FISIKA DASAR 1
“Daya Hantar Larutan”
Disusun Oleh :
Ira Palupi
022000021
I. TUJUAN
a. Mampu memahami proses hantaran listrik dalam larutan
b. Mampu menentukan daya hantar listrik larutan elektrolit
c. Mampu mencari tahu urutan konsentrasi larutan dari yang terkecil hingga terbesar
Aliran listrik dalam suatu elektrolit akan memenuhi hukum ohm yang menyatakan bahwa
“besarnya arus listrik (I, ampere) yang mengalir melalui suatu larutan sama dengan
perbedaan potensial (V, volt) dibagi dengan tahanan (R, Ω), secara sistematis :
𝑉
𝐼=𝑅 (1)
Tahanan suatu larutan bergantung pada dimensi larutan lainnya berdasarkan rumus :
𝑙
𝑅=𝐴 ρ (2)
Dimana ρ adalah tahanan spesifik atau resistivitas dengan satuan Ohm.m. Sedangkan l
merupakan panjang lintasan yang dinyatakan dengan satuan m dan A sebagai luas
penampang dengan satuan m2. Hantaran listrik atau konduktansi (G) berbanding terbalik
dengan hambatan atau resistansi (R). Apabila hambatan/tahanan semakin besar, maka daya
hantar listriknya akan semakin kecil. Sehingga dirumuskan ke dalam persamaan:
1
𝐺=𝑅 (3)
Dengan melakukan substitusi persamaan (2) ke persamaan (3), maka akan diperoleh
persamaan berikut:
1
𝐺= 𝑙ρ (4)
𝐴
1 𝐴
𝐺= ×
ρ 𝑙
Dengan konduktivitas spesifik atau konduktivitas jenis atau daya hantar () dirumuskan ke
dalam persamaan:
1
=
ρ
Sehingga persamaan hantaran atau konduktansi (G) menjadi:
𝐴
𝐺 = × (6)
𝑙
Dengan melakukan substitusi persamaan (1) dan (2) ke persamaan (5), maka akan diperoleh
persamaan konduktivitas jenis, sebagai berikut:
𝑙
= 𝑉𝐴
𝑖𝑙
𝐼𝑙
=
𝑉𝐴
Berdasarkan hukum ohm, bahwa V merupakan hasil kali dari arus yang mengalir dan hambatan,
maka persamaan konduktivitas jenis dapat dituliskan menjadi:
𝑖 𝑙
=
𝑖𝑅 𝐴
1 𝑙
=
𝑅 𝐴
G = daya hantar listrik (ohm-1 atau Siemen)
= konduktivitas spesifik / konduktivitas jenis (Ω-1 m-1)
A = luas penampang melintang (m2)
= hambatan jenis (Ohm.m)
l = panjang (m)
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum Fisika Dasar II dengan judul Daya
Hantar Listrik antara lain, 3 buah gelas kimia, 2 buah plat tembaga, 1 buah voltmeter, 1 buah
amperemeter, 1 buah power supply, 4 buah jepit buaya, 10 buah kabel penghubung, dan 1
gelas larutan CuSO4.
Langkah kerja percobaan ini dimulai dengan mengisi bejana dengan larutan CuSO 4
konsentrasi 20% dengan volume tertentu dan sebagian elektrode tercelup dalam larutan.
Kemudian, mengukur luasan plat elektroda yang tercelup (A), dilanjutkan dengan mencatat
pada lembar lapora sementara. Langkah ketiga, yakni mengukur jarak antar plat elektroda (l),
dan mencatat pada lembar laporan sementara. Kemudian, membuat rangkaian seperti Gambar
1. Lalu, mencatat tegangan (V) dan arus (I) yang terbaca pada voltmeter dan amperemeter.
Terakhir, ulangi langkah-langkah tersebut untuk konsentrasi larutan CuSO4 yang berbeda-
beda.
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh nilai konduktivitas spesifik, daya hantar listrik,
hambatan jenis, dan hambatan sebagai berikut :
𝐼𝑙
=
𝑉𝐴
Larutan A Larutan B
0,125 × 0,045 0,125 × 0,045
= Ω -1 𝑚 -1 = Ω -1 𝑚 -1
0,55 × 0,001 1,25 × 0,00104
Larutan C
0,125 × 0,045
= Ω -1 𝑚 -1
0,9 × 0,001
5.2 Perhitungan Nilai Daya Hantar Listrik
𝐴
𝐺 = ×
𝑙
Larutan A Larutan B
0,001 0,00104
𝐺= ×Ω 𝐺= ×Ω
0,045 0,045
Larutan C
0,001
𝐺= ×Ω
0,045
1
=
ρ
Larutan A Larutan B
1 1
ρ = 10,24 = 0,098 Ω𝑚 ρ = 4,33 = 0,23 Ω𝑚
Larutan C
1
ρ = 6,25 = 0,16 Ω𝑚
𝑉
𝑅=
𝐼
Larutan A Larutan B
0,55 1,25
𝑅= = Ω 𝑅= = Ω
0,125 0,125
Larutan C
0,9
𝑅= = Ω
0,125
Larutan CuSO4
R (Ω)
B 10 Ω 0,23 Ω𝑚 Ω -1 𝑚 -1
Pada praktikum daya hantar listrik kali ini, pada dasarnya bertujuan untuk memahami
proses hantaran listrik, untuk menentukan besar nilai daya hantar istrik larutan, serta untuk
mengetahui urutan larutan yang memiliki daya hantar listrik dari yang terkecil ke larutan
yang memiliki daya hantar terbesar. Praktikum ini, dilakukan 3 percobaan dengan
menggunakan larutan CuSO4.
Berdasarkan tabel data hasil pengukuran,dapat dilihat bahwa pada percobaan 1 larutan
A memiliki nilai hambatan yang paling kecil yakni sebesar Ω kemudian disusul oleh
percobaan 3 larutan C dengan hambatan sebesar Ω dan percobaan 2 larutan B yang
memiliki hambatan terbesar senilai 10 Ω. Begitu pula nilai dengan nilai resistivitasnya.
Larutan A adalah larutan yang memiliki nilai resistivitas paling kecil, dan larutan B adalah
larutan yang memiliki resistivitas paling besar. Urutan larutan yang memiliki daya hantar dari
yang terkecil dapat dilihat di tabel 2. Hasil perhitungan daya hantar larutan, yaitu larutan B ;
Larutan C ; dan Larutan A. Hal ini dapat dikatakan bahwa data percobaan sesuai dengan
teori, di mana hubungan antara daya hantar larutan dan hambatan adalah berbanding terbalik.
Ini berarti, apabila hambatan semakin kecil, maka daya hantarnya akan semakin besar.
Selain itu, hasil praktikum kali ini didapatkan bahwa larutan A merupakan larutan
elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik dengan baik, karena larutan A memiliki daya
hantar terbesar. Sedangkan larutan B merupakan larutan elektrolit lemah yang memiliki daya
hantar terendah, sehingga kurang baik dalam menghantarkan listrik.
VII. KESIMPULAN
a. Hubungan daya hantar dengan hambatan adalah berbanding terbalik.
b. Pada praktikum kali ini, larutan yang memiliki nilai daya hantar terkecil adalah
larutan B dan lartan yang memiliki nilai daya hantar terbesar adalah larutan A.
c. Larutan A merupakan elektrolit kuat karena memiliki nilai daya hantar yang paling
besar, sehingga sangat baik dalam menghantarkan listrik. Sebaliknya dengan larutan
B yang merupakan elektrolit lemah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jati Ayu, dkk. Petunjuk Praktikum FISIKA DASAR II STTN-BATAN. 2021.
Elektronika Instrumentasi
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum : Daya Hantar Larutan (LM-7)
Tanggal Praktikum : 21 April 2021
Kelompok Praktikum :
Anggota : 1. NIM. (………………)
2. NIM. (………………)
3. NIM. (………………)
4. NIM. (………………)
DATA PENGAMATAN