempunyai batang tinggi (140-160

cm), kecil lemah, daun terkulai dan hijau muda, malai sedang dengan susunan gabah

jarang (80-90 gabah/malai, umur bervariasi genjah sampai lambat, indek panen

(gabah/berat tanaman) 0.25 - 0.30, gabah ramping panjang (6,8 – 7,0 cm) dengan ratio

panjang lebar 3,5 – 3,7, beras dan nasinya beraroma kuat. Sifat spesifik Basmati adalah

pemanjangan beras setelah ditanak sampai 100 persen, sehingga panjang nasi bisa

sampai lebih dari dua kali lipat dari panjang beras. Warna kaki padi Basmati Pakistan

coklat sama dengan yang ada pada tabel deskripsi, tetapi warna gabah pada tabel

dengan literatur berbeda yaitu warna coklat tua pada literatuur dan coklat pada tabel
pengamatan kemungkinan pada saat pengamatan malai padi belum tua, dan warna

batang hijau tua.


V. SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

yakni, diketahui bahwa padi varietas Basmati Pakistan merupakan padi yang

merupakan persilangan asal dari padi Angke. Padi varietas Basmati Pakistan memiliki

umur tanaman sekitar genjah sampai lambat, bentuk tanaman tegak 20o, tinggi tanaman

120 cm, termasuk kedalam golongan cere, anakan produktif sebanyak 8-10 batang,

warna kaki cokelat, warna batang hijau, posisi daun dan daun bendera tegak, bentuk

gabah ramping, dan warna gabahnya cokelat, memiliki tekstur nasi sedang.
DAFTAR PUSTAKA

______________.2008. Perkebangan dan Prospek Perakitan Padi Tipe Baru di


Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 27 (1) : 1-9

Abdullah, B, et al. 2015. Perakitan Varietas Padi Unggul Basmati. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Bogor.

Adnan, et.al. 2013. Identifikasi Varietas berdasarkan Warna dan Tekstur Permukaan
Beras Menggunakan Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan. Penelitian
Tanaman Pangan 32 (2) : 91-97

Andrianto, T. Taufiq, dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang. Absolut: Yogyakarta.

Anhar, Azwir. 2010. Kelestarian Plasma Nutfah Padi Lokal Pasca Intensifikasi:
Studi Kasus di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=80601. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2018.

Bachrein, S. 2004. Pengkajian Keragaan Usahatani dan Sistem Distribusi Bibit


Kentang Di Jawa Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. 7(2): 125-138.

Balitbang pertanian.2017. Deskripsi Varietas Padi . Online. Http : //


www.litbang.deptan.go.id/varietas/one/795

BB Padi. 2017. Tarabas beras tipe japonica pertama di Indonesia, Online bb padi.
litbang.pertanian.go.id.
Bishwajit, D., Md. M. Haque, Md. A. Mannan and S. Mazumder. 2015. Performance
study of koshihikari rice variety and its economic prospect in comparison with
three popular rice varieties of Bangladesh. Asian Journal of Agricultural
Excension Economics and Sociology. 5(3) : 147-157

Cheng, Y., R. Inamori, K. Ruike, T. Inamori and Z. Zhang. 2018. Optimum dosage of
hyper-thermophilic aerobic compost (HTAC) produced from sewage sludge for
rice yield. International Journal of Biology. 10(3) : 27-38

Dadang, A., Tasliah, dan J. Prasetyono. 2013. Seleksi dan konfirmasi alel gen-gen hd
pada padi berumur genjah dan produktivitas tinggi persilangan code x
nipponbare. Jurnal Agrobiogen. 9(1) : 11-18

Darwis, V., B. Irawan, dan C. Muslim. 2001. Keragaan Benih Hortikultura Di


Tingkat Produsen dan Konsumen (Studi Kasus : Bawang Merah, Cabai Merah,
Kubis dan Kentang). Jurnal Horti. 2(1): 14-21.

Departemen Pertanian Satuan Pengendalian Bimas. 2013. Pedoman Bercocok Tanam


Padi, Palawija, dan Sayur-sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendalian
Bimas: Jakarta.

Departemen Pertanian. 2006. Arah dan Strategi Sistem Perbenihan Tanaman


Nasional. Erlangga: Jakarta.

Dispertan Kaltim. 2017. Padi tarabas varietas unggul baru. Online


dispertan.kaltimprov.go.id.

Hanum, R., Bakhtiar., dan L. Hakim. 2015. Pertumbuhan hasil dan ketahanan enam
varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap penyakit hawar dan bakteri (Xanthomonas
oryzae pv oryzae). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 1(1): 138-146.

Herman, M. 2010. Empat Belas Tahun Perkembangan Peraturan Keamanan Hayati


dan Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik dan Implementasinya Di
Indonesia. Jurnal Agrobiogen. 6(2): 113-125.
Hori, K., K. Suzuki, K. Ijima and K. Ebana. 2016. Variation in cooking and eating
quality traits in Japanese rice germplasm accessions. Breed Sci. 66(2) : 309-318
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id.

Iswanto, E. H., U. Susanto., dan A. Jamil. 2015. Perkembangan dan tantangan


perakitan varietas tahan dalam pengendalian wereng coklat di Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian. 34 (4) : 189.

Karden, Mulya. 2014. Varietas unggul baru dan palawija. Warta Plasma Nutfah. 26: 1-
20.

Kariyasa, K. 2007. Usulan Kebijakan Pola Pemberian dan Pendistribusian Benih


Bersubsidi. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 5(4): 304-319.

Lestari, P., A. Risliawati dan H. J. Koh. 2012. Identifikasi dan aplikasi marka berbasis
PCR untuk identifikasi varietas padi dengan palatabilitas tinggi. Jurnal
Agrobiogen. 8(2) : 69-77

Litbang.1976. Varietas Perkawinan antara Short si Gadis dan Basmati Pkistan

Litbang.2015. Perakitan Varietas Padi Unggul Bsmati.

Manan, Efendi. 2013. Mengenal Inpari 31, 32, dan 33. Badan Litbang Kementerian
Pertnian Indonesia.

Nguyen, V. N., dan D. V. Tran. 2000. Rice Information. Food and Agriculture
Organisation of the United Nation. Philipine

Rahayu.M.D, Prajitno dan A. Syukur. 2016. Pertumbuhan varietas padi gogo dan
beberapa varietas nanas dalam sistem tumpang sari di lahan kering Gunung
Kidul Yogyakarta. Biodiversitas 7(1) : 73-76

Satoto, B. Setaryo, dan B. Suprihanto. 2005. Proses Pengembangan Varietas Padi


Hibrida. Jurnal Agron. 1(1): 11-21.

Sayaka, B., dan J. Hestina. 2011. Kendala Adopsi Benih Bersertifikat untuk
Usahatani Kentang. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 (1): 27–41.
Siregar, M. 1999. Pembinaan Sistem Perbenihan Terpadu: Kasus Komoditas Kedelai.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. 17(1): 14-26.

Sitaresmi, T., R. H. Wening, A. T Rakhmi, N. Yunani dan U. Susanto. 2013.


Pemanfaatan plasma nutfah padi varietas local dalam perakitan varietas unggul.
Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 8(1) : 22-30.

Slitonga, T.S., Somantri, I.H., Daradjat A.A., Kurniawan, H. 2013. Panduan Sistem
Karakterisasi Dan Evaluasi Tanaman Padi. Dapertemen Pertanian, Penelitian, dan
Pengembangan Pertanian Komisi Nasional dan Plasma Nutfah.

Sobrizal. 2008. Pemuliaan mutasi dalam peningkatan manfaat galurgalur terseleksi asal
persilangan antar sub-spesies padi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isologi dan Radiasi.
4(1) : 1-11

Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman:


Purwokerto.

Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press: Semarang.

Suhartini, T. 2009. Evaluasi karakter peka panjang hari pada tiga golongan padi serta
pengaruhnya terhadap karakter agronomis. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 9(5) : 123-
132

Suhartini., dan I Putu Wardana. 2011. Mutu Beras Padi Aromatik dari Pertanaman di
Lokasi dengan Ketinggian Berbeda. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 30
(2) : 101-106

Suprihatno, B. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian:
Jakarta.

Syukur, M., S. Sujiprihati, Dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi Dan
Hotikultura IPB: Bogor.
Yasuda, N., T. Mitsunaga, K. Hayashi. 2015. Effects of pyramiding quantitative
resistance genes pi21, pi34, and pi35 on rice leaf blast disease. Journal Plant
Disease. 99(7) : 904-909
LAMPIRAN

Padi Tarabas Padi Koshihikari Padi Inpara

Anda mungkin juga menyukai