Heat Exchanger Shell and Tube
Heat Exchanger Shell and Tube
PENDAHULUAN
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik
kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah
satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana
cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar panas merupakan
alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain tanpa
terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya.
1
bertemperatur tinggi sehingga tidak ada jenis heat exchanger lain yang mampu
untuk bekerja pada kondisi tersebut.
Shell and Tube Exchanger merupakan salah satu exchanger dari tipe
tubular. Exchanger ini melibatkan tube sebagai komponen utama. Tipe shell and
tube sering digunakan dalam industri karena memiliki kelebihan bila
dibandingkan dengan tipe lainnya, antara lain :
1. Konfigurasi yang dibuat dapat memberikan luas permukaan yang besar (>
200 ft2) dengan volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik dan bentuknya cukup baik untuk
operasi bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan.
4. Dapat dibuat dari berbagai material.
5. Mudah dibersihkan dan konstruksinya sederhana
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Heat balance,
3. Caloric temperature ,
Fluida Panas: Shell side Fluida dingin : Tube side
4
14. Design overall coefficient : external surface /lin ft a” dari appendix table
10
Heat transfer surface,
Jika Rd sama atau berlebih dari dirt factor yang diperlukan, maka proses
dibawah pressure drop
Pressure Drop
5
dan laid out 1,25 inch, square pitch. Di susun dengan 4 aliran dan baffles dengan
jarak 5 inch. Apakah HE ini sesuai, dan apa itu dirt factor?
Solusi
Excahanger :
1. Heat balance
Kerosine, Q = 43800 x 0.605 (390 – 200) = 5,100,000 Btu/hr
Mid-continent crude Q = 149000 x 0.49 (170 – 100) = 5,100,000 Btu/hr
2. ∆t :
LMTD = 152,5ºF
R = 190/70 = 0.241
S=
Fr = 0.905
∆t = 0.905 x 152.5 = 138 ºF
3. To dan tc :
6
Tc = 200 + 0.42 x 190 = 280 ºF
Karena flow area kedua shell dan tubes akan sama , di asumsikan lebih
besar aliran di dalam tubes dan perhitungan di tube side
Fluida panas; shell side; kerosene Fluida dingin; tube side; crude oil
7
14. Design overall coefficient
= 0.2618 ft2/in ft
Summary
162 h outside 121
Uc 69.3
Ud 55.8
Rd calculated 0.00348
Rd required 0.00300
Pressure Drop
Fluida panas Fluida dingin
8
Dirt factor 0.00348 diperoleh walaupun hanya 0.003 akan diperlukan untuk
perbaikan berkala, pressure drop tidak berlebih, artinya Exchanger sangat layak
untuk digunakan.
9
Penyelesaian:
Exchanger:
Shell Side Tube Side
ID = 15¼ in. Number and length = 160, 16’00’’
Baffle spaces = 12 in. OD = ¾ in
Passes = 1 BWG = 18 BWG
Pitch = ¾ in. triangular
Passes = 2
1. Heat Balance
Air suling
Q = 175.000 x 1(93-85)
= 1.400.000 Btu/hr
Air mentah
Q = 280.000 x 1(80-75)
= 1.400.000 Btu/hr
2. ∆t
10
Hot fluid: Shell side, distilled water Cold fluid: Tube side, raw water
Saat kedua lapisan memiliki koefisien yang tinggi, tahanan suhu dari
tabung metal tidak bias diasumsikan dari persamaan di atas. Untuk sebuah baja
dengan 18 BWG, Rm tabung = 0,00017 dan Rm tembaga = 0,000017.
11
14. Design Overall Coefficient, UD:
Pressure Drop
12
Dapat dilihat bahwa koefisien keseluruhan dari soal ini adalah 5 kali dari
oil-to-oil exchanger pada contoh sebelumnya, perbedaan yang mendasar terdapat
pada kondisi thermal dari air. Exchanger layak untuk digunakan.
13
Asumsi U konstan:
Dengan menjaga semua faktor konstan kecuali temperatur air outlet dan Δt2,
Kondisi optimum akan tercapai apabila total annual cost minimal, dan saat dCt/dt2
= 0.
Saat nilai dari U tinggi atau ada cairan panas dengan range yang besar,
temperatur outlet-water yang optimal dapat diatas batas dari 120 F. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena biaya perawatan akan meningkat diatas 20% dari biaya
awal saat temperaturnya meningkat diatas 120 F.
14
2.4 Solution Exchangers
Salah satu kelas yang paling umum dari exchangers mencakup pendingin
atau pemanas suatu cairan adanya kekurangan data fisik. Hal tersebut dapat
dimengerti, mengingat sifat properties dan temperatur dibutuhkan bukan hanya
pada kombinasi solute dan solvent, tetapi juga pada konsentrasi yang berbeda.
Beberapa data yang terdapat pada literatur dan studi lain menunjukkan peraturan
dari formula untuk mengestimasi properties pertukaran panas dari cairan saat
rumus tersebut digunakan. Yaitu sebagai berikut:
Thermal comductivity:
Larutan dari liquid organik dan air: menggunakan 0,9 kali conductivity terukur.
15
Larutan dari garam dan air yang disirkulasikan melalui shell: menggunakan 0,9
kali conductivity air sampai konsentrasi 30%.
Larutan dari garam dan air yang disirkulasikan melalui tubes dan tidak melebihi
30%: gunakan Fig. 24 dengan conductivity 0,8 dari air.
Emulsi: menggunakan 0,9 kali conductivity dari liquid yg mengelilingi tetes air.
Specific heat:
Garam yang melebur dalam air: menggunakan panas spesifik yang terukur dimana
panas spesifik dari garam dalam fase kristal.
Viskositas:
Liquid organik dalam organik: menggunakan kebalikan dari jumlah aturan (fraksi
berat atau viskositas) dari tiap komponen.
Liquid organik dalam air: menggunakan kebalikan dari jumlah aturan (fraksi berat
atau viskositas) dari tiap komponen.
Garam dalam air dimana konsentrasinya tidak melebihi 30% dan tidak ada hasil
dari tipe sirup: gunakan dua kali viskositas air. Larutan sodium hidroksida dalam
air dalam konsentrasi sangat kecil harus dianggap sirup dan tidak dapat diestimasi.
16
berakumulasi dalam exchanger dimana kontak secara terus menerus dengan metal
akan mengakibatkan kerusakan. (2) pipa kondensat harus disambung dengan
bijaksana. Misalkan knalpot uap pada 5 psig dan 228 F digunakan untuk
memanaskan lairan dingin yang masuk pada suhu 100 F. Suhu dari dinding tube
akan berada diantara suhu tersebut tapi akan lebih dekat ke steam, anggap 180 F,
yang sesuai dengan tekanan saturasi yang hanya 7,5 psia untuk kondensat pada
dinding tube. Walaupun steam masuk pada tekanan 5 psig, tekanan dari steam
bisa turun ke tekanan dibawah atmosfer, sehingga kondensat tidak akan hilang
dari heater. Justru akan tertinggal dan terakumulasi dalam exchanger sampai
menutup seluruh permukaan untuk pertukaran panas, sehingga steam akan tetap
pada tekanan saat masuk. Proses pemanasan akan terganggu dan tidak seragam.
Maka dibutuhkan trap pada perpipaan.
Mengkoneksikan steam pada tubes lebih efisien dibandingkan
mengkoneksikannya ke bagian shell. Dengan demikian, mengingat kondensat
dapat korosif, maka hanya diperlukan perbaikan pada bagian tube saja, dimana
apabila dimasukkan ke dalam shell, maka kedua-duanya akan mengalami
kerusakan.
Ketika steam digunakan dalam dua sisi tabung, pressure drop yang harus
sangat kecil, tidak boleh lebih dari 1.0 psi, terutama bila ada aliran yang
terpengaruh gravitasi kembali ke kondensat. Dalam sistem gravity-return, aliran
kondensat kembali ke boiler karena perbedaan statis antara kolom vertikal uap
dan kolom vertikal kondensat. Penurunan tekanan didalam exchanger termasuk
pada saat masuk maupun keluar dapat dihitung dengan mengambil setengah dari
pressure drop yang dihitung dengan Persamaan (7.45) untuk kondisi uap masuk.
Kecepatan massa dapat dihitung dari aliran uap masuk dan area aliran yang
dilewati pertama. Bilangan Reynolds berdasarkan kecepatan massa dan viskositas
uap yang didapatkan dari Gambar. 15. Specific Gravity yang digunakan dengan
17
Persamaan (7.45) merupakan densitas uap dari tabel 7 untuk tekanan masuk yang
dibagi dengan densitas air sebesar 62.5 lb/ft3.
Perhitungan ini masih merupakan perkiraan. Hal ini dikarenakan terjadinya
penurunan tekanan secara berturut per ft panjang dengan kuadrat laju massa,
sementara pendekatannya mengasumsikan nilai rata-rata pada saat masuk dan
keluar.
18
Dimana,
Cr = total biaya pertahun (dolar)
CF = biaya tetap pertahun (dolar/ft2)
CE = biaya exhaust steam (dolar/Btu)
CP = Biaya steam proses (dolar/Btu)
TE = suhu exhaust steam (oF)
TP= suhu Steam proses (oF)
t = suhu intermediate diantara shell
Ɵ = total jam operasi pertahun
Solusi:
19
2.8 1-2 Exchangers Tanpa Sekat (Baffles)
200,000 lb/hr dari 20% sugar-solution (s = 1.08) akan dipanaskan dari suhu
100 hingga 122 oF mennggunakan uap bertekanan 5 psi. Melewati exchanger
tanpa baffle dengan 12in. ID, 76 ¾ in. OD, 16 BWG tube 16’0” diadalam 1-in.
square pitch. Gabungan disusun untuk 2 aliran. Bisakah pemanas (exchanger)
menyediakan 0.003 dirt factor tanpa melewati pressure drop sebesar 20 psi?
Solusi:
Penukar Panas:
20
1. Kesetimbangan panas
2. ∆t
3. Tc dan tc: koefisien uap akan sangat besar dibandingkan dengan dengan itu
untuk larutan gula, dan suhu didinding tabung akan lebih mendekati 228 oF
dari pada suhu kalori dari fluida. Fc didapatkan dari U1 dan U2. Gunakan
suhu 111 oF sebagai suhu rata-rata, tc
21
13. Koefisien Overall Uc:
22
Summary
1500 h outside 311
Uc 275
Ud 137
Rd Perhitungan 0.0034
Rd dibutuhkan 0.003
Pressure drop :
Fluida Panas Fluida dingin
Saat sebuah exchanger dalam keadaan bersih, suhu cairan panas yang keluar
lebih rendah daripada suhu keluaran proses. Suhu cairan dingin yang keluar lebih
tinggi dari pada suhu yang keluar. Untuk counterflow memungkinkan untuk
mendapatkan nilai T2 dan t2 pada exchanger yang bersih dari persamaan (5.18),
dimulai dari
𝑤𝑐(𝑡2 − 𝑡1 ) = 𝑈𝐴 × 𝐿𝑀𝑇𝐷
23
Untuk 1-2 exchanger suhu yang keluar bias didapatkan dengan menyatakan
𝑤𝑐(𝑡2 − 𝑡1 ) = 𝑈𝐴𝐹𝑇 × 𝐿𝑀𝑇𝐷, dimana LMTD dalam hal ini dinyatakan sebagai
parameter R dan S oleh persamaan (7.39) dan FT dinyatakan oleh persamaan
(7.41).
Jika FT bisa dieliminasi ketika 𝑈𝐴/𝑤𝑐 di persamaan (7.37) diplotkan
terhadap S, Ten Brock membuat grafik yang ditunjuukan pada gambar (7.25).
Pada 1-2 exchanger A dan wc diketahui. U dapat dihitung dari jumlah aliran dan
suhu, dan R dapat dievaluasi dari 𝑤𝑐/𝑊𝐶. Nilai S bisa dicari langsung dari grafik
dari data diatas. Jika 𝑆 = (𝑡2 − 𝑡1 )/(𝑇1 − 𝑡1 ) dan T1 dan t1 diketahui, maka t2
dapat di cari dan dari heat balance 𝑤𝑐(𝑡2 − 𝑡1 ) = 𝑊𝐶(𝑇1 − 𝑇2 ). Garis dirancang
threshold mewakili initial point yang mana cross temperature terjadi.
24
Contoh 7.9 Suhu Keluar untuk Clean 1-2 Exchanger
Dari contoh 7.3 kerosene-crude oil exchanger, berapa suhu keluaran ketika
exchanger baru di tempatkan?
Jawaban :
Dimana identik dengan suhu group S dan dianggap bahwa t2 = T1. Efisiensi
juga dapat dinyatalan oleh,
𝑊𝐶(𝑇1 − 𝑇2 )
𝑒=
𝑊𝐶(𝑇1 − 𝑡1 )
Meskipun defenisi ini memiliki keunggulan dari standpoint termodinamika,
namun ada kekurangan dari defenisi effisiensi yang sesungguhnya yang mana
melibatkan perbedaan terminal dan perbedaan temperature yng mendekati nol. Ini
25
sama dengan mendefenisikan effisiensi sebagai ratio heat transfer oleh exchanger
yang sesungguhnya dengan exchanger dengan permukaan yang luas.
Dalam proses perpindahan panas ada definisi lain yang lebih sesuai. Suhu
proses dapat menghasilkan perbedaan suhu yang maksimum jika disusun secara
counterflow. Nilai ini muncul dari effisiensi exchanger sebagai rasio dari
perbedaan suhu yang dihasilkan oleh exchanger yang lain menjadi counterflow
yang sesungguhnya. Hal ini identic dengan FT, yang mana secara proportional
mempengaruhi permukaan yang dbutuhkan.
26
BAB III
KESIMPULAN
27