Anda di halaman 1dari 11

Nama kelompok : Aditrama Sinulingga

Benarisa Panjaitan

Elisabet Lingga

Nola Tarigan

Samuel Hutabarat

Yosefaria Sagala

Tingkat/ juruasan : I A/ Theologi

Mata kuliah : Pengantar PAK dan kateketika

Dosen : Meri Uliana Ginting M.Si. Teol

SEJARAH KATEKETIKA

(1) Katekese dalam Perjanjian Baru, (2) Katekese dalam Gereja


Mula-mula ( Abad pertama), (3)Katekese pada Abad Pertengahan

I. Pendahuluan
Pengajaran kateketika berkembang dari perjanjian lama sampai dengan
perjanjian baru, dalam Gereja Mula-mula ( Abad Pertama), sampai ke Abad
pertengahan. sebelum Yesus naik ke Sorga Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya.
Supaya mereka pergi ke seluruh dunia untuk mengabarkan injil keseluruh dunia. dan
pada akhirnya mereka pergi untuk mengajar sesuai dengan apa yang mereka pelajari
dari Dia. Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa ajaran Katekese didasarkan pada
ajaran Yesus.
II. Pembahasan
2.1. Katekese dalam Perjanjian Baru
2.1.1. Sejarah Katekese dalam perjanjian Baru
Sebenarnya, pada Zaman tuhan Yesus pengajaran agama kaum Jahudi
sudah sangat berkurang mutu rohaninya. penyelidikan dan pengajaran tentang
taurat telah bersifat formil dan kaku. Huruf hukum-hukum itu terlampau di
utamakan. pengajaran agama mulai menitik beratkan derajat tinggi kaum Jahudi
secara bangsa dan jenis manusia. jiwa taurat telah menang atas sifat rohani dari
agama israel semula. kitab-kitab bersifat congkak. Tetapi kendatipun demikian,
belakang bagi pendidikan agama di kemudian hari. dengan itu kita tiba pada masa
perjanjian baru.1
2.1.2. Tokoh-tokoh dalam pengajar katekese dalam Perjanjian
Baru:
1. Tuhan Yesus

Disamping jabatannya sebagai penebus dan pembebas, Tuhan Jesus


juga sebagi seorang guru yang agung dan keahliannya sebagai serang guru
umumnya di perhatikan dan di puji oleh rakyat Jahudi, dan mereka menyebut
dia “rabbi. Sebab ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak
seperti ahli-ahli taurat yang biasa mengajar mereka ( Mat 7:29). Tuhan Yesus
mengajar dimana saja. Jesus tidak memerlukan sekolah dan atau gedung
tertentu, dan pengajarannya tidak terikat oleh waktu. Banyak metode yang di
pakainya dan segala metode itu masih penting dan perlu di pelajari. ia sering
memakai perumpamaan-perumpamaan, dan acap pula ia mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan yang kemudian menjadi bahan pengajarannya. Cara
pengajarannya sangat istimewa pula. Biasanya Tuhan Jesus tidak
membentangkan suatu ajaran dengan menyuruh orang mempercayai itu.2

Ajaran Tuhan Yesus:

I. pendidikan keselamatan (logos). Diajarkan kepada jemaat dan kepada


orang yang ingin menjadi anggota jemaat.3
II. Ibr 6:2 Menyebut 4 ajaran Yesus Kristus;
- Ajaran tentang Pembaptisan
- Ajaran tentang Penumpangan Tangan.
- Ajaran tentang Kebangkitan Orang mati.
- Ajaran tentang Hukuman yang Kekal.

1
Homrighausen, E.G dan Enkalar, I.H, Pendidikan gama Kristen, ( BPK- GM,1993) 16
2
Ibid,16-17
3
G. Riemer, Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih (jakarta 1999) 39
III. Hal doa: Doa merupakan unsur tetap PAK dalam Perjanjian Baru,
dapat disimpulkaan dari nats Doa Bapa Kami (Mat 6:9-13 dan Luk
11:2-4).4
IV. Kerajaan Allah, yang di jelaskan dengan berbagai perumpaan (Mat 13)
V. Kehendak Allah, merupakan hal yang penting dan menentukan dalam
hidup dan karya Yesus, termasuk orang-orang yang percaya
kepadanya.
VI. Kemanusiaan, menjadi salah satu tekanan utama ajaran Yesus, sebab
manusia adalah mahluk mahkota ciptaan Allah yang harus memberikan
contoh bagi mahluk-mahluk lainnya yang hidup bersama-sama di
dunia ini.
VII. Dosa, hal yang nyata dan berpengaruh dalam hidup di dunia ini dan
sebab itu harus di mengerti dengan baik dan tepat oleh manusia
percaya agar kelak memperoleh hidup kekal di sorga.
VIII. Nilai-nilai, merupakan ajaran pokok dari yesus sebab oleh kuasa dan
pengaruh dosa, banyak nilai-nilai Illahi menjadi nilai duniawi.
IX. Godaan-godaan, yang sejak awal di dunia ini di alami oleh manusia
pertama, bahkan Yesus sendiri . sebab itu masalah godaan ini menjadi
hal pokok dalam ajaran Yesus.
X. Politik, termasuk dalam ajaran Yesus, sebab ia mati di kayu salib
karena politik.
XI. Gereja, sebagai serial baru, merupakan ajaran yesus kepada murid-
Nya.
XII. Musuh-musuh, tidak dilupakan yesus dalam ajarannya, sebab banyak
orang membenci dia dan pengikutnya.
XIII. Keampunan, merupakan ajaran Yesus sebab tanpa keampunan dari
dosa manusia tidak memperoleh hidup yang kekal.
XIV. Kesalahan, Yesus mengajarkan supaya manusia berdosa, pasti banyak-
banyak kesalahan yang di buat dalam perbuataannya diantara
sesamanya dan terhadap Allah.

4
ibid,40
XV. Injil, merupakan bagian sentral dari seluruh ajaran yesus selama ia
hidup didunia ini. tanpa injil, gereja tidak mempunyai pekerjaan di
dunia ini5.
2.Paulus
Setelah Paulus bertobat dan hasrat untuk menjadi hamba tuhan
yang berapi-api, untuk memasyurkan nama Tuhan Yesus itu.
Kemanapun Paulus pergi segala kesempatan dipergunakannya untuk
mengajar orang Jahudi dan kaum Kafir tentang kehidupan bahagia
yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus. Paulus berkotbah di dalam
iman dan Rabi-Rabi Jahudi, rakyat jelata, disegala kota yang
dikunjunginya bahkan mengajar Raja-raja dan wali-wali dan kaum
wanita orang asia, orang Junani, orang Romawi. Dan semua orang
yang ditemui pada perjalanannya yang panjang itu. Paulus mengajar di
rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung yang di sewanya, di
lorong-lorong, di atas kapal dan di bengkelnya,di pasar dalam
kumpulan kaum Filsuf. Tidak ada tempat yang dianggapnya kurang
layak untuk menyampaikan berita tentang Juruselamat Dunia.Rasul
Paulus banyak mengajar dan menulis surat-surat. 6 Di Perjanjian Baru
katekese muncul dalam surat-surat paulus dan dalam naskah yang di
tulis oleh Lukas, teman seperjuangan Paulus.7 Ajaran-ajaran Rasul
Paulus dan para rasul-rasul ( Teman sekerja paulus) di antaranya:
- Pengakuan Iman, dalam PB bagian “pengakuan iman” hanya
menyebut “pengakuan Iman mengenai Yesus sebagai Tuhan
(Kurios)”. pengakuan ini misalnya terdapat dalam surat paulus ke
Korintus dan Filipi ( 1 Kor 12;3 dan Filp 2:11).
- Pendidikan Etis, hal ini merupakan unsur penting dalam pelajaran
PB. Para Rasul selalu menekankan Etika kristen dalam setiap
pengajaran yang mereka lakukan. Ajaran yesus Kristus harus
diterapakan dalam seluruh aspek kehidupan8
Mula-mula Katekese jemaat-jemaat purba rupanya sangat
sederhana. Kadang-kadang hanya beberapa jam saja, dalam Kisah

5
Honrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK-GM,2013),2-4
6
ibid,18
7
G. Riemer, Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih (jakarta 1999) ,32
8
Ibid, 39
para Rasul bahwa Baptisan segera dilayani, sesudah pemberitaan
firman dari para Rasul.9

3. Jemaat Mula-mula.

Sejak mulai berdirinya maka jemaat kristen menjunjung


pengajaran agama. Seperti diketahui orang-orang Kristen muda itu
mula-mula masih berpaut kepada adat agama Jahudi, tetapi lambat laut
mereka mengembangkan perkumpulan-perkumpulannya sendiri.
Didalam perkumpulan itulah mereka belajar, berdoa, berbicara tentang
perbuatan-perbuatan Tuhan Jesus Kristus, makan sehidangan dan
merayakan perjamuan Suci.
Mereka mulai berkotbah dan mengajar supaya banyak orang
lain pula akan percaya pada yesus sebagai penebus dan Tuhan. Jemaat-
jemaat muda itu mkempelajari nubuat-nubuat para nabi dahulu kala
pada yesus kristus, dan mereka asik membaca surat-surat dari rasul
paulus. Sedari dalam perjanjian baru jemaat kristen sangat
mementingkan pendidikan agama. Tugas pengajar itu tentu diserahkan
khususnya kepada kaum guru dan telah mempunyai karunia dan
latihan istimewa untuk pekerjaan mulia itu tetapi seluruh jemaat tetap
mendoakan mereka.10
2.2. Katekese dalam Gereja mula-mula (Abad pertama)
Kemudian,kira-kira pada akhir Abad pertama, bahan-bahan
Katekese gereja purba makin bertambah banyak dan waktu persiapan
juga makin bertambah lama. Hal itu antara lain nyata dari salah satu
Katekismus yang di pakai oleh jemaat-jemaat purba. Pada waktu itu,
yaitu “DIDAKHE”(=Ajaran kedua belas Rasul” berasal dari
lingkungan orang kristen-Yahudi ditulis sekitar tahun 100).11
A. Pengajar
Sedangkan pengajar atau yang berperan dalam katekese Gereja
mula-mula adalah Uskup sebagai imam, para Diaken maupun pembaca
kitab suci bertindak sebagai kateket. Kaum wanita pun, khususnya

9
Dr. J.L.Ch.Abineno, sekitar katekese gerejawi, (jakarta : BPK-GM,2005), 25
10
Honrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK-GM,2013), 19-20
11
Dr. J.L.Ch.Abineno, sekitar katekese gerejawi, (jakarta : BPK-GM,2005), 25
janda yang saleh diijinkan memberi pengajaran kepada katekumen.
Tapi lambat laun ada peraturan bahwa uskup harus memilih kateket
dari antara penatua dan diaken.
B. Peranan keluarga
Sesuai tradisi Yahudi, keluarga dianggap sebagai pusat segala
pendidikan dan pengajaran Kristen. Peranan orang tua memainkan
peranan pentingdalam perkembangan Gereja pada Abad pertama.
Sumbangan pendidikan itu untuk pertumbuhan gereja tidak dapat
diabaikan.
C. Peranan jemaat
Meskipun peranan keluarga begitu penting, sejak semula
Katekese adalah pekerjaan tanggung jawab jemaat. Jemaat
berperan aktif dalam katekese itu. Pemimpin-pemimpin jemaat
biasanya diangkat jadi pengajar ( didaskaloi), mereka dikaruniai
untuk mengajar (Kis 13:1; 1 Kor 12:28; Ef 4:11).
D. Pekabaran Injil dan Katekese
Kegiatan pekabaran injil yang pertama membuat pengajaran
menjadi sangat penting. Dalam Mat 28:19, Usaha menjadikan
murid dikaitkan dengan kerja mambaptis dan mengajar.12

Dalam Abad ke 2 pendidikan Gereja terhadap calon-calon baptisan orang


dewasa telah diatur dengan seksama. Gereja menuntut mereka supaya belajar selama
3 tahun, barulah mereka diuji dan diterima pada perjamuan suci. Sebelum hari
penerimaan dan peneguhan mereka belum diperbolehkan untuk turut
memperdengarkan Doa Bapa Kami bersama dengan jemaat kristen dan hadir pada
13
perayaan Perjamuan Suci. Sebagai bahan katekismus, mereka mempelajari empat
unsur yang biasa kita lihat dalam pendidikan agama kristen, yaitu kepercayaan
(kredo) hukum, sakramen-sakramen dan doa. Tahap terakhir katekisasi (Baptizandi)
pendidikan yang khusus mulai dengan pemeriksaan ulang, mengenai motif-motif yang
ingin dibaptis,dilakukan pemeriksaan kehidupan calon baptisan, termasuk tingkah
lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses semua ini calon baptisan

12
G. Riemer, Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih (jakarta 1999) , 45-46
13
Honrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK-GM,2013),122
dibimbing oleh Paternya ( kalau laki-laki) atau Maternya (kalau perempuan) ialah
bahasa latin dari ayah dan ibu, bukan orang tua jasmani tetapi serani .

Pada saat ini calon baptisan memberikan namanya kepada Presboter (Penatua).
Barulah mereka pendidikan yang sangat intensif, hingga tiba saatnya untuk di baptis.
Pelayanan babtisan biasanya dilayankan pada malam Paskah. sejak 40 hari sebelum
Paskah, uskup menerangkan kepada mereka “homili” ( kotbah katekese harian).
Homili-homili umpamanya menerangkan pengakuan iman. tapi beberapa unsur
kepercayaan sengaja belum diajarkan hingga saat terakhir menjelang Paskah.
Misalnya nats pengakuan baptisan (seperti pengakuan iman rasuli) diajarkan sebelum
Paskah dan diulangi oleh calon baptisan. Barulah calaon baptisan diizinkan
mengucapakn sendiri “ Doa Bapa Kami”. sesudah pelayan baptisan barulah di berikan
katekese secara rinci mengenai arti segala rahasia iman, arti sakramen juga di
ungkapkan lebih jauh. Seiring dengan perkembangan, Gereja dari waktu ke waktu,
lahirlah anak-anak di lingkungan jemaat dari orangtua yang percaya. Dengan kata
lain, mereka masuk kedalam jemaat dan telah menjadi anggota jemaat sejak lahir.
Biasanya baptisan dilayangkan tidak lama setelah kelahiran si anak. Namun kendati
belum mengikti katekisasi, anak-anak itu dianggap sanggup menerima sakramen-
sakramen berkat baptisan yang telah mereka terima. kebiasaan keliru ini muncul dari
anggapan yang salah, bahwa lewat baptisan anak-anak telah diterima untuk menerima
semua sakramen.14 Kemudian, sejak abad ke IV, lama kelamaan peraturan keras dan
baik itu mulai dikendorkan, karena agama kristen telah diijinkan bahkan
dianakmaskan oleh kaisar-kaisar, sehingga beribu-ribu orang suka menjadi
anggotanya. Semakin banyak orang minta masuk,semakin lunak dan gampang syarat-
syaratnya. Katekisasi sidi segera turun mutunya. Pemimpin-pemimpin jemaat menjadi
imam dan sudah kurang menjadi guru.15`

2.3. Katekese dalam Abad Pertengahan

Dalam abad-abad ini Katekese Gereja makin mendangkal.


Pendangkalan ini sebenarnya telah mualai pada akhir-akhir abad pertama. Hal
ini karena pembabtisan anak-anak, yang telah dipraktikan di mana-mana pada
waktu itu. Oleh praktek ini katekese tidak diberikan lagi kepada anak-anak

14
G. Riemer, Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih (jakarta 1999) ,49
15
Honrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK-GM,2013),122-
123
dari keluarga Kristen. sebab menurut tradisi waktu yang diikuti waktu itu
katekese hanya diuntukkan kepada orang-orang yang berpindah agama dari
agama kafir ke agama kristen sebagai persiapan untuk menjadi anggota
Gereja. Karena itu pengajaran katekese harus diberikan sebelum baptisan
sesudah itu tidak perlu lagi.16 Akhirnya pada abad-abad pertengahan persiapan
tiga tahun itu sudah susut menjadi persiapan selama tiga minggu saja. Gereja
kurang mementingkan khotbah dan pengetahuan. Sudah cukup jika angota-
anggotanya dapat menghapal sejumlah doa-doa dan tahu menerima sakramen
menurut petunjuk Gereja. 17 Kita berika beberapa contoh:

- Dalam konsili Reim (625) ditetapkan bahwa tiap-tiap orang


yang mau membaptis anaknya, harus dapat menghafal
“Apostalicum” dan Doa Bapa Kami” dimuka imam. Iman
bertugas untuk menjaga orang tua mengajarkan itu kepada
anak-anak mereka.
- Hal ini terjadi juga dengan hukum. Perhatian makin lama
dicurahkan pada dosa-dosa khusus. Benar, dasar firman belum
hillang sama sekali dari katakese gereja tetapi yang dominan
sekarang adalah nasihat tentang dosa—dosa yang sedang
terjadi. Kemudian Pengakuan dosa pribadi yang timbul dari
pengakuan dosa umum, secara resmi sebagai peraturan
gerejanya. Gereja dibanjiri oleh daftar dosa, sehingga
pembicaraan tentang firman semakin terdesak.
- Hal yang sama juga terjadi pada sakramen-sakramen. Yang
dipentingkan sekarang bukanlah penjelasan sakramen-
sakramen itu, tetapi kekudusan atau barang kali lebih tepat
keseriaan pelayanannya.Sejalan dengan itu pengakuan dosa di
tuntut sebagai syarat dari orang yang menerima sakramen.

Bukan saja unsur-unsur katekese diatas juga ritus-ritus yang kita


sebutkan, seperti penerimaan dalam Katekumenant, pengangkatan sebagai
“competentes”, exorsisme, penempangan tangan, pengurapan, dan lain-lain

16
Dr. J.L.Ch.Abineno, sekitar katekese gerejawi, (jakarta : BPK-GM,2005)33
17
Honrighausen, E.G. dan Enklaar, I.H, Pendidikan agama Kristen, (Jakarta : BPK-GM,2013)123
telah kehilangan artinya yang semula menjadi akta-akta murni liturgis. Karena
itu tidak heran jika ujian para calon baptisan bukan dipakai kepada orang
dewasa saja tetapi juga dalam pelayanan anak-anak kecil.18 Karel agung
pernah mencoba memulihkan keadan buruk itu. Pada waktu itu pengajaran
kekristenan pada rakyat adalah yang terutama urusan-urusan sekolah biara.
Untuk meningkatkan karial Agung membuka sebuah sekolah di Paris, dimana
di ajarkan ilmu Moral, Fisika dan Teologi ( terutama pengertahuan mengenai
kitab suci) yang telah bermutu tinggi sesuai dengan ukuran Zaman itu.19
Dalam abad ke- VIII dan IX ketika berita injil disampaikan kepada bangsa
Jerman Katekese gereja mengallami pembaruan pada waktu itu dituntut lagi
bahwa orang-orang menerima baptisan, harus dipersiapkan dengan baik. Hal
itu nyata dengan jelas surat-surat Alkuinus penassehat Karel Agung dibidang
Teologis yang tidak henti-hentinya mengingatkan supaya orang-orang jerman
jangan ditobatkan dengan kekerasan. Dengan sangat ia meminta kepada
kaisar, supaya kaisar mengutus penginjil-penginjil kepada bangsa-bangsa yang
ditaklukkan dengan tugas untuk mengajar dan mendidik mereka. “sama seperti
anak kecil membutuhkan susu”. Dengan tegas ia katakan, bahwa baptisan baru
dilayani kalau orang-orang dibaptis itu telah mendapat katekese.

Pengaruh karel agung Telah menolong menghidupkan kembali


katekese Gereja, terutama di daerah-daerah sending. Tetapi hal itu tidak lama
berlangsung. Sesudah eropa selesai dikristenkan pengajaran katekese merosot
lagi seperti dahulu dan hanya terdiri dari pengghafalan pengakuan iman dan
doa (= Bapa Kami dan kemudian Avi Maria), pengenalan akan sakramen-
sakramen dan upacara-upacaranya dan pengetahuan akan daftar-daftar dosa
disamping dasar firman dan kadang-kadang ketujuh Mazmur kepada dosa
berhubung dengan pengakuan dosa pribadi makin lama makin memainkan
peran dalam gereja sama dengan pengakuan dosa yang fungsinya dengan
katekumen gereja Purba. Sejalan dengan itu kemerosotan katekese gereja juga
makin lama makin besar, sehingga akhirnya dalam abad ke-15 Katekese gereja
tidak berarti lagi. Kursi pengakuan dosa pribadi mengambil alih fungsinya,
semacam kursi rohani ndengan keputusan-keputusan dan hukumnya

18
Dr. J.L.Ch.Abineno, sekitar katekese gerejawi, (jakarta : BPK-GM,2005), 35
19
G. Riemer, Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih (jakarta 1999) , 57
mencakup seluruh seluiruh hidup anggota jemaat. Daei buku-bukui pengakuan
dosa pribadi, yang khusus ditulis sebagai pedoman bagi para rohaniwan untuk
tugas mereka. Yang paling mencolok adalah bahwa sampai pada waktu itu
alkitab tidak mendapatkan lagi tempat sebagai bahan khusus katekese. Ia
memang kadang-kadang di kutip, tetapi hanya menjelaskan bahan-bahan yang
harus dipelajari.20

III. Refleksi Theologis

Yang menjadi Refleksi Theologis tertulis di dalam 2 Petrus 3:2


“Supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapakan oleh
nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang
disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu”. Surat Petrus ini mengingatkan
kita supaya kita menjalankan perintah Tuhan dan Juruselamat yang
disampaiakan oleh rasul kepada kita. kita tidak boleh terseret dalm kesesatan
oleh orang orang yang tidak mengenal hukum Tuhan.

IV. Kesimpulan

Pada masa Perjanjian baru Katekese diajarkan oleh Tuhan Yesus,


dimana Tuahan Yesus dalam pelayanannya Yesus adalah seoarang rabbi atau
Guru. Kemudaian Katekese diajarkan oleh Para rasul-rasul termasuk rasul
Paulus. kemudian diukung kembali dengan Respon jemaat melakukan apa
yang disampaikan Yesus dan Para Rasul. Kemudian pada masa Gereja Mula-
mula Katekese berkembang dengan baik. denagan memakai katekismus
jemaat yang disebut Didakhe (ajaran keduabelas Rasul). Dalam hal pengajaran
katekese Gereja memberikan perhatian yang baik yaitu mulai dengan proses
pembelajaran yang cukup lama, pengajaran yang intensif, dan bersifat selektif.
tetapi lam kelamaan peraturan keras itu mulai di kendorkan, setelaha Kristen
telah di izinkan dan dianakmaskan oleh kaisar romawi., lama kelamaan
syaratnya makin lunak. bahkan ada kekelirun yaitu adanaya konsep bahwa
anak-anak berhak menerima semua sakramen karena telah menerima baptisan.
Hal ini berdampak sampai abad Pertengahan. Terjadi pendangkalan namun,
Karel agung pernah mencoba memulihkan keadan buruk itu. Pada waktu itu

20
Dr. J.L.Ch.Abineno, sekitar katekese gerejawi, (jakarta : BPK-GM,2005),36-37
pengajaran kekristenan pada rakyat adalah yang terutama urusan-urusan
sekolah biara. Pengaruh Karel Agung Telah menolong menghidupkan kembali
katekese Gereja, terutama di daerah-daerah sending. Tetapi hal itu tidak lama
berlangsung. pendagkalan masih saja terjadi,Yang paling mencolok adalah
bahwa sampai pada waktu itu alkitab tidak mendapatkan lagi tempat sebagai
bahan khusus katekese.

V. Daftar Pustaka

Abineno . J.L Ch, sekitar katekese gerejawi, Jakarta : BPK-GM,2005


Riemer G., Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih Jakarta 1999

E.G Honrighausen, I.H Enklaar, , Pendidikan agama Kristen, Jakarta : BPK-


GM,2013

Anda mungkin juga menyukai