Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi dengan pesat khususnya dunia transportasi.
Peningkatan yang terus dilakukan untuk mendapatkan unjuk kerja mesin yang optimal
dengan konsumsi bahan bakar yang minim dan kadar emisi yang rendah sehingga tetap
ramah bagi lingkungan. Pada dasarnya kemajuan teknologi tersebut berdasar pada sifat
alamiah manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang telah didapat, sehingga terus
menerus melahirkan inovasi-inovasi yang dianggap mendapat hasil lebih baik dari
sebelumnya, contohnya adalah penggunaan sistem injeksi pada semua tipe dan merek
kendaraan bermotor agar lolos regulasi emisi yang sudah ditentukan pemerintah namun
tetap menghasilkan tenaga yang optimal dan komsumsi bahan bakar yang minim, juga
didukung dengan kebutuhan manusia yang berbeda satu sama lain, bahkan terkadang
demi mewujudkan kebutuhan yang satu harus rela sedikit mengorbankan kebutuhan
yang lain yang dirasa kurang dibutuhkan. Injeksi merupakan suatu metode
pencampuran bahan bakar dengan udara pada kendaraan bermotor untuk menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Injeksi membutuhkan perangkat bernama injektor, yang
bertugas menyuplai campuran bahan bakar dengan udara. Sistem injeksi merupakan
teknologi penerus sistem karburator pada kendaraan bermotor.
Kendaraan sepeda motor Yamaha NMAX 155 sebenarnya dibuat untuk
konsumen dengan mengedepankan kenyamanan dalam berkendara. Bobotnya yang
besar sangat nyaman saat dikendarai dijalan raya. Pengendara cenderung
menginginkan tenaga mesin yang optimal dibandingkan konsumsi bahan bakar dan
kadar emisi yang rendah dari sebuah mesin, karena memang pengendara dapat
langsung merasakan efeknya sendiri meskipun hanya dengan asumsi si pengendara.
Menurut buku petunjuk pemilik NMAX (2016: 9), daya maksimum yang dihasilkan
sebesar 11.1 Kw / 8000 rpm sedangkan torsi maksimum sebesar 14.4 Nm / 6000 rpm.
Hal ini dapat dibuktikan dengan lebih banyaknya produk untuk mengoptimalkan

1
2

tenaga mesin di pasaran dibandingkan dengan produk penghemat bahan bakar dan
produk penurun kadar emisi. Saat ini hampir semua sepeda motor baru yang dijual oleh
produsen sepeda motor telah menggunakan sistem injeksi dengan tipe kontrol close
loop (ada umpan balik dari hasil/keluaran untuk menyesuaikan kembali suatu sistem
pengontrolan) dalam hal ini umpan balik yang dimaksud adalah kadar O2 dari proses
pembakaran yang dikoreksi oleh O2 sensor. O2 sensor akan mendeteksi kadar oksigen
dalam gas buang agar dapat mengetahui apakah campuran terlalu gemuk atau terlalu
kurus. O2 sensor ini akan membangkitkan tegangan yang besarnya bergantung pada
konsentrasi oksigen pada gas buang, Jika konsentrasi oksigen adalah rendah (campuran
terlalu gemuk) tegangan yang dibangkitkan akan menjadi lebih tinggi. Demikian
sebaliknya, jika campuran bahan bakar dan udara terlalu kurus maka tegangan yang
akan dihasilkan juga semakin rendah (Toyota Step 2, 1994:63).
Pada motor matic injeksi, saat ini hampir semuanya dilengkapi dengan O2 sensor,
yang sangat diperlukan untuk mengendalikan emisi gas buang atau debit bahan bakar.
Agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pabrikan maupun pemerintah,
yang saat ini mengacu pada standar Euro 3. Pada RPM rendah atau saat bukaan gas
kurang dari setengah (part throttle), bahan bakar dibuat seirit mungkin dengan
perbandingan udara dan bahan bakar di sekitar 14.7:1, agar tingkat emisi gas buang
rendah dan pemakaian bahan bakar irit atau ekonomis. Menurut Solihin & Muhaji
(2017 : 75) konsumsi bahan bakar mesin dengan menggunakan manipulator O2 sensor
cenderung sedikit lebih tinggi yang menandakan komposisi udara dan bahan bakar (afr)
turun atau campuran menjadi lebih kaya. Rata-rata peningkatan terbesar 5,03 % pada
seting rpm rendah/rpm tinggi step 15/8. Tentu saja ini akan berimbas ke keluaran
tenaga mesin yang tidak maksimum karena campuran bahan bakar dengan udara yang
menghasilkan tenaga mesin maksimum ada di sekitar 12.5:1. Pemakaian piggyback
semacam fuel controller atau fuel adjuster misalnya di rentang RPM rendah ini pada
mode Close Loop menjadi kurang efektif karena ECU akan berusaha mengatur debit
bahan bakar berdasarkan masukan dari O2 sensor meski piggyback juga berusaha untuk
mengkoreksinya.
3

Untuk membuat kinerja mesin yang lebih stabil tanpa terpengaruh masukan dari
O2 sensor maka perlu untuk dibuat sebuah alat yang bisa mengeliminasi O2 sensor
sehingga ECU bisa bekerja pada mode Open Loop. Alat ini dinamakan sebagai
Speedspark Open Looper, karena berfungsi membuat ECU bekerja dalam mode Open
Loop. Menurut Solihin (2017 :75) daya yang dihasilkan mesin dengan menggunakan
manipulator O2 sensor dengan setting rpm rendah dan rpm tinggi step 15/8 mengalami
peningkatan sebesar 3,12 PS dengan persentase perubahan sebesar 71,30% di putaran
3000 rpm dibandingkan dengan kondisi standar sebesar 4,38 PS pada putaran 3000
rpm. Secara keseluruhan, rata-rata persentase perubahan torsi tertinggi dicapai pada
setingan step 15/8 yaitu sebesar 9,36%. Pengaturan melalui sebuah potensio cukup
mudah dengan bantuan obeng min, perbandingan bahan bakar dan udara bisa diatur irit
atau boros. Hal ini akan membuat tenaga mesin terkoreksi serta mendukung kerja
piggyback fuel controller atau fuel adjuster lebih stabil khususnya di RPM rendah
hingga menengah. Dan tentunya berefek positif hingga RPM tinggi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan judul
Pengaruh Penggunaan Speedspark Open Looper Terhadap Daya Dan Konsumsi Bahan
Bakar pada Sepeda Motor Yamaha NMAX 155.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan pada latar
belakang masalah diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper ?
2. Apakah ada perbedaan konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper?
4

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditarik kesimpulan tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menguji signifikasi perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155
antara yang menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak
menggunakan speedspark open looper.
2. Menguji signifikasi perbedaan konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX 155 antara
yang menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan
speedspark open looper.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut.
a. Bagi Akademik
Bagi dunia akademik dapat memberikan acuan tentang pengaruh
penggunaan speedspark open looper terhadap daya yang dihasilkan pada sepeda
motor Yamaha Nmax 155.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang meningkatkan daya
motor tanpa melakukan bore up dengan memanipulasi O2 sensor yang dapat
meningkatkan daya mesin dan konsumsi bahan bakar pada sepeda motor NMAX
155.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bacaan mengenahi bidang
otomotif khususnya informasi tentang pengaruh penggunaan speedspark open
looper terhadap daya dan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan pada sepeda
motor Yamaha Nmax 155.
d. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam kegiatan belajar mengenahi
pengaruh penggunaan speedspark open looper terhadap daya dan konsumsi bahan
bakar yang dihasilkan pada sepeda motor Yamaha Nmax 155.
5

E. Batasan Masalah
a. Sepeda motor yang digunakan adalah Yamaha NMAX 155cc.
b. Alat yang digunakan adalah speedspark open looper
c. Bahan bakar yang digunakan saat uji coba adalah pertamax RON 92
d. Parameter yang diteliti adalah daya mesin dan konsumsi bahan bakar
e. Pengambilan data pada putaran mesin 4000 - 8500 rpm dengan kelipatan tiap
putaran mesin 500 rpm.

F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
yang diajukan dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Daya Mesin
H0 = Tidak ada perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper.
H1 = Ada perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper.
2. Konsumsi Bahan Bakar
H0 = Tidak ada perbedaan konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper.
H1 = Ada perbedaan konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper.

G. Definisi Operasional
Untuk membatasi dan memberikan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan
definisi operasional dari beberapa variabel penelitian diatas sebagai berikut.
6

1. Speedspark Open Loop adalah suatu alat yang prinsip kerjanya memanipulasi O2
sensor di mana ECU bekerja tidak mengacu pada masukan dari Oxygen (O2)
sensor.
2. Daya mesin adalah daya yang dihasilkan oleh mesin setelah melakukan proses
pembakaran. Daya mesin diukur menggunakan dynamometer dalam satuan horse
power (hp). Rumus Daya mesin (HP) = torque (lbs. ft) x rotational speed (RPM) /
5252.
3. Konsumsi bahan bakar pertamax adalah banyaknya bahan bakar pertamax yang
dihisap oleh mesin setiap jarak tempuh atau setiap waktu tertentu. Konsumsi bahan
bakar pertamax diukur menggunakan gelas ukur dan stopwatch dalam satuan
milliliter per second (ml/s).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Sensor Oksigen
Exhaust Gas Oxygen sensor (EGO sensor) adalah sensor yang berfungsi
mengukur kadar gas oksigen yang terdapat pada gas buang. Sensor ini bertujuan untuk
menjaga nilai Air Fuel Ratio (AFR) mendekati nilai ideal yakni 15:1. Sensor ini akan
mengirim informasi jumlah oksigen pada gas buang pada ECU (Electronic Control
Unit) untuk mengukur tingkat kesempurnaan pembakaran. Jika pembakaran belum
sempurna, maka ECU akan mengkoreksi dan mengubah data perintah pada aktuator
agar pembakaran menjadi lebih sempurna. Dalam rangka untuk menjaga katalis emisi
gas buang beroperasi dengan benar, air-fuel ratio harus dijaga mendekati nilai 15:1
(perbandingan massa), dan sensor EGO inilah yang membantu ECU untuk menjaga
air-fuel ratio pada batas yang ditentukan. Sensor EGO memonitor kadar oksigen secara
konstan dan begitu pula air-fuel ratio di intake mesin, karena persentase oksigen dalam
gas buang merupakan ukuran akurat dari air-fuel ratio yang masuk silinder mesin.
Informasi berupa tegangan listrik dari EGO sensor diberikan pada ECU sehingga
jumlah bahan bakar yang diinjeksikan pada mesin dapat berubah untuk mendapatkan
nilai air-fuel ratio yang stabil dan mendekati ideal. Pada umumnya, airfuel ratio yang
menghasilkan pembakaran sempurna secara kimiawi dinyatakan sebagai Lambda = 1.
Jika campuran kaya, maka lamda kurang dari 1 (sekitar lambda=0.97), dan jika
campuran miskin maka lambda lebih besar dari 1 (sekitar lambda=1,03). Oleh karena
itu, EGO sensor juga sering disebut dengan lambda sensor. Terdapat dua macam EGO
sensor yang sering digunakan yakni prinsip voltaic cell (contohnya chemo-voltaic) dan
lainnya yakni prinsip resistansi listrik pada material yang peka terhadap oksigen
(contohnya chemo-resistive).

7
8

Gambar 2.1 Exhaust Gas Oxygen sensor (Sumber :google image)

B. Bahan Bakar Pertamax RON 92


Pertamax merupakan bahan bakar gasoline yang memiliki angka oktan 92 serta
berwarna biru dan jernih ini sangat tepat digunakan oleh kendaraan dengan rasio
kompresi 10:1. Bahan bakar pertamax memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada
bahan bakar premium 88 sehingga lebih tepat digunakan untuk kendaraan bermesin
bensin yang saat ini beredar di Indonesia. Dengan tambahan additive, pertamax mampu
menempuh jarak yang lebih jauh dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang
terjangkau.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.
313.K/10/DJM.T/2013 tentang Standar dan Mutu Bahan Bakar Bensin RON 92,
spesifikasi dari pertamax 92 adalah sebagai berikut.
(https://www.pertamina.com/industrialfuel/media/24240/pertamax)
Tabel 2.1 Spesifikasi bahan bakar pertamax RON 92
No Karakteristik Satuan Batasan Metoda Uji
Min max ASTM/Lainnya
1 Densitas kg/m3 715 770 D 1298/D 4052
2 Angka Oktana Riset RON 92 D 2700
3 Kandungan timbal gr/ltr 0.013 D 3341/D 5059
4 Kandungan aromatik %vol 50.0 D 1319
5 Kandungan benzene %vol 5.0 D 4420
9

6 Kandungan olefin %vol *) D 1319


7 Distilasi : D 86
0
10% vol. penguapan C 70
0
50% vol. penguapan C 77 110
0
90% vol. penguapan C 130 180
0
Titik didih akhir C 215
0
Residu C 2.0
8 Tekanan Uap Reid kPa 45 60 D 323 atau D 5199
pada 37,8 °C
9 Sedimen mg/l 1.0 D 5452
10 Unwashed gum mg/100 ml 70 D 381
11 Washed gum mg/100 ml 5 D 381
12 Stabilitas oksidasi menit D 525
13 Kandungan belerang % massa 0.05 D2622
14 Korosi bilah tembaga 3 ASTM no. No. 1 D 130
jam/500C
15 Doctor test Negatif IP-3
16 Belerang mercaptan % massa 0.0020 D 3277
17 Kadungan oxygenate % wt 2.7 D 4815
18 Warna dan visual Biru dan Jernih
19 Kandungan pewarna gr/100 ltr 0.13

C. Sistem Control Terbuka (Open Loop)


Sistem kendali loop terbuka (open-loop control system) adalah sistem kendali
yang sinyal keluarannya tidak berpengaruh terhadap aksi pengendaliannya. Dalam hal
ini sinyal keluaran tidak diukur atau diumpanbalikan untuk dibandingkan dengan
sinyal masukannya.
10

Gambar 2.2 Diagram blok sistem kendali open looper (sumber: google image)

Dari gambar diatas dapat dihasilkan persamaan untuk open loop system sebagai
berikut.
C(s) = R(s).Gc(s).G(s)
𝐶(𝑠)
= 𝐺𝑐(𝑠). 𝐺(𝑠)
𝑅(𝑠)
Keterangan:
C(s) = Output atau keluaran
R(s) = Input atau masukan
Gc(s) = sistem kontrol
G(s) = plant atau objek yang dikontrol

Sistem kontrol loop terbuka termasuk dalam sistem kontrol manual dimana
proses pengaturannya dilakukan secara manual oleh operator dengan mengamati
keluaran secara visual, kemudian dilakukan koreksi variabel-variabel kontrolnya untuk
mempertahankan hasil keluarannya. Sistem kontrol itu sendiri bekerjanya secara open
loop, artinya sistem kontrol tidak dapat melakukan koreksi variable untuk
mempertahankan hasil keluarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh
operator setelah mengamati hasil keluarannya melalui alat ukur atau indikator. Sistem
kontrol loop terbuka mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
 Konstruksinya sederhana dan perawatannya mudah
 Lebih murah
 Tidak ada masalah kestabilan berkaitan dengan menyimpangnya nilai output yang
menjauh dari set poin.
 Cocok untuk diterapkan pada proses yang keluarannya sukar diukur.
11

Pada sistem injeksi dengan open loop, saat proses kerja mesin yang dikontrol
oleh ECU, tidak ada feedback respon terhadap hasil pembakaran yang dihasilkan.
Sistem open loop tidak menjaga AFR dalam semua kondisi mesin. Dengan
menggunakan modul open loop, hasil kinerja ECU dapat dikontrol secara manual oleh
pengguna dengan melihat dan mengatur kadar CO. Dengan open loop hasil akhir yang
keluar melalui knalpot tidak akan mempengaruhi proses pembakaran selanjutnya.

D. Speedspark Open Looper

Pada motor injeksi saat ini hampir semuanya dilengkapi dengan O2 sensor, yang
diperlukan untuk mengendalikan emisi gas buang atau debit bahan bakar. Agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh pabrikan maupun pemerintah, yang saat ini
mengacu pada standar Euro 3. Pada RPM rendah atau saat bukaan gas kurang dari
setengah, bahan bakar dibuat seirit mungkin dengan perbandingan udara dan bahan
bakar di sekitar 14.7:1, agar tingkat emisi gas buang rendah dan pemakaian bahan bakar
irit atau ekonomis. Tentu saja ini akan berimbas ke keluaran tenaga mesin yang tidak
maksimum karena campuran bahan bakar dengan udara yang menghasilkan tenaga
mesin maksimum ada di sekitar 12.5 :1.
Pemakaian piggyback semacam fuel controller atau fuel adjuster misalnya di
rentang RPM rendah ini pada mode Close Loop menjadi kurang efektif karena ECU
akan berusaha mengatur debit bahan bakar berdasarkan masukan dari O2 sensor meski
piggyback juga berusaha untuk mengkoreksinya. Untuk menghindari hal ini dan untuk
membuat kinerja mesin yang lebih stabil tanpa terpengaruh masukan dari O2 sensor
diperlukan sebuah alat yang bisa mengeliminasi O2 sensor sehingga ECU bisa bekerja
pada mode Open Loop. Alat ini dinamakan sebagai Speedsparks Open Looper, karena
berfungsi membuat ECU bekerja dalam mode Open Loop. Pada alat ini, terdapat
potensiometer atau tahanan geser sebagai manipulator.
12

Gambar 2.3 Speedspark Open Looper (sumber: dokumentasi peneliti)

Pengaturan melalui sebuah potensiometer cukup mudah dengan bantuan obeng


min. Perbandingan bahan bakar dan udara bisa diatur irit atau boros. Keakuratan output
ditentukan dari kalibrasi secara manual. Akibatnya, akan membuat tenaga mesin
terkoreksi serta mendukung kerja piggyback fuel controller atau fuel adjuster lebih
stabil khususnya di RPM rendah hingga menengah tanpa memperhatikan kadar CO
yang keluar dari knalpot.
Tabel 2.2 Perbandingan Kandungan Oksigen dalam knalpot
No Kandungan Oksigen Output Voltase Keterangan
1 3% 0,1 V Campuran kurus
2 1,5 % 0,45 V Campuran sedang
3 0,3 % 0,9 V Campuran kaya

Gambar 2.4 Skema Sistem Kontrol Open Loop (sumber: google image)

Sistem kontrol terbuka outputnya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler.


Tegangan masuk melalui input kemudian menuju controller. Tegangan diubah-ubah
sesuai yang diperlukan seperti pada tabel diatas. Tegangan kemudian diteruskan
melalui output diteruskan ke ECU untuk diolah datanya.
13

Gambar 2.5 Diagram Kontruksi Modul Speedspark Open Looper

Prinsip kerjanya adalah :


Potensiometer pada modul speedspark open looper terhubung dengan tegangan baterai
yang akan memberikan keluaran tegangan sebesar 0 sampai 5 volt. Keluaran tegangan
tersebut digunakan sebagai sebuah variabel dalam program. Untuk memperoleh
campuran kurus potensiometer diputar kearah kiri untuk memdapatkan tegangan
sebesar 0,1 V. Untuk memperoleh campuran ideal potensiomer diputar kearah kanan
tegangan menunjukkan 0,45 V. Untuk memperoleh campuran kaya potensiometer
diputar kekanan untuk menghasilkan tegangan 0,9 V. Pada modul open looper telah
dilengkapi lampu led yang telah dihubungkan dengan potensiometer. Tingkat
kecerahan led dapat berubah-ubah karena dapat dikendalikan langsung dari
potensiometer dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada pengguna.
Perbandingan rangkaian kelistrikan yang menggunakan sensor O2 dan modul
speedspark open looper adalah sebagai berikut.
1. Oksigen sensor akan membandingkan jumlah kandungan O2 dari sisa
pembakaran dengan O2 udara luar (Artinya kandungan oksigen dalam gas buang
( 0,3 – 3 % ) dibandingkan dengan kandungan oksigen pada udara atmosfir (
20,8 % ). Kemudian hasil perbandingan O2 ini di konversikan oleh ZrO2
(Zirconia electrolyte) komponen pada O2 sensor menjadi arus listrik. Jika
kandungan oksigen dalam gas buang sekitar 3 % ( campuran kurus ), O2 sensor
menghasilkan tegangan 0,1 volt. Jika kandungan oksigen dalam gas buang
sekitar 0,3 % ( campuran kaya ), O2 sensor menghasilkan tegangan 0,9 volt.
Tegangan listrik inilah yang nantinya disebut sinyal output yang akan di
14

kirimkan ke ECU sebagai informasi hasil pembakaran yang terjadi pada ruang
bakar yg dideteksi melalui gas buang.

Gambar 2.6 Wiring kelistrikan O2 sensor (Sumber: google image)

2. Modul open looper terhubung dengan tiga terminal, pertama dari kunci kontak
12 V, kedua ground O2 ke ECU, dan ketiga sinyal O2 ke ECU. Tegangan dari
baterai akan dirubah oleh modul open looper dengan mengubah resistansi dari
potensiometer sehingga output yang akan dikirimkan dari modul open looper
sebesar 0,1 V sampai 0,9 V sesuai dengan kebutuhan pengguna. Output
tegangan tersebut akan dikirimkan ke ECU untuk diolah dan diproses informasi
hasil pembakaran yang terjadi pada ruang bakar yg dideteksi melalui gas buang.

Gambar 2.7 Wiring kelistrikan modul speedspark open looper ( Sumber: google image)
15

Pemasangan modul speedspark open looper pada motor dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Wiring Diagram Modul Open Looper (Sumber :google image)

E. Dynamometer
Dynamometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur daya dan
gaya puntir yang dihasilkan mesin pada kecepatan tertentu dengan tujuan mendapatkan
nilai torsi dan horse power yang dihasilkan oleh mesin pada RPM (Revolutions Per
Minute) tertentu. Menurut metode pengukurannya, dinamometer dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu Engine Dinamometer (ED) dan Chassis Dinamometer (CD).
Dinamometer yang digunakan pada penelitian ini adalah chassis dynamometer.
Chassis dynamometer adalah dinamometer yang mengukur daya yang dialirkan
melalui permukaan drive roller yang digerakkan oleh roda kendaraan yang sedang
diukur. Kendaraan yang akan diukur pada umumnya diletakkan diatas roller, lalu
kendaraan dijalankan menurut metode pengukuran yang ingin digunakan untuk
mengetahui daya kendaraan yang terukur (Sinaga, 2012: 8).
Dynamometer mengapsorsi tenaga yang dikeluarkan oleh mesin dengan cara
pengereman bertahap sejak mesin dalam keadaan idle hingga RPM maksimum. Sebuah
16

chassis dynamometer terdiri dari chassis itu sendiri dan sebuah dinamometer yang
sebenarnya dapat menggunakan dynamometer tipe apa saja. Dinamometer yang
digunakan disambung pada rolling road yang terdapat pada chassis sehingga dapat ikut
berputar saat kendaraan diuji di atas roll. Penggunaan chassis dynamometer dibantu
oleh beberapa peralatan atau sensor tambahan untuk mempermudah pengambilan data,
maupun menjaga keamanan kendaraan saat diuji (Sinaga, 2012: 8).

F. Daya Motor
Daya motor adalah besarnya daya yang dihasilkan oleh mesin setelah
melakukan proses pembakaran dalam satuan waktu. Daya dapat diukur dengan alat
yang dinamakan dynotest. Satuan daya yang ditetapkan adalah horsepower (HP).
Pada motor bakar untuk mengetahui daya poros harus diketahui dulu torsinya.
Pengukuran torsi pada poros motor bakar menggunakan alat yang dinamakan
Dynamometer. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan memberi beban yang
berlawanan terhadap arah putaran sampai putaran mendekati 0 rpm, Beban ini nilainya
adalah sama dengan torsi poros. Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk
melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan
yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang
berputar pada porosnya.

Gambar 2.9 Gaya dan Beban (Sumber: Samsudi, 2012)

Dapat dilihat dari gambar diatas adalah prinsip dasar dari dinamometer. Dari
gambar diatas dapat dilihat pengukuran torsi pada poros ( rotor) dengan prinsip
pengereman dengan stator yang dikenai beban sebesar w. Mesin dinyalakan kemudian
17

pada poros disambungkan dengan dinamometer. Untuk megukur torsi mesin pada
poros mesin diberi rem yang disambungkan dengan w pengereman atau pembebanan.
Pembebanan diteruskan sampai poros mesin hampir berhenti berputar. Beban
maksimum yang terbaca adalah gaya pengereman yang besarnya sama dengan gaya
putar poros mesin F. Banyak sekali daya yang dihasilkan dalam mesin, namun di
penelitian ini dibatasi pada perhitungan daya efektif untuk mengetahui kinerja dari
mesin sepeda motor Yamaha NMAX 155.

G. Konsumsi Bahan Bakar


Sebuah motor dapat hidup dikarenakan adanya energi panas yang dihasilkan
dari pembakaran camputran bahan bakar dan udara didalam mesin. Jumlah bahan bakar
yang diperlukan untuk menghasilkan energi panas tergantung dari efisiensi volume
metrik pengisian dan besar volume langkah torak. Konsumsi bahan bakar pada sepeda
motor diukur menggunakan tabung ukur, dimana bahan bakar dialirkan melalui tabung
ukur yang telah diketahui volumenya dan dilihat berapa lama waktu untuk
menghabiskan volume bahan bakar tersebut. Konsumsi bahan bakar dapat
dikonversikan dalam kg/jam dengan rumus seperti berikut.
𝑏
Fc = (Petrovsky, 1979: 63)
𝑡

Dimana :
Fc = konsumsi bahan bakar (ml/s)
b = volume bahan bakar selama t detik (ml)
t = waktu untuk menghabiskan bahan bakar (s)

H. Putaran Mesin
Menurut VEDC Malang (1986:6), gerakan torak kebawah mengakibatkan
poros engkol memutar dan pada ujung poros engol terpasang fly wheel. Putaran poros
engkol akan diteruskan ke pemindah tenaga untuk menggerakkan kendaraan. Putaran
poros engkol disinilah yang dinamakan putaran mesin. Semakin cepat poros engkol
berputar maka semakin cepat laju kendaraan, begitu juga sebaliknya. Putaran mesin
juga mempengaruhi konsumsi bahan bakar dan kadar gas buang yang dihasilkan.
18

Menurut Soenarta (1995:6-7), mengatakan apabila campuran bahan bakar dan


udara terbakar didalam silinder yang dibatasi oleh piston, silinder dan kepala silinder
akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi. Gas inilah yang akan menekan
torak kebawah dan menghasilkan putaran poros engkol. Putaran mesin dapat dilihat
dengan alat yaitu tachometer dengan mengukukur putaran poros engkol didalam mesin.

I. Pengaruh Speedspark Open Looper Terhadap Daya dan Konsumsi Bahan


Bakar
Speedspark open looper diciptakan untuk mengeliminasi O2 sensor sehingga
ECU bisa bekerja pada mode Open Loop. Sensor O2 dapat membaca kadar jumlah
oksigen yang keluar dari exhaust manifold untuk mengetahui apakah campuran bahan
bakar dan udara terlalu kurus atau terlalu gemuk sehingga pada RPM rendah motor
injeksi diharapkan emisi gas buangnya rendah sesuai dengan standar Euro 3. Sensor O2
akan mengirimkan tegangan ke ECU sesuai dengan besarnya konsentrasi oksigen pada
gas buang kemudian data tersebut diolah oleh ECU untuk dijadikan acuan dalam
memerintahkan injector untuk menginjeksikan jumlah bahan bakar yang tepat. Namun
akibatnya daya yang dihasilkan motor menjadi kurang maksimal. Penggunaan
speedpark open looper bertujuan memanipulasi tegangan output yang keluar sehingga
ECM akan memberikan perintah ke injector untuk menyesuakan suplai bahan bakar
yang diinjeksikan ke ruang bakar. Hal ini dapat mengubah perbandingan antara udara
dan bahan bakar sesuai dengan yang diinginkan pada rentang variasi RPM tertentu.
Jika konsentrasi oksigen adalah rendah (campuran terlalu gemuk) tegangan yang
dibangkitkan akan menjadi lebih tinggi. Demikian sebaliknya, jika campuran bahan
bakar dan udara terlalu kurus maka tegangan yang akan dihasilkan juga semakin
rendah (Toyota Step 2, 1994:63).
Dengan adanya alat manipulasi sensor O2 speedspark open looper, nantinya
kadar oksigen yang keluar dari gas buang tidak diperhatikan lagi karena sudah dapat
dimanipulasi sesuai dengan yang diinginkan pengguna. Menurut Solihin (2017:69)
daya yang dihasilkan pada settingan RPM rendah/tinggi dapat mengalami peningkatan
sebesar kurang lebih 10% dibandingkan dengan kondisi standar. Torsi motor juga
19

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kondisi standar dengan


rata-rata peningkatan sebesar 16% pada rentang RPM rendah dan tinggi. Konsumsi
bahan bakar pada motor juga cenderung lebih tinggi dikarenakan campuran bahan
bakar (AFR) turun atau campuran menjadi lebih kaya daripada saat motor dalam
kondisi memakai sensor O2.
Laksono (2011:65) mengatakan bahwa pada putaran mesin 2000 rpm dengan
manipulasi tegangan output sensor O2 20 mV ada peningkatan torsi yang signifikan
sebesar 26,51% dan peningkatan daya mesin sebesar 29,31%. Sedangkan pada putaran
mesin 8000 rpm dengan manipulasi tegangan output sensor O2 80 mV ada penurunan
torsi yang cukup signifikan yaitu sebesar 28,44% dan penurunan daya sebesar 23,64%.
Sedangkan menurut Rane, Rabakhir (2017) dengan memanipulasi tegangan sensor
pada sepeda motor akan menambah torsi dan tenaga yang signifikan di semua rentang
putaran mesin. Dengan penggunaan alat ini, mesin akan tetap halus, dan respon yang
lebih baik di semua tingkat rpm.

J. Hasil Penelitian Sebelumnya


Penggunaan alat untuk memanipulasi sensor O2 pada mesin untuk
meningkatkan performa motor sudah pernah dilakukan, namun menggunakan alat yang
berbeda dan dilakukan pada motor atau mesin yang berbeda. Penelitian yang pernah
dillakukan sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Laksono (2011) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh pengaplikasian
manipulator O2 sensor terhadap performa mesin turbo 4E-FTE”. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi tegangan output
O2 sensor terhadap performa mesin turbo 4E-FTE. Pengambilan data pada
penelitian ini melalui pengujian unjuk kerja mesin menggunakan alat
dinamometer untuk mengetahui daya dan torsi yang dihasilkan mesin,
pengujian dilakukan pada putaran mesin 800 rpm, 1200 rpm, 1600 rpm dan
2000 rpm, pengambilan data dengan memvariasikan tegangan output O2 sensor
sebesar 20 mV, 40mV, 60 mV dan 80 mV. Penelitian ini kemudian
membandingkannya dengan keadaan mesin standar. Dari hasil penelitian
20

menunjukkan bahwa pada putaran mesin 2000 rpm dengan manipulasi


tegangan output 20 mV ada peningkatan torsi yang signifikan sebesar 26,51%
dan peningkatan daya mesin sebesar 29,31%. Sedangkan pada putaran mesin
800 rpm dengan manipulasi tegangan output 80 mV ada penurunan torsi yang
cukup signifikan yaitu sebesar 28,44% dan penurunan daya sebesar 23,64%.
2. Solihin (2017) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh tegangan output
sensor O2 menggunakan manipulator O2 sensor terhadap unjuk kerja mesin
sepeda motor vario 125 tahun 2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tegangan output O2 sensor terhadap torsi (T), daya
efektif (P), tekanan efektif rata-rata (Bmep) dan konsumsi bahan bakar (ṁf)
Honda Vario 125. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen
(experimental research) karena pada dasarnya penelitian dilakukan untuk
menguji suatu gejala yang mempunyai nilai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tegangan output O2 sensor terhadap torsi
(T), daya efektif (P), tekanan efektif rata-rata (Bmep) dan konsumsi bahan
bakar (ṀF) Honda Vario 125. Penelitian ini membandingkan antara kelompok
standar (tanpa memanipulasi pada tegangan output O2 sensor) dengan
kelompok eksperimen (menggunakan manipulator untuk memanipulasi
tegangan output O2 sensor). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
yang dihasilkan mesin dengan menggunakan manipulator O2 sensor dengan
seting rpm rendah/rpm tinggi step 15/8 mengalami peningkatan sebesar 3,12
PS dengan persentase perubahan sebesar 71,30% di putaran 3000 rpm
dibandingkan dengan kondisi standar sebesar 4,38 PS pada putaran 3000 rpm.
Konsumsi bahan bakar mesin dengan menggunakan manipulator O2 sensor
cenderung sedikit lebih tinggi yang menandakan komposisi udara dan bahan
bakar (AFR) turun atau campuran menjadi lebih kaya. Rata-rata peningkatan
terbesar 5,03 % pada seting rpm rendah/rpm tinggi step 15/8.
3. Rane, Rabakhir (2017) melakukan penelitian berjudul “Rancang Bangun
Sistem Manipulasi (Piggyback) Pada Kendali Injeksi Sepeda Motor Honda
PGM-FI”. Tujuan dari penelitaian ini adalah mengatasi masalah penyetelan
21

pasokan bahan bakar pada sepeda motor dengansistem injeks dengan


menghasilkan sebuah alat yang dapat membantu pemetaan ulang sistem injeksi
bahan bakar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
percobaan, pembuatan dan pengujian. Penelitian ini membuat sebuah alat untuk
memanipulasi sistem injeksi agar dapat disesuaikan dengan pengguna. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa alat piggyback dapat meningkatkan torsi
dan tenaga yang signifikan di semua rentang putaran mesin. Dengan daya yang
meningkat, mesin akan tetap halus, konsumsi bahan bakar menjadi lebih baik
dan respon yang lebih baik di semua tingkat rpm.
22

K. Kerangka berfikir
Untuk memperoleh daya yang maksimal pada RPM rendah maupun tinggi, serta
konsumsi bahan bakar yang irit, maka salah satu alternatifnya adalah dengan
menggunakan alat yang dinamakan speedspark open looper untuk mengubah tegangan
output yang keluar dari sensor O2. Cara tersebut sudah pernah dilakukan namun dengan
menggunakan alat yang berbeda dan diterapkan pada motor yang berbeda.
Berdasarkan pada penelitian tersebut peneliti mempunyai inovasi untuk
mengembangkan penelitian dahulu untuk mencari peningkatan daya yang dihasilkan
dan konsumsi bahan bakar yang irit dengan menggunakan alat speedspark open looper
pada motor injeksi Yamaha NMAX 155.
Adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Solusi Penarikan
Latar Belakang
Kesimpulan

Kurang optimalnya Pemasangan speedspark open


daya yang dihasilkan looper sebagai modul
dari sepeda motor manipulator O2 sensor
155cc sebesar 11,1
Kw / 8000 rpm yang
bekerja pada mode
Pengaturan manipulator O2
close loop
sensor dengan variasi putaran
dikarenakan
mesin
menyesuaikan
kembali suatu sistem
pengontrolan dalam
hal ini kadar O2 yang
Uji Daya dan konsumsi bahan
keluar dari knalpot.
bakar
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah paparan tentang rancangan penelitian yang dipilih
sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan. (Mukhadis, 2015:151).
Berdasarkan topik yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan
metode penelitian True Eksperimental. True experimental adalah metode penelitian
yang didesain dengan adanya kelompok kontrol dan cara mengukur perubahan yang
terjadi pada kedua kelompok. Pada penelitian ini, metode yang digunakan dalam
pengolahan data adalah rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok control
(the randomized posttest only control group design).
Pada rancangan ini, terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dikenai perlakuan X1 dan pada
kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan. Pada penelitian ini, peneliti tidak
melakukan tes awal (pra test). Pada akhir penelitian, kedua kelompok dikenai tes akhir
(post test). The randomized posttest only control group design digunakan pada
penelitian ini bertujuan untuk membandingkan daya dan konsumsi bahan bakar
Yamaha NMAX 155 cc yang tidak menggunakan speedspark open looper dengan yang
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 1500 – 6000 rpm dengan
kenaikan putaran tiap 500 rpm.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Kelompok Perlakuan Hasil Pengujian Daya dan
Konsumsi Bahan Bakar
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2

Keterangan :

23
24

X1 = menggunakan speedspark open looper


X2 = tidak menggunakan speedspark open looper
Y1 = nilai tes daya dan konsumsi bahan bakar yang menggunakan speedspark open
looper
Y2 = nilai tes daya dan konsumsi bahan bakar yang tidak menggunakan speedspark
open looper

Tabel 3.2 Desain Penelitian Daya Yamaha NMAX 155 cc

Daya

Tanpa Menggunakan Speedspark


Rpm Pengujian
Speedspark Open Looper
Open Looper 0,1 V 0,45 V 0,9 V
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
4000
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X1 X1 X1 X1
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
4500
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X2 X2 X2 X2
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
5000
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X3 X3 X3 X3
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
5500
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X4 X4 X4 X4
6000 1 1a 1b 2b 3b
25

2 1a 1b 2b 3b
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X5 X5 X5 X5
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
6500
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X6 X6 X6 X6
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
7000
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X7 X7 X7 X7
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
7500
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X8 X8 X8 X8
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
8000
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X9 X9 X9 X9
1 1a 1b 2b 3b
2 1a 1b 2b 3b
8500
3 1a 1b 2b 3b
Rata-rata X10 X10 X10 X10

Tabel 3.3 Desain Penelitian Konsumsi Bahan Bakar Yamaha NMAX 155 cc
26

Konsumsi bahan bakar (menit/30ml)

Rpm Pengujian Menggunakan


Tanpa Speedspark
Speedspark Open
Open Looper
Looper (0,45 v)
1 2a 2b
2 2a 2b
4000
3 2a 2b
Rata-rata Y1 Y1
1 2a 2b
2 2a 2b
4500
3 2a 2b
Rata-rata Y2 Y2
1 2a 2b
2 2a 2b
5000
3 2a 2b
Rata-rata Y3 Y3
1 2a 2b
2 2a 2b
5500
3 2a 2b
Rata-rata Y4 Y4
1 2a 2b
2 2a 2b
6000
3 2a 2b
Rata-rata Y5 Y5
1 2a 2b
2 2a 2b
6500
3 2a 2b
Rata-rata Y6 Y6
27

1 2a 2b
2 2a 2b
7000
3 2a 2b
Rata-rata Y7 Y7
1 2a 2b
2 2a 2b
7500
3 2a 2b
Rata-rata Y8 Y8
1 2a 2b
2 2a 2b
8000
3 2a 2b
Rata-rata Y9 Y9
1 2a 2b
2 2a 2b
8500
3 2a 2b
Rata-rata Y10 Y10

Keterangan tabel :
1a : Daya mesin tanpa menggunakan speedspark open looper pada putaran 4000
– 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm.
1b : Daya mesin dengan menggunakan speedspark open looper pada putaran 4000
– 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm pada otput tegangan 0,1 V
2b : Daya mesin dengan menggunakan speedspark open looper pada putaran 4000
– 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm pada otput tegangan 0,45 V
3b : Daya mesin dengan menggunakan speedspark open looper pada putaran 4000
– 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm pada otput tegangan 0,9 V
X1 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 4000 rpm
X2 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 4500 rpm
X3 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 5000 rpm
28

X4 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 5500 rpm


X5 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 6000 rpm
X6 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 6500 rpm
X7 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 7000 rpm
X8 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 7500 rpm
X9 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 8000 rpm
X10 : Hasil rata-rata daya mesin pada putaran 8500 rpm
2a : Konsumsi bahan bakar tanpa menggunakan speedspark open looper pada
putaran 4000 – 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm.
2b : Konsumsi bahan bakar dengan menggunakan speedspark open looper pada
putaran 4000 – 8500 rpm dengan kelipatan tiap putaran 500 rpm.
Y1 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 4000 rpm
Y2 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 4500 rpm
Y3 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 5000 rpm
Y4 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 5500 rpm
Y5 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 6000 rpm
Y6 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 6500 rpm
Y7 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 7000 rpm
Y8 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 7500 rpm
Y9 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 8000 rpm
Y10 : Hasil rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran 8500 rpm

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di :
Tempat : AHASS ASIA MOTOR, Jl. Raya Pakisaji No. 14, Jatirejo, Pakisaji,
Malang, Jawa Timur 65162
Waktu : 10 – 18 April 2019.

C. Variabel Penelitian
Adapun variabel – variabel dalam penelitian ini yang meliputi :
29

1. Variabel Bebas (independen) : - Speedspark open looper


2. Variabel Tergantung (dependen) : - Daya
- Konsumsi bahan bakar
3. Variabel Kontrol : - Variasi putaran mesin
- Bahan bakar pertamax RON 92

D. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga langkah yakni langkah pertama studi
literatur, langkah kedua pengujian, dan langkah terakhir evaluasi perbandingan atau
analisis data. Adapun langkah-lagkah atau taha pan dalam melakukan penelitian ini
akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Studi literatur
Studi literatur sangat penting agar penelitian dapat berjalan dengan
baik. Studi literatur diperlukan agar peneliti mendapatkan informasi serta
data dari objek yang akan diteliti. Studi literature yang berkaitan dengan
speedspark open looper dimulai dari latar belakang, rumusan masalah,
hipotesis penelitian, kajian-kajian pustaka sesuai dengan objek penelitian
yang akan mendukung terwujudnya penelitian ini.

2. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian yang berupa daya dan konsumsi bahan bakar
Yamaha NMAX 155 dengan berbagai macam variasi putaran mesin. Data-
data hasil pengujian nantinya akan diolah dalam analisis data.

3. Evaluasi perbandingan
Pada tahap ini, hasil dari pengujian yang telah dianalisis data akan
dilakukan pembahasan dan evaluasi perbandingan terhadap hasil yang
diperoleh. Hasil berupa daya dan konsumsi bahan bakar yang menggunakan
30

speedspark open looper dibandingkan dengan hasil berupa daya dan


konsumsi bahan bakar tanpa menggunakan speedspark open looper.

Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alur penelitian seperti pada
diagram 3.1 berikut ini :

Mulai

Penyusunan judul, rumusan masalah,


dan kajian pustaka

Proses pengambilan data

Tanpa speedspark open Menggunakan


looper speedspark open looper

Rpm 1500 – 6000 dengan Rpm 1500 – 6000 dengan


kenaikan 500 rpm kenaikan 500 rpm

Daya Konsumsi BB Daya Konsumsi BB

tidak
Valid
ya
Pengolahan dan Analisis data

Pembahasan dan Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
31

E. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengujian


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Menurut Sugiyono (2015:102) alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada
instrumen penelitian ini terdapat bahan dan alat pengujian yang diantaranya adalah
sabagai berikut.
a. Bahan Pengujian
Bahan pengujian adalah bahan atau komponen yang digunakan dalam
penelitian.
1) Benda Uji : Speedspark Open Looper

Gambar 3.2 Speedspark Open Looper (sumber: dokumentasi peneliti)


Spesifikasi :
Merk : Speedspark Open Looper
Tipe : Seri pertama
Variasi step : low-mid setengah putaran dan Mid-high satu putaran
Input tegangan : 12 V
Output tegangan : 0,1 V - 0,9 V
32

2) Bahan Bakar : Pertamax RON 92


Tabel 3.4 Spesifikasi bahan bakar pertamax RON 92
No Karakteristik Satuan Batasan Metoda Uji
min max ASTM/Lainnya
1 Densitas kg/m3 715 770 D 1298/D 4052
2 Angka Oktana Riset RON 92 D 2700
3 Kandungan timbal gr/ltr 0.013 D 3341/D 5059
4 Kandungan aromatic %vol 50.0 D 1319
5 Kandungan benzene %vol 5.0 D 4420
6 Kandungan olefin %vol *) D 1319
7 Distilasi : D 86
0
10% vol. penguapan C 70
0
50% vol. penguapan C 77 110
0
90% vol. penguapan C 130 180
0
Titik didih akhir C 215
0
Residu C 2.0
8 Tekanan Uap Reid kPa 45 60 D 323 atau D 5199
pada 37,8 °C
9 Sedimen mg/l 1.0 D 5452
10 Unwashed gum mg/100 ml 70 D 381
11 Washed gum mg/100 ml 5 D 381
12 Stabilitas oksidasi menit D 525
13 Kandungan belerang % massa 0.05 D2622
14 Korosi bilah tembaga 3 ASTM no. No. 1 D 130
jam/500C
15 Doctor test Negatif IP-3
16 Belerang mercaptan % massa 0.0020 D 3277
17 Kadungan oxygenate % wt 2.7 D 4815
18 Warna dan visual Biru dan Jernih
33

19 Kandungan pewarna gr/100 ltr 0.13

3) Kendaraan : Sepeda Motor Yamaha NMAX 155cc


Spesifikasi mesin sepeda motor Yamaha NMAX 155cc yang akan diteliti
adalah sebagai berikut.

Mesin
Tipe Mesin Liquid cooled 4-stroke, SOHC
Jumlah/Posisi Silinder Single Cylinder
Kapasitas Mesin 155cc
Diameter x Langkah 58,0 mm x 58.7 mm
Perbandingan 10,5 : 1
Kompresi
Daya Maksimum 11.1 kW / 8000 rpm
Torsi Maksimum 14.4 Nm / 6000 rpm
Sistem Starter Electric Starter
Sistem Pelumasan Basah
Kapasitas Oli Mesin Total – 1,00 L ; Berkala 0,90 L
Sistem Bahan Bakar FI (Fuel Injection)
Tipe Kopling Kering, Centrifugal Automatic
Tipe Transmisi V-belt Automatic
Dimensi
PxLxT 1.955mm x 740mm x 1.115mm
Jarak sumbu roda 1.350mm
Jarak terendah ke tanah 135mm
Tinggi tempat duduk 765 mm
Berat isi 127 kg
Kapasitas tangki bensin 6,6 L
34

Rangka
Tipe Rangka Underbone
Suspensi Depan Teleskopik
Suspensi Belakang Unit Swing
Ban Depan 110/70 - 13 M/C 48P
Ban Belakang 130/70 - 13 M/C 63P
Rem Depan Single Disc Brake
Rem Belakang Single Disc Brake
Kelistrikan
Sistem pengapian TCI
Battery YTZ7V
Tipe Busi NGK/CPR8EA-9
(Sumber :Buku petunjuk pemilik NMAX, 2016: 9)

b. Alat Pengujian
Alat pengujian yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Dynamometer
Dynotest adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur daya mesin
pada kendaraan dalam satuan Hp (horse power). Dynamometer yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah tipe chassis dynamometer.
Spesifikasi :
Nama : Rextor Pro-dyno
Tegangan : 220V 50/60 Hz
Range operasi : max 12000 rpm dengan 150 gigi
Kemampuan : 15 KHz
Tipe sensor : digital pick-up
Tipe input : logical level ( aktif pada tingkat tinggi)
Produksi : PT. Rextor Technology Indonesia
35

Gambar 3.3 Dynamometer (Sumber: Dokumentasi Peneliti)

2) Tachometer atau rpm meter


Tachometer digunakan untuk mengukur kecepatan putaran mesin per
menit (rpm) pada kendaraan.
Spesifikasi
Display Range : 0~15,000 RPM
Panel Color : Black
Size (W X L X H) : 151.8 X 81.5 X 52.5 mm
36

Gambar 3.4 Rpm Meter (sumber: dokumentasi peneliti)

3) Tabung ukur buret


Tabung ukur buret digunakan untuk mengukur konsumsi bahan bakar
pertamax yang digunakan dalam gelas ukur bahan bakar dan sisa bahan bakar
pertamax yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 3.5 Tabung Ukur Buret (sumber: google image)

4) Tabung ukur bahan bakar pertamax


Tabung ini digunakan untuk menyimpan bahan bakar selama pengujian
dilakukan agar lebih mudah dalam proses pengukuran konsumsi bahan bakar
daripada menggunakan tangki bahan bakar sepeda motor.
37

Gambar 3.5 Tabung Ukur (sumber: google image)

5) Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu saat pengujian konsumsi
bahan bakar. Stopwatch ini menggunakan smartphone peneliti.

2. Prosedur Pengujian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum pengujian
untuk pengambilan data. Pada tahap ini terlebih dahulu mempersiapkan objek
penelitian berupa sepeda motor Yamaha NMAX 155. Sepeda motor Yamaha
NMAX 155 harus di tune-up terlebih dahulu agar saat pengujian kendaraan dalam
kondisi yang prima sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal. Tune-up yang
dilakukan meliputi pembersihan throttle dan injector, pembersihan CVT,
pengecekan air radiator, pengecekan busi, pergantian oli mesin, pembersihan filter
udara, pengecekan kelistrikan dan sebagainya. Setelah tune-up sepeda motor
selanjutnya memasang tachometer untuk melihat putaran mesin dan
mempersiapkan dynotest untuk pengambilan data daya sepeda motor. Kemudian
menyiapkan tabung bahan bakar dan gelas ukur yang berisi pertalite untuk
pengambilan data konsumsi bahan bakar.
38

b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan pengujian yang dilakukan untuk
pengambilan data daya dan konsumsi bahan bakar sepeda motor Yamaha NMAX
155. Tahapan-tahapan pengujian dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Pengujian tanpa menggunakan speedspark open looper
a) Menghidupkan kendaraan kurang lebih 10 menit agar mencapai suhu kerja
mesin.
b) Meletakkan sepeda motor pada dynamometer dan roda kendaraan yang
memutar dihubungkan dengan mesin dynamometer.
c) Memasang tabung bahan bakar pada pompa bahan bakar untuk mengukur
konsumsi bahan bakar.
d) Menghidupkan dynotest dan input data yang akan diujikan.
e) Menguji daya dan konsumsi bahan bakar tiap variasi putaran mesin mulai
dari 1500 – 6000 rpm dengan kelipatan 500 rpm. Pengujian daya dan
konsumsi bahan bakar dilakukan selama 1 menit tiap variasi putaran mesin.
Untuk menghitung lamanya waktu yang dihabiskan bahan bakar dapat
menggunakan stopwatch.
f) Pengujian daya dan konsumsi bahan bakar dilakukan sebanyak tiga kali
untuk memperoleh rata-rata hasil pengujian.
g) Setelah selesai pengujian, hasil berupa print out.
h) Mencatat data-data daya dan konsumsi bahan bakar yang diperoleh selama
melakukan pengujian.
2) Pengujian menggunakan speedspark open looper
a) Memasang speedpark open looper pada sepeda motor Yamaha NMAX 155.
b) Menghidupkan kendaraan kurang lebih 10 menit agar mencapai suhu kerja
mesin.
c) Meletakkan sepeda motor pada dynamometer dan roda kendaraan yang
memutar dihubungkan dengan mesin dynamometer.
d) Memasang tabung bahan bakar pada pompa bahan bakar untuk mengukur
konsumsi bahan bakar.
39

e) Menghidupkan dynotest dan input data yang akan diujikan.


i) Menguji daya dan konsumsi bahan bakar tiap variasi putaran mesin mulai
dari 1500 – 6000 rpm dengan kelipatan 500 rpm. Pengujian daya dan
konsumsi bahan bakar dilakukan selama 1 menit tiap variasi putaran mesin.
Untuk menghitung lamanya waktu yang dihabiskan bahan bakar dapat
menggunakan stopwatch.
j) Pengujian daya dan konsumsi bahan bakar dilakukan sebanyak tiga kali
untuk memperoleh rata-rata hasil pengujian.
k) Setelah selesai pengujian, hasil berupa print out.
l) Mencatat data-data daya dan konsumsi bahan bakar yang diperoleh selama
melakukan pengujian.

F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari, menghitung dan mengolah seluruh data
yang telah dikumpulkan selama penelitian dan dilakukan secara sistematis melalui
prosedur atau rencana yang telah ditentukan oleh peneliti. (Lingga, Ferdi,
2017:53). Dilihat dari permasalahan yang ada pada hipotesis, penelitian ini
menggunakan teknik analisis data inferensial yakni uji T atau paired sample t test.
Pengujian ini menerapkan paired sample t test dengan taraf signifikan 0,05 dengan
menggunakan program SPSS 20 for Windows.
Dengan teknik analisis data menggunakan uji T, penelitian ini membandingkan
antara sepeda motor Yamaha NMAX 155 yang standar (tidak menggunakan
speedspark open looper) dengan Yamaha NMAX 155 yang menggunakan
speedspark open looper.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini akan diperoleh data berupa daya dan konsumsi bahan bakar
pada sepeda motor Yamaha NMAX antara sepeda motor yang standar dengan yang
menggunakan speedspark open looper (manipulasi O2 sensor). Dari langkah pengujian
menggunakan speedspark open looper tersebut dilakukan pengambilan data yang
dibatasi dengan 4 macam yaitu 3 macam daya dan 1 konsumsi bahan bakar. Daya
sepeda motor yang menggunakan speedspark open looper pada penelitian ini diambil
3 tahap yaitu pada output 0,1 V, 0,45 V, dan 0,9 V. Data hasil penelitian akan dianalisis
untuk mendapatkan parameter yang diharapkan. Data-data tersebut ditampilkan dalam
bentuk grafik untuk membandingkan antara sepeda motor standar dengan yang
menggunakan speedspark open looper.

A. Data Hasil Penelitian


Dari penelitian Yamaha NMAX didapatkan hasil data Daya dan Konsumsi Bahan
Bakar sebagai berikut.
1. Hasil penelitian untuk Daya Mesin
Tabel 4.1 Daya pada Yamaha NMAX 155 cc

Daya (HP)

Tanpa Menggunakan Speedspark


Rpm Pengujian
Speedspark Open Looper
Open Looper 0,1 V 0,45 V 0,9 V
4000 Rata-rata 1,24 1,56 1,70 1,64
4500 Rata-rata 1,79 2,06 2,13 2,00
5000 Rata-rata 2,51 2,48 2,49 2,38
5500 Rata-rata 2,82 2,81 2,88 2,80
6000 Rata-rata 3,39 3,29 3,43 3,40
6500 Rata-rata 4,12 4,13 4,22 4,31

40
41

7000 Rata-rata 5,44 6,05 6,16 6,09


7500 Rata-rata 7,63 8,64 8,40 8,39
8000 Rata-rata 10,53 11,08 11,01 11,03
8500 Rata-rata 12,01 12,02 12,00 12,14

Dari uraian tabel 4.1 maka akan terbentuk sebuah diagram dari hasil penelitian
daya yang dihasilkan oleh sepeda motor Yamaha NMAX yang tidak menggunakan
speedspark open looper dan yang menggunakan speedspark open looper. Ada tiga
tahap untuk yang menggunakan speedspark open looper yakni output 0,1 V, 0,45V,
dan 0,9 V. Hasil penelitian daya mesin dapat dilihat pada gambar diagram rata-rata
sebagai berikut.
42

DAYA MESIN
13 12.02

12
11.08

11 12.01

10 8.64 10.53

8
DAYA (HP)

7 6.05
7.63

4.13
5

5.44
4 3.29
2.81
3 2.48 4.12
2.06 3.39
1.56 2.82
2 2.51

1.79
1
1.24

0
RPM
4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500
Tanpa Speedspark Open
1.24 1.79 2.51 2.82 3.39 4.12 5.44 7.63 10.53 12.01
Looper
Menggunakan Speedspark
1.56 2.06 2.48 2.81 3.29 4.13 6.05 8.64 11.08 12.02
Open Looper 0,1 V

Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Daya Mesin dengan Output 0,1V

Dari grafik 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan daya motor yang tidak
menggunakan speedspark open looper dengan yang menggunakan speedspark open
looper pada output 0,1V. Pada putaran 4000 rpm, daya yang dihasilkan tanpa
menggunakan speedspark open looper sebesar 1,24 HP, sedangkan daya yang
43

dihasilkan pada putaran 8500 rpm sebesar 12,01 HP. Hasil pengujian daya motor yang
menggunakan speedspark open looper pada output 0,1V sebesar 1,56 HP untuk putaran
4000 rpm dan pada putaran 8500, daya yang dihasilkan sebesar 12,02 HP. Peningkatan
daya yang signifikan terjadi pada putaran mesin 6500 rpm sampai dengan 8000 rpm.
Untuk peniingkatan daya terbesar terjadi pada putaran 7500 rpm sebesar 1,01 HP.

13
DAYA MESIN
12
12
11.01
11 12.01

10
10.53

9
8.4
8
7.63
DAYA(HP)

7
6.16
6

5.44
5
4.22
3.43
4
4.12
2.88
3 2.49 3.39
2.13
1.7 2.82
2
2.51
1.79
1
1.24
RPM
0
4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500
Tanpa Speedspark Open
1.24 1.79 2.51 2.82 3.39 4.12 5.44 7.63 10.53 12.01
Looper
Menggunakan Speedspark
1.7 2.13 2.49 2.88 3.43 4.22 6.16 8.4 11.01 12
Open Looper 0,45 V

Gambar 4.2 Grafik Perbedaan Daya Mesin dengan output 0,45 V


44

Dari grafik 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan daya motor yang tidak
menggunakan speedspark open looper dengan yang menggunakan speedspark open
looper pada output 0,45V. Pada putaran 4000 rpm, daya yang dihasilkan tanpa
menggunakan speedspark open looper sebesar 1,24 HP, sedangkan daya yang
dihasilkan pada putaran 8500 rpm sebesar 12,01 HP. Hasil pengujian daya motor yang
menggunakan speedspark open looper pada output 0,45V sebesar 1,70 HP untuk
putaran 4000 rpm dan pada putaran 8500, daya yang dihasilkan sebesar 12,00 HP.
Peningkatan daya yang signifikan terjadi pada putaran mesin 4000 sampai 4500 rpm
dan 6500 rpm sampai dengan 8000 rpm. Untuk peningkatan daya terbesar terjadi pada
putaran 7500 rpm sebesar 0,77 HP
45

DAYA MESIN
13
12.14
12

11.03 12.01
11

10.53
10

9
8.39

8
DAYA(HP)

7.63
7
6.09
6
5.44
5
4.31

4 3.4
4.12
2.8
3 2.38 3.39
2
1.64 2.82
2
2.51
1.79
1 1.24

RPM
0
4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500
Tanpa Speedspark Open
1.24 1.79 2.51 2.82 3.39 4.12 5.44 7.63 10.53 12.01
Looper
Menggunakan Speedspark
1.64 2 2.38 2.8 3.4 4.31 6.09 8.39 11.03 12.14
Open Looper 0,9 V

Gambar 4.3 Grafik Perbedaan Daya Mesin dengan output 0,9 V

Dari grafik 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan daya motor yang tidak
menggunakan speedspark open looper dengan yang menggunakan speedspark open
looper pada output 0,9V. Pada putaran 4000 rpm, daya yang dihasilkan tanpa
menggunakan speedspark open looper sebesar 1,24 HP, sedangkan daya yang
46

dihasilkan pada putaran 8500 rpm sebesar 12,01 HP. Hasil pengujian daya motor yang
menggunakan speedspark open looper pada output 0,9V sebesar 1,64 HP untuk putaran
4000 rpm dan pada putaran 8500, daya yang dihasilkan sebesar 12,14 HP. Peningkatan
daya yang signifikan terjadi pada putaran mesin 6500 rpm sampai dengan 8000 rpm.
Untuk peningkatan daya terbesar terjadi pada putaran 7500 rpm sebesar 0,76 HP.

2. Hasil penelitian untuk Konsumsi Bahan Bakar


Tabel 4.2 Konsumsi Bahan Bakar pada Yamaha NMAX 155 cc

Konsumsi bahan bakar (detik/30ml)

Rpm Pengujian Menggunakan


Tanpa Speedspark
Speedspark Open
Open Looper
Looper (0,45 v)
4000 Rata-rata 51,66 50,66
4500 Rata-rata 45,66 45
5000 Rata-rata 42,33 41
5500 Rata-rata 36 35,33
6000 Rata-rata 32 31,33
6500 Rata-rata 27,66 26,66
7000 Rata-rata 25,66 24,66
7500 Rata-rata 22,33 21,33
8000 Rata-rata 20,33 19,33
8500 Rata-rata 18,33 17,66

Dari uraian tabel 4.1 diatas maka akan terbentuk sebuah grafik dengan volume
bahan bakar 30 ml membutuhkan waktu berapa detik untuk menghabiskan bahan bakar
antara sepeda motor yang standar dengan yang menggunakan modulator O2 speedspark
open looper terhadap waktu pemakaian bahan bakar. Hasil penelitian konsumsi bahan
bakar dapat dilihat pada grafik rata-rata sebagai berikut.
47

KONSUMSI BAHAN BAKAR

55
51.66
50
50.66 45.66

45 42.33
45

40 41
36
(30 ml/detik)

35 35.33 32

27.66
30 31.33
25.66
26.66 22.33
25
24.66 20.33
18.33
20 21.33
19.33
15 17.66

10

0
RPM
4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500
Tanpa Speedspark Open
51.66 45.66 42.33 36 32 27.66 25.66 22.33 20.33 18.33
Looper
Menggunakan Speedspark
50.66 45 41 35.33 31.33 26.66 24.66 21.33 19.33 17.66
Open Looper 0,45 V

Gambar 4.4 Grafik Perbedaan Waktu Konsumsi Bahan Bakar

Dari grafik diatas dapat dilihat terdapat perbedaan waktu konsumsi bahan bakar
yang tidak menggunakan speedspark open looper dengan yang menggunakan
speedspark open looper pada output 0,45 V. Hasil data menunjukkan bahwa waktu
pemakaian bahan bakar motor yang tidak menggunakan speedspark open looper pada
48

putaran 4000 rpm, waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 30 ml bahan bakar
sebesar 51,66 detik sedangkan pada putaran 8500 rpm waktu yang dibutuhkan untuk
menghabiskan 30 ml bahan bakar sebesar 18,33 detik. Motor yang menggunakan
speedspark open looper pada putaran 4000 rpm, menghabiskan bahan bakar 30 ml
selama 50,66 detik, sedangkan untuk putaran 8500 rpm lama waktu untuk
menghabiskan bahan bakar sebesar 17,66 detik. Terjadi perbedaan yang paling besar
pada putaran 5000 rpm antara yang tidak menggunakan speedspark open looper
sebesar 42,33 detik dengan yang menggunakan speedspark open looper sebesar 41
detik.

B. Hasil Analisis Data


Analisis data ini terdiri dari uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Uji prasyarat
analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis
dapat dibedakan atau tidak. Uji prasyarat analisis yang dimaksud adalah uji normalitas.
Uji normalitas untuk melihat apakah variabel tersebut berdistribusi normal atau tidak
normal. Menurut Santoso (2012: 192) Uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebuah
pengujian untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti mengikuti sebaran normal
atau tidak. Kriteria dalam uji normalitas apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05
maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Sebaliknya jika nilai signifikansinya
lebih dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
Setelah uji prasyarat, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis Paired t-Test
yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaaan rata-rata antara dua
sampel berpasangan dan bersifat satu arah. Priyatno (2012: 102) jika signifikasi kurang
dari 0,05 maka H1 diterima. Terdapat perbedaan antara variabel satu dengan yang lain.
Jika nilai probabilitas signifikai lebih dari 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara variabel satu dengan yang lain. Dengan pengujian
Paired t- Test, dapat ditarik kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis
sesuai dengan hasil statistika dengan bantuan program SPSS 20 for windows.
49

a. Uji Normalitas Data Daya Mesin Yamaha NMAX tanpa menggunakan


speedpark open looper dan Yamaha NMAX yang menggunakan speedspark
open looper pada putaran mesin 4000 sampai dengan 8500 rpm dengan
kelipatan kenaikan tiap 500 rpm.

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Daya Mesin Yamaha NMAX tanpa
menggunakan speedpark open looper dan yang menggunakan speedspark open looper output 0,1
V, 0,45V, dan 0,9V pada putaran mesin 4000 sampai dengan 8500 rpm dengan kelipatan kenaikan
tiap 500 rpm.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Menggunakan Menggunakan Menggunakan


Tanpa
Speedspark Speedspark Speedspark
Speedspark
Open Looper Open Looper Open Looper
Open Looper
0.1V 0.45V 0.9V

N 10 10 10 10
Mean 5.1480 5.4120 5.4420 5.4180
Normal Parametersa,b Std.
3.73234 3.86158 3.78692 3.84857
Deviation
Absolute .209 .230 .227 .213
Most Extreme
Positive .209 .230 .227 .213
Differences
Negative -.148 -.159 -.162 -.163
Kolmogorov-Smirnov Z .659 .727 .716 .674
Asymp. Sig. (2-tailed) .777 .665 .684 .753
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Pada tabel 4.3 adalah hasil uji normalitas daya mesin Yamaha NMAX yang tidak
menggunakan Speedspark Open Looper dan yang menggunakan Speedspark Open
Looper. Daya mesin Yamaha NMAX yang tidak menggunakan Speedspark Open
Looper menunjukkan nilai signifikasinya adalah sebesar 0,777. Nilai signifikasi daya
mesin Yamaha NMAX yang menggunakan Speedpark Open Looper dengan output
0,1V sebesar 0,665, menggunakan output 0,45V sebesar 0,684, dan menggunakan
output 0,9V sebesar 0,753. Hasil tersebut menunjukkan nilai signifikasinya lebih besar
50

dari nilai yang ditentukan sebesar 0,05 sehingga dapat dikatakan data daya mesin
terdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Data Konsumsi Bahan Bakar Yamaha NMAX tanpa


menggunakan speedpark open looper dan Yamaha NMAX yang
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 sampai
dengan 8500 rpm dengan kelipatan kenaikan tiap 500 rpm

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Konsumsi Bahan Bakar Yamaha NMAX
tanpa menggunakan speedpark open looper dan yang menggunakan speedspark open looper output
0,1 V, 0,45V, dan 0,9V pada putaran mesin 4000 sampai dengan 8500 rpm dengan kelipatan
kenaikan tiap 500 rpm.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Menggunakan
Tanpa Speedspark
Speedspark Open
Open Looper
Looper 0,45V
N 10 10
Mean 32.1960 31.2960
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 11.40679 11.38801
Absolute .155 .158
Most Extreme Differences Positive .155 .158
Negative -.113 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .489 .500
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .964
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Pada tabel 4.4 adalah hasil uji normalitas data lama waktu konsumsi bahan bakar
Yamaha NMAX tanpa menggunakan speedspark open looper dan yang menggunakan
speedspark open looper. Penggunaan speedspak open looper dalam pengujian
konsumsi bahan bakar diambil pada output 0.45 V. Nilai signifikansi konsumsi bahan
bakar Yamaha NMAX tanpa menggunakan speedspark open looper sebesar 0,971
sedangkan yang menggunakan speedspark open looper dengan output 0,45 V nilai
signifikansinya sebesar 0,964. Nilai signifikasi yang telah ditentukan yaitu 0,05, maka
51

hasil pengujian waktu konsumsi bahan bakar diatas menunjukkan nilai signifikansinya
lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditentukan sehingga konsumsi bahan bakar
tersebut berdistribusi normal.

c. Uji Hipotesis Data Daya Mesin Yamaha NMAX tanpa menggunakan


speedpark open looper dan Yamaha NMAX yang menggunakan speedspark
open looper pada putaran mesin 4000 sampai dengan 8500 rpm dengan
kelipatan kenaikan tiap 500 rpm.

1. Tabel 4.5 Uji Hipotesis Daya Paired Sample T Test pada output 0,1V
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Sig. (2-


Std. T df
Std. Error Interval of the tailed)
Mean Deviati
Mean Difference
on
Lower Upper
Tanpa
Speedspark
Open Looper -
Pair -
Menggunakan -.26400 .36274 .11471 -.52349 -.00451 9 .047
1 2.301
Speedspark
Open Looper
0.1V

Hipotesis :
H0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX
155 antara yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,1V dengan yang
tidak menggunakan speedspark open looper
Dasar pengambilan keputusan merujuk pada nilai signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
52

Berdasarkan tabel 4.5 nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,047. Nilai
signifikansi yang didapatkan < 0,05 sehingga H0 ditolak. Ada pengaruh yang signifikan
antara daya Yamaha NMAX yang tidak menggunakan speedspark open looper dengan
yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,1V

2. Tabel 4.6 Uji Hipotesis Daya Paired Sample T Test pada output 0,45V
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Std. Sig. (2-
Interval of the T df
Std. Error tailed)
Mean Deviati Difference
Mean
on
Lower Upper

Tanpa
Speedspark
Open Looper -
Pair
Menggunakan -.29400 .30189 .09547 -.50996 -.07804 -3.080 9 .013
1
Speedspark
Open Looper
0.45V

Hipotesis :
H0 = Tidak ada perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155 antara
yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,45V dengan yang tidak
menggunakan speedspark open looper
Dasar pengambilan keputusan merujuk pada nilai signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
Berdasarkan tabel 4.6 nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,013. Nilai
signifikansi yang didapatkan < 0,05 sehingga H0 ditolak. Ada pengaruh yang signifikan
antara daya Yamaha NMAX yang tidak menggunakan speedspark open looper dengan
yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,45 V.
53

3. Tabel 4.7 Uji Hipotesis Daya Paired Sample T Test pada output 0,9V
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Std. Std. Sig. (2-
Interval of the t df
Mean Deviati Error tailed)
Difference
on Mean
Lower Upper

Tanpa
Speedspark
Open Looper -
Pair
Menggunakan -.27000 .29732 .09402 -.48269 -.05731 -2.872 9 .018
1
Speedspark
Open Looper
0.9V

Hipotesis :
H0 = Tidak ada perbedaan daya mesin yang dihasilkan Yamaha NMAX 155 antara
yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,9V dengan yang tidak
menggunakan speedspark open looper.
Dasar pengambilan keputusan merujuk pada nilai signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
Berdasarkan tabel 4.7 nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,018. Nilai
signifikansi yang didapatkan < 0,05 sehingga H0 ditolak. Ada pengaruh yang signifikan
antara daya Yamaha NMAX yang tidak menggunakan speedspark open looper dengan
yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,9 V.
54

d. Uji Hipotesis Data Konsumsi Bahan Bakar Yamaha NMAX tanpa


menggunakan speedpark open looper dan Yamaha NMAX yang
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 sampai
dengan 8500 rpm dengan kelipatan kenaikan tiap 500 rpm.

Tabel 4.8 Uji Hipotesis Konsumsi Bahan Bakar Paired Sample T Test
Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences
tailed)
95% Confidence
Std. T df
Std. Error Interval of the
Mean Deviati
Mean Difference
on
Lower Upper

Tanpa
Speedspark
Open Looper
Pair -
.90000 .22390 .07080 .73983 1.06017 12.711 9 .000
1 Menggunaka
n
Speedspark
Open Looper

Hipotesis :
H0 = Tidak ada perbedaan konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX 155 antara yang
menggunakan speedspark open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark
open looper
Dasar pengambilan keputusan merujuk pada nilai signifikansi :
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima
Berdasarkan tabel 4.8 nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0.00. Nilai
signifikansi yang didapatkan < 0,05 sehingga H0 ditolak. Ada pengaruh yang signifikan
antara konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX yang tidak menggunakan speedspark
open looper dengan yang menggunakan speedspark open looper.
BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV sebelumya.
Pada bab ini pembahasan yang akan dipaparkan meliputi pengaruh penggunaan
speedspark open looper terhadap daya dan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin
4000 rpm sampai dengan 8500 rpm dengan kelipatan naiknya tiap 500 rpm.

A. Pengaruh Penggunaan Speedspark Open Looper Terhadap Daya Yang


Dihasilkan Yamaha NMAX
Bedasarkan data hasil pengujian daya mesin pada Yamaha NMAX, pengaruh
motor yang tidak menggunakan speedspark open looper (standart) dengan motor yang
menggunakan speedspark open looper pada output 0,1V, 0,45V, dan 0,9V ditemukan
perbedaan daya yang signifikan. Daya mesin yang menggunakan speedspark open
looper mengalami peningkatan daya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 – 8500 rpm. Hal
ini dikarenakan kinerja mesin yang lebih stabil tanpa terpengaruh masukan dari O2
sensor dikarenakan speedspark open looper bisa mengeliminasi O2 sensor sehingga
ECU bisa bekerja pada mode Open Loop. Dengan menggunakan speedspark open
looper membuat ECU bekerja dalam mode Open Loop. Output dari speedspark open
looper dapat diatur seolah-olah tegangan dari O2 sensor yang akan dikirimkan ke ECU
sehingga berpengaruh pada naiknya daya yang dihasilkan Yamaha NMAX terutama di
rentang putaran mesin 7000 rpm sampai dengan 8000 rpm.
Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa
perhitungan rata-rata daya yang dihasilkan Yamaha NMAX yang tidak menggunakan
speedspark open looper daya yang dihasilkan pada putaran 4000 rpm menghasilkan
daya 1,24 HP lebih kecil jika dibandingkan dengan yang menggunakan speedspark
open looper pada output 0,1V menghasilkan daya sebesar 1,56 HP. Pada putaran tinggi
8500 rpm, motor yang tidak menggunakan speedsprk open looper menghasilkan daya
sebesar 12,00 HP dan yang menggunakan speedspark open looper dioutput 0,1 V

55
56

sebesar 12,02. Ada perbedaan yang sangat kecil dibandingkan dengan yang standar
yakni sebesar 0,2 HP diputaran mesin yang sama. Peningkatan rata-rata daya yang
signifikan terjadi pada putaran mesin 7000 rpm sampai dengan 8000 rpm.
Grafik 4.2 juga membuktikan bahwa terjadi peningkatan daya motor yang
menggunakan speedspark open looper pada output 0,45V dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan speedspark open looper. Pada putaran 4000 rpm rata-rata daya
yang dihasilkan oleh motor yang tidak menggunakan speedspark open looper sebesar
1,24 HP, lebih kecil dari daya motor yang menggunakan speedspark open looper pada
output 0,45V sebesar 1,70. Terjadi perbedaan yang signifikan pada rentang rpm yang
sama. Pada rpm 8500 rpm hampir menghasilkan rata-rata daya yang sama yakni motor
yang standart sebesar 12,01 HP dan motor yang menggunakan speedspark open looper
di output 0,45V sebesar 12,00 HP. Peningkatan rata-rata daya yang signifikan terjadi
pada putaran mesin 6500 rpm sampai dengan 8000 rpm. Untuk peningkatan rata-rata
daya terbesar terjadi pada putaran 7500 rpm sebesar 0,77 HP dari yang standart.
Grafik 4.3 juga menunjukkan peningkatan rata-rata daya yang dihasilkan pada
4000 rpm. Motor yang standart menghasilkan rata-rata daya sebesar 1,24 HP,
sedangkan motor yang menggunakan speedspark open looper pada output 0,9V
menghasilkan rata-rata daya sebesar 1,64 HP. Di fasa ketiga ini juga mengalami
peningkatan daya di rpm yang sama. Daya terbesar dihasilkan oleh motor yang
menggunakan speedspark open looper output 0,9V sebesar 12,14 HP, lebih besar jika
dibandingkan dengan motor yang standart yang hanya menghasilkan rata-rata daya
sebesar 12,0 HP. Peningkatan rata-rata daya yang signifikan juga terjadi pada putaran
mesin 6500 rpm sampai dengan 8000 rpm.
Dari ketiga grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat dikatakan bahwa pada putaran mesin
4000 – 4500 rpm terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan yang
standar. Hal ini dikarenakan pada putaran ini terjadi penyesuaian bahan bakar yang
disemprotkan ke ruang bakar akibat dari tegangan yang dikirimkan ke ECM telah
dimanipulasi pada setingan 0,1V secara konstan yang menyebabkan afr jadi turun.
Dengan adanya penambahan debit bahan bakar menyebabkan ledakan pembakaran
yang diterima oleh piston semakin besar pula sehingga daya yang dihasilkan juga
57

meningkat. Pada putaran 5000 – 6500 rpm pada grafik 4.1, grafik 4,.2, dan grafik 4.3
cenderung berhimpitan. Dapat dikatakan bahwa pada putaran ini daya yang dihasilkan
terjadi peningkatan namun tidak begitu signifikan. Hal ini dikarenakan pada putaran
ini terjadi gesekan antara dinding silinder dan piston yang besar sehingga
menyebabkan volume udara yang masuk keruang bakar jadi berkurang, akibatnya
volume udara dan bahan bakar jadi sedikit terkompresi, daya yang keluar jadi lebih
kecil. Pada putaran 7000 – 8000 rpm terjadi kenaikan daya yang signifikan. Hal ini
dikarenakan tegangan output dari speedspark open looper yang dikirimkan ke ECM
stabil, maka debit bahan bakar yang diinjeksikan juga tetap sehingga dengan adanya
penambahan debit bahan bakar menyebabkan ledakan pembakaran yang diterima oleh
piston semakin besar pula sehingga daya yang dihasilkan juga meningkat.
Dari ketiga fasa tersebut yang paling stabil peningkatan dayanya pada motor yang
menggunakan speedspark open looper output 0,45V. Pada putaran mesin 4000 rpm
fasa kedua yang paling besar peningkatannya yakni sebesar 0,46 HP. Hal ini
dikarenakan output tegangan dari speedspark open looper yang dikirimkan ke ECU
sebesar 0,45V yang mengakibatkan komposisi campuran bahan bakar dengan udara
lebih ideal. Solihin (2017) tegangan output sensor O2 yang telah distabilkan dan
dimanipulasi sehinggga komposisi campuran bahan bakar dengan udara pada ruang
bakar lebih ideal atau campuran lebih kaya (afr turun), dengan menurunkan nilai afr
hingga batas tertentu maka ledakan yang dihasilkan akan lebih besar pula, sehingga
dorongan pada piston akibat ledakan pembakaran menjadi lebih besar, dan
menyebabkan dayanya meningkat.
Hasil uji hipotesis pengaruh penggunaan speedspark open looper terhadap daya
mesin dengan metode Paired Sample T Test yang dijelaskan pada bab IV, diperoleh
nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,047 untuk output speedspark open looper 0,1V.
Penggunaan speedspark open looper pada output 0,45 V, diperoleh nilai probabilitas
(sig.) sebesar 0,013 dan pada output 0,9 V diperoleh nilai probabilitas (sig.) sebesar
0,018. Hal ini dapat disimpulkan terdapat interaksi antara penggunaan speedspark
open looper dengan yang tidak menggunakan speedspark open looper menyebabkan
perbedaan pada daya mesin yang dihasilkan secara signifikan.
58

Penggunaan speedspark open looper dapat menggantikan fungsi O2 sensor dengan


memanipulasi kadar O2 yang dideteksi di exhaust manifood dengan seolah-olah telah
membaca kadar O2 dengan mengirimkan sinyal output ke ECU sebesar 0,1V sampai
dengan 0,9V. Dengan mengatur keluaran secara manual, penyemprotan bahan bakar
ke ruang bakar dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, penggunaan speedspark open looper baik digunakan pada kecepatan sedang
dijalan perkotaan dikarenakan dayanya meningkat pada putaran mesin 6500 rpm
sampai dengan 8000 rpm. Produsen kendaraan bermotor merancang daya maksimal
pada kisaran putaran mesin antara 6500 rpm samapi dengan 8000 rpm. (tim otomotif
grup, 2009: 8). Hal ini sesuai dengan tujuan penggunaan speedspark open looper
dikarenakan peningkatan daya pada rentang tersebut. Penggunaan speedspark open
looper yang maksimal diatur pada output 0,45 V karena daya yang dihasilkan
meningkat secara merata hampir disemua putaran mesin. Pada rentang 5000 rpm
sampai 6500 rpm daya masih mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar pada
putaran mesin 4000 – 5000 rpm dan 6500 - 8500 rpm, hal ini diakibatkan berkurangnya
volume udara yang masuk keruang bakar akibat dari semakin besarnya gesekan yang
terjadi antar komponen mesin terutama pada dinding silinder dan piston yang
mempengaruhi peningkatan daya yang tidak signifikan pada kelompok eksperimen.
Peningkatan daya tertinggi pada Yamaha NMAX pada putaran 4000 rpm
sebesar 0,46 HP, terjadi pada penggunaan speedspark open looper output 0,45V. Hal
ini dikarenakan pada putaran ini membutuhkan campuran bahan bakar dan udara yang
ideal atau campuran lebih kaya (afr turun). Untuk output 0,1V dan 0,9V juga
mengalami peningkatan namun tidak sebesar output 0,45V pada putaran yang sama.
Pada kelompok eksperimen dan rentang rpm yang lain juga mengalami peningkatan
namun persentasenya lebih kecil. Sedangkan untuk putaran menengah hingga tinggi
(6500 rpm – 8000 rpm) meningkat sebesar 2,07 HP dari yang standart. Pada putaran
tinggi 8500 rpm daya terbesar dihasilkan oleh penggunaan speedspark open looper
mencapai 12,14 HP pada output 0,9 V.
Penggunaan speedspark open looper berpengaruh pada meningkatnya daya
pada putaran menengah hingga tinggi. Meningkatnya daya mesin dapat mempengaruhi
59

akselerasi pada saat berkendara. Semakin bertambahnya daya yang dihasilkan,


akselerasinya semakin baik dan putaran mesin (rpm) tinggi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dari Solihin (2017)
melakukan penelitian berjudul “Pengaruh tegangan output sensor O2 menggunakan
manipulator O2 sensor terhadap unjuk kerja mesin sepeda motor vario 125 tahun 2013,
daya yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar 71.30 % dengan nilai 3,12 PS
dibandingkan dengan kondisi standar,

B. Pengaruh Penggunaan Speedspark Open Looper Terhadap Konsumsi Bahan


Bakar pada Yamaha NMAX
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap konsumsi bahan bakar, motor
yang menggunakan speedspark open looper dalam menghabiskan 30 ml bahan bakar
memerlukan waktu yang lebih cepat dari pada motor yang tidak menggunakan
speedspark open looper. Konsumsi bahan bakar Yamaha NMAX yang menggunakan
speedspark open looper pada putaran 4000 rpm – 8500 rpm lebih besar jika
dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar yang tidak menggunakan speedspark open
looper. Meningkatnya konsumsi bahan bakar yang menggunakan speedspark open
looper ini dikarenakan adanya manipulasi pada output O2 sensor sebesar 0,45V
sehingga mengakibatkan bertambahnya debit bahan bakar yang diinjeksikan oleh
injektor kedalam ruang bakar berdasarkan perintah dari ECU agar meurunkan air fuel
ratio (afr). Air fuel ratio yang turun mengakibatkan campuran bahan bakar dan udara
menjadi ideal.
Dari hasil penelitian pada grafik gambar 4.4 antara yang tidak menggunakan
speedspark open looper dengan yang menggunakan speedspark open looper terjadi
peningkatan konsumsi bahan bakar. Dari grafik konsumsi bahan bakar bisa dilihat
bahwa pada putaran mesin 4000 rpm sampai dengan 8500 rpm lama waktu yang
dibutuhkan untuk menghabiskan 30 ml bahan bakar semakin cepat. Yamaha NMAX
yang tidak menggunakan speedspark open looper, waktu yang diperlukan untuk
menghabiskan bahan bakar 30 ml sebesar 51,66 detik, sedangkan yang menggunakan
speedspark open looper, waktu yang diperlukan untuk menghabiskan bahan bakar
60

sebesar 50,66 detik dengan putaran yang sama yakni 4000 rpm. Pada putaran mesin
8500 rpm, waktu konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan pada motor yang tidak
menggunakan speedspark open looper dengan volume 30 ml sebesar 18,33 detik,
sedangkan dengan putaran mesin 8500 rpm dan volume 30 ml, pada motor yang
menggunakan speedspark open looper waktu yang diperlukan sebesar 17,66 detik.
Pada rentang 4000 – 8500 rpm terjadi perbedaaan lama waktu konsumsi bahan bakar
sebesar 0,66 – 1,33 detik antara kelompok eksperimen dengan kelompok standar. Hal
ini dikarenakan pada kelompok eksperimen telah terjadi penyetabilan penyemprotan
debit bahan bakar pada ruang bakar yang diakibatkan dari tegangan output oksigen
sensor yang dikirimkan ke ECM secara tetap sesuai dengan pengaturan yang telah
dilakukan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan pada bab IV, pengaruh
penggunaan speedspark open looper terhadap konsumsi bahan bakar dengan
menggunakan metode paired sample t test (tabel 4.8) menunjukkan bahwa nilai
probabilitasnya (sig.) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan waktu konsumsi bahan bakar antara penggunaan speedspark open
looper dengan yang tidak menggunakan speedspark open looper (standart).
Speedspark open looper dipasang dengan tujuan untuk memanipulasi tegangan
output O2 sensor disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan. Tegangan output yang
akan dikirimkan ke ECU dibuat konstan, sehingga afr cenderung lebih turun, yang
berakibat pada penambahan pada debit bahan bakar yang disemprotkan ke ruang bakar.
Menurut Solihin (2017) menyatakan konsumsi bahan bakar mesin dengan
menggunakan manipulator O2 sensor cenderung sedikit meningkat jika dibandingkan
dengan yang standart yang menandakan komposisi udara dan bahan bakar (afr) turun
atau campuran menjadi lebih kaya. Meningkatnya konsumsi dari bahan bakar juga
merupakan akibat dari daya yang meningkat pada tiap putaran mesin.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penggunaan speedspark open looper
mengakibatkan konsumsi bahan bakar lebih boros daripada yang tidak menggunakan
speedspark open looper pada Yamaha NMAX dengan putaran mesin 4000 – 8500 rpm.
Penggunaan speedspark open looper baik jika digunakan untuk perjalanan jauh dengan
61

kecepatan sedang dikarenakan daya yang dihasilkan meningkat, namun dengan


konsekuensi konsumsi bahan bakar juga meningkat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan yang telah dilakukan
pada bab IV dan V, penggunaan speedspark open looper pada Yamaha NMAX dapat
meningkatkan daya dan konsumsi bahan bakar. Beberapa kesimpulan tentang pengaruh
speedspark open looper terhadap daya dan konsumsi bahan bakar pada Yamaha
NMAX yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1. Daya yang dihasilkan pada Yamaha NMAX dengan menggunakan


speedspark open looper pada setting output 0,1 V secara keseluruhan
memberikan rata-rata presentase peningkatan sebesar 4,9 % dari yang tidak
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 - 8500 rpm.
Peningkatan daya tertinggi terjadi pada putaran mesin 7500 rpm yakni sebesar
13,23 % dari kondisi standar.
2. Daya yang dihasilkan pada Yamaha NMAX dengan menggunakan
speedspark open looper pada setting output 0,45 V secara keseluruhan
memberikan rata-rata presentase peningkatan sebesar 5,5 % dari yang tidak
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 - 8500 rpm.
Peningkatan daya tertinggi terjadi pada putaran mesin 7500 rpm yakni sebesar
10,1 % dari kondisi standar.
3. Daya yang dihasilkan pada Yamaha NMAX dengan menggunakan
speedspark open looper pada setting output 0,9 V secara keseluruhan
memberikan rata-rata presentase peningkatan sebesar 5,06 % dari yang tidak
menggunakan speedspark open looper pada putaran mesin 4000 - 8500 rpm.
Peningkatan daya tertinggi terjadi pada putaran mesin 7500 rpm yakni sebesar
9,96 % dari kondisi standar.

62
63

4. Konsumsi bahan bakar pada Yamaha NMAX yang menggunakan speedspark


open looper cenderung meningkat (lebih boros) yang menandakan komposisi
bahan bakar dan udara lebih kaya atau terjadi penurunan afr dari dengan rata-
rata presentase peningkatan secara keseluruhan sebesar 2,8 % daripada
kondisi standar pada putaran mesin 4000 - 8500 rpm.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti,
maka saran yang dapat diberikan agar penelitian selanjutnya lebih sempurna sebagai
berikut.
1. Bagi Akademik
Bagi dunia akademik diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan referensi bacaan tentang peningkatan daya yang dihasilkan
dengan menggunakan speedspark open looper.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat diharapkan dapat digunakan acuan untuk
meningkatkan daya pada Yamaha NMAX, sehingga baik data digunakan
untuk perjalanan jauh.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti menyarankan untuk pengembangan lebih lanjut, sebaiknya
menggunakan kendaraan lain yang terbaru untuk menghindari keausan
komponen mesin sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian emisi gas buang
untuk mengetahui kadar CO dan HC setelah menggunakan speedspark
open looper.
c. Pada peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan alat afr meter untuk
melihat perubahan yang terjadi secara langsung akibat dari memanipulasi
tegangan output O2 sensor menggunakan speedspark open looper.
64

4. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam kegiatan
belajar mengenai pengaruh penggunaan speedspark open looper terhadap
daya dan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan pada sepeda motor Yamaha
Nmax 155.

Anda mungkin juga menyukai