Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia Klinik

Disusun Oleh :

Eli Karmila 31117012

Elmilia Pitriana 31117013

Intan Elliana Ramadhan 31117021

Irna Kushernawati 31117023

Yana Herdiana 31117049

Kelas Farmasi 3A

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

2019-2020
PRAKTIKUM I

URINALIS

Hari Tanggal Praktikum : Kamis, 05 September 2019

I. Tujuan Percobaan
1. Menganalisis urin secara makroskopis dan mikroskopis dengan
menggunakan carik celup.
2. Menginterpretasikan hasil pengamatan dan menghubungkan dengan
kondisi patologi klinik.
II. Dasar Teori
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan
sulfur, garam garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya bewarna
kekuningan meskipun secar normal banyak variasinya. Mempunyai bau yang
khas untuk spesies yang bereda. Jumlah urin yang diekresikan tiap harinya
bervariasi, tergantung pada pekan, konsumsi air, terperatur lingkugan, musim
dan faktor-faktor lainnya. (Ganong,2003)
Proses pembentukan urin dalam ginjal meliputi proses penyarian (filtrasi,
peyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat-zat (augmentasi). Proses
filtrasi terjadi di glomerolus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di
tubulus proksimal, dan augmengasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira
mengandung 1,3 x106 nefron yang beoprasi secara pararel. Tiap nefron terdiri
dari suatu glomerolus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri
sedemikian sehingga terjadi tekanan filtasi yang menandai untuk mempengaruhi
ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma ( Robert, 1993).

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama
akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin
berkisar antara 4,8 - 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi
banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak
sayuran. Berat jenis urin yaitu 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008)
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di
dalam urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain zat sisa pembongkaran
protein seperti urea, asam urat,dan ammoniak, zat warna empedu yang
membentuk warna kuning pada urin, garam terutama NaCl, dan zat-zat yang
berlebihan dikonsumsi, misalnya vit C, dan obat-obatan serta juga kelebihan zat
yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormone (Ethel, 2003)
Zat tertentu yang terdapat didalam urin, meskipun dalam keadaan normal
zat tersebut tidak tampak. Seperti glukosa, asaton, albumin, darah,dan nanah.
Berbagai keadaan ketidaknormalan komponen urin adalah:
1. Glikosuria, yaitu terdaoatnya glukosa dalam air kemih. Hal ini merupakan
gejala terlalu banyak makan gula, meningkatkan aktifitas kelenjar adrenal
yang melibatkan banyak penguraian glikogen dan pemebebasan glukosa dariu
hati.
2. Hipoinsulin, yaitu berkurangnya jumlah insulin
3. Asenoria, adalah terdapatnya senyawa keton dalam urin karena terlalu banyak
menkonsumsi lemak atau jumlah karbohidrat yang tersedia untuk pembakaran
berkurang. Aseton juga terbentuk saat keadaan lapar.
4. Proteinuria, adalah salah satu keadaan dimana satu macam protein dalam
plasma yang terdapat dalam urin. Seperti terdapatnya albumin dalam urin
(albuminuria) hal ini menunjukan adanya penyakit
5. Hematuria, yaitu terdapatnya darah dalam urin karena infeksi pada saluran
ginjal atau salah satu air kemih (Wulungi, 1990).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat
setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap disbanding urin waktu lainnya. Warna
urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1,003-1,03 mg/L. Nilai ini
dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Urin pagi memiliki berat jenis lebih
tinggi disbanding di waktu lain, yang sekitar 1,026. Urin yang normal rata-rata 1-
2 liter perhari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin urin meningkat
sehingga mempermudah pembentukan batu. Ph urin dapat berkisar 4,5 – 8,0, pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutya. Urine pagi lebih (bangun tidur) bersifat lebih asam (Evelyn, 1993).
III. Prinsip percobaan
1. Leukosit
Asam karbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan
diubah membentuk indoxyl. Indoxyl dioksidasi membentuk senyawa yang
berwarna indigo.
2. Nitrit
Nitrat dengan adanya bakteri gram negatif akan diubah menjadi nitrit.
Nitrit dengan para arsinic acid dan tetrahydrobenzoquinolin membentuk
senyawa yang berwarna merah.
3. Urobilinogen
Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan
membentuk senyawa azo yang berwarna merah.
4. Protein
3’3’5’5’ tetrachloro-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (buffer) dengan
protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua.
5. pH
Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang terkandung
pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai dengan ph urin.
6. Darah
H2O2 oleh peroksidase yang ada padaHb membentuk On dan H2O. On
yang terbentuk akan mengoksidase benzidin (kromogen) membentuk
senyawa berwarna hijau biru.
7. Berat Jenis
Bromtymol blue dengan methyl vinyl ether maleic acid sodium salt akan
memberikan warna pada urin dengan BJ kurang lebih 0,5
8. Keton
Natrium nitropusid sebagai oksidator kuat dengan asam asetoasetat dengan
aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang berwarna merah
violet.
9. Billirubin
Billirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium
floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna
merah violet.
10. Glukosa
D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi D-glukonalakton
dan H2O2. H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk
senyawa berwarna coklat.

IV. Alat dan Bahan

No. Nama Alat dan Bahan Gambar

1. Urine segar

2. Tabung penampung urine

3. Reagen carik celup


4. Sarung Tangan

5. Masker

6. Tissue

V. Prosedur Percobaan

Basahi seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik
carik dengan segera, kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin.
Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara
menyimpan carik tersebut pada kertas agar menyerap urin di bagian tersebut.

Peganglah carik secara horizontal dan bandingkan dengan standar warna yang
terdapat pada leher wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang
tertera pada standar carik atau dibaca dengan alat clinitex status.

Untuk menganalisis bau, urin segar dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian miringkan cairan dan kipas-kipaskan tangan pada permukaan cairan
urin. Cium bau yang muncul.

Warna dan kejernihan diamati pada cahaya yang cukup terhadap urin yang
telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

VI. Hasil Pengamatan

Organoleptik:

1. Warna : Kuning jernih


2. Bau : Bau khas

No Analit yang Diamati Hasil Urinalisasi Pembahasan


1. Leukosit 15± Urine mengandung leukosit,
terdapat infeksi di saluran
kemih
2. Nitrit - Tidak terdapat nitrit dalam
urine
3. Urobilinogen - Tidak terdapat Urobilinogen
dalam urine
4. Protein - Tidak terdapat Protein dalam
urine
5. pH 6.0 pH masih dalam rentang
normal (4,5-8)
6. Darah - Tidak terdapat darah dalam
urine
7. Berat Jenis 1.030 Berat Jenis masih dalam
rentang normal
8. Keton - Tidak terdapat Keton dalam
urine
9. Bilirubin 1 (17) + Urine mengandung bilirubin,
terdapat infeksi di saluran
kemih
10. Glukosa - Tidak terdapat Glukosa dalam
urine

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu “Pemeriksaan
Urinalisis” dengan sampel urin menggunakan metode carik celup. Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengevaluasi fungsi ginjal
dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang
diperoleh. Ginjal mempunyai kemampuan memilih dan menahan zat-zat esensial
pada saat mengekskresikan produk akhir metabolisme dan kelebihan zat dari
makanan. Maka untuk mengetahui fungsi ginjal diantaranya dapat dilkakukan
dengan cara skrining pada urin dengan metode urinalisis.
Sampel urin yang digunakan adalah urin dari wanita, Sampel urin yang
digunakan untuk uji haruslah dalam keadaan segar. Artinya, reagent
strip langsung dicelupkan ke dalam urin yang baru keluar dari tubuh. Alasannya
karena ada kemungkinan urin mengalami perubahan jika tidak segera dilakukan
pengujian. Dimana perubahan ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strip mempunyai beberapa
keuntungan yaitu mudah dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan
tetapi, reagent strip tidak dapat dijadikan informasi yang akurat tentang adanya
kelainan karena analisis urin reagent strip ini merupakan tes secara kualitatif.
Untuk membuktikan adanya kelainan harus dilakukan tes lebih lanjut lagi.
Cara analisis urin yaitu dengan mencelupkan strip ke dalam sampel urin
setelah itu dilihat perubahan warna pada kotak-kotak kecil tersebut,
pemeriksaannya meliputi hasil kadar leukosit, nitrit, urobilinogen, protein, Ph,
darah, berat jenis, keton, bilirubin, glukosa.
Pada tes leukosit pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase
yang merupakan enzim pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit
dan monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang
dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan
warna dari coklat muda menjadi warna ungu. Banyaknya esterase
menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di dalam urine. Pada
sampel hasil 15±, Urine mengandung leukosit terdapat infeksi di saluran kemih
Seharusnya pada urin normal tidak terdapat leukosit.
Pada tes nitrit urin adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya bakteri urin. Tes ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar
bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di
dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang
kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin
(Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi
bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Pada sampel
menunjukan hasil negatif yang artinya urin tidak terdapat nitrit.
Pada tes uribilinogen, empedu yang sebagian besar dibentuk dari
bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah
bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di feses,
sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen
diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh
ginjal ke dalam urin. Urobilinogen normal pada urin yaitu 0,2(3,5), kemudian
pada sampel terbukti bahwa nilai urobilinogen pada urinnya normal. Hasil
positif dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh
kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil
urobilinogen. Urobilinogen urin menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,
kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan
hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Pada tes protein menunjukan bahwa pada sampel tidak terdapat
kandungan protein, sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang
sehat karena perubahan fisiologis. Selama olahraga, stres atau diet, pra-
menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Kemudian pada tes pH sampel menunjukan pH normal, karena pH
normal pada urin berkisar antara 5-7. Pembacaan pH hendaknya segera
dilakukan (urin dalam kondisi segar), karena urin yang lama cenderung menjadi
alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia).
Pada tes darah, pada sampel urin menunjukan hasil negatif. Tetapi bila di
dalam urin terdapat kandungan eritrosit adalah wajar, karena memang tubuh
membuang sel-sel darah merah yang sudah mati keluar dari tubuh salah satunya
melalui urin. Namun, bila jumlahnya sangat banyak di atas batas normal maka
bisa saja pasien memiliki kerusakan pada bagian glomerulus di ginjal yang
berfungi untuk menyaring zat-zat penting dari dalam darah.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Berat jenis urin normal yaitu 1,000 maka pada sampel urin masih dalam
batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan fungsi reabsorpsi
tubulus.
Kemudian pada tes ketone sampel negatif keton, seharusnya tidak ada
keton di dalam urin, jika terdapat keton didalam urine disebabkan karena
pengaruh konsumsi obat, diet rendah karbohidrat dan malnutrisi.
Pada tes bilirubin sampel urin menunjukan hasil bilirubin 1(17)+. Maka
bila dalam urine ditemukan adanya peningkatan kadar bilirubin yang berlebih,
dapat diduga pasien tersebut menunjukkan adanya gangguan pada hati
(kerusakan sel hati) atau saluran empedu.
Selanjutnya pada pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada
glukosa oksidase yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan
hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan adanya
peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen
proksidase menghasilkan H2O dan On (O nascens). O nascens akan
mengoksidasi zat warna kalium iodida dalam waktu 10 detik membentuk warna
biru muda, hijau sampai coklat. Pada tes glukosa menunjukan pada sampel
negatif glukosa maka urin pada sampel tersebut termasuk normal
Tidak hanya dengan menggunakan reagen strip, untuk memastikan
adanya kelainan pada urin diperlukan beberapa pemeriksaan fisik seperti pada
warna, bau, dan kejernihan. Pada pemeriksaan warna urin sampel menunjukan
urin berwarna kuning jernih dan artinya warna urin tersebut normal, karena
dalam urin terdapat campuran pigmen - pigmen seperti uroetrin, urokron dan
porfiri. warna urin tidak normal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan, penyakit,
pengaruh adanya metabolit, konsumsi makanan atau obat-obatan dan pigmen.
Kemudian pada pemeriksaan bau, pada sampel menunjukan bau urin adalah
normal, karena berbau khas yaitu bau amoniak. Adapun bau urin yang pesing
disebabkan karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Bau pada
urin disebabkan karena faktor fisiologis maupun patologis. Penyebab fisiologis
misalnya makanan, vitamin, obat-obatan dan hormon. Penyebab patologis
berupa adanya penyakit ataupun kerusakan pada saluran kemih. Dan dilihat pada
kejernihannya menunjukan bahwa semua sampel urin jernih menandakan urin
normal.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktimun dapat disimpulkan bahwa evaluasi skrining
terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara urinalisis menggunakan carik
uji atau reagent strip. Pada hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa semua
sampel urin, semua parameter (protein, glukosa, eritrosit, leukosit, nitrit, keton,
urobilinogen, bilirubin, bobot jenis, dan pH) menunjukkan nilai yang normal.

DAFTAR PUSTAKA

Ethel, R.D. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta.

Ganong. S. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Roberts, M. 1993. Biologi Princeple and Processes, I sted. Thomas Nelson and
Sons Ltd. London.

Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Preaktek Klinik. Salemba Medika;


Jakarta.

Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB: Bandung


LAMPIRAN

Urine yang akan dianalisis Proses pemeriksaan urin Didiamkan selama 20 detik
dengan carik celup

Hasil dari pemeriksaan, Hasil dari pemeriksaan Hasil dari pemeriksaan pH


negatif semua kecuali Berat jenis
leukosit dan bilirubin

Anda mungkin juga menyukai