Anda di halaman 1dari 18

KURIKULUM KEARIFAN LOKAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Telaah dan


Pengembangan Kurikulum di MI
Dosen Pengampu: PatimahM.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 10
Lely Latifah Pauziah (17081070690)
Nuraeni Indah Sari (1708107074)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Kearifan Lokal ........................................................................... 2

B. Hakikat Kearifan Lokal ................................................................................ 3

C. Fungsi Kurikulum Kearifan Lokal ............................................................... 5

D. Landasan Kurikulum Kearifan Lokal........................................................... 5

E. Tujuan Kurikulum Kearifan Lokal............................................................... 7

F. Implementasi Kearifan Lokal di Sekolah ..................................................... 8

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhatian terhadap keragaman khazanah kearifan lokal semakin


menemukan rasionalitasnya dalam konteks Indonesia. Sebagai negara
yang terdiri atas lebih dari 500 etnis dengan ratusan bahasa yang tersebar
pada ribuan pulau, Indonesia tidak diragukan lagi merupakan salah satu
negara yang memiliki kondisi sosial-budaya sangat beragam. Dengan
kenyataan tersebut, pengembangan pendidikan guru berbasis keragaman
budaya yang akan mendidik calon guru mutlak diperlukan. Pengabaian
terhadap kenyataan tersebut telah berimplikasi pada alienasi praksis
pendidikan dengan realitas kontekstualnya1

Para kritisi pendidikan telah sejak lama menyatakan bahwa pendidikan


nasional mengalami kesenjangan kontekstual karena dominasi teori
pendidikan yang diimpor dari luar tanpa melalui proses adaptasi kritis2.
Keterpukauan terhadap praksis pendidikan dari luar menyebabkan para
pengambil kebijakan tidak cukup memberi perhatian untuk menggali
khazanah kearifan lokal untuk dijadikan sebagai basis pengembangan
pendidikan yang menjanjikan terwujudnya pendidikan yang bercorak
Indonesia 3

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?


2. Bagaimana hakikat kearifan local?
3. Apa fungsi kearifan local?
4. Apa saja landasan dari kearifan local?
5. Apa tujuan kearifan local?
6. Bagaimana langkah implementasi kearifan local di sekolah?

1
A Musanna, ‘Model Pendidikan Guru Berbasis Ke-Bhinekaan Budaya Di Indonesia’, Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 17.4 (2011), 383–90.
2
A Salim, Indigenisasi Ilmu Pendidikan Di Indonesia Indonesia Belajarlah: Membangun Pendidikan
Indonesia (semarang: Tiara Wacana, 2007).
3
Wangsalegawa. T, Origin of Indonesian Curriculum Theory and Practice: Possibilities for the
Future (Chicago: University of Illionis, 2009).

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kearifan Lokal

Istilah kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan
lokal (local). Secara umum makna local wisdom (kearifan lokal) dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat
bijaksana. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat
yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan
lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada
di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan
lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal
tertentu melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan
dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.4

Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam dunia pendidikan masih sangat


kurang. Ada istilah muatan lokal dalam struktur kurikulum pendidikan,
tetapi pemaknaannya sangat formal karena muatan lokal kurang
mengeksporasi kearifan lokal. Muatan lokal hanya sebatas bahasa daerah
dan tari daerah yang diajarkan kepada siswa. Tantangan dunia pendidikan
sangatlah kompleks. Apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan global di
bidang sains dan teknologi, nilai-nilai lokal mulai memudar dan
ditinggalkan. Karena itu eksplorasi terhadap kekayaan luhur budaya
bangsa sangat perlu untuk dilakukan.5

Dapat dipahami bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan


proses pendidikan yang didasarkan dan bertumpu kepada pengayaan nilai-
nilai kultural (budaya) suatu masyarakat yang arif dan bijaksana
(adiluhung). Pendidikan ini mengajarkan peserta didik untuk selalu dekat
dengan situasi konkret yang dihadapi sehari-hari. Pendidikan berbasis
kearifan lokal mengajak untuk selalu dekat dan menjaga hubungan dengan
keadaan sekitar yang berada dalam suatu masyarakat tertentu. Hubungan
tersebut terdapat tiga dimensi, yaitu hubungan dengan Allah

4
Abdul Ghofur, ‘Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal’, Wordpress, 2018
<https://abdulghofur91.wordpress.com/2018/07/31/pendidikan-berbasis-kearifan-local-local-
genius/>.
5
Permana Erwin, ‘Kearifan Lokal’, Blogspot, 2012.

Page | 2
(hablumminallah), dengan manusia (hablumminan-naas) maupun dengan
alam (hablumminal’alam).

B. Hakikat Kearifan Lokal

Kearifan bukan hal yang baru dalam praksis pendidikan. Dalam tinjauan
historisnya, upaya menjadi arif atau bijaksana telah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno. Istilah filsafat yang berasal dari kata philo dan sophia yang
berarti cinta dan kebijaksanaan (kearifan) menunjukkan bahwa menjadi
orang yang bijak atau arif dipandang sebagai sasaran akhir yang perlu
dicapai secara personal. Menjadi arif atau bijak diposisikan sebagai
capaian tertinggi dan merepresentasikan pribadi ideal. Dalam Islam,
kearifan (hikmah) dan ilmu (‘ilm) sering diidentikkan, meskipun terdapat
perbedaan substansi. Istilah hikmah atau kearifan sesungguhnya merujuk
pada level atau tingkat ke sadaran tertinggi yang berada di atas
pengetahuan. Al-Qur’an (al-Baqarah: 269) menegaskan bahwa orang yang
diberi hikmah telah memperoleh kebaikan yang banyak.

Kearifan lokal bersandar pada filosofi, nilai-nilai, etika, dan perilaku yang
melembaga secara tradisional untuk mengelola sumber daya (alam,
manusia , dan budaya) secara berkelanjutan. Dengan demikian, kearifan
lokal dapat dirumuskan sebagai formulasi pandangan hidup (world-view)
sebuah komuni tas mengenai fenomena alam dan sosial yang mentradisi
atau ajeg dalam suatu daerah yang terdiri atas perpaduan nilai-nilai suci
firman Tuhan dan nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat .
Pandangan hidup tersebut menjadi identitas komuni tas yang
membedakannya dengan kelompok lain.6

Kearifan lokal termanifestasi dalam berbagai bentuk, misalnya dalam


tradisi, nilai-nilai moralitas dan panduan hidup. Kearifan lokal juga
tertuang dalam petuah-petuah kehidupan yang ditransmisi melalui tradisi
lisan dan hanya sebagian kecil ditransmisikan secara tertulis. Secara lebih
spesifik, kearifan lokal dapat dikelompokkan menjadi lima: kearifan yang
berupa pandangan hidup, kepercayaan atau ideologi yang diungkapkan
dalam kata-kata bijak (filosofi); kearifan yang berupa sikap hidup sosial,
nasihat dan iktibar yang diungkap dalam bentuk pepatah, perumpamaan,
pantun syair atau cerita rakyat (folklor); kearifan berupa ritus atau
seremoni dalam bentuk upacara; kearifan yang berupa prinsip, norma, dan

6
F.X Rahyono, Kearifan Budaya Dalam Kata (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2009).

Page | 3
tata aturan bermasyarakat yang berwujud menjadi sistem sosial; dan
kearifan yang berupa kebiasaan, prilaku sehari-hari dalam pergaulan
sosial.7

Dalam realitasnya, wujud-wujud kearifan lokal sebagaimana dikemukakan


tersebut tidak dapat dipetakan secara tegas. Dalam setiap komunitas,
kearifan lokal berfungsi sebagai proyeksi kolektif yang memanifestasikan
harapan-harapan ideal yang melekat menjadi ingatan bersama (collective
memory). Dalam konsepsi “Ratu Adil” yang terdapat dalam masyarakat
Jawa, misalnya merepresentasikan citra pemimpin ideal yang bersandar
pada nilai keadilan, kemanusiaan dan nilai-nilai universalitas. Selain itu,
kearifan lokal juga berfungsi sebagai alat legitimasi pranatapranata
kebudayaan yang mengikat anggota komuni tas untuk menjaga keles tarian
dan keseimbangan. Fungsi lain kearifan lokal adalah sebagai media
pendidikan. Wujud kearifan lokal yang hampir terdapat dalam setiap
komunitas berupa dongeng, legenda, petuah-petuah adat, serta pantangan
adat secara implisit dan eksplisit berisi konsepsi pendidikan dan medium
transformasi nilai-nilai. Fungsi lain dari kearifan lokal dalam setiap
komunitas adalah sebagai alat pemaksa atau pengontrol agar norma-norma
sosial dipatuhi. Kearifan lokal yang terwujud dalam pantangan a tau
konsepsi mengenai hutan larangan, misalnya mengindikasikan secara jelas
mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Apabila terjadi
pelanggaran terhadap pantangan tersebut akan menimbulkan konsekuensi
pengucilan dan implikasi-implikasi lain yang dapat menggangu harmoni
dalam pergaulan sosial.8

7
K. Rasyidin., Siregar, P., Batubara, “Penyerapan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam Kehidupan
Beragama: Studi Tentang Budaya Lokal Di Medan” Dalam Afif Dan Bahri, S. Ed. Harmonisasi
Agama Dan Budaya Di Indonesia (Jakarta: Balitbang Kemenag, 2009).
8
Sukatman, Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori Dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta: Leksbang Pressindo, 2009).

Page | 4
C. Fungsi Kurikulum Kearifan Lokal

Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan. Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri terhadap alam
dan lingkungannya. Masyarakat mengembangkan cara-cara tersendiri
untuk memelihara keseimbangan alam dan lingkungannya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
melalui pengembangan kearifan lokal memiliki kelebihan tersendiri.
Selain untuk memelihara keseimbangan sumber daya alam dan
lingkungannya, kebudayaan masyarakat setempat pun dapat dilestarikan.

Kearifan lokal memiliki banyak fungsi. Bentuk-bentuk kearifan lokal yang


ada dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-
aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi
kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain
adalah:9

1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya


alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Kearifan lokal berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
4. Kearifan lokal berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan
pantangan.

D. Landasan Kurikulum Kearifan Lokal

Ada beberapa landasan pendidikan berbasis kearifan lokal, antara lain:

1. Landasan Historis

Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam


suatu lokalitas tertentu. Dalam perspektif historis, kearifan lokal dapat
membentuk suatu sejarah lokal. Sebab kajian sejarah lokal, yaitu studi
tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu
lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam

9
Sartini, ‘Menggali Karifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati’, Jurnal Filsafati, 2004.

Page | 5
berbagai aspek kehidupan. Awal pembentukan kearifan lokal dalam
suatu masyarakat umumnya tidak diketahui secara pasti kapan kearifan
lokal tersebut muncul. Pada umumnya terbentuk mulai sejak
masyarakat belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi praaksara ini
yang kemudian melahirkan tradisi lisan.10

Secara historis tradisi lisan banyak menjelaskan tentang masa lalu


suatu masyarakat atau asal-usul suatu komunitas. Perkembangan
tradisi lisan ini dapat menjadi kepercayaan atau keyakinan masyarakat.
Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan terdapat upaya untuk
mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang
disampaikan secara lisan dan terus menerus diwariskan dari generasi
ke genarasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang
menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai
cerita masa lalunya. Tradisi lisan merupakan cara mewariskan sejarah
pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan
verbal yang berupa pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau
oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang ini.

2. Landasan Psikologis

Secara psikologis pembelajaran berbasis kearifan lokal memberikan


sebuah pengalaman psikologis kepada siswa selaku pengamat dan
pelaksana kegiatan. Dampak psikologis bisa terlihat dari keberanian
siswa dalam bertanya tentang ketidaktahuannya, mengajukan
pendapat, persentasi di depan kelas, dan berkomunikasi dengan
masyarakat. Dengan pemanfaatan lingkungan maka kebutuhan siswa
tentang perkembangan psikologisnya akan diperoleh. Karena
lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya
adalah belajar. Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang
menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman.

3. Landasan Politik dan Ekonomi

10
Suhartini, ‘Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan’, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta, 2009.

Page | 6
Secara politik dan ekonomi pembelajaran berbasis kearifan lokal ini
memberikan sumbangan kompetensi untuk mengenal persaingan dunia
kerja. Dari segi ekonomi pembelajaran ini memberikan contoh nyata
kehidupan sebenarnya kepada siswa untuk mengetahui kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Karena pada akhirnya siswa dididik dan
disiapkan untuk menghadapi persaingan global yang menuntut
memiliki ketrampilan dan kompetensi yang tinggi di lingkungan sosial.

4. Landasan Yuridis

Secara yuridis pembelajaran berbasis kearifan lokal mengarahkan


peserta didik untuk lebih menghargai warisan budaya Indonesia.
Sekolah Dasar tidak hanya memiliki peran membentuk peserta didik
menjadi generasi yang berkualitas dari sisi kognitif, tetapi juga harus
membentuk sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan tuntutan
yang berlaku. Apa jadinya jika di sekolah peserta didik hanya
dikembangkan ranah kognitifnya, tetapi diabaikan afektifnya.
Tentunya akan banyak generasi penerus bangsa yang pandai secara
akademik, tapi lemah pada tataran sikap dan perilaku. Hal demikian
tidak boleh terjadi, karena akan membahayakan peran generasi muda
dalam menjaaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Nilai-nilai
kearifan lokal yang ada di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran di Sekolah Dasar. Tak terkecuali dalam pembelajaran
untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme. Dengan diintegrasikannya
nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah Dasar
diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kerifan lokalnya
sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri.
11

E. Tujuan Kurikulum Kearifan Lokal

Tujuan dari pendidikan berbasis kearifan lokal ialah sesuai dengan yang
telah termaktub dalam undang- undang nasional yaitu Undang- undang
(UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

11
Muhammad Takari, ‘Kearifan Lokal’, Wordpress, 2017
<http://www.etnomusikologiusu.com./artikel-kearifan-lokal.html. >.

Page | 7
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan
manfaat dari pendidikan yang berbasis kepada kearifan lokal antara lain
ialah:

1. Melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan bermartabat.


2. Merefleksikan nilai-nilai budaya.
3. Berperan serta dalam membentuk karakter bangsa.
4. Ikut berkontribusi demi terciptanya identitas bangsa.
5. Ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa.

F. Implementasi Kearifan Lokal di Sekolah

Sekolah berbasis kearifan lokal tidak serta merta muncul begitu saja,
melainkan terdapat proses dan langkah-langkah, sehingga suatu sekolah
dapat dikatakan berbasis kearifan lokal. Langkah-langkah tersebut mulai
dari mengumpulkan berbagai jenis kearifan lokal sampai pada
penerapannya dalam pendidikan baik terintegrasi dalam mata pelajaran
maupun menjadi mata pelajaran pengembangan diri. Kemendiknas (2011)
menguraikan hasil analisis tentang penentuan jenis keunggulan lokal
dalam implementasinya di sekolah dalam pembelajaran, yang meliputi:
inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, analisis kondisi internal
sekolah, analisis lingkungan eksternal sekolah, dan strategi
penyelenggaraan sekolah berbasis kearifan local.12

Penjabaran langkah-langkah tersebut antara lain:


1. Inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, dilakukan dengan:
a. Mengidentifikasi semua potensi keunggulan daerah pada setiap
aspek potensi (SDA, SDM, Geografi, Sejarah, Budaya);

12
Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Prosidind, Seminar Nasional
Fisika Dan Pendidikan Fisika (surakarta: FKIP UNS, 2013).

Page | 8
b. Memperhatikan potensi keunggulan lokal di kabupaten/kota yang
merupakan keunggulan kompetitif dan komparatif;
c. Mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi melalui
dokumentasi, observasi, wawancara, atau literatur;
d. Mengelompokkan hasil identifikasi setiap aspek keunggulan lokal
yang saling terkait.
2. menganalisis kondisi internal sekolah, yaitu:
a. Mengidentifikasi data riil internal sekolah meliputi peserta didik,
diktendik, sarpras, pembiayaan dan program sekolah;
b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sekolah yang dapat
mendukung pengembangan potensi keunggulan lokal yang telah
diidentifikasi;
c. Menjabarkan kesiapan sekolah berdasarkan hasil identifikasi dari
kekuatan dan kelemahan sekolah yang telah dianalisis.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah, yaitu:
a. Mengidentifikasi data riil lingkungan eksternal sekolah meliputi
komite sekolah, dewan pendidikan, dinas/instansilain;
b. Mengidentifikasi peluang dan tantangan yang ada dalam
pengembangan potensi keunggulan lokal yang telah diidentifikasi;
c. Menjabarkan kesiapan dukungan pengembangan Pendidikan
berbasis kearifan lokal berdasarkan hasil identifikasi dari peluang
dan tantangan sekolah yang telah dianalisis.

Disamping itu, dalam melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah


perlu memperhatikan tiga hal yaitu tema keunggulan lokal, penetapan jenis
keunggulan lokal, dan kompetensi keunggulan lokal.

1. Dalam tema keunggulan lokal, harus diperhatikan bahwa:


a. Tema keunggulan lokal diartikan sebagai pokok pikiran atau ide pokok
dari keunggulan lokal yang akan dilaksanakan pada satuan pendidikan;

Page | 9
b. Kemungkinan mendapat lebih dari pada 1 tema dapat terjadi. Dipilih
yang sangat potensial, paling kuat keterkaitannya dengan kesiapan
sekolah dan dukungan eksternal sekolah;
c. Tema sebagai sebuah label harus mampu menginspirasi serta
memotivasi warga sekolah melakukan suatu perubahan yang membuat
iklim dan budaya sekolah sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
d. Tema menggunakan kalimat yang singkat, jelas, danmudah dipahami.
Misalnya, SMA Berwawasan Bahari atau SMA Berbasis Pertanian.
2. Penetapan Jenis Keunggulan Lokal, harus diperhatikan perlunya:
a. Mengidentifikasi semua alternatif jenis keunggulan lokal
berdasarkan tema yang telah ditetapkan;
b. Memilih satu alternatif jenis keunggulan lokal dengan
memperhatikan hal-hal sbb: (1) minat dan bakat peserta didik, yang
dapat dihimpun melalui angket, (2) kesiapan sumber daya sekolah
(3) dapat menjadi keunggulan komparatif atau keunggulan
kompetitif satuan pendidikan;
c. Jenis keunggulan lokal menjadi acuan untuk mengembangkan
kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh peserta didik ketika
lulus dari satuan pendidikan (pengembangan Standar Kompetensi
Lulusan/SKL).
3. Kompetensi Keunggulan Lokal, harus diperhatikan:
a. Kompetensi keunggulan lokal yang dikembangkan adalah Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar;
b. Standar Kompetensi keunggulan lokal adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dari jenis
keunggulan lokal yang telah ditentukan
c. Kompetensi keunggulan lokal menggambarkan sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam keunggulan
lokal yang dipilih sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi untuk digunakan dalam pembelajaran

Page | 10
4. Penentuan jenis keunggulan lokal adalah dengan melakukan strategi
penyelenggaraan PBKL, yaitu bahwa yang menjadi acuan dalam
menentukan strategi penyelenggaraan PBKL adalah:
a. Untuk kompetensi pada ranah kognitif (pengetahuan) maka
strateginya adalah dengan cara mengintegrasikan pada mata
pelajaran yang relevan atau melalui muatan lokal;
b. Untuk kompetensi pada ranah psikomotor (keterampilan) maka
strateginya adalah dengan menetapkan Mata Pelajaran
Keterampilan;
c. Untuk kompetensi pada ranah afektif (sikap) dapat dilakukan
dengan cara Pengembangan Diri, Mata Pelajaran PKn, Mata
Pelajaran Agama atau Budaya Sekolah. d. Strategi
penyelenggaraan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan
kemampuan masing masing sekolah.

Langkah-langkah di atas sejalan dengan pemikiran Jamal Ma’mur Asmani


yang menjabarkan tahapan strategi implementasi sekolah berbasis kearifan
lokal yaitu13:

1. Tahap Inventarisasi Keunggulan Lokal Tahap ini dilakukan untuk


mengidentifikasi seluruh keunggulan lokal yang ada di daerah.
Keunggulan lokal diinventarisasi dari aspek sumber sumber daya
manusia, sumber daya alam, geografis, sejarah, dan budaya yang
dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, atau studi literatur;
2. Tahap Analisis Kesiapan Satuan Pendidikan Pada tahap ini
pendidik/tim yang ditugaskan sekolah menganalisis semua
kelebihan/keunggulan internal dan eksternal satuan pendidikan yang
dilihat dari berbagai aspek dengan cara mengelompokkan keunggulan
yang saling berkaitan satu sama lain;

13
Jamal Ma’mur, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (Yogyakarta: DIVA Press, 2012).

Page | 11
3. Tahap Penentuan Tema dan Jenis Keunggulan Lokal Tahap ini
mempertimbangkan tiga hal yaitu:
a. Hasil inventarisasi proses keunggulan lokal yang dihasilkan, dipilih
keunggulan lokal yang bernilai komparatif dan kompetitif;
b. Hasil analisis internal dan eksternal satuan pendidikan;
c. Minat dan bakat peserta didik.
4. Tahap Implementasi Lapangan Tahap implementasi lapangan harus
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing satuan pendidikan,
mengacu pada hasil analisis faktor eksternal dan internal, hasil
inventarisasi potensi keunggulan lokal, minat, serta bakat peserta
didik. Selain itu, harus memperhatikan kompetensi yang telah
dikembangkan/ditetapkan. Lebih baik yang dipilaih keunggulan lokal
yang dominan pada elemen skill (keterampilan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat empat langkah dalam


mengimplementasikan sekolah berbasis kearifan lokal yaitu dimulai dari
tahap inventarisasi keunggulan lokal, menganalisis keadaan sekolah,
menentukan tema keunggulan lokal yang akan digunakan, dan langkah
terakhir yaitu implementasi keunggulan lokal dalam satuan
pendidikan/sekolah.

Page | 12
BAB III
KESIMPULAN

Page | 13
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Permana, ‘Kearifan Lokal’, Blogspot, 2012

Ghofur, Abdul, ‘Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal’, Wordpress, 2018


<https://abdulghofur91.wordpress.com/2018/07/31/pendidikan-berbasis-
kearifan-local-local-genius/>

Ma’mur, Jamal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (Yogyakarta: DIVA


Press, 2012)

Musanna, A, ‘Model Pendidikan Guru Berbasis Ke-Bhinekaan Budaya Di


Indonesia’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 17 (2011), 383–90

Prasetyo, Zuhdan K., Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Prosidind,


Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika (surakarta: FKIP UNS,
2013)

Rahyono, F.X, Kearifan Budaya Dalam Kata (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,
2009)

Rasyidin., Siregar, P., Batubara, K., “Penyerapan Nilai-Nilai Budaya Lokal


Dalam Kehidupan Beragama: Studi Tentang Budaya Lokal Di Medan”
Dalam Afif Dan Bahri, S. Ed. Harmonisasi Agama Dan Budaya Di Indonesia
(Jakarta: Balitbang Kemenag, 2009)

Salim, A, Indigenisasi Ilmu Pendidikan Di Indonesia Indonesia Belajarlah:


Membangun Pendidikan Indonesia (semarang: Tiara Wacana, 2007)

Sartini, ‘Menggali Karifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafati’, Jurnal


Filsafati, 2004

Suhartini, ‘Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya


Alam Dan Lingkungan’, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian.
Universitas Negeri Yogyakarta, 2009

Sukatman, Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori Dan


Pembelajarannya. (Yogyakarta: Leksbang Pressindo, 2009)

T, Wangsalegawa., Origin of Indonesian Curriculum Theory and Practice:

Page | 14
Possibilities for the Future (Chicago: University of Illionis, 2009)

Takari, Muhammad, ‘Kearifan Lokal’, Wordpress, 2017


<http://www.etnomusikologiusu.com./artikel-kearifan-lokal.html. >

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai