Anda di halaman 1dari 23

Konduktivitas Larutan Elektrolit

 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan
menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Suatu elektrolit dapat berupa asam , basa atau garam.
Larutan elektrolit terbagi menjadi dua jenis yaitu:
 Larutan elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang terdiri dari padatan ion dan asam kuat dan zat-
zat tersebut terionisasi sempurna.
Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.
 Larutan elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang terdiri dari zat-zat tidak terionisasi sempurna
contohnya asam-asam Bronsted lemah.
Larutan elektrolit lemah kurang baik dalam menghantarkan arus listrik.

 Konduktivitas Elektrolit
 Aliran arus melalui penghantar ionic (larutan elektrolit) mengikuti hokum Ohm:
𝑉
I=𝑅

 Jika penghantar mempunyai luas penampang (yang seragam) = a, dan panjang = l, tahanan
R berbanding lurus dengan tahanan jenis pengantar ρ sesuai dengan persamaan berikut:
1
R= ρ𝑎

 Tahanan elektrolit dalam sel elektrolisis berbanding lurus dengan jarak antar elektroda.
 Hukum Ohm untuk penghantar ionic (larutan elektrolit) seringkali dirumuskan sebgai
berikut:
I = CV
1
C=𝑅

C didefinisikan sebagai konduktansi dengan satuan ohm-1 atau Siemens (S).


 Konduktivitas jenis σ (ohm-1cm-1) didefinisikan sebagai kebalikan tahanan jenis ρ
1
σ=𝜌
1 𝑅𝑎
Dari persamaan R = ρ 𝑎 ρ= 𝑙
𝑙
Jadi: 𝜎 = 𝑅𝑎

Sebelumya telah didefinisikan:


𝑙
l/R = C jadi : 𝜎 = 𝐶 𝑎

 Perumusan lain hokum ohm untuk larutan elektrolit adalah sebagai berikut:
𝐼 𝑉
= 𝜎
𝑎 𝑙
 Cek persamaan sebelumnya:
𝑉
I=𝑅
𝑉𝑎 𝑙 𝑉
I= = 𝜌𝑙
𝜌𝑙 𝑎
𝑙
R=ρ𝑎
𝑙 𝐼 𝑉
Karena: = 𝜎 maka = 𝜎𝑙
𝜌 𝑎
𝐼 𝑣
l/a = rapat arus dan sesuai dengan persamaan = 𝜎 𝑙 rapat arus berbanding lurus dengan
𝑎

tegangan dan konduktivitas jenis persatuan panjang konduktor.


Konduktivitas jenis
-logam: ± 105 ohm-1cm-1
-Air: 10-7 ohm-1cm-1
-Larutan aqueous: ± 10-1 - 10-2 ohm-1cm-1
Ukuran ion
Derajat hidrasi
Daya hantar molar ion atau konduktivitas antar ion adalah ukuran dari mobilitas suatu ion
dibawah pengaruh kekuatan medan listrik dan juga ukuran kemampuan penghantar arus.
c Na Cl / (mol L-1 ) / 10-4 Sm2 mol-1

106,7
0,1
118,5
0,01
123,7
0,001
126,4 (0 )
pengenceran tidak terhingga
Untuk elektrolit kuat :

- Hubungan  dan c : linier

- Harga , relatif tinggi.

- Ekstrapolasi dari garis linier menghasilkan harga 0

Untuk elektrolit lemah :

- Hubungan  dan c : nonlinier

- Penentuan 0, secara langsung, sukar.

- Harga , relatif rendah.

Perubahan harga  karena pengenceran cukup besar. Dari harga , dapat diperkirakan
larutan adalah elektrolit kuat atau lemah.

 Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah ion yang ada.


 Konduktivitas molar (M) merupakan konduktivitas persatuan konsentrasi molar elektrolit
yang ditambahkan. Konduktivitas molar dinyatakan dalam S Cm-1 mol-1.
𝐾
M = 𝑐

Keterangan: M = konduktivitas molar


K = Konsentrasi molar
c = konsentrasi molar
Bilangan Transport

Arus listrik dihantarkan oleh larutan melalui perpindahan ion-ion positif dan negatif
dalam larutan. Akan tetapi fraksi dari arus total yang dibawa oleh masing- masing ion tidaklah
sama. Misalnya dalam larutan encer magnesium sufat, ion magnesium membawa 0,38 dari total
arus listrik, sementara ion sulfat membawa sisanya yakni 0, 62 bagian dari total arus listrik.
Demikian pula dalam larutan asam nitrat encer, ion nitrat hanya membawa 0,16 kelebihan dari
arus total, sementara ion hydrogen 0,84. Ion sulfat dan ion hydrogen dalam dua larutan di atas
membawa fraksi arus total yang lebih besar dibandingkan dengan pasangan ionya dalam masing-
masing larutan tersebut karena ion-ion tersebut bergarak lebih cepat dari ion-ion yang lain. Jika
kedua ion dalam larutan bergerak dengan kecepatan yang sama, maka masing-masing ion akan
membawa jumlah listrik yang sama pada waktu tertentu. Akan tetapi jika kecepatan ion-ion ini
tidak sama, maka dalam periode tertentu, ion yang lebih cepat akan membawa fraksi arus yang
lebih besar. Fraksi dari arus total yang dibawa oleh masing-masing ion dalam larutan disebut
juga dengan bilangan angkut.
Penentuan bilangan angkut
Ada dua cara untuk menentukan bilangan angkut yaitu:
a) Penentuan bilangan angkut dengan cara hittorf
Penentuan ini didasarkan pada perubahan konsentrasi elektrolit di sekitar elektroda-elektroda
yang disebabkan oleh aliran listrik melalui elektrolit. Prinsip cara ini adalah dengan membagi sel
ke dalam tiga bagian yakni daerah anoda, tengah, dan katoda.
b) Penentuan bilangan angkut dengan cara pergerakan batas (moving boundary)
Penentuan ini didasarkan pada penambahan konsentrasi larutan di sekitar elektrodanya, maka
cara gerakan batas didasarkan pada pergerakan ion-ion ketika beda potensial diterapkan.

Elektrolit yang dipelajari dimasukkan ke dalam alat sebagai lapisan atas, sementara lapisan
bawahnya merupakan larutan suatu garam dengan anion yang sama dan kaionnya harus
mempunyai mobilitas yang lebih kecil dari kation elektrolit yang dipelajari. Sebagai contoh jika
larutan KCl yang akan dipelajari, digunakan sebagai lapisan atas dan lapisan bawahnya biasanya
menggunakan larutan CdCl. Mobilitas Cd lebih kecil daripada K. saat arus dialirkan anion,

Cl bergerak turun ke anoda, sementara Cd dan K bergerak naik ke katoda. Saat ion K naik
tempatnya digantikan oleh Cd, karena itu perbatasan antara kedua larutan juga bergerak naik.
Dengan mengetahui volume yang dilewati perbatasan yang bergerak tadi untuk sejumlah listrik
yang dilewatkan ke dalam sel dapat dihitung bilangan angkut K. Misalnya volume yang dilewati
gerakan perbatasan adalah dari a ke b, jumlah listrik yang dialirkan saat pergerakan pindah dari a
ke b tersebut sebesar Q. (dapat ditentukan dari coulometer). Jika konsentrasi larutan KCl adalah

C, maka konsentrasi K juga C, berarti K yang berpindah dari a ke b adalah sebesar V x C.


Dengan mengetahui jumlah mol K yang pindah dapat dihitung jumlah muatan yang
diangkutnya, dengan demikian maka dapat ditentukan

Penghantaran arus listrik dalam larutan elektrolit dilakukan oleh ion-ion, baik ion positip
maupun ion negatip. Bagian arus total yang dibawa oleh kation disebut bilangan angkut kation,
t+; sedangkan yang dibawa oleh anion disebut bilangan angkut anion, t-. Antara keduanya
berlaku hubungan :

t+ + t- = 1 ….. (1)

Bagian arus yang dibawa oleh kation dan anion bergantung pada kecepatan gerak ion itu dalam
larutan. Pada suhu tertentu hubungan antara bilangan angkut dan kecepatan gerak ion telah
dirumuskan oleh Hittorf sebagai berikut:

t+ = 𝑉+ 𝑉++𝑉− ….. (2) t_ = 𝑉_ 𝑉++𝑉− …… (3)

Persamaan (2) dan (3) dikenal dengan aturan Hittorf (UNY)

Jika penentuan bilangan angkut dengan cara hittorf dengan didasarkan pada penambahan
kosentrasi larutan disekitar elektrodanya, maka cara gerak batas (moving boundary method)
didasarkan pada pergerakan ion ion ketika beda potensial diterapkan. Pergerakkan ion ini pada
perbatasan dua larutan elektrolit dapat langsung diamati (Mulyani: 83)

Bilangan tanspor dari setiap ion didefinisikan sebagai bagian dari arus total yang dibawa oleh ion
utama. bilangan ini disebut juga “Bilangan penghantaran”. Bilangan penghantaran dihitung
dengan a). metode Hittorf ataupun dengan b) metode pembatasan yang bergerak. Dalam metode
pembatas yang bergerak, bilang transport dihitung oleh

1000𝐶𝑖 𝑑𝑉
Ti = 𝐹 𝑙 𝑑𝑡
Dimana Ci adalah konsentasi ion I dalam equivalen dm-3 , I adalah arus listrik dalam amper, V
adalah volume melalui mana pembatas yang bergerak lewat, dinyatakan dalam m3 dan t adalah
waktu dalam detik (Dogra.2009: 495-499).

Karena dalam praktikum ini volume dan konsentrasi larutan elektrolit terukur dan waktu serta
kuat arus juga terukur, maka persamaan diatas dapat dimodifikasi menjadi

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙−𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎


t+ = 𝑚𝑜𝑙−𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛

atau menjadi

t+ = 𝑉𝐶/𝑄 (milama, 2014).

Pada sel elektrolisis zat-zat dapat terurai sehingga terjadi perubahan massa. Peruraian tersebut
disebabkan oleh energy listrik yang diangkut oleh ion-ion yang bergerak di dalam larutan
elektrolit, atau karena adanya daya gerak listrik di dalam sel tersebut. Daya gerak listrik ini

merupakan perbedaan potensial standar electrode negatif (katode) dan potensial standar electrode
positif (anode). Perbedaan potensial standar ini biasanya disebabkan perbedaan bahan yang
dipakai antara anode dan katode, namun bisa juga bahan yang dipakai sama, tetapi konsentrasi
larutan elektrofitnya berbeda. Jenis yang terakhir ini disebut sel konsentrasi (Daryoko.dkk. 2009)

Hukum elektrolisis Faraday

1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui
sel.
2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di elektroda
adalahkonstan tidak bergantung jenis zat.
Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah
96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenislogamnya.C (Coulomb) adalah satuan muatan
listrik, dan 1 C adalah muatan yang dihasilkan bila arus 1 A(Ampere) mengalir selama 1 s.
Tetapan fundamental listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65x104C, yang didefinisikan sebgai
kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkanuntuk menghitung kuantitas
mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus listrik yangtetap mengalir untuk rentang
waktu tertentu (Rani.2013)
Difusi

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membrane dapat berlangsung melalui tiga
mekanisme, yaitu difusi sederhana, difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein
transmembran, dan difusi difasilitasi. Difusi melalui membrane berlangsung karena molekul-
molekul yang berpindah atau bergerak melalui membrane bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lapisan lemak pada membrane secara langsung. Membrane sel
permeable terhadap molekul yang larut dalam lemak seperti hormone steroid, vitamin A, D, E,
dan K serta bahan-bahan organic yang larut dalam lemak. Selain itu membrane sel juga sangat
permeable terhadap molekul anorganik seperti O2, CO2, dan H2O. beberapa molekul kecil khusus
yang terlarut serta ion-ion tertentu, dapat menembus membrane melalui saluran atau chanel.
Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu yang
memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat
melaluinya. Sementara itu, molekul-molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa dan
beberapa garam mineral, tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan
protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane. Proses masuknya molekul
besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi, yaitu pelaluan zat melalui
membrane plasma yang melibatkan protein pembawa atau protein transporter. Protein transporter
tergolong protein transmembran yang memiliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul
yang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transporter yang
khusus, misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transporter yang
khusus untuk mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk glukosa banyak
ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak, dan sel-sel hati, karena sel-sel
tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk dirubah menjadi energi (anonym,2010).

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:
· Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.

· Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.

· Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.

· Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.

· Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya ( sihombing,2010).

Difusi adalah pristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradient konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada teh tawar, lambat laun the menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari
cerek yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler.
Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan molekul yang diam dari solid
atau fluida (Ernawati,2001).

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul
tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:

· Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan
difusi semakin tinggi.
· Ketebalan membrane

Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.

· Luas suatu area

Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.

· Jarak

Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.

· Suhu

Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka,
semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Makromolekul
Sebuah molekul yang sangat besar seperti protein, polisakarida, asam nukleat, atau lipid.
Makromolekul memiliki massa molekul relatif tinggi (berat molekul) dan struktur yang pada
dasarnya terdiri dari pengulangan beberapa unit asal, sebenarnya atau konseptual, dari molekul
massa molekul relatif rendah. Mereka umumnya berbasis karbon dan sering penting secara
biologis.
Dalam biologi, makromolekul adalah istilah yang digunakan untuk membedakan suatu
makromolekul (yang lebih kecil dalam ukuran dan berat molekul). Makromolekul biasanya
digunakan untuk merujuk kepada polimer biologis yang besar, seperti asam nukleat dan protein,
yang terdiri dari monomer kecil dihubungkan bersama.
Pengertian makromolekul
Istilah makromolekul ini diciptakan oleh pemenang Nobel Hermann Staudinger pada tahun 1920,
meskipun publikasi yang relevan pertama pada bidang ini hanya menyebutkan senyawa molekul
tinggi (lebih dari 1.000 atom). Pada waktu itu frasa polimer, seperti yang diperkenalkan oleh
Berzelius di 1833, memiliki arti berbeda dari hari ini: itu hanya bentuk lain dari isomer misalnya
dengan benzena dan asetilena dan tidak ada kaitannya dengan ukuran.
Penggunaan istilah untuk menggambarkan molekul besar bervariasi antara disiplin ilmu. Sebagai
contoh, sementara biologi mengacu pada makromolekul sebagai empat molekul besar yang
menyusun makhluk hidup, dalam kimia, istilah ini mungkin mengacu pada agregat dari dua atau
lebih molekul yang diselenggarakan bersama oleh gaya antarmolekul dan bukan ikatan kovalen
tetapi tidak mudah terdisosiasi.
Polimer

A. Polimer

Polimer berasal dari kata poli dan meros yang berarti banyak bagiannya. Polimer adalah molekul
raksasa yang terbentuk dari molekul – molekul kecil yang terangkai secara berulang. Molekul –
molekul kecil penyusun polimer disebut monomer.
Contoh : CH₂ = CH₂ CH₂ = CH₂

Monomer monomer

— CH₂ — CH₂ — CH₂ — CH₂ —

Polimer

Molekul polimer yang terdiri dari atom – atom dalam jumlah yang banyak membentuk molekul
besar disebut makromolekul. Reaksi pembentukan polimer disebut polimerisasi.

B. Penggolongan Polimer

a) Berdasarkan asalnya

1. Polimer alam : polimer yang terbentuk secara alamiah.

Contoh :

Polimer Monomer Polimerisasi Sumber

Protein Asam amino Kondensasi Wol, sutera

Amilum Glukosa Kondensasi Beras, gandum

Selulosa Glukosa Kondensasi Kayu (tumbuhan)

Asam
Nukleotida Kondensasi DNA, RNA
Nukleat

Karet Alam isoprena Adisi Getah pohon karet


2. Polimer Sintetis : polimer yang dibuat dipabrik dan tidak terdapat dialam. Contoh :

Polimer Monomer Polimerisasi Sumber

Polietilena Etana Adisi Plastik

PVC Vinilklorida Adisi Pelapis lantai, pipa

Polipropilen
Propena Adisi Tali plastik, botol plastik
a

tetrofluoroetil
Teflon Adisi Panci anti karat
ena

b) Berdasarkan monomer pembentuknya

1. Homopolimer : polimer yang monomer pembentuknya sejenis. Contohnya : PVC, Selulosa,


Teflon, polistirena, polietilena, amilum, karet alam

2. Kopolimer : polimer yang monomernya merupakan molekul yang berbeda. Contohnya :


nilon 66, dakron, protein, DNA, melamin

c) Berdasarkan sifatnya terhadap panas

1. Polimer termoplastis : polimer yang pada proses pemanasan melunak, contohnya : PVC,
polietilena,

2. Polimer termosetting : polimer yang jika dipanaskan akan mengeras, contohnya : melamin,
selulosa
C. Polimerisasi

Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer pada polimer. Terbagi


menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Polimerisasi adisi

Polimerisasi adisi terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap (tak jenuh) didalam
reaksi tersebut tidak disertai terbentuknya molekul kecil atau tidak ada atom yang hilang. Contoh
: polistirena, poliisoprena(karet alam), Teflon, PVC & polipropilena.

2. Polimerisasi kondensasi

Yaitu reaksi penggabungan monomer yang satu dengan monomer yang lain yang memiliki gugus
fungsi dan didalam reaksi tersebut terdapat molekul yang hilang/lepas (H₂O atau NH₃). Contoh :
bakelit, melamin, nilon & protein.

Karbohidrat, Protein dan Lemak

A. Karbohidrat

Merupakan senyawa karbon yang mengandung gugus fungsi keton atau aldehida dan gugus
hidrosil. Karbohidrat merupakan polimer alami dan disebut juga sakarida. Berdasarkan reaksi
hidrolisisnya, karbohidrat dikelompokan menjadi 3, yaitu :

1. Monosakarida

Merupakan karbohidrat yang paling sederhana dan tidak dapat diuraikan atau dihidrolisis lagi.
Berisomer karena memiliki rumus molekul sama yaitu C₆H₁₂O₆

a) Glukosa : diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum). Sifat – sifatnya :

- Memutar bidang polarisasi cahaya kekanan

- Dapat mereduksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata

- Dapat difermentasi menghasilkan alkohol


- Dapat mengalami mutarotasi

b) Fruktosa/gula buah : diperoleh dari hidrolisis sukrosa. Sifat – sifatnya :

- Memutar bidang polarisasi kekiri

- Dapat mereduksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata

- Dapat difermentasi

c) Galaktosa : diperoleh dari hidrolisis gula susu (laktosa). Sifat – sifatnya:

- Dapat mereduksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata

- Tidak dapat difermentasi

2. Disakarida

Merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida. Disakarida yang
penting, yaitu :

a) Sakarosa (sukrosa) : terbentuk dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa dan mudah
larut dalam air. Sifat – sifatnya:

- Tidak dapat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict maupun Tollens sebab gugus
aldehidanya sudah terikat pada Fruktosa

- Jika sukrosa dipanaskan sampai mencair akan menjadi zat-zat campuran yang berwarna
cokelat yang disebut caramel

b) Laktosa (gula susu) : terbentuk dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa. Rasanya
tidak semanis gula tebu. Sifat – sifatnya:

- Dapat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict maupun Tollens sebab monomer yang satunya
(glukosa & galaktosa) gugus aldehidnya masih bebas
c) Maltosa : terbentuk dari 2 molekul glukosa. Terdapat pada tumbuhan (gandum). Sifat –
sifatnya:

- Dapat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict dan Tollens

- Dihidrolisis dengan katalis asam atau enzim maltase menghasilkan 2 molekul glukosa

3. Polisakarida : merupakan polimer dari monosakarida. Semua polisakarida sukar larut


dalam air dan tidak mereduksi pereaksi Fehling, Benedict dan Tollens. Polisakarida yang
penting, yaitu:

a) Selulosa : polimer alam dengan glukosa sebagai monomernya. Merupakan penyusun utama
dinding sel tumbuhan, selulosa digunakan untuk pembuatan kertas dan rayon. Sifat – sifatnya:

- Gugus OH pada molekul selulosa dapat dinitrasi.

- Contohnya seluloid (selulosa nitrat dalam kamper), dapat digunakan untuk pembuatan film
dan cat semprot.

b) Amilum/pati : disebut zat tepung, merupakan sumber energy bagi tumbuhan dan hewan.
Amilum terdiri dari amilosa & amilopektin. Sifat – sifatnya:

- Dengan air panas, amilosa dan amilopektin mengembang membentuk sol dapat digunakan
untuk lem atau perekat

- Dapat dihidrolisis oleh larutan asam encer (katalis) menghasilkan glukosa, sedangkan
hidrolisis dengan enzim diastase menghasilkan maltose (gula pati)

c) Glikogen : terdapat dalam tubuh hewan terutama dalam hati. Berfungsi sebagai bahan
cadangan karbohidrat bagi hewan. Sifat – sifatnya:

- Dapat larut dalam air dingin, tapi tidak membentuk gel

- Dapat bereaksi dengan iodine dan memberikan warna cokelat, karena rantai polimernya
bercabang
B. Protein

Adalah senyawa polipeptida yang dihasilkan dari polimerisasi kondensasi asam amino
yang bergabung satu sama lain melalui ikatan peptida.

1) Sifat – sifat protein

- Sukar larut dalam air karena ukuran molekul sangat besar

- Mengalami koagulasi oleh pemanasan, penambahan asam atau basa

- Bersifat amfoter karena membentuk zwitter ion

- Dapat mengalami kerusakan (denaturasi) oleh pemanasan

2) Fungsi protein

- Sebagai enzim (biokatalisator)

- Alat angkut (transport)

- Antibody (immunoglobulin)

- Penyusun jaringan (structural)

- Pengendali pertumbuhan

C. Lipid (lemak)

Merupakan substansi biologis yang tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik
yang kurang polar (eter & kloroform). Penggolongan lipid, yaitu :

1) Lemak

· Adalah ester gliserol dengan asam – asam lemak

· Berfungsi sebagai cadangan makanan

· Terbagi menjadi 2, yaitu: lemak jenuh dan lemak tak jenuh (minyak)
2) Fospolipid

· Merupkan ester dari gliserol, salah satu contoh lemak majemuk.

· Termasuk dalam lipid yang terhidrolisis

· Contoh fosfolipid adalah membran sel dan kuning telur

3) Steroid

· Senyawa turunan lipid yang tidak terhidrolisis

· Merupakan bahan dasar pembuatan garam empedu, hormon & vitamin D, berperan
sebagai perkursor dari hormon steroid & asam empedu yaitu suatu zat pengemulsi lemak yang
kemudian mengeluarkannya melalui usus halus.

· Contoh steroid : kolesterol, progesteron, estrogen


Kimia Koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat
yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium
mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.
Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari
zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran
heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.
Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang sebenarnya tidak larut dalam air ataupun
medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti campuran yang homogen layaknya
larutan garam dan bukan seperti campuran heterogen layaknya campuran pasir dengan air. Hal
ini terjadi sebagaimana cat merupakan sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau
medium pelarut cat lainnya.

Jenis-jenis Koloid

Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase tersispersi padat), emulsi
(fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut
aerosol.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan
seperti pada tabel berikut.

ase Terdispersi Fase Pendispersi Jenis Koloid Contoh Koloid


Cair Gas Aerosol Kabut, awan, hair spray
Padat Gas Aerosol Asa, debu di udara
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Cair Cair Emulsi Susu, santan, mayonnaise
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat, pasta gigi
Karet busa, Styrofoam, batu
Gas Padat Buih padat apung
Cair Padat Emulsi padat (gel) Margarin, keju, jelly, mutiara
Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam

Sifat-sifat koloid

1. Efek Tyndall

Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan. Namun, ketika berkas
cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Efek penghamburan cahaya
oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan
sistem koloid dari larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir
sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).

2. Gerak Brown

Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur patah-patah (zig-
zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh terjadinya tumbukan antara
partikel koloid dengan medium pendispersi. Gerakan acak partikel ini disebut gerak Brown.
Gerak Brown membantu menstabilkan partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara
partikel terdispersi dan medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.
Muatan koloid

a. Adsorpsi

Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak bermuatan
pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada permukaan zat ini
disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya
sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan
ion-ion yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena
mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion-
ion negatif.
b. Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di mana partikel bermuatan
bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid
bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif
akan bergerak ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel koloid
berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.

4. Koagulasi

Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem koloid.
Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak stabil dan
bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel ini disebut
koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan
mengendap akibat pengaruh gravitasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
2. menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid bermuatan negatif
akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel koloid bermuatan positif akan
digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus listrik cukup lama;
3. menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid
bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid bermuatan
positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan lapisan pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut
cukup dekat, muatan partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi.
Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif;
4. menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem koloid
dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling mengadsorpsi sehingga
terjadi koagulasi.
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan koloid pelindung, yakni suatu koloid yang
berfungsi menstabilkan partikel koloid yang terdispersi dengan membungkus partikel tersebut
sehingga tidak dapat saling bergabung membentuk gumpalan.

Pembuatan koloaid

1. Pembuatan Koloid Dengan Cara Kondensasi

Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel yang
lebih besar (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:

1. Reaksi redoks
Contoh: pembuatan sol belerang

2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(koloid) + 2H2O(l)


2. Hidrolisis
Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air mendidih
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
3. Dekomposisi rangkap
Contoh: pembuatan sol AgCl

AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)


4. Penggantian pelarut
Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid
berupa gel
2. Pembuatan Koloid Dengan Cara Dispersi

Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:

1. Cara mekanik
Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling koloid hingga
tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk
yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.

2. Cara peptisasi
Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah). Contoh:
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh
air.
3. Cara busur Bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium pendispersi lalu
kedua ujung elektroda diberi loncatan listrik.

Anda mungkin juga menyukai