Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GERD (GASTRO


ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)

DI RUANG KASWARI RSD IDAMAN BANJARBARU

TANGGAL 16 – 21 SEPTEMBER 2019

OLEH:
MUHAMMAD BAYU IHSAN, S. Kep.
NIM. 1930913310030

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Muhammad Bayu Ihsan, S.Kep.


NIM : 1930913310030
JUDUL : - Laporan Pendahuluan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) di Ruang Camar RSD Idaman
Banjarbaru
- Resume Pasien di Ruang Camar RSD Idaman Banjarbaru

Banjarbaru, September 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S. Kep. Ns. M. Kep. Sp.Kep. MB Akhmad Rijani, Ns.


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP.19890117 201101 1 001
GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE
(GERD)

Definisi : GERD adalah penyakit Etiologi : Penyakit refluks gastroesofageal dapat disebabkan karena terjadi kontak dalam waktu yang lama
saluran pencernaan kronis yang terjadi antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus, terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus
jika asam lambung atau empedu naik walaupun kontak antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus tidak cukup lama, terjadi gangguan
membalik ke kerongkongan secara sensitivitas terhadap rangsangan isi lambung yang disebabkan adanya modulasi persepsi neural esofageal
berulang. Pada orang normal, refluks baik sentral maupun perifer dan kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Tjokroprawiro, 2015).
ini bisa terjadi pada posisi tegak
setelah makan atau disebut refluks
fisiologis. Keadaan tersebut dikatakan Manifestasi Klinis :
patologis apabila refluks terjadi 1. Heart Burn (rasa panas seperti terbakar di
berulang-ulang sehingga esofagus Klasifikasi : daerah substernal), merupakan gejala tersering
distal terkena pengaruh isi lambung 1. Klasifikasi Los Angeles pada kasus GERD
untuk waktu yang lama (Anurogo, Berdasarkan gambaran endoskopi menunjukkan : 2. Regurgitasi
2016; Tjokroprawiro, 2015). A : Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus 3. Disfagia
dengan diameter < 5 mm 4. Sesak nafas
B: Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan 5. Suara serak atau parau
diameter > 5 mm tanpa saling berhubungan 6. Rasa bengkak pada tenggorokan
C: Lesi yang konfluen tetapi tidak 7. Odinofagia (nyeri ketika menelan)
mengenai/mengelilingi seluruh lumen 8. Rasa asam di mulut (Anurogo, 2016;
D: Lesi mukosa esophagus yang bersifat Smeltzer&Brenda, 2002; Tjokroprawiro, 2015).
sirkumferensial
2. The Genval Workshop Report
a. GERD dengan esofagitis erosif, ditandai Pemeriksaan penunjang :
dengan adanya kerusakan lapisan mukosa di 1. Endoskopi
esofagus pada pemeriksaan endoskopi. 2. Esofagografi dengan barium
b. GERD tanpa erosif (Non Erosive Reflux 3. Pemantauan pH 24 jam
Disease/NERD), tidak terdapat kerusakan 4. Tes Perfusi Berstein
lapisan mukosa di esofagus pada pemeriksaan 5. Manometri esofagus
endoskopi (Susanto, 2002). 6. Sinar X sistem pencernaan bagian atas
(Siantarini, 2012).

Penatalaksanaan :
Komplikasi : GERD menahun (kronis) dapat
1. Modifikasi gaya hidup
menyebabkan penyempitan kerongkongan, tukak
2. Terapi medikamentosa
lambung, perdarahan saluran cerna bagian atas,
3. Pembedahan
lesi pada kerongkongan, dan keganasan berupa
4. Terapi endoskopi
kanker kerongkongan (Anurogo, 2016).
(Siantarini, 2012).
PATHWAY GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

Lambatnya pengosongan Hernia Heatus Obat-obatan, hormonal,


Obesitas
lambung LES yang pendek,
infeksi H.Pilori dan
corpus pdominalis
Tekanan intra abdominal gastritis
meningkat Dilatasi lambung Bagian dari lambung atas
yang terhubung dengan Kekuatan Lower
esofagus akan mendorong ke Esopageal Sprincter
atas melalui diafragma (LES) menurun
Trantient LES Relaxation

Gangguan motilitas

Kegagalan mekanisme
antirefluks

Asam naik ke
esofagus

Terjadi kontak yang lama dan


berulang antara asam lambung
dengan esofagus
Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD)

Asam lambung merusak Rasa asam di Refluks di malam Produksi air


epitel saluran cerna dan mulut hari liur berlebih
iritasi esofagus

Merangsang pusat Aspirasi isi Penumpukan


mual lambung ke
Peradangan sekret
tracheobronkial

Heart Burn non Odinofagia Mual Ketidakefektifan


Cardiac Resiko Aspirasi bersihan jalan
nafas
Nafsu makan
Gangguan Menelan tidak adekuat
Nyeri Akut

Penurunan BB
Refluks berulang

Ketidakseimbangan
Trauma mukosa nutrisi kurang dari
esophagus kebutuhan tubuh

Rupture Gangguan Peristaltik


pembuluh darah pada esofagus

Resiko Resiko Infeksi


Perdarahan
ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

Pengkajian Nyeri Akut Gangguan Menelan


NOC NOC
1. Identitas klien
Kontrol Nyeri Status Menelan
2. Keluhan utama Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam 1x8 jam nyeri pasien teratasi dengan selam 1x8 gangguan menelan pasien dapat
3. Riwayat penyakit
kriteria hasil : teratasi dengan kriteria hasil :
4. Pola fungsional Gordon 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 1. Pasien mampu menelan makanan dengan
Tingkat Nyeri baik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Menangani sekresi mulut
Diagnosis Keperawatan 1x8 jam tingkat nyeri berkurang dengan 3. Tidak ada refluks lambung yang
1. Nyeri akut kriteria: abnormal
1. Ekspresi nyeri wajah
2. Gangguan menelan 2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal NIC
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NIC Terapi Menelan
Manajemen Nyeri 1. Bantu pasien duduk tegak untuk latihan
dari kebutuhan tubuh 1. Lakukan pengkajian nyeri secara makan
4. Resiko infeksi komprehensif meliputi lokasi, 2. Atur posisi pasien dengan posisi duduk
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas selama 30 menit setelah makan
5. Resiko perdarahan dan faktor presipitasi. 3. Sediakan waktu istirahat saat makan
6. Mual 2. Observasi petunjuk non verbal terkait untuk mencegah kelelahan
ketidaknyamanan 4. Berikan makanan secara perlahan dengan
7. Resiko aspirasi 3. Kontrol faktor lingkungan yang lingkungan yang tenang
8. Ketidakefektifan bersihan jalan mempengaruhi ketidaknyamanan (seperti Pemberian Makan
suhu ruangan, pencahayaan, suara 1. Ciptakan lingkungan yang
nafas bising) menyenangkan selama makan
4. Ajarkan teknik non farmakologi : napas 2. Sediakan pereda nyeri yang adekuat
dalam, relaksasi, distraksi, kompres sebelum makan
hangat/dingin 3. Identifikasi adanya refleks menelan
5. Tingkatkan istirahat pasien
Monitor Tanda-tanda Vital
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan
2. Monitor irama dan tekanan jantung
3. Monitor suara paru-paru
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Resiko Infeksi Mual
Kebutuhan Tubuh NOC NOC
NOC Kontrol Resiko Keparahan Mual & Muntah
Status Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam masalah pasien dapat teratasi dengan selama 1x8 jam pasien dapat mengontrol mual
1x24 jam ketidakseimbangan nutrisi pasien teratasi kriteria hasil: dengan kriteria hasil:
dengan kriteria hasil: 1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 1. Frekuensi mual
1. Asupan gizi dan makanan baik 2. Dapat menunjukkan faktor resiko di 2. Frekuensi muntah
2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi lingkungan 3. Sekresi air liur yang banyak
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 3. Menjalankan strategi kontrol resiko yang 4. Intoleransi bau
Nafsu Makan sudah ditetapkan NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 4. Mengenali perubahan status kesehatan Manajemen Mual
jam nafsu makan pasien membaik dengan kriteria NIC 1. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual,
hasil: Kontrol Infeksi termasuk frekuensi, durasi, tingkat
1. Timbulnya keinginan untuk makan 1. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan keparahan, dan faktor pencetus
NIC 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 2. Identifikasi faktor pencetus mual
Manajemen Nutrisi tindakan keperawatan 3. Kendalikan faktor lingkungan yang
1. Kaji adanya alergi terhadap makanan tertentu 3. Gunakan sarung tangan sebagai pelindung menyebabkan mual (misalnya bau tidak
2. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk 4. Pertahankan lingkungan aseptic selama sedap, suara dan stimulasi visual yang tidak
menentukan jumlah kalori dan nutri yang pemasangan alat menyenangkan)
dibutuhkan pasien 5. Gunakan kateter intermitten untuk 4. Ajari penggunaan teknik non farmakologi :
3. Hadirkan lingkungan yang nyaman ketika makan menurunkan infeksi kandung kemih hipnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing,
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah Perlindungan infeksi terapi musik, distraksi, akupresur
dikonsultasikan dengan ahli gizi) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan 5. Berikan istirahat yang cukup
5. Berikan informasi terkait kebutuhan nutrisi lokal Manajemen Elektrolit/Cairan
6. Monitor mual muntah 2. Pertimbangkan status kondisi kesehatan kronis 1. Berikan cairan, yang sesuai
Monitor Nutrisi 2. Catat intake dan output yang akurat
yang ada evaluasi penggunaan tes diagnostik
1. BB dalam batas normal 3. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan
2. Monitor adanya penurunan BB untuk menjawab pertanyaan klinis yang gejala ketidakseimbangan cairan dan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa spesifik (yaitu memahami sensitifitas dan elektrolit menetap atau memburuk
dilakukan spesifikasi tes diagnostik untuk kondisi saat
4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi ini)
5. Monitor turgor kulit 3. Sampaikan pada pasien dan keluarga mengenai
6. Monitor mual dan muntah
apa yang diharapkan dari tes diagnostik
7. Monitor kalori dan intake nutrisi
8. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, 4. Pantau efek samping dari tes diagnostik
papilla, lidah dan cavitas oral
Resiko Aspirasi Risiko Perdarahan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC NOC
Pencegahan Aspirasi Status Sirkulasi NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas
1x8 jam masalah aspirasi pada pasien teratasi 1x60 menit perdarahan tidak terjadi dengan kriteria Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
dengan kriteria hasil: hasil: 1x8 jam masalah terkait pernafasan pasien
1. Mengidentifikasi faktor resiko 1. Tekanan darah teratasi dengan kriteria hasil:
2. Mempertahankan posisi tegak ketika makan 2. Nadi pada 1. Frekuensi dan irama pernafasan
3. Saturasi oksigen 2. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret
NIC 4. Capillary refill 3. Suara nafas tambahan
Pencegahan Aspirasi NIC 4. Akumulasi sputum
1. Monitor tingkat kesadaran, refleks batuk dan Pencegahan perdarahan NIC
kemampuan menelan 1. Monitor dengan tepat risiko Manajemen Jalan Nafas
2. Berikan makanan dalam jumlah sedikit terjadinya perdarahan pada pasien 1. Posisikan pasien (semi fowler) untuk
3. Potong makanan mnejadi potongan-potongan 2. Catat nilai Hb, Ht memaksimalkan ventilasi
kecil 3. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap. 2. Buang sekret dengan batuk atau menggunakan
Monitor Pernafasan 4. Monitor TTV suction
1. Monitor kecepatan, irana, kedalaman dan 5. Berikan produk-produk pengganti darah 3. Auskultasi suara nafas
kesulitan bernafas Manajemen Obat 4. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
2. Monitor suara nafas tambahan 1. Tentukan obat apa yang sesuai dengan kondisi Pengaturan Posisi
3. Auskultasi suara nafas pasien 1. Lakukan cuci tangan
4. Posisikan pasien miring ke samping untuk 2. Monitor terkait efek terapeutik obat 2. Lakukan tindakan suctioning sesuai SOP
mencegah aspirasi 3. Kaji ulang pasien mengenai jumlah dan jenis 3. Monitor dan catat warna, jumlah dan
obat yang dikonsumsi konsistensi sekret
4. Pertimbangkan pengetahuan pasien mengenai
obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. 2016. The Art of Medicine: Seni Mendeteksi, Mengobati, dan
Menyembuhkan 88 Penyakit dan Gangguan Kesehatan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka.

Bulechek, Gloria M. et all. Alih bahasa oleh Nurjanah, Intisari. Tumanggor,


Roxsana D. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Ke-6
Edisi Bahasa Indonesia.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi, 2018–2020. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue. Et all. Alih bahasa oleh Nurjannah, Intisari. Tumanggor, Roxsana
D. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5 Edisi
Bahasa Indonesia.

Siantarini, P.K. 2012. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien


GERD. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.

Susanto, Agus dkk. 2002. Gambaran Klinis dan Endoskopi Penyakit


Refluks Gastroesofagus. Jakarta: FKUI.

Tjokroprawiro, A, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai