Anda di halaman 1dari 7

Arindra, dkk: Penatalaksanaan Repair Palatoplasty ...

STUDI KASUS

Penatalaksanaan Repair Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z


Plasty

Pingky Krisna Arindra*, Prihartiningsih**, dan Bambang Dwi Rahardjo**


*Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
**Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada dan anggota Staf Medik Fungsional
RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia
*Jl Denta No 1 Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: krisnarindra@ugm.ac.id

ABSTRAK
Kasus bibir dan lelangit sumbing merupakan salah satu kelainan deformitas yang sering terjadi. Keadaan klinis
bervariasi mulai dari kasus sumbing tidak komplit sampai dengan komplit. Keadaan klinis dengan lebar celah yang
bervariasi membutuhkan teknik pembedahan yang tepat. Pasien-pasien dengan bibir dan atau lelangit sumbing mungkin
sebelumnya telah menjalani beberapa intervensi pembedahan, sehingga sering memerlukan koreksi lebih lanjut untuk
memperbaiki hasil operasi sebelumnya. Pasien anak laki-laki usia 4 tahun 7 bulan mengeluhkan masih terdapatnya
celah di lelangit. Pasien didiagnosis dengan labiognatopalatoschisis bilateral. Sebelumnya pasein sudah menjalani 4 kali
operasi penutupan celah bibir dan lelangit. Pasien menjalani 2 kali operasi bibir sumbing dengan metode lip adhesion
dan metode Barsky, dan 2 kali operasi lelangit sumbing dengan metode pushback dilanjutkan dengan koreksi dengan z
plasty, tetapi hasil akhir masih terdapat celah di palatum mole. Selanjutnya dilakukan operasi repair palatoplasi dengan
metode Furlow double opposing z plasty dengan kombinasi insisi lateral, dan didapatkan hasil menutupnya celah di
palatum mole sampai dengan uvula. Telah dilakukan operasi repair palatoplasi dengan metode Furlow double opposing
z plasty. Teknik ini dilakukan untuk menghindari insisi yang terlalu luas dikarenakan terdapatnya jaringan fibrous yang
tebal pada mukosa palatum pasca operasi sebelumnya. Tujuan studi kasus adalah untuk mengetahui kemampuan teknik
Furlow Double Opposing Z Plasty sebagai prosedur repair palatoplasty.
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): hal 115-121

Kata kunci: repair palatoplasty, double oppazing z plasty

ABSTRACT: Repair Palatoplasty Management with Furlow Double Opposing Z Plasty Technique. Cases of cleft
lip and palate are one of the deformity disorders that often occur. There are variety of clinical appearance ranging from
incomplete to complete cases. Clinical appearance with different width requires proper surgical technique. Patients with
cleft lip and palate had undergone surgical intervention, so that they needed surgical correction to repair the result or
failure of the previous surgery. A Four year old boy complain there was cleft on the soft palate. The patient was diagnosed
with labiognatopalatoscisis. The patient had undergone two stages of cleft lip surgery and twice of cleft palate surgery
with pushback method and repair with z plasty, however the result was unsatisfactory. Further, the patient underwent
repair palatoplasty surgery with Furlow double opposing z plasty method combined with lateral relaxing insicion. The
result in the post surgery was the closure of cleft soft palate up to uvula. Repair palataplasty surgery has been done with
Furlow double opposing z plasty method. This technique could avoid extended incision due to thick fibrous tissue on the
palatum mucosa as the result of serial previous surgery. The aim of this case case study is to determine the technical
capabilities of Furlow Double Opposing Z Plasty as palatoplasty repair procedure.
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): hal 115-121

Keywords: repair palatoplasty, double opposing z plasty

PENDAHULUAN sampai ke daerah cavitas nasalis, sehingga


Celah pada bibir dan lelangit adalah suatu terdapat hubungan antara rongga hidung dan
kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian mulut. Bibir dan lelangit sumbing merupakan
atas serta lelangit lunak dan lelangit keras rongga salah satu kelainan deformitas kongenital yang
mulut. Celah pada lelangit atau palatoschisis sering terjadi. Keadaan klinis bervariasi mulai bibir
merupakan kelainan kongenital pada atap/lelangit sumbing tidak komplit sampai dengan komplit, juga
dari mulut yaitu palatum tidak berkembang secara melibatkan prosesus alveolaris maksila, palatum
normal selama masa kehamilan, mengakibatkan dengan tulang nasal yang terlihat di antara celah.1
terbukanya (cleft) palatum yang tidak menyatu

115
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): 115 - 121
p-ISSN 2460-0164
e-ISSN 2442-2576

Frekuensi kejadian sumbing yang cukup lingkungan, keduanya terlibat dalam pertumbuhan
besar dan ukuran celah yang bervariasi merupakan dan perkembangan processus.2 Etiologi dari factor
tantangan bagi ahli bedah mulut untuk melakukan herediter didapatkan data sekitar 25% pasien yang
koreksi. Keadaan klinis dengan lebar yang bervariasi menderita celah lelangit memiliki riwayat keluarga
membutuhkan teknik pembedahan yang tepat. yang menderita penyakit yang sama. Orang tua
Selain itu deformitas dengan asimetri yang cukup dengan celah lelangit mempunyai resiko lebih tinggi
berat merupakan kesulitan tersendiri dalam koreksi untuk memiliki anak dengan celah lelangit. Jika
dengan pembedahan. Pasien-pasien dengan hanya salah satu orang tua yang menderita celah
bibir dan lelangit sumbing mungkin sebelumnya lelangit, maka kemungkinan anaknya menderita
telah menjalani beberapa intervensi pembedahan, celah lelangit adalah sekitar 4%. Jika kedua
sehingga sering memerlukan koreksi lebih lanjut orangtuanya tidak menderita celah lelangit, tetapi
untuk memperbaiki hasil operasi sebelumnya. 1,3,4 memiliki anak tunggal dengan celah lelangit maka
Menurut Berkowitz6 bahwa tidak ada metode resiko generasi berikutnya menderita penyakit yang
satupun yang lebih baik jika dibandingkan sama juga sekitar 4%. Dugaan mengenai hal ini
dengan metode lainnya. Setiap metode terdapat ditunjang kenyataan, telah berhasil diisolasi suatu
kelebihan dan kekurangannya yang dapat menjadi X-linked gen, yaitu Xq13-21 pada lokus 6p24.3
pertimbangan pada pemilihan teknik pembedahan pada pasien celah bibir dan lelangit. Kenyataan
pada koreksi bibir dan lelangit sumbing. Ada lain yang menunjang, bahwa demikian banyak
beberapa metode yang dapat digunakan untuk kelainan/sindrom disertai celah bibir dan lelangit
mengkoreksi bibir dan lelangit sumbing. Khusus (khususnya jenis bilateral), melibatkan anomali
untuk lelangit sumbing beberapa metode skeletal, maupun defek lahir lainnya.2
pembedahan yaitu Von Langenback, Pushback Untuk celah bibir dengan atau tanpa celah
Two or Four Flap,dan Furlow.3 lelangit faktor terjadinya adalah 2% dengan
Bibir dan lelangit sumbing merupakan suatu satu orang tua terpengaruh, 4% dengan hanya
kelainan kelahiran yang terjadi di daerah mulut dan satu saudara sekandung, 9% dengan 2 saudara
bibir. Kelainan ini dapat menyebabkan berbagai sekandung dan 10-17% dengan satu orang tua
variasi masalah yang berhubungan dengan rongga dan satu saudara sekandung. Celah lelangit, 7%
mulut, bicara, pendengaran dan mungkin juga dengan satu orang tua terpengaruh, 2% dengan
mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan posisi satu saudara sekandung, 1% dengan dua saudara
gigi sulung maupun gigi tetap. Pada kelainan ini sekandung.2 Terjadinya celah juga diakibatkan
membutuhkan evaluasi dini dari team dokter gigi oleh sindrom. Sindrom yang umumnya dapat
khususnya ahli bedah mulut dan maksilofasial yang dihubungkan dengan terjadinya celah lelangit
biasa menangani bibir dan lelangit sumbing.4 adalah sindrom Apert’s, Stickler’s dan Treacher
Collins, sedangkan sindrom Van der Woudes dan
Epidemiologi dari bibir dan lelangit sumbing Waardenberg berhubungan dengan terjadinya
terjadi dua kali lebih banyak pada anak laki-laki, celah bibir dengan atau tanpa celah lelangit. Faktor
sedangkan lelangit sumbing dua kali lebih banyak lingkungan juga ditemukan sebagai penyebab
terjadi pada wanita. Bibir sumbing dengan atau tanpa terjadinya celah seperti ethanol, rubella virus,
celah pada lelangit pada umumnya banyak terjadi thalidomide dan aminopterin. Diabetes mellitus
pada ras asli amerika, oriental, caucasians dan maternal dan sindrom amniotic juga sebagai salah
sedikit terjadi pada ras afrika, sebaliknya celah satu penyebab terjadinya celah.2,3
lelangit terjadi konstan pada semua ras. Kombinasi
terjadinya celah pada bibir dan lelangit adalah 30%, Faktor lingkungan juga memberikan kontribusi
celah terisolasi 20% dan celah bibir dan alveolus terhadap terjadinya celah lelangit. Obat-obatan
5%.1,2 yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti
fenitoin, retinoid (golongan vitamin A), dan steroid
Etiologi celah lelangit bersifat multifaktorial beresiko menimbulkan palatoschisis pada bayi.
karena pembentukan celah pada palatum Infeksi selama kehamilan semester pertama seperti
berhubungan dengan faktor herediter dan faktor infeksi rubella dan cytomegalovirus, dihubungkan

116
Arindra, dkk: Penatalaksanaan Repair Palatoplasty ...

dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan yang maksila pada sisi anterior. Smith mengklasifikasikan
menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi fistula berdasarkan letak anatominya di palatum.
makanan (seperti defisiensi asam folat) dapat Klasifikasinya terdiri dari tujuh tipe, tipe I yaitu celah
menyebabkan palatoschisis.2 pada uvula (bifid uvula), tipe II fistula pada palatum
Kepala dan leher dibentuk oleh beberapa mole, tipe III fistula pada sisi yang menghubungkan
tonjolan dan lengkungan, antara lain processus antara palatum durum dan mole, tipe IV yaitu fistula
frontonasalis, processus nasalis medialis dan lateralis, di palatum durum, tipe V yaitu fistula pada palatum
processus maxillaries, dan processus mandibularis. primer dan sekunder, tipe VI yaitu fistula pada sisi
Kegagalan penyatuan processus maxilla dan lingual alveolar, tipe VII yaitu tipe labioalveolar.12
processus nasalis medial akan menimbulkan celah Furlow Double Opposing Z Plasty. Furlow
pada bibir (labioschisis) yang terjadi unilateral atau palatoplasty dilakukan pada kasus palatum lunak
bilateral. Bila processus nasalis medialis, bagian dan celah dangkal unilateral. Biasanya dilakukan
yang membentuk dua segmen antara maxilla, gagal pada anak usia lebih dari 5 tahun ketika faringoplasty
menyatu maka terjadi celah pada atap mulut atau primer juga diindikasikan. Prinsip dasar dari Furlow
lelangit yang disebut palatoschisis.2 z palsty adalah transposisi. Otot palatal dielevasi
Celah lelangit mempunyai banyak sekali sebagai bagian dari dasar flap posterior pada tiap
implikasi fungsional dan estetika bagi pasien dalam z plasty. Bagian nasal z plasty dibuat sebagai
interaksi sosial mereka terutama kemampuan gambaran cermin dari lapisan rongga mulut. Flap
mereka untuk berkomunikasi secara efektif dan dibuat dengan membentuk sudut 60 derajat. Pada
penampilan wajah mereka. Koreksi sebaiknya sisi cleft di insisi terlebih dahulu dan didapatkan
sebelum anak mulai bicara untuk mencegah mucoperiosteal flap.6 Insisi lateral terkadang atau
terganggunya perkembangan bicara. Penyuluhan bahkan tidak diperlukan. Lateral relaxingincision
bagi ibu si anak sangat penting, terutama tentang dibuat untuk mengurangi ketegangan flap ketika
cara memberikan minum agar gizi anak memadai flap ditransposisikan.
saat anak akan menjalani bedah rekonstruksi. Keuntungan dari Furlow palatoplasty adalah
Kelainan bawaan ini sebaiknya ditangani oleh didapatkannya pemanjangan palatum tanpa
tim ahli yang antara lain terdiri atas ahli bedah menggunakan jaringan dari palatum durum,
mulut, dokter spesialis anak, ahli ortodonsi yang diseksi yang presisi dari otot dan transfer otot
akan mengikuti perkembangan rahang dengan dimungkinkan. Tingkat kejadian fistula dilaporkan
giginya, dan ahli logopedi yang mengawasi dan lebih rendah dibandingkan dengan prosedur
membimbing kemampuan bicara.4

Gambar 1. Fistula pada palatum: (A) contoh tipe I, (B) contoh tipe II

Salah satu komplikasi dari operasi palatoplasty lainnya. Velopharyngeal incompetence juga
adalah terjadinya fistula. Tingkat kejadiannya dilaporkan lebih sedikit dibandingkan metode yang
berkisar 10-20%. Fistula ini dapat terjadi di sisi lain. Kerugian dari metode ini adalah kesulitan
manapun, akan tetapi paling umum adalah untuk melakukan reopening pada palatum molle
hubungan antara palatum durum dan palatum mole dan pembagian otot jika akan dilakukan koreksi
pada sisi posterior, dan antara premaksila dan operasi sebelumnya.6,7

117
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): 115 - 121
p-ISSN 2460-0164
e-ISSN 2442-2576

Gambar 2. Desain dan rencana operasi Furlow palatoplasty

Studi kasus ini mengenai penatalaksanaan pemeriksaan laboratorium darah, rontgen thorax,
perawatan perbaikan atau repair pada celah lelangit dan konsultasi ke bagian anak dan anestesi.
pada anak usia 4 tahun setelah sebelumnya menjalani Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan
operasi untuk mengkoreksi celah bibir dan lelangit Hb 11,7 g/dl, Al 8,6 x103/uL, At 301, PTT 13,1
sumbingnya. Sebelumnya pasien sudah menjalani s; APTT 30,2s. Pemeriksaan rontgen thorax
2 kali operasi pentupan celah lelangitnya. Keluarga menunjukkan pulmo tidak nampak adanya kelainan
pasien telah menyetujui perawatan pasien untuk dan besar jantung normal. Konsultasi ke bagian
dipublikasikan bagi kepentingan ilmu pengetahuan. anak menunjukkan bahwa pasien tidak menderita
Tujuan studi kasus adalah untuk mengetahui penyakit sistemik yang akan mengganggu
kemampuan teknik Furlow Double Opposing Z jalannya operasi. Hasil konsultasi dengan sejawat
Plasty sebagai prosedur repair palatoplasty. anestesi dihasilkan status fisik ASA I tidak ada
kontraindikasi dilakukan operasi. Pasien didiagnosa
sebagai postlabiopalatoplasty dengan riwayat
METODE
labiognatopalatoschisis bilateral komplet. Rencana
Pasien anak-anak usia 4 tahun datang ke dilakukan repair di bawah general anestesi dengan
poliklinik Bedah Mulut RSUP Dr. Sardjito dengan teknik Furlowdouble opposing Z plasty.
keluhan masih terdapatnya celah di lelangitnya.
Operasi dilakukan pada tanggal 16 Januari
Riwayat sebelumnya pernah dilakukan operasi
2014. Pasien dalam stadium teranestesi dengan
penutupan celah bibir dan lelangit sebanyak 4
oral intubasi, dilakukan tindakan desinfeksi dengan
kali, dan mulai dioperasi mulai umur 4 bulan.
larutan antiseptik pada daerah operasi intra dan
Operasi pertama dilakukan pada tahun 2009
ekstra oral. Desain Z-plasty dibuat di area uvula-
untuk mendekatkan celah bibir bilateral dengan
palatum molle dengan gentian violet. Setelah
teknik lip adhesion. Operasi kedua pada tahun
desain operasi dibuat kemuadian dilakukan injeksi
2010 dilakukan labioplasti bilateral dengan metode
infiltrasi lidokain 1:200.000 di area operasi, Insisi
Barsky. Operasi selanjutnya adalah penutupan
dilakukan sesuai desain operasi dengan pisau no
celah lelangit dilakukan pada tahun 2012 dengan
15, kemudian dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian
teknik two flappushbackpalatoplasy. Hasil dari
mukosa oral dan mukosa nasal yang meliputi otot
operasi palatoplasty dengan teknik pushback masih
levator palatini. Setelah mukosa nasal dan mukosa
terdapat celah pada palatum mole, selanjutnya
oral terpisah, kemudian pada mukosa nasal dibuat
dilakukan operasi koreksi dengan z plasty tetapi
insisi sesuai desain Furlow double opposing z plasty.
hasil akhirnya terdapat kegagalan dan masih
Ketegangan flap dikurangi dengan membuat lateral
terdapatnya celah pada palatum molenya.
relaxing incision di bagian posterior tuber maksilla.
Pada bulan Januari 2014 dilakukan operasi Mukosa nasal ditransposisikan sesuai desain, dan
koreksi celah pada palatum mole dengan teknik dijahit dengan benang vicryl 4.0 teknik interupted
Furlow double opposing Z plasty dan direncanakan simpul dalam. Mukosa oral ditransposisikan sesuai
penambahan lateral relaxing incision untuk desain, dan dijahit dengan benang vicryl 4.0 teknik
mengurangi ketegangan flap. Persiapan operasi interupted. Kontrol perdarahan dan tindakan
dilakukan dengan pemeriksaan penunjang berupa operasi repaiar palatoplasty selesai dilakukan.

118
Arindra, dkk: Penatalaksanaan Repair Palatoplasty ...

Gambar 3. Foto klinis pasien ekstraoral dan intraoral

Gambar 4. Desain double z plasty, garis utuh garis insisi mukosa oral garis putus-putus desain insisi mukosa nasal

Gambar 5. Rangkaian operasi: (A) Pemisahan mukosa nasal dan mukosa oral, (B) Proses penjahitan
mukosa nasal, (C) Transposisi mukosa oral, (D) Hasil akhir operasi

119
Maj Ked Gi Ind. Juni 2015; 1(1): 115 - 121
p-ISSN 2460-0164
e-ISSN 2442-2576

Perawatan pasca operasi pasien diberi obat- dari makanan dan minuman ke kavitas nasal, dan
obatan injeksi i.v.Ceftriakson 250 mg tiap 12 jam, juga ketika udara terlepas selama berbicara dan
injeksi i.v. Novalgin 100 mg tiap 8 jam, injeksi menghasilkan hipernasal. Fistula dapat terjadi
Deksametason 2,5 mg tiap 8 jam, injeksi Asam sebagai hasil dari terlalu tegangnya dari luka pada
Traneksamat 125 mg jika perdarahan. Pasien saat akan dilakukan penjahitan, operasi single
dirawat di bangsal selama 2 hari. Orangtua pasien layer, infeksi dan atau adanya dead space.12
diinstruksikan untuk memberikan diet/makan hanya Kurang sempurnanya penyatuan palatum
cair saja (susu) selama 2 minggu pertama, dan mole (soft palate) dari operasi sebelumnya mungkin
diberi diet cair tinggi kalori tinggi protein. Makan disebabkan terlalu tegangnya flap pada saat akan
dan minum hanya dengan menggunakan sendok, dilakukan pernjahitan, operasi single layer, infeksi
tidak boleh memakai dot atau sedotan dan menjaga dan atau adanya dead space, nasal regurgitasi
kebersihan rongga mulut. Pasien dipulangkan terhadap makanan dan minuman juga bisa karena
tanggal 19 Januari 2014 dan diberi obat-obatan tekanan suara dari hipernasal. Pada kasus ini
yang dibawa pulang Cefadroxil syrup 125 mg kami merawat kegagalan penyatuan palatum mole
tiap 12 jam ½ cth, puyer analgetik+roburansia dengan menggunakan Furlow double opposing
(Paracetamol tablet 125 mg, luminal 5 mg, vitamin z plasty, teknik operasi yang diperkenalkan oleh
C 35 mg, CTM 1 mg) tiap 8 jam. Pasien kontrol Leonard Furlow untuk memperbaiki celah lelangit.6
H+7, H+14 pasca operasi. Teknik ini dilaporkan meningkatkan Vellopharingeal
Clossure (VPC) akibat dari penambahan panjang
palatum mole sehingga mendekat ke dinding
posterior faring. Teknik ini juga merubah posisi
serabut otot levator dari vertikal ke horisontal,
sehingga meningkatkan mobilitas palatum.7
Perawatan repair palatoplasty dimaksudkan
untuk memperbaiki kurang sempurnanya hasil
dari operasi sebelumnya, baik itu berupa tidak
menyatunya mukosa sehingga menyebabkan
terjadinya fistula oronasal. Perawatan ini sulit
karena kurangnya jaringan lokal untuk proses
penutupan maupun jaringan fibrosis pada area yang
sama sebagai hasil dari operasi sebelumnya.7,8,9
Pemilihan teknik Furlow double opposing
Z-plasty untuk penutupan celah lelangit karena
teknik tersebut mampu untuk meningkatkan
Gambar 6. Kontrol 2 minggu pasca operasi
pergerakan velar dan meningkatkan velopharingeal
clossure (VPC) melalui rekonstruksi dari levator
sling dan palatal lengthening, sehingga diharapkan
PEMBAHASAN
pengucapan kata-kata pasien menjadi lebih
Tidak sempurnanya penutupan celah lelangit baik. Hasil fungsional ini dapat mengindikasikan
pada operasi primer akan menyebabkan terjadinya peningkatan mekanisme sphincter dari fungsi
fistula oronasal pada palatum, sebagai komplikasi velopharingeal valve.9,10 Kekurangan dari teknik
dari operasi palatoplasty. Tingkat kejadiannya Furlow Z-Plasty adalah sulitnya diseksi dan
berkisar 10-20%. Fistula ini dapat terjadi di sisi meningkatkan waktu operasi bila dibandingkan
manapun, akan tetapi paling umum adalah hubungan dengan teknik operasi palatoplasty lainnya.11
antara palatum durum dan palatum mole pada sisi Ketegangan flap akibat banyaknya jaringan fibrous,
posterior, dan antara premaksila dan maksila pada diatasi dengan penambahan lateral relaxing
sisi anterior. Fistula dapat menyebabkan regurgitasi incision, sehingga flap mudah digerakkan dan tidak

120
Arindra, dkk: Penatalaksanaan Repair Palatoplasty ...

tegang saat penjahitan sehingga meminimalkan 5. Ma QL, Conley RS, Wu T, Li H. Interdisciplinary


terjadinya dehisensi pasca operasi. treatment for an adult with a unilateral cleft lip
Perawatan yang telah dilakukan menunjukkan and palate. Am J Orthod Dentofacial Orthop.
penutupan komplet dari palatum lunak, tidak 2014; 146(2): 238-48.
menunjukkan adanya dehisensi pasca operasi. 6. Berkowitz S. The cleft palate story. Quintes
Perawatan yang dilakukan bisa memperbaiki hasil Publishing Co, Chicago. 1997: 141-145.
operasi sebelumnya. Perawatan repair palatoplasty 7. Furlow LT. Cleft palate repair by double
dengan teknik Furlow dapat digunakan sebagai opposing z-plasty. Plast Reconstr Surg. 1986:
metode yang efektif dengan tingkat kesuksesan 76, 727-73.
yang baik dan outcome fungsional yang baik.
8. Reddy RR, Reddy SG, Banala B, Bronkhorst
E, Kummer AW, Kuijpers-Jagtman AM, Bergé
KESIMPULAN SJ. Use of a modified furlow z-plasty as a
Telah dilakukan perawatan repair palatoplasti secondary cleft palate repair procedure to
dengan menggunakan teknik Furlow double reduce velopharyngeal insufficiency. Int J Oral
opposing Z plasty dengan penambahan lateral Maxillofac Surg. 2015; (15)00265-9.
relaxing insicion dengan hasil perawatan dan 9. Pasick CM, Shay PL, Stransky CA, Solot CB,
outcome fungsional yang baik. Perawatan celah Cohen MA, Jackson OA,. Long term speech
lelangit yang lebar membutuhkan perhatian khusus outcomes following late cleft palate repair
terutama bagi dokter ahli bedah mulut karena using the modified furlow technique. Int J
kemungkinan terjadinya kegagalan penyatuan Pediatr Otorhinolaryngol. 2014; 78(12): 2275-
celah pasca operasi. Hasil dari laporan ini 80.
menunjukkan bahwa teknik Furlow double opposing
10. Hsu PJ, Wang SH, Yun C, Lo LJ. Redo double-
Z-plasty dapat digunakan sebagai alternatif teknik
opposing z-plasty is effective for correction of
perawatan repair palatoplasty.
marginal velopharyngeal insufficiency. J Plast
Reconstr Aesthet Surg. 2015; 68(9): 1215-20.
DAFTAR PUSTAKA 11. Muzaffar AR, Rice G, Hubbard B, Killion E.
1. Shaye D, Liu CC, Tollefson TT. Cleft lip and Influence of preoperative velar closing ratio and
palate: an evidence-based review. Facial Plast lateral wall movement on outcomes of Furlow
Surg Clin North Am. 2015; 23(3): 357-72. palatoplasty forvelopharyngeal incompetence.
Plast Surg (Oakv). 2014; 22(4): 226-8.
2. Hathaway RR, Long RE. Early cleft
management: in search of evidence. Am J 12. Chim H, Eshraghi Y, Lamphongsai S,
Orthod Dentofacial Orthop. 2014; 145(2): 135- Gosain AK. Double-Opposing z-palatoplasty
41. for secondary surgical management of
velopharyngeal incompetence in the absence
3. Throton JB. The Incidence, Classification
of a primary furlow palatoplasty. Cleft Palate
Ethiology and Embriology of Oral Cleft,
Craniofac J. 2015; 52(5): 517-24.
Seminorthod, 1996: 162-169.
13. Smith DM, Vecchione L, Jiang S. The pittsburgh
4. Donald RE, Avery DR. Dentistry for the child
fistula classification system: a standardized
and adolescent, Mosby, Toronto. 2000: 742-
scheme for the description of palatal fistulas,
772.
Cleft Palate. Craniofac. J. 2007; 44: 590–594.

121

Anda mungkin juga menyukai