PELATIHAN
AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga
ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja
dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja AHLI
DESAIN TEROWONGAN SDA merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan
untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi bidang sumber daya
air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA ini terdiri dari 9
(Sembilan) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih
tenaga kerja yang menggeluti Ahli Desain Terowongan SDA.
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya
untuk modul Perhitungan Desain Terowongan pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukkan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Tim Penyusun
i
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melakukan kegiatan Desain Terowongan, memeriksa dan mengarahkan asisten
perencanaan dan juru gambar dalam melakukan kegiatan Desain Terowongan
sesuai tahapan desain, metode desain dan spesifikasi yang ada dalam kontrak.
ii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
iii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA .......................................................................... xi
DAFTAR MODUL.......................................................................................................... xii
PANDUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... xiii
MATERI SERAHAN ..................................................................................................... xvii
iv
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
DAFTAR GAMBAR
vi
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
vii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
DAFTAR TABEL
viii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 2.36 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.52 untuk A < 100 km 2 ..... 2 - 41
Tabel 2.37 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.62 untuk A < 100 km 2 ....... 2 - 41
Tabel 2.38 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.75 untuk A < 100 km 2 ....... 2 - 41
Tabel 2.39 R100 cara aritmatik ................................................................................... 2 - 42
Tabel 2.40 Perhitungan Debit Banjir (Q banjir) Weduwen ........................................... 2 - 42
Tabel 2.41 Water Discharge Proportional to Maximum Discharge .......................... 2 - 45
Tabel 2.42 Perhitungan Unit Hidrograf ..................................................................... 2 - 46
Tabel 2.43 Hasil Perhitungan Hidrograf Banjir ......................................................... 2 - 48
Tabel 3.1 Kriteria perencanaan untuk saluran irigasi tanpa pasangan ................. 3-2
Tabel 3.2 Nilai k berdasarkan jenis saluran dan atau Q rencana .......................... 3-7
Tabel 3.3 Form Perhitungan Dimensi Saluran ....................................................... 3 - 13
Tabel 3.4 Data profil saluran garis A3-10 ............................................................... 3 - 14
Tabel 3.5 Data profil saluran garis B3-11 ............................................................... 3 - 15
Tabel 3.6 Kriteria klasifikasi tanah secara laboratorium dari USBR/ USCE3-13.... 3 - 17
Tabel 3.7 Karakteristik saluran yang dipakai dengan gambar 3.7. ........................ 3 - 19
Tabel 3.8 Daftar debit effektif .................................................................................. 3 - 22
Tabel 3.9 Daftar biaya konstruksi dan pengeluaran tahunan bangunan
Terowongan ............................................................................................ 3 - 24
Tabel 3.10 Tipe standar tapal kuda (Horse Shoe) ................................................... 3 - 28
Tabel 3.11 Tabel 1/n, 8/3 ........................................................................................... 3 - 29
Tabel 3.12 Tabel n/, 1/2 ........................................................................................... 3 - 30
Tabel 3.13 Hubungan antara nilai tinggi air debit dan tampungan (H, Q, S) ........... 3 - 39
Tabel 3.14 Hasil penelusuran banjir dengan berbagai diameter terowongan ......... 3 - 40
Tabel 3.15 Hubungan H, Q, S, dan .................................................................... 3 - 42
Tabel 3.16 Penelusuran banjir terowongan pengelak .............................................. 3 - 44
Tabel 3.17 Kehilangan tinggi energi pada belokan .................................................. 3 - 45
Tabel 3.18 Hubungan antara Q dan HL ................................................................... 3 - 48
Tabel 3.19 Hubungan antara open guide vanc dan Rates Pt .................................. 3 - 48
Tabel 3.20 Transisi saluran terbuka ......................................................................... 3 - 51
Tabel 3.21 Transisi portal ......................................................................................... 3 - 51
Tabel 3.22 Tabel perhitungan klasifikasi .................................................................. 3 - 56
Tabel 3.23 Krakteristik Hidrolik terowongan ............................................................. 4 - 56
Tabel 4.1 Baja H ..................................................................................................... 4-1
Tabel 4.2 Data percobaan geser batuan ................................................................ 4 - 11
Tabel 4.3 Metode bishop tabel perhitungan ........................................................... 4 - 35
Tabel 4.4 Harga-harga koefisien gesekan f ........................................................... 4 - 38
ix
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 4.5 Penampang-penampang dari baja bulat dalam cm² untuk lebar
Plat 100 cm ............................................................................................. 4 - 53
Tabel 4.6 Lebar balok minimum (dalam cm) dengan 3 s/d 7 batang dalam
1 baris (diameter 8 jam) .......................................................................... 4 - 53
Tabel 4.7 Daftar Besi Bulat ..................................................................................... 4 - 54
x
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja AHLI DESAIN TEROWONGAN
SDA (Tunnel Design Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen
kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan AHLI DESAIN
TEROWONGAN SDA unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang
dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang
diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan
(seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam
pelatihan AHLI DESAIN TEROWONGAN SDA.
xi
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
DAFTAR MODUL
xii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
PANDUAN PEMBELAJARAN
xiii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
1. CERAMAH : PEMBUKAAN
Menjelaskan Tujuan Mengikuti penjelasan TIU OHT
Instruksional (TIU & TIK) dan TIK dengan tekun dan No. 4
Merangsang motivasi peserta aktif
dengan pertanyaan atau Mengajukan pertanyaan
pengalamannya dalam apabila kurang jelas
penerapan Perhitungan
Desain Terowongan
Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan
2. CERAMAH : PENDAHULUAN
Gambaran perhitungan Mengikuti penjelasan
OHT
hidrologi, hidrolika dan instruktur dengan tekun No. 7 - 8
struktur. dan aktif
Mencatat hal-hal yang
perlu
Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 1 Pendahuluan)
xiv
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3. CERAMAH : Perhitungan
Hidrologi OHT
Debit rencana saluran Mengikuti penjelasan No. 9 - 32
Debit rencana banjir instruktur dengan tekun
Menjelaskan perhitungan dan aktif
debit rencana saluran, debit Mencatat hal-hal yang
rencana banjir. perlu
Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 90 menit
Bahan : Materi serahan (Bab 2
Perhitungan Hidrologi)
4. CERAMAH : Perhitungan
Hidrolika
Menjelaskan dimensi saluran Mengikuti penjelasan OHT
Menjelaskan perhitungan instruktur dengan tekun No. 33 - 43
ukuran terowongan untuk dan aktif
tenaga listrik yang ekonomis Mencatat hal-hal yang
Menjelaskan perhitungan perlu
hidrolika terowongan Mengajukan pertanyaan
bila perlu
xv
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
xvi
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
MATERI SERAHAN
xvii
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
BAB I
PENDAHULUAN
Perhitungan desain terowongan ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai pedoman atau
contoh dalam melaksanakan pekerjaan desain terowongan, khususnya dalam bagian
perhitungannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan contoh dari luar modul ini akan lebih
baik.
Perhitungan hidrologi ini dimaksudkan hanya sebagai pengetahuan tambahan yang mana
akan dilakukan oleh ahli hidrologi tetapi sebagai Ahli Desain Terowongan SDA juga harus
mengetahui karena hasil perhitungan hidrologi ini dipakai sebagai dasar perhitungan
hidrolika.
Perhitungan ini terdiri dari perhitungan debit rencana saluran dan debit banjir rencana.
Perhitungan hidrolika ini dimaksudkan untuk menghitung dimensi saluran dan bangunan air
serta perhitungan elevasi muka air.
1-1
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
BAB II
PERHITUNGAN HIDROLOGI
Dalam desain terowongan perhitungan hidrologi yang sering dilakukan adalah perhitungan
mengenai debit rencana saluran atau terowongan, debit banjir atau debit banjir rencana.
C.NFR. A
Q
e
a). Luas daerah yang diairi adalah sama dengan 0.90 x luas hasil planimeter dari petak
tersier atau jumlah dari peta-petak tersier dengan satuan ha.
b). Kebutuhan bersih air di sawah = NFR adalah didapat dari perhitungan kebutuhan
air dimana dipilih yang paling besar luasnya pada bulan masa pengolahan lahan
dengan satuan l/d/ha.
c). Efisiensi = e adalah angka akibat adanya kebocoran-kebocoran di saluran dan
bangunan
Untuk ;
• Tersier kebocoran (15 - 22,5) % et = (0.85 – 0.775)
• Sekunder kebocoran (7.5 - 12.5)% es = (0.925 – 0.875)
• Primer kebocoran (7.5 - 12.5)% ep = (0.925 – 0.875)
3 3 1 1 1
1 2 2 1
2 2 1
1 1 1
2-1
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
C.NFR.A
Q1
et
C.NFR.A
Q2
e t .e s
C.NFR.A
Q3
e t .e s .e p
1) Cara serentak yaitu dimana waktu pengolahan tanah dikerjakan pada waktu
yang sama, ini baru bisa dilaksanakan bila tenaga penggarap banyak atau
dengan menggunakan traktor. Dalam hal ini koefisien pengurangan C = 1
untuk saluran tersier sekunder maupun primer.
2) Cara Golongan yaitu dimana waktu pengolahan tanah atau waktu tanam
dilakukan secara teratur bergilir, biasanya berbeda waktu 0,5 bulan. Cara
golongan ada 3 macam;
2-2
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2-3
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Xt = Xa + k . Sx
dimana ;
Yt Yn
Xt Xa Sx
Sn
dimana ;
Xi Xa Xi Xa Xi
2 2
Sn atau Sn
n 1 n 1
2-4
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5182 0.5202 0.5120
20 0.5236 0.5252 0.5260 0.5283 0.5296 0.5309 0.5320 0.5332 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5402 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5453 0.5468 0.5463 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5522 0.5515 0.5518
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9697 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0812 1.0864 1.0915 1.0961 1.1044 1.1047 1.1086
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1824 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1903 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1962 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2020 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065
2-5
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana ;
Xi = harga besaran pada pengamatan
n = banyaknya data pengamatan
Xa = harga besaran rata-rata
Tahun Q (m3/dt)
1950 37
1951 20
1952 32
1953 60
1954 25
1955 52
1956 46
1957 70
1958 92
1959 48
1960 24
Harus dicari debit terbesar yang terjadi tiap 100 tahun sekali atau Q 100.
untuk menyelesaikan soal ini agar praktis dibuat daftar seperti dibawah ini ;
2-6
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Xi 506
Xa 46
n 11
Dari tabel 2.30 ; untuk n = 11 maka Sn = 0.9697
Dari tabel 2.29 ; untuk n = 11 maka Yn = 0,4996
Dari tabel 2.31 ; untuk t = 100 maka Yt = 4.6001
Xi Xa
2
4806
Sx 21.9
n 1 10
Yt Yn
Xt Xa Sx
Sn
4.6001 0.4996
Xt 46 x21.9 138.61
0.9697
2.2.3 Bila Data yang ada Data Curah Hujan (tidak ada data debit)
Terlebih dahulu dibedakan antara curah hujan yang jatuh di daerah aliran dan
yang jatuh di daerah yang akan diairi.
Pengamatan curah hujan dari stasiun yang terletak di daerah aliran
dipergunakan untuk mencari debit sungai. Sedangkan curah hujan dari stasiun
di daerah yang akan diairi digunakan untuk menghitung banyaknya air sebagai
sumbangan terhadap supply air dari saluran irigasi.
2-7
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Stasiun A mewakili daerah antara catchment area dan sumbu 1 dan 2. Stasiun C
antara catchment area, sumbu 3 dan 1. Jika Ra = curah hujan stasiun A dan La =
luas daerah A, begitu pula Rb dan Lb untuk stasiun B, serta Rc dan Lc untuk
stasiun C maka ;
2-8
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
R max
Q max .A.q.
200
dimana ;
Qmax = debit max yang diharapkan terjadi (m 3/det)
= koefisien pengaliran
A = luas catchment area (km2)
q = debit tiap km2 (m3/det/km2)
Rmax = curah hujan harian absolut max rata-rata dari stasiun yang mewakili
(mm)
2-9
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
H
b). Miring sungai rata-rata, i
l
Kalau l = panjang teoritis sungai
H = perbedaan tinggi antara tempat rencana bendung
dan tempat mulainya teoritis sungai
L = 9/10.L, kalau L = panjang sungai
c). Panjang sungai L yang diambil adalah panjang antara sumber anak sungai
sampai ke tempat rencana bendung, harga L ini diambil yang terpanjang
diantara anak-anak sungai yang ada. Apabila akan dihasilkan L yang sama
diantara beberapa anak sungai, maka diambil anak sungai dengan sumber
yang elevasinya tertinggi.
d). Luas catchment area = A diukur dari gambar catchment area (dalam km2)
e). Kita mulai mencoba dengan sesuatu harga q tertentu. Untuk percobaan ini
supaya tidak terlalu jauh meleset hasilnya maka digunakan daftar 1 pada
pada gambar 2.3. Untuk nA tertentu akan didapat harga q (m 3/dt/km 2).
Namakanlah q ini adalah q1.
v 1.31 Aqi 2
f). Dengan harga A.q1 dan i, dengan rumus ; , atau dengan grafik
pada gambar 2.2 didapat harga v (m/dt). Perlu diperhatikan bahwa harga
kemiringan dalam grafik tersebut adalah 104 i dan bukan i
L
g). Time of concentration T , T ini dinyatakan dalam menit.
V
h). Dengan harga T dan nA maka dari grafik pada gambar 2.3 didapat harga q
(m3/dt/km2). Pada grafik tersebut harga T dalam jam dan nA dalam km2.
Harga q ini namakan sebagai q2
i). Apabila harga q2 ini tidak sama dengan harga q1 (yang dicoba tadi) maka
prosedur f s/d h di atas diulang-ulang terus sampai didapatkan harga q yang
sama. Namakanlah harga q yang telah sama ini sebagai q.
j). Harga q ini harus ditambah dengan prosentase tertentu tergantung dari harga
T yang bersangkutan, sebagai koreksi. Hubungan antara T dan prosentase ini
bisa didapat pada daftar 2 pada gambar 2.3. Harga q yang telah dikoreksi
inilah yang akan dipakai pada rumus Q diatas. Dengan demikian harga Q max
akan didapat.
2 - 10
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 11
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 12
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Curah hujan maksimum kedua adalah curah hujan setingkat dibawah absolut
maksimum. Cara Weduwen menggunakan salah satu rumus dari ;
R 70
Qn q x A xk atau Qn q x A x mn x
240
dimana ;
Qn = debit max. dalam suatu return period tertentu (m 3/dt)
n = return period
q = debit pada tiap km 2 pada curah hujan harian 240 mm (m 2/dt/km 2)
mn = koefisien (untuk suatu return period tertentu)
R70 = curah hujan dengan return period 70 th.
Persamaan (a)
a). Dengan harga A dan i, dari gambar 2.4 didapat harga q
b). Dengan harga R dan P , dari nomogram dalam tabel 2.6 didapat harga R70.
c). Dengan harga R70 dan return period yang kita kehendaki (n) dari tabel yang
terdapat dalam tabel 2.6 didapat harga k
d). Dengan persamaan (a) didapat harga Qn
2 - 13
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Persamaan (b)
a). Dengan harga A dan i, dari gambar 2.4 didapat harga q .
b). Dengan harga P, dari tabel 2.6 dalam halaman didapat harga mp, yaitu suatu
koefisien untuk R70 berhubungan dengan lamanya waktu pengamatan (P).
R
c). R70 = dimana R adalah curah hujan max. kedua selama pengamatan N
Mp
tahun.
d). Dengan retun period yang kita kehendaki (n) dari tabel (seperti b) didapat
harga mn, suatu koefisien berhubungan dengan return period.
e). Dengan persamaan (b) didapat harga Qn.
5
R M
6
mn
Rn x Rp
mp
dimana:
p = lama pengamatan
n = return period
mp = koefesien faktor
2 - 14
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
mn = koefesien faktor
Rp = hujan max selama p tahun
Rn = hujan max pada return period n tahun
Contoh :
Rp = 150 mm
p = 15 tahun
dari tabel 2.6 didapat m p = 0.766
1.05
R100 x 150 206
0.766
0.948
R 50 x 150 186
0.766
0.845
R 25 x 150 165
0.766
Perhitungan Desain Banjir
Metode Weduwen
♦ A = Luas daerah aliran = ......km 2
♦ L = Panjang sungai = ......km
♦ i = 9/10 L = ........km = .........m
♦ Elevasi dasar sungai di hulu + ........
♦ Elevasi dasar sungai dekat bendung + ......
♦ h = perbedaan elevasi = ......m
h
♦ i= = kemiringan sungai = ......
l
2 - 15
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A < 100 km 2
A < 1 km 2 dibulatkan = 1 km 2
(untuk mendapatkan q)
Gambar 2.4 Grafik hubungan luas daerah pengaliran, kemiringan sungai dan
koefisien debit (Weduwen).
2 - 16
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Penyelesaian ;
a). Stasiun hujan diplot pada catchment areanya, kemudian dibuat polygon
thiessen. (gambar terlampir)
b). Harga rata-rata curah hujan absolut maximum dicari sebagai berikut ;
2 - 17
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
c). Dibuat ellips yang melingkupi catchment area dan didapatkan sumbu panjang
ellips = a = 27.30 km. Sumbu pendek ellips = b = 2/3.a = 18.20 km. Luas
ellips = nA = 1/4 x x a x b = 390 km 2
d). Miring sungai rata-rata =
l 9 / 10 x37.50 km 33.75 km
H ( 775) ( 225) 500 m
500
i 0.016
l 33750
e). Percobaan (1)
Daftar 1 pada gambar 2.3
nA = 390 km 2, didapat q1 = 3.20 m 3/dt/km 2
A x q1 = 212 x 3.20 = 680, i = 0.016. Dari gambar 2.2 didapat v = 0.92
m/det
L 37500
T 680menit 11.33 jam
V 60 x0.92
T = 11,33 jam dan nA = 390 km 2, dari gambar 2.3 didapat q2 = 3.10 m 3/dt/km 2.
q2 q1.
L 37500
T 686menit 11.43 jam
V 60 x0.91
T = 11.43 jam dan nA = 390 km 2, dari gambar 2.3 didapat q3 = 3.10 m 3/dt/km 2.
q3 = q2.
2 - 18
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
g). Jadi didapat q’ = 3.10 m 3/dt/km 2 dan dengan T = 686 menit, dari daftar-daftar
pada lembaran gambar 2.3 didapat harga p = 10%.
Jadi q = 3.10 + 0.31 = 3.41 m 3/dt/km 2
2 - 19
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
R 70
Dengan persamaan (b) Qn q x A x mn
240
Dengan A = 48.30 km 2 dan i = 0,024 dari gambar 2.4 didapat
q 7.80 m 3 / dt / km 2
R 70
Pada hakekatnya harga mnx disini adalah sama dengan harga k pada
240
R 70
persamaan (a). Harga mnx untuk tiap-tiap stasiun dicari, kemudian dirata-
240
ratakan dengan cara Thiessen.
Misalnya untuk stasiun Cikupa. Dengan P = 24 dapat dari Tabel 2.6, Mp = 0.838
R 189
R 70 226 . Dengan return period (n) = 100, maka mn = 1.05
Mp 0.838
2 - 20
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
R 70 256 .025
Jadi Qn q x A x mn x 7.80 x 48 .30 x 1.05 x 422 m 3 / dt
240 240
2 - 21
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
R max
Melchior : Q max = Fxqx
200
Harga R max disini diganti dengan harga Rn, yaitu curah hujan yang akan
terjadi pada return period n tahun. Rn bisa dicari dengan metode Gumbel,
dengan menganggap data-data curah hujan max tahunan sebagai rata-rata
pengamatan (xi). Jadi data curah hujan yang dipakai disini bukan absolut
maximum, tetapi data-data maximum tahunan.
2.2.4.1 Contoh Perhitungan Debit Banjir Rencana Kombinasi Untuk A > 100 km2
I. Perhitungan Debit Pengaliran tiap km2 dalam 24 jam (q)
♦ Luas daerah aliran sampai rencana bendung = A = 256 km 2
♦ A > 100 km 2 dipakai metode Melchior
♦ Panjang sungai dari hulu sampai bendung = L = 33.20 km
l = 9/10 x L = 9/10 x 33.2 = 29.88 km = 29880 m
♦ Sumbu ellips; a = 31.50 km (Lihat Gambar 2.6)
b = 2/3 a = 2/3 x 31.50 = 21.00 km
nA = 1/4. .a.b
= 1/4 x 3.14 x 31.50 x 21.00 = 519.278 km 2
♦ Peil dasar sungai pada 1/10 L dari hulu = + 1900
♦ Peil dasar sungai pada rencana bendung = + 201
H = 1699
♦ i = H/l = 1699/29880 = 0.05686
2 - 22
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
15.3
Untuk nA = 519.278 km 2 q 2.85 x 0.20 2.8075
72
q = 2.81
A.q = 256 x 2.84 = 719.36
2 - 23
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 24
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
1000L 33200
T 331.34 menit 5.52 jam
60V 100.20
untuk T = 5.52 jam dan nA = 519.278
Menurut gambar 2.3 terdapat q = 4.4
A.q = 4.4 x 256 = 1126.4
Tabel 2.13 R50 dan R100 Cara Weduwen dengan Abs Max II untuk A > 100
2 - 25
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b. Cara Haspers
MM
Standar deviasi S
M M M2 M
S 1/ 2 1 1/ 2 161 140 159 140
2.19 1.57
1/ 29.589 12.102
= 10.846
MM
Standar deviasi S
2 - 26
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
M M M2 M
S 1/ 2 1 1/ 2 187 142 137 142
2.13 1.50
1/ 2 21.127 3.333
= 8.897
c. Cara Gumbel
Stasiun Hujan Taripa (382)
Tahun x x2 Tahun x x2
1917 75 5625 1929 113 12769
1918 78 6084 1930 90 8100
1919 98 9604 1931 130 16900
1920 161 25921 1932 85 7225
1921 81 6561 1933 63 3969
1922 125 15625 1934 87 7569
1923 81 6561 1935 105 11025
1924 159 25281 1936 117 13689
1925 66 4356 1937 84 7056
1926 104 10816 1938 137 18769
1927 88 7744 1939 78 6084
1928 76 5776 1940 49 2401
24 2330 245510
Diketahui :
n = 24 ; Σx = 2330 ; Σx2= 245510
x 2330
x 97.083
n 24
untuk n = 24, maka didapat :
• Yn = 0.5296 (tabel 2.29)
• Sn = 1.0864 (tabel 2.30)
• YTR = 3.9019, untuk periode 50 th (tabel 2.31)
• YTR = 4.6001, untuk periode 100 th (tabel 2.31)
2 - 27
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Sehingga :
Tahun x x2 Tahun x x2
1917 108 11664 1928 76 5776
1918 92 8464 1929 101 10201
1919 81 6561 1930 117 13689
1920 57 3249 1931 100 10000
1921 81 6561 1932 80 6400
1922 121 14641 1933 100 10000
1923 91 8281 1934 60 3600
1924 90 8100 1935 100 10000
1925 125 15625 1936 80 6400
1926 90 8100 1937 91 8281
1927 80 6400 1938 100 10000
24 2021 191993
Diketahui :
n = 22 ; Σx = 2021 ; Σx2=191993
x 2021
x 91.864
n 22
untuk n = 22, maka didapat :
• Yn = 0.5268 (tabel 2.29)
• Sn = 1.0754 (tabel 2.30)
• YTR = 3.9019, untuk periode 50 th (tabel 2.31)
• YTR = 4.6001, untuk periode 100 th (tabel 2.31)
2 - 28
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Sehingga :
No. St. Nama St. Luas (km2) R50 R100 (3) x (4) (3) x (5)
1 2 3 4 5 6 7
382 Taripa 211.5 175.9 194.8 37202.85 41200.20
384 Koekoe 44.5 209.8 232.4 9336.10 10341.80
Jumlah 256 385.7 427.2 46538.95 51542.00
46538.95
R 50 181.793
256
51542
R100 201.336
256
No. St. Nama St. Luas (km2) R50 R100 (3) x (4) (3) x (5)
1 2 3 4 5 6 7
382 Taripa 211,5 169,8 177,2 35912,70 37477,80
384 Koekoe 44,5 166,5 172,5 7409,25 7676,25
Jumlah 256 336,3 349,7 43321,95 45154,05
43321.95
R 50 169.226
256
2 - 29
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
45154
R100 176.383
256
No. St. Nama St. Luas (km2) R50 R100 (3) x (4) (3) x (5)
1 2 3 4 5 6 7
382 Taripa 211.5 187.0 205.6 39553.88 43491.80
384 Koekoe 44.5 147.4 158.9 6559.30 7071.05
Jumlah 256 334.416 364.535 46113.18 50562.85
46113.18
R 50 180.130
256
50562.85
R100 197.511
256
2 - 30
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
V = 72 (H/L)0.6 km/jam
dimana :
H = beda tinggi (km)
L = 9/10 L’ (km)
2 - 31
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 32
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 33
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Resume
Tabel 2.25 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.52 untuk A > 100 km 2
Tabel 2.26 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.62 untuk A > 100 km 2
Tabel 2.27 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.75 untuk A > 100 km 2
2 - 34
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2.2.4.2 Contoh Perhitungan Debit Banjir Rencana Kombinasi Untuk A < 100 km2
A. Perhitungan Debit Pengaliran tiap km2 dalam 24 jam (q)
♦ Luas daerah aliran sampai rencana bendung = A = 20 km 2
♦ A < 100 km 2 dipakai metode Weduwen
♦ Panjang sungai dari hulu sampai bendung = L = 5.30 km
l = 9/10 x L = 9/10 x 5.30 = 4.77 km = 4770 m
♦ Peil dasar sungai pada 1/10 L dari hulu = + 850
♦ Peil dasar sungai pada rencana bendung = + 201
H = 649
♦ i = H/l = 649/4770 = 0.1360
♦ Untuk A = 20 km 2 dan i = 0.1360, maka didapat q = 16 pada gambar 2.5.
Tabel 2.28 R50 dan R100 Cara Weduwen dengan Abs Max II untuk F < 100 km 2
b. Cara Haspers
- Stasiun Hujan Taripa (382)
• R abs max I = M1 = 161
• R abs max II = M2 = 159
2 - 35
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
MM
Standar deviasi S
M M M2 M
S 1/ 2 1 1/ 2 161 140 159 140
2.19 1.57
1/ 29.589 12.102
= 10.846
c. Cara Gumbel
Tahun x x2 Tahun x x2
1917 75 5625 1929 113 12769
1918 78 6084 1930 90 8100
1919 98 9604 1931 130 16900
1920 161 25921 1932 85 7225
1921 81 6561 1933 63 3969
1922 125 15625 1934 87 7569
1923 81 6561 1935 105 11025
1924 159 25281 1936 117 13689
1925 66 4356 1937 84 7056
1926 104 10816 1938 137 18769
1927 88 7744 1939 78 6084
1928 76 5776 1940 49 2401
24 2330 245510
Diketahui :
n = 24 ; Σx = 2330 ; Σx2= 245510
x 2330
x 97.083
n 24
untuk n = 24, maka didapat :
• Yn = 0.5296 (tabel 2.28)
• Sn = 1.0864 (tabel 2.29)
• YTR = 3.9019, untuk periode 50 th (tabel 2.30)
• YTR = 4.6001, untuk periode 100 th (tabel 2.30)
2 - 36
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Sehingga :
2 - 37
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
V = 72 (H/L)0.6 km/jam
dimana :
H = beda tinggi (km)
L = 9/10 L’ (km)
Dari metode Melchior sudah didapat :
♦ H = 0.649 km
♦ L = 4.77 km
♦ V = 72 (0.649/4.77)0.6 = 21.74976 km/jam
2 - 38
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.77
T 0.219 jam
21.74976
2/3
R 24
r 24
24 T
2 - 39
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 40
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Resume
Tabel 2.36 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.52 untuk A < 100 km 2
Tabel 2.37 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.62 untuk A < 100 km 2
Tabel 2.38 Resume Debit Banjir (Q banjir) dengan = 0.75 untuk A < 100 km 2
2.2.4.3 Contoh Lain Perhitungan Debit Banjir Rencana Kombinasi Untuk A < 100 km2
I. Perhitungan Debit Pengaliran tiap km2 dalam 24 jam (q)
b. Luas daerah aliran sampai rencana bendung = A = 20 km 2
c. A < 100 km 2 dipakai metode Weduwen
d. Panjang sungai dari hulu sampai bendung = L = 5.30 km
2 - 41
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 42
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 43
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2.2.5 Contoh Perhitungan Debit Banjir Rencana Dengan Unit Hidrograf (UH)
a). Perhitungan Unit Hidrograf
Perhitungan
1. Luas Catchment A = 2.05 km 2
2. Panjang sungai L = 2.2 km
3. Jarak titik berat dengan Lg = 1.1 km
lokasi
4. tp = 1.4 (L x Lg)0.3 = 1.825 jam
5. te = tp/ 5.5 = 0.332 jam
6. tr = lihat tabel = 1.1 jam
7. Cek ( te < tr ) = ok
8. Waktu banjir Tp = tp + 0.5 x tr = 2.375 jam
9. cp = lihat tabel = 0.69
10. qp = 275 x cp/tp = 103.970
11. Debit banjir/ maksimum Qp = qp x (25.4/1000) x A = 5.414 m 3/det
12. W = 1000 x 25.4 x A = 52070
13. V = Qp x Tp x 3600/ W = 0.889
Catchment Area tr Cp
0 – 50 1.1 0.69
50 – 300 1.25 0.63
> 300 1.4 0.56
Menghitung t dan Q
♦ X = tentukan
♦ V = 0.889
♦ Y = lihat tabel tergantung dari besarnya X dan V
♦ Tp = 2.375 jam
♦ t = X . Tp
♦ Qp = 5.414 m 3/dt
♦ Q = Y . Qp
2 - 44
Tabel 2.41 Water Discharge in Proportion to Maximum Discharge
V
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1
No.
X = T/Tp
Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp Y = q/qp
6 0.6 0.750 0.690 0.610 0.540 0.470 0.390 0.330 0.270 0.220 0.180 0.140 0.110 0.100 0.070 0.050 0.040 0.030
7 0.7 0.870 0.830 0.790 0.690 0.640 0.640 0.590 0.540 0.480 0.430 0.390 0.340 0.300 0.260 0.220 0.190 0.160
8 0.8 0.950 0.930 0.910 0.890 0.870 0.840 0.810 0.780 0.750 0.720 0.690 0.660 0.620 0.590 0.550 0.520 0.490
9 0.9 0.990 0.980 0.980 0.980 0.970 0.960 0.960 0.950 0.940 0.930 0.920 0.910 0.900 0.890 0.880 0.870 0.850
10 1.0 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
11 1.1 0.990 0.990 0.980 0.980 0.970 0.970 0.960 0.960 0.950 0.940 0.930 0.930 0.920 0.910 0.900 0.890 0.880
12 1.2 0.960 0.940 0.950 0.920 0.910 0.890 0.870 0.850 0.830 0.800 0.780 0.750 0.730 0.700 0.680 0.650 0.620
13 1.3 0.930 0.910 0.880 0.850 0.820 0.780 0.750 0.710 0.680 0.640 0.600 0.560 0.520 0.480 0.440 0.410 0.370
14 1.4 0.890 0.850 0.810 0.770 0.720 0.570 0.620 0.570 0.520 0.448 0.430 0.380 0.340 0.300 0.260 0.230 0.200
15 1.5 0.840 0.790 0.740 0.680 0.620 0.560 0.500 0.440 0.390 0.340 0.290 0.250 0.210 0.170 0.140 0.120 0.090
16 1.6 0.790 0.730 0.660 0.590 0.520 0.460 0.390 0.340 0.280 0.223 0.190 0.150 0.120 0.090 0.070 0.050 0.040
17 1.7 0.740 0.660 0.590 0.510 0.440 0.370 0.300 0.250 0.200 0.115 0.120 0.090 0.070 0.050 0.030 0.020 0.020
18 1.8 0.690 0.600 0.520 0.440 0.360 0.290 0.230 0.180 0.140 0.100 0.070 0.050 0.030 0.020 0.020 0.010 0.010
19 1.9 0.640 0.550 0.460 0.370 0.290 0.230 0.170 0.130 0.090 0.060 0.040 0.030 0.020 0.010 0.010 0.004 0.002
20 2.0 0.590 0.490 0.400 0.310 0.240 0.180 0.150 0.090 0.060 0.040 0.020 0.020 0.008 0.005 0.003 0.001 0.001
21 2.2 0.500 0.400 0.300 0.210 0.150 0.100 0.070 0.040 0.020 0.010 0.010 0.005 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000
22 2.4 0.420 0.320 0.220 0.150 0.100 0.060 0.030 0.020 0.010 0.005 0.002 0.001 0.000
23 2.6 0.350 0.250 0.160 0.100 0.060 0.030 0.020 0.010 0.004 0.002 0.001 0.000
24 2.8 0.290 0.190 0.120 0.070 0.040 0.020 0.010 0.004 0.001 0.001 0.000
25 3.0 0.240 0.150 0.090 0.040 0.020 0.010 0.004 0.002 0.000 0.000
26 3.5 0.150 0.080 0.040 0.020 0.010 0.002 0.000 0.000
27 4.0 0.090 0.040 0.020 0.010 0.002 0.000
28 4.5 0.060 0.020 0.010 0.002 0.000
29 5.0 0.030 0.010 0.003 0.000
30 6.0 0.010 0.003 0.000
31 7.0 0.006 0.001 0.000
32 8.0 0.002 0.000
Perhitungan Desain Terowongan
2 - 45
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2 - 46
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4
Debit (m /det)
3
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (jam)
2 - 47
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
(jam) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
2 - 48
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
BAB III
PERHITUNGAN HIDROLIKA
V = k . R 2/3 . I1/2
A
R
P
A (b mh )h
P b 2h m 2 1
Q VA
b
n
h
dimana ;
Q = debit saluran m 3/dt
V = kecepatanaliran m/dt
A = potongan melintang m 2 (luas penampang)
R = jari-jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
n = perbandingan lebar dan dalam, b = nh
3-1
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
I = kemiringan saluran
k = koefisien kekerasan strickler, m 1/3/dt
m = kemiringan talut hor/ vert (m : 1)
Disini dianjurkan untuk merencanakan saluran irigasi dengan kriteria yang dirinci
pada tabel 3.1. dalam lampiran 1 diberikan grafik dimana dimensi saluran dapat
langsung dibaca dengan masukan (input) debit dan kemiringan rencana saluran.
Karena digunakan saluran-saluran berukuran kecil nilai b/h adalah satu. Dalam
grafik-grafik itu juga diberikan harga-harga kecepatan maksimum yang diizinkan.
Untuk tujuan yang sama dalam buku petunjuk perencanaan jaringan irigasi tabel-
tabel dengan contoh-contoh perhitungan.
Catatan ;
• Lebar dasar saluran akan sama dengan kedalaman air (b/h =1)
• Lebar tanggul akan lebih lebar daripada lebar minimum jika tanggul juga
dipakai sebagai jalan petani atau inspeksi.
3-2
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Gambar 3.1 Grafik Perencanaan untuk saluran tersier tanpa pasangan (k = 35, m = 1)
3-3
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3-4
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana:
V = kecepatan
Vmax = kecepatan max yang diizikan
Vb = kecepatan dasar
Vba = kecepatan dasar yang diizinkan
Vbd = kecepatan dasar rencana
C.NFR. A
Q
e
Effisien (e) :
Tersier (15-22) % = et = 0.78 – 0.85
Sekunder (7.5-12,5) % = es = 0.875 – 0.925
Primer (7.5-12,5) % = ep = 0.875 – 0.925
sehingga :
e = et x es x ep = (0.59 – 0.73) %
3 3 1 1 1
1 2 2 2
2 2 1
1 1 1
3-5
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
C.NFR.A
Q1 untuk saluran tersier
et
C.NFR.A
Q2 untuk saluran sekunder
e t .e s
C.NFR.A
Q3 untuk saluran primer
e t .e s .ep
P = b+2h 1 m 2
V = k. R2/3 .I1/2
A = (b + mh) h ; b =nh ; d = h+w
3-6
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Jenis/Q Rencana k
1. Saluran beton 70
2. Saluran pasangan 60
3. Saluran tanah dengan :
• Q > 10 m 3/det 45
• 5 < Q < 10 42.5
• 1<Q<5 40
• Q < 1 m 3/det 35
2 / 3
n
Pi
k P 2/3
k i
1.5
1
3-7
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Kontrol :
a). Pengendapan
C . NFR . A
Q
e t .es .ep
dimana:
NFR = kebutuhan air netto
et = efisiensi di saluran tersier
es = efisiensi di saluran sekunder
ep = efisiensi di saluran primer
A = luas yang diairi
C = koefisien akibat golongan
EL. hulu EL. hilir
I =
jarak
3-8
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
P = (n + 2 1 m2 )h = ph
R = A/P = (a/p) h = ch
Q = ah2 . k . (ch)2/3 . I1/2
ah2 . (ch)2/3 = Q/k . I1/2
h6/3 . h2/3 = Q/a . c 2/3 . k . I1/2
9. Hitung I R
10. Dari data h tentukan faktor koreksi B dengan melihat gambar 3.5
11. Hitung Vbd = V/B
12. Lakukan pengecekan dasar recana Vbd dengan Vbd
13. Bila Vbd > Vba saluran akan tererosi jadi V harus dikurangi atau i dilandaikan
3-9
Kandungan < 1000 ppm
sedimen > 20.000 ppm Lihat gambar 3.3
Kecepatan
Vb
dasar
Plastik Indek PI
Kecepatan dasar = Vb x A
Vba
Jenis warna yang diizinkan
Lempung
tanah dasar
CL Lihat gambar 3.4
saluran
Faktor koreksi A
Nilai banding
Kecepatan max = Vb x A x B x C
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA
rongga Vmax
yang diizinkan
Lihat gambar 3.4
Jari-jari
R = A/P Lihat gambar 3.4
hidrolis Kecepatan dasar = V/B
Vbd
R/(b+2mh) rencana
Faktor koreksi C
Lebar
permukaan (b+2mh)
air
Qd/A V
3 - 10
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 11
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
V maks = Vb x A x B x C
dimana ;
Vmaks = kecepatan maksimum yang diizinkan m/dt
Vb = kecepatan dasar m/dt
A = faktor koreksi untuk angka pori permukaan saluran
B = faktor koreksi untuk kedalaman air
C = faktor koreksi untuk lengkung dan kecepatan dasar yagn diizinkan
Vba = Vb x A
3 - 12
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A = ah2 = (n + m)h2
P = ph = (n + 2 m2 1 )h
a
R = ch = h
p
Q
h8 / 3
a . C . k . I1 / 2
2/3
Q=A.V
V = k . R2/3 . I1/2
Q = ah2 . k . (ch)2/3 . I1/2
Q
ah2 . (ch)2/3 =
k . I1 / 2
Q
h6 / 3 .h2 / 3 2/3
ac . k . I1/ 2
3 - 13
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
6.0 1.5 3.1 42.5 0.25 1.41 4.37 0.66 2.46 0.61
7.5 1.5 3.5 42.5 0.23 1.5 5.25 0.67 2.36 0.62
9.0 1.5 3.7 42.5 0.21 1.6 5.93 0.67 2.24 0.61
3 - 14
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Q k I h b v I(R)1/2 vbd
3
m n 1/3 -3 -4
(m /dt) (m /det) (10 ) m m m/dt (10 ) m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.30 1.0 1.0 35 0.44 0.65 0.65 0.36 2.56 0.39
0.50 1.0 1.2 35 0.38 0.77 0.92 0.38 2.46 0.40
0.75 1.5 1.3 35 0.35 0.82 1.07 0.40 2.4 0.41
6.0 1.5 3.1 42.5 0.20 1.47 4.55 0.60 2.01 0.56
7.5 1.5 3.5 42.5 0.19 1.55 5.44 0.62 1.99 0.57
9.0 1.5 3.7 42.5 0.175 1.66 6.14 0.63 1.9 0.57
3 - 15
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Gambar 3.6 Kriteria klasifikasi tanah secara laboratorium dari USBR/ USCE
INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJELASKAN TANAH KRITERIA KLASIFIKASI LABORATORIS
Berikan nama jenis, tunjukkan perkiraan persentase
persentase bahan halus (fraksi yang lebih kecil dari ayak no. 200), tanah berbutir kasar
D10
pasir dan kerikil, ukuran maks; persikuan,kondisi cu lebih besar dari 4
Tentukan persentase kerikil dan pasir dari kurve ukuran butir. Bergantung kepada
permukaan dan kekasaran butir; nama setempat atau
geologis dan informasi deskriptif yang relevan lainnya;
cc
D30 antara satudan 3
2
Gunakan kurve ukuran butir dalam mengidentifikasi fraksi yang diberikan menurut identifikasi lapangan
dan simbol dalam tanda kurung ( ).
D10 x D60
Tidak memenuhi semua pernyataan gradasi untuk
GW
Untuk tanah tak terganggu tambahkan informasi
mengenai perlaisan, tingkat kepadatan, sementasi, Batas Atterberg di bawah Di atas garis "A"
dua simbol
garis batas dan
Batas Atterberg di atas memerlukan dua
garis "A" dengan PI lebih simbol.
Contoh : dari 7
Pasir lanauan, kerikilan; kurang lebih 20% keras. D60
Partikel kerikil bersiku, ukuran maks.1/2 inci; partikel cu lebihbesar dari 6
pasir bulat dan kasar sampai halus; sekitar 15%
D10
bahan halus nonplastis dengan kekuatan kering
cc
D10 antarasatu dan 3
2
5% sampai 12%
diklasifikasi sebagai berikut :
Kurang dari 5%
(SM)
Contoh :
Lumpur lanauan coklat, agak plastis; persentase pasir
halusnya rendah; terdapat lubnag-lubang akar
vertikal; kuat dan kering di tempat, lus; (ML)
3 - 16
Tabel 3.6 Kriteria klasifikasi tanah secara laboratoris dari USBR/ USCE (lanjutan)
PROSEDUR IDENTIFIKASI LAPANGAN SIMBOL
(Tidak termasuk partikel-partikel yang lebih besar dari 3 inci dan mendasarkan fraksi pada berat KELOMPOK NAMA JENIS
perkiraan) 1)
KERIKIL
BAHAN HALUS ML di bawah ini). bergradasi jelek
(bahan halus cukup Bahan halus plastis (untuk prosedur identifikasi lihat CL GC Kerikil lumpuran, campuran kerikil-pasir lanau
banyak) di bawah ini) bergradasi jelek
PASIR
BAHAN HALUS ML di bawah ini). bergradasi jelek
(bahan halus cukup Bahan halus plastis (untuk prosedur identifikasi lihat CL SC Pasir lempungan, campuran pasir lempung
banyak) di bawah ini)
(Ayak No. 200 sebesar kurang dari partikel terkecil yang bisa dilihat dengan mata telanjang)
Batas cair lebih dari 50 Tinggi sampai CH Lanau inorganik dengan plastisitas tinggi,
Nol Tinggi
sangat tinggi lempung gemuk
Sedang sampai Nol sampai Rendah sampai OH Lempung organik dengan plastisitas sedang
tinggi sangat lambat sedang sampai tinggi
Lebih dari separoh bahan lebih kecil dari ukuran ayak No.
200
Mudah dikenali lewat warna , bau, empuk spt spon, dan Pt
Tanah gambut dan jenis-jenis tanah organik
TANAH ORGANIK TINGGI
sering lewat jaringannya yang tampak seperti serat tinggi yang lain
1. Klasifikasi menurut kebulatan : tanah-tanah yang memiliki karakteristik dua kelompok ditunjukkan dengan dua simbol
kelompok, misalnya GW - GC, campuran kerikil-pasir halus dengan pengikat lempung
2. Ukuran-ukuran ayak dalam tabel ini menurut standar Amerika.
3 - 17
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 18
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 19
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b. Profil melintang
Dipilih beberapa profil melintang yang baik untuk mengetahui tingginya air untuk
debit tertentu. Yang dimaksud dengan profil melintang yang baik adalah profil
dititik potong antara garis miring sungai rata-rata dan garis profil memanjang.
Pada profil-profil melintang ini digambarkan sesuatu tinggi air dan akan didapat
luas penampang basah serta keliling basahnya. Harga-harga ini dirata-ratakan
sehingga hanya didapat satu angka untuk luas penampang basah dan satu harga
keliling basah. Minimum diambil 3 profil melintang, misalnya profil 1,2 dan 3
(gambar diatas).
c. Rumus pengaliran
Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan ini ialah ;
De Chezy : V C RI
87 A
Bazin :C R= dan Q V.A
P
1
R
dimana ;
Q = debit sungai (m 3/det)
V = kecepatan (m/det)
A = luas penampang basah (m 2)
C = koef. kecepatan, (fungsi dari bentuk profil dan kekasarannya)
R = jari-jari hydraulis (m)
I = miring sungai rata-rata
P = keliling basah (m)
= koef. kekerasan
Untuk sungai harga dapat diambil antara 1.50 dan 1.75. Dari rumus-rumus di
atas dapat dilihat bahwa nilai-nilai R, C, A dan P adalah fungsi dari h (tinggi air di
sungai). Jadi Q adalah fungsi dari h pula.
3 - 20
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Apa yang hendak kita ketahui adalah pada tinggi berapa atau pada peil muka air
berapa Q desain terjadi. Karenanya setelah didapat harga-harga rata-rata dari A
dan P pada profil melintang yang telah dipilih, berarti didapat pula harga R rata-
rata maka dengan menggunakan rumus-rumus diatas akan kita ketahui harga Q
pada tiap-tiap harga h tertentu.
Dengan memilih harga-harga h akan didapatkan beberapa hubungan antara h
dan Q. Titik-titik ini digambarkan dalam suatu grafik dan disebut grafik langsung
debit. Dan dengan perantaraan grafik tersebut akan didapatkan harga h untuk
pada P desain, cara ini dilakukan, karena dengan menggunakan secara langsung
rumus-rumus diatas akan sukar, berhubung kita akan menjumpai persamaan
pangkat 3/2.
Soal. 1
Hitung diameter yang ekonomis dari terowongan bertekanan tipe bulat / lingkaran yang
mempunyai data sebagai berikut
Panjang = 10,000 meter
Capasitas instalasi = 4 x 30 = 120 MW
Total tinggi tekan = 70 meter
Debit air
3 - 21
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Penyelesaian :
1. Debit efektif
Q Q3 T Q3.T
No.
M3/dt (m 3/dt) (jam) (m 3/dt)3.jam
1. 210 9261000 4 x 30 x 4 2880 26671680000
2. 230 12167000 8 x 30 x 4 960 11680320000
3. 105 1157625 2 x 30 x 20 1200 1389150000
4. 50 125000 2 x 30 x 20 1200 150000000
5. 110 1331000 2 x 30 x 20 1200 1597200000
6. 200 8000000 2 x 30 x 20 1200 9600000000
Jumlah 8640 51088350000
3 - 22
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 23
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
TABEL 3.9. Daftar Biaya Konstruksi Dan Pengeluaran Tahunan Bangunan Terowongan
137375 (D+1,1)² 259050(2,2D+1,21) 471000(D+1,1) (2)+(3)+(4) 1,155 A 0,0693.A 0,01155A (1) -16/3 3,4536x1011D-16/3 (8)+(7)+(10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4.0 3,573,123.75 2593090.50 2402100.00 8568314.25 9896402.96 593784.18 98964.03 0.00061520 212464030.17 213156778.38
4.5 4,308,080.00 2878045.50 2637600.00 9823725.50 11346402.95 680784.18 113464.03 0.00032825 113363164.91 114157413.12
5.0 5,111,723.75 3163000.50 2873100.00 11147824.25 12875737.01 772544.22 128757.37 0.00018714 64629681.03 65530982.62
5.5 5,984,055.00 3447955.50 3108600.00 12540610.50 14484405.13 869064.31 144844.05 0.00011256 38875055.76 39888964.12
6.0 6,925,073.75 3732910.50 3344100.00 14002084.25 16172407.31 970344.44 161724.07 0.00007077 24441735.14 25573803.65
6.5 7,934,780.00 4017865.50 3579600.00 15532245.50 17939743.55 1076384.61 179397.44 0.00004618 15949024.81 17204806.86
7.0 9,013,173.75 4302820.50 3815100.00 17131094.25 19786413.86 1187184.83 197864.14 0.00003110 10741934.23 12126983.20
7.5 10,160,255.00 4587775.50 4050600.00 18798630.50 21712418.23 1302745.09 217124.18 0.00002153 7434959.91 8954829.18
8.0 11,376,023.75 4872730.50 4286100.00 20534854.25 23717756.66 1423065.40 237177.57 0.00001526 5269775.39 6930018.36
8.5 12,660,480.00 5157685.50 4521600.00 22339765.50 25802429.15 1548145.75 258024.29 0.00001104 3813915.78 5620085.82
9.0 14,013,623.75 5442640.50 4757100.00 24213364.25 27966435.71 1677986.14 279664.36 0.00000814 2811762.61 4769413.11
9.5 15,435,455.00 5727595.50 4992600.00 26155650.50 30209776.33 1812586.58 302097.76 0.00000610 2107395.95 4222080.29
10.0 16,925,973.75 6012550.50 5228100.00 28166624.25 32532451.01 1951947.06 325324.51 0.00000464 1603019.12 3880290.69
10.5 18,485,180.00 6297505.50 5463600.00 30246285.50 34934459.75 2096067.59 349344.60 0.00000358 1235745.70 3681157.88
11.0 20,113,073.75 6582460.50 5699100.00 32394634.25 37415802.56 2244948.15 374158.03 0.00000279 964223.51 3583329.69
11.5 21,809,655.00 6867415.50 5934600.00 34611670.50 39976479.43 2398588.77 399764.79 0.00000220 760706.08 3559059.64
12.0 23,574,923.75 7152370.50 6170100.00 36897394.25 42616490.36 2556989.42 426164.90 0.00000176 606231.81 3589386.14
12.5 25,408,880.00 7437325.50 6405600.00 39251805.50 45335835.35 2720150.12 453358.35 0.00000141 487624.25 3661132.73
13.0 27,311,523.75 7722280.50 6641100.00 41674904.25 48134514.41 2888070.86 481345.14 0.00000115 395585.92 3765001.93
13.5 29,282,855.00 8007235.50 6876600.00 44166690.50 51012527.53 3060751.65 510125.28 0.00000094 323463.49 3894340.42
14.0 31,322,873.75 8292190.50 7112100.00 46727164.25 53969874.71 3238192.48 539698.75 0.00000077 266433.71 4044324.94
14.5 33,431,580.00 8577145.50 7347600.00 49356325.50 57006555.95 3420393.36 570065.56 0.00000064 220957.81 4211416.73
15.0 35,608,973.75 8862100.50 7583100.00 52054174.25 60122571.26 3607354.28 601225.71 0.00000053 184410.36 4392990.35
15.5 37,855,055.00 9147055.50 7818600.00 54820710.50 63317920.63 3799075.24 633179.21 0.00000045 154823.30 4587077.74
16.0 40,169,823.75 9432010.50 8054100.00 57655934.25 66592604.06 3995556.24 665926.04 0.00000038 130706.98 4792189.27
16.5 42,553,280.00 9716965.50 8289600.00 60559845.50 69946621.55 4196797.29 699466.22 0.00000032 110923.70 5007187.20
3 - 24
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
220
215
210
205
200 Grafik antara pengeluaran tahunan dan diameter
195
190 Hasil Diameter Termurah
185 D = 11.5 meter
180 Pengeluaran Tahunan Rp. 3.560.000,-
175
170
165
160
155
150
Pengeluaran Tahunan dalam Rp. Juta
145
140
135
130
125
120
115
110
105
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 - 25
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Ukuran dan tipe terowongan harus dipilih / dihitung terhadap kapasitas yang
dibutuhkan dan berdasarkan perhitungan ekonomis, harga pelaksanaan tergantung
dari tersedianya peralatan pembangunan dan panjangnya terowongan.
Lebar minimum 1.20 meter dan tinggi terowongan minimum 1.50 meter, agar selama
pembangunan dengan menggunakan peralatan masih mempunyai ruang yang cukup.
Kecepatan yang diijinkan 2 m/dt untuk batuan keras dan untuk beton kecepatan
alirannya kurang dari 4 m/dt
Bentuk bulat (lingkaran) baik untuk terowongan dengan tinggi tekan hidrolis atau tinggi
tekan tanah atasnya.
Tetapi dalam pelaksanaannya terowongan bentuk bulat sangat sulit.
Terowongan bentuk tapal kuda (horse shoe) cocok digunakan untuk terowongan yang
besar.
Mengenai tebal tanah yang menutupi terowongan dan keadaan hidrolis akan dibahas
dihalaman selanjutnya.
3 - 26
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
1 8
@ .B 3
I .r
2 3
Dimana harga @ dan B tergantung dari bahan harga H/r (dapat dilihat pada
tabel 3.10)
Didalam Tabel 3.10 tersebut dapat dicari harga H/r dengan mencari harga
@.B2/3 terlebih dahulu.
Karena harga r diketahui maka harga H dapat dicari begitu juga harga @.B 2/3
dapat dicari dengan gambar 3.4.
Contoh 1 :
Terowongan dengan tipe tapal kuda yang mempunyai jari-jari puncak = r = 2,50
meter, jari-jari dinding dan jari-jari dasar terowongan = D = 2.r = 5,00 meter
serta debit = Q = 42 m3/dt.
Hitung dalamnya air = H (bila aliran uniform kemiringan terowongan = I = 1:200
dan koefisien kekasaran = n = 0,015)
Penyelesaian : 1
Q.n 2
Rumus 1 8
@ .B 3
I .r
2 3
3 - 27
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
= 42 x 0,519 x 0,0869
= 1,894
Dari tabel 3.10 Untuk @.B2/3 = 1,894
Didapat H/r = antara 1,5 dan 1,4
Dengan jalan interpolasi didapat :
x = (1,894 – 1,790) / (1,938 – 1,790) x (1,5 – 1,4)
x = 0,0702
Jadi H / r = 1,4 + 0,0702 = 1,4702
H = 1,4702 x r = 1,4702 x 2,5 = 3,675 m
Tinggi Jagaan = f = D – H = 5 – 3,675 = 1,325 m
3 - 28
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 29
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
n
I
0.01 0.12 0.13 0.15 0.017 0.03 0.035
Contoh 2.
3 - 30
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 31
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A. Penelusuran Banjir
Kondisi topografi lokasi terowongan pengelak dibagian inlet dan outlet seperti
dalam Gambar, sehingga elevasi dasar inlet terowongan direncanakan pada elv.
164.00 m, dan dibagian outlet pada elv.154,50 m.
Dalam perhitungan penelusuran banjir untuk menentukan diameter terowongan
digunakan debit rencana Q 100 sebesar 3200 m 3/dt, hidrograph Q 100 lihat Gambar.
Penelusuran banjir lewat terowongan dilakukan dengan prinsip debit air yang
masuk ke dalam tampungan Cofferdam sebagian tertahan (menggenang) dan
sebagian lainnya mengalir keluar melewati terowongan pengelak. Dengan demikian
perhitungan dengan penelusuran banjir ini merupakan keseimbangan antara (inflow
= storage + outflow). Dalam hal ini tinggi cofferdam ditetapkan 40 m, dengan
puncak pada elv. 204,00 m.
Prinsip penelusuran banjir diilustrasikan pada gambar 3.11, pada prinsipnya
penelusuran banjir berdasarkan persamaan kontinuitas sebagai berikut (Hidrologi
Soemarto, 1987 : 176) :
ds
1 Q
dt
3 - 32
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Dimana :
Q = Debit yang lewat melalui terowongan (m3/dt)
V = Kecepatan aliran didalam terowongan (m/dt)
n = Angka Kekasaran
R = Jari-jari hidrolik (m)
I = Kemiringan terowongan
2. Pada saat seluruh panjang terowongan penampang atau alirannya terisi penuh
oleh air, sehingga terjadi aliran tekan. Dalam hal ini kecepatan airnya ditentukan
oleh perbedaan tinggi tekan, sehingga menggunakan rumus sebagai berikut :
V 2 gH
f
Q Ax 2 gH
f
Dimana :
Q = Debit beraliran tekan (m3/dt)
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
H = Tinggi tekan (m)
f = Jumlah koefisien tinggi tekan
3 - 33
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Kondisi aliran terbuka dan tertekan yang lewat di dalam terowongan ditunjukkan
dalam gambar dibawah ini
Gambar 3.14 Debit yang lewat di dalam terowongan dalam kondisi aliran terbuka
dan tertekan
3 - 34
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Nilai (fe) tergantung bentuk bangunan inlet, besarnya seperti ditunjukkan dalam
gambar dibawah ini :
Rumus he = fo . V2/2g
3 - 35
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Dimana :
= 12,27 m/dt
Q = VxA
= 12,27 x 15,35 = 188,38 m 3/dt
3 - 36
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
f = Fi + Ff + Fb + Fo
= 0,25 + 0,607 + 0,079 + 0,25 = 1,186
V = (2 x g x H / f)1/2
H = Elv.muka air diwaduk – Elv.dasar dibagian hilir – ½ Diameter)
= 184,00 – 154,50 – (0,50 x 10,00)
= 24,50 m
V = (2x9,81x24,50/1,186)1/2
= 20,13 m/dt
Q = VxA
= 20,13 x 78,54 = 1581,81 m 3/dt
F = Fi + Ff + Fb + Fo
= 0,25 + 0,607 + 0,079 + 0,25 = 1,186
V = (2 x g x H / F)1/2
H = Elv.muka air diwaduk – Elv.dasar dibagian hilir – ½ Diameter)
= 184,50 – 154,50 – (0,50 x 10,00)
= 25,00 m.
3 - 37
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 38
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 3.13. Hubungan Antara Nilai Tinggi Air, Debit dan Tampungan (H-Q-S)
H Q Q/2 S S / t
Elev. Keterangan
(m) (m3/dt) (m3/dt) x 106.m3 x 106.m3
164,00 0,0 0,00 0,00 0,000 12,50 0,00 0,00 Aliran
164,50 0,5 6,61 3,30 0,045 13,89 9,20 15,80 Terbuka
165,00 1,0 28,73 14,37 0,050 15,28 -0,48 28,26
165,50 1,5 66,91 33,45 0,055 16,67 -18,18 48,73
166,00 2,0 120,46 60,23 0,060 18,06 -43,56 76,90
166,50 2,5 188,38 94,19 0,065 19,44 -76,13 112,25
......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .........
184,00 20,0 1595,61 797,80 3,30 916,67 118,86 1714,47 Aliran
3 - 39
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Nilai H diinterpolasi terhadap Qout, karena nilai Qout = 157,17 m 3/dt, terletak
diantara nilai Qout 1 = 120,46 m 3/dt, dan Qout 2 = 188,38 m 3/dt, maka :
Q1 = 120,46 m 3/dt H1 = 2,00 m
Q2 = 188,38 m 3/dt H2 = 2,50 m
Sehingga nilai H = 2,27 m
Dari nilai H tersebut elevasi muka air menunjukkan = 169,00 + 2,27 = 171,27
Nilai diinterpolasi tersebut elevasi muka air menunjukkan = 169,00 + 2,27 =
171,27
Nilai diinterpolasi terhadap H, karena nilai H = 2,27 m, terletak diantara nilai
H1 = 2,00 m, dan H2 = 2,50m, maka :
H1 = 2,00 1 = 2,00 m
H2 = 2,50 2 = 2,50 m
Sehingga nilai = - 61,17 m3/dt
3 - 40
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 41
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
H Q Q/2 S S/t
Elevasi
(m) m3/dt m3/dt 106.m3 m3/dt m3/dt m3/dt
3 - 42
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
H Q Q/2 S S/t
Elevasi
(m) m3/dt m3/dt 106.m3 m3/dt m3/dt m3/dt
3 - 43
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
0 0.00 0 0 169.00
1 192.00 96.00 0.00 96.00 157.17 2.27 171.27
2 2,560.00 1,376.00 -61.17 1,314.83 1,497.69 17.48 186.48
3 3,200.00 2,880.00 -182.86 2,697.14 1,728.81 24.78 193.78
4 3,008.00 3,104.00 968.33 4,072.33 1,870.93 29.79 198.79
5 2,560.00 2,784.00 2201.41 4,985.41 1,941.16 32.42 201.42
6 2,048.00 2,304.00 3044.25 5,348.25 1,965.08 33.33 202.33
7 1,536.00 1,792.00 3383.17 5,175.17 1,953.70 32.89 201.89
8 1,184.00 1,360.00 3221.47 4,581.47 1,914.19 31.4 200.40
9 928.00 1,056.00 2667.28 3,723.28 1,838.00 28.6 197.60
10 736.00 832.00 1885.28 2,717.28 1,731.60 24.87 193.87
11 544.00 640.00 985.68 1,625.68 1,564.46 19.47 188.47
12 384.00 464.00 61.23 525.23 993.28 6.29 175.29
13 316.80 350.40 -468.05 -117.65 0.00 0.54 169.54
14 262.40 289.60 0.00 0.00 0.00
15 230.40 246.40 0.00 0.00 0.00
16 204.80 217.60 0.00 0.00 0.00
17 179.20 192.00 0.00 0.00 0.00
18 153.60 166.40 0.00 0.00 0.00
19 128.00 140.80 0.00 0.00 0.00
20 102.40 115.20 0.00 0.00 0.00
21 76.80 89.60 0.00 0.00 0.00
22 51.20 64.00 0.00 0.00 0.00
23 25.60 38.40 0.00 0.00 0.00
24 0.00 12.80 0.00 0.00 0.00
3 - 44
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A. Terowongan Headrace
- Diameter Terowongan beton = 4,50 m
- Panjang Terowongan L = 2.350,00 m
Hb = 0,233 x V² / 2g
- Gesekan S = V² x n² x R -4/3
Q = 73,00 m3/dt
A = ¼ x x 4,50² = 15,90 m²
V = 73,00 / 15,90 = 4,59 m/dt
V²/2g = 4,59² / (2x9,81) = 1,07 m
R = 0,25 x 4,50 = 1,13 m
n = 0,012
S = 4,59² x 0,012² x 1,13-4/3
= 0,00259
kf = SxL
= 0,00259 x 2.350,00 = 6,093 m
hf = 5,671 x V²/2g
3 - 45
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
B. Terowongan Penstock
- Diameter terowongan beton = 4,50 m
- Elv. Hulu = 160,00
- Elv. Hilir = 89,75
- Panjang terowongan vertikal = (Elv.160,00 – 89,75) = 70,25 m
- Kemiringan terowongan dibagian hulu S = 0,00259
3 - 46
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
C. Terowongan Trailrace
- Diameter terowongan beton = 4,50 m
- Panjang terowongan L = 1.091 m
- Kemiringan terowongan S = 0,00259
Q = 73,00 m3/dt
A = ¼ x x 2,5² = 4,91 m2 (dia. = 4,50 m)
V = 73,00 / 15,904 = 4,59 m/dt
V²/2g = 4,59² / (2 x 9,81) = 1,074 m
R = 0,25 x 4,50 = 1,125 m
n = 0,010
S = 4,59² x 0,0102² x 1,125-4/3
= 0,00259
hf = 0,00259 x L
= 0, 00259 x 1.091 = 2,829 m
kf = 2,633 x V²/2g
3 - 47
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Q (m3/dt) HL (m)
0,00 0,00
20,00 1,052
40,00 4,209
60,00 9,470
80,00 16,835
100,00 26,305
Dari persamaan dan tabel diatas dapat dicari nilai rated power turbin pada berbagai
bukaan guide vane. Dan ditunjukkan dalam grafik.
Tabel 3.19 Hubungan antara Open guide vane dan rated Pt.
Q HL
Open Guide vane Rated Pt
(m3/dt) (m)
100 % 91,25 21,903 125 %
80 % 73,00 14,018 100 %
60 % 54,75 7,885 75 %
40 % 36,50 3,504 50 %
3 - 48
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
20 14.018
15
7.885
10 3.504
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Disharge (m3/dt)
Terowongan bentuk portal biasanya diletakkan pada bagian pengeluaran dan bagian
pemasukan. Tebal tanah/ batuan diatas portal = dua kali diameter terowongan atau
minimum 6 meter untuk batuan keras dan tiga kali diameter terowongan atau minimum
9,10 meter untuk tanah biasa (USBR Canal Structure).
Bagian pemasukan dan bagian pengeluaran dengan bentuk portal dihubungkan oleh
terowongan atau gorong-gorong.
Transisi untuk terowongan dengan aliran bebas biasanya dibagi dalam 2 tahap
3 - 49
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Denah Lantai
A. Rumus
a = R – ½ (4.R² - D²)1/2 R1 = (4.h² + D²) / 8 b
b = a + (D/2 – a) I/L R2 = (D² + C²)1/2
c = ((L – I) / L) h R3 = ((D/2 + d)² . Xi²)1/2
d = g – I/L (0,0886 . D) X1 = (R2/3 – d² - ½.D)1/2
g = h + (D/2 – h) I / L X2 = (R 2/3 – (g + D /2)²)1/2
B. Dimensi
R = Jari-jari bagian atas portal
D = Diameter terowongan tipe tapal kuda (horse shoe)
a = Tinggi jagaan pada portal
b = Tinggi jagaan pada jarak I dari portal
h = Jarak vertikal dari dasar ke as terowongan pada portal
C1, C2, C3 = Jarak vertikal dari dasar ke as terowongan pada jarak I1, I2,
I3 dari portal
L = Panjang transisi dari portal ke terowongan
I = Jarak dari portal ke titik yang diinginkan
R1 = Jari jari bagian atas transisi pada jarak I1 dari portal
3 - 50
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3.7.2 Transisi
Transisi saluran terbuka pada tahap pertama direncanakan seperti sipon dan
mengikuti Tabel 3.20 yang dibuat dimana harga panjang transisi tergantung
dari harga debit.
Panjang Panjang
Debit Debit
Transisi Transisi
(m3/dt) (m3/dt)
(m) (m)
30 14 12 9
28 13 9 8
22 11 5,5 7
16,5 10 5 6
Panjang
Debit
Transisi
(m3/dt)
(m)
30 - 16,5 5
12 – 9 4
5,5 – 3 3
3 - 51
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Contoh 1
Diameter terowongan D = 4,70 m ; H/D = 0,84 ; H = 4,70 x 0,84 = 3,948 m
Penampang basah aliran ( A ) = 16,68 m2 Tinggi air di Portal = A/D = 16,68 /
4,70 = 3,548 m Pada keadaan ini lantai dasar di portal 40 cm lebih tinggi dari
lantai dasar terowongan tapal kudaKemiringan permukaan air pada potongan
memanjang hampir sama untuk portal dan terowongan, sebab penampang
basah dan kecepatan alirannya hampir sama, oleh karena itu kehilangan energi
pada portal dihitung sama dengan kehilangan energi pada terowongan.
Contoh 2
Hitung penampang basah aliran pada contoh 1
Penyelesaian 2
Dalam air di terowongan = H = 3,948 m
Diameter = D = 2.r = 4,70 m ; Jari jari terowongan = r = 4,70 / 2 = 2,35 m
H / r = 3,948 / 2,35 = 1,68 = 1,70 m
Dari Tabel. 1 untuk H / r = 1,70 m
didapat @ = A / r2 = 3,021
Jadi A = 3,021 x 2,352 = 16,68 m2
Kemiringan permukaan air dan kemiringan dasar terowongan sama untuk aliran
yang seragam/ uniform
Jadi untuk menghitung penampang dan kemiringan dasar terowongan (untuk air
irigasi saja) mudah karena alirannya seragam/ uniform, sehingga kemiringan
muka air dan kemiringan dasar terowongan sama.
Tetapi bila hal tersebut untuk aliran air banjir dimana alirannya tidak seragam/
uniform maka kemiringan dasar terowongan lebih curam dari kemiringan muka
air.
Khusus mengenai muka air dihulu terowongan dan dihilir terowongan harus
dihitung tersendiri.
Begitu juga mengenai kehilangan tekanan/ energi dihulu terowongan dan dihilir
terowongan.
Hal tersebut tergantung dari debit nya tetap atau berubah-ubah tergantung dari
mana pemberian air atau waktu dari air banjir.
3 - 52
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Contoh. 3
1. Kehilangan energi/ tekanan pada terowongan tipe horse shoe/ tapal kuda
D = 2.r ; r=D/2
r = 0,80 m ; Q = 0,94 m3/dt ; n = 0,015
H = 0,64 m ( diambil/ dtentukan )
H/r = 0,64 / r = 0,64 / 0,8 = 0,8
Dari Tabel . 1 untuk H / r = 0,8
a) didapat @ = 1,348
A = @.r2 = 1,348 x 0,8 x 0,8 = 0,8627
b) didapat B = 0,450
R = B.r = 0,450 x 0,8 = 0,360
R2/3 = 0,506
1/n = 1/0,015 = 66,666
Q = A.V ; V = Q/A = 0,94 / 0,8627 = 1,09
hv = V2 / 2g = 1,092 / 19,6 = 0,0606
I = n2 . V2 / R2/3 = ( ( 0,015 x 1,09 ) / ( 0,506 ) )2 = 0,001044 = 1/1000
3 - 53
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Contoh . 4
Terowongan tipe tapal kuda dengan D = 0,8 m ; r = 0,4 m ;2r =0,8 m dan
L=4m
Rencanakan potongan portal transisi pada jarak l = 2,00 m
Penyelesaian . 4
Rumus untuk transisi portal dapat dilihat pada gambar 2
Perhitungan dapat dilihat pada gambar 3a dan 3b
3 - 54
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 55
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 3.23 berikut ini digunakan untuk karakteristik terowongan yang umum
3 - 56
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
3 - 57
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
BAB 4
PERHITUNGAN STRUKTUR
4 - 65
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.1.2 Penyelesaian 1
Desain penyangga baja yang cocok
4 - 66
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
0,75
radial = 0,1570 radial
4,775
= 90
Jumlah pasak untuk sudut 90 = 900 / 90 = 10
= 900 – (10 x 90) = 00
8,75 0,15
R 0,40 4,735 0,40 0,075 4,700
2 2
W 1
2 WR.S .H .RSin Sin 400
Ft
4 - 67
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
T sin WR ..S .H .R cos 2
2
T WR.SHR cos 2
Tmak = 2,65 . S . H . 4,70 . cos 40 30’
Tmak = 12,455 . S . H . 0,9969
Tmak = 12,416 . SH
Momen Maksimum :
Mmak 0,86.T .h
h = kenaikan maksimum puncak antara titik pasak yang
berdekatan.
h = R (1 – cos
h = 4,70 (1 – cos 40 30’) = 4,70 x 0,0038
h = 0,0145
Tmak = 12,416 S.H
Mmak = 0,86 x 12,416 . SH x 0,0145
Mmak = 0,155 SH
4 - 68
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 69
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 70
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.1.3 Penyelesaian 2.
D
R d 4.375 0.40 4.775
2
l 0.60
0.60
0.1256.Radial
4.775 Gambar 4.6 Jarak Blok dan Sudut dan
7 12
0 1
90 0
Banyaknya pasak per 900 = 12.5 ~ 12
7.121
90 0 (12 x7 0121 ) 3.36
3 0 361
D H Pr ofil
R d
2 2
8.75 0.15
R 0.40 4.375 (0.40 0.075) 4.700
2 2
4 - 71
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
W
* Hasil Subtitusi dari ketiga rumus diatas didapat : F
T WR.S.H .R. cos 2 Ft
400
Maksimum gaya dorong (Tmax)
Tmak WR.S.H .R. cos 2
Tmak = 2,65 x S x H x 4,70 x cos.30.361
Gambar 4.7 Arah Beban
Tmak = 12,455. SH x 0,9980
Tmak = 12,43 . SH
12,43.SH 0,1004.SHx10 3
17
44,08 218,10
17 2,820.SH 0,4603.SH
17 3,2803.SH
4 - 72
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
17 5,182.
S
3,2803.SH H
0
Tekanan Radial :
Tmak WR.S.H .R. cos 2
dimana : WR = 2.65
R = 4.70
0
Tmak =2.65 x SH x 4.70 x cos 00
Tmak = 12.455 . SH
Momen :
Mmak (BM) = 0.86 x Th
Dimana : h R.(1 cos 2)
h 4,70.(1 cos 0 0 ) 4,70.(1 1) 0
h 4.70
T Tmak 12,455.SH
Mmak (BM) = 0,86 x 12,455 . SH x 0 = 0
Rumus Tegangan yang diijinkan dan baja
I M
f
A Z
4 - 73
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.2.1 Soal
Tentukan :
Terowongan dibatuan lunak
Diameter selesai 10 m
Rata-rata tebal kelebihan galian 20 cm
Tegangan yang diijinkan dari shotcrete setelah 28 hari dilapangan = 300
kg/cm²
Tegangan geser yang diijinkan dari shotcrete 1/5 x tegangan kubus
Rasio Modulus Es/ Ec = 13
Berat jenis dari batuan = 2,3 ton/ m3 = W
4 - 74
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
r t
Kg/cm2 Kg/cm2
0 3,2
1,3 6,7
4,9 14,10
7,0 17,50
4.2.2 Penyelesaian :
4 - 75
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
D = 10
10
0,30 0,20 5,50 m
2
b/2 = 5,50 Cos 30º = 5,50 x 0,8660 = 4,763 m
b = 2 x 4,763 = 9,526
0,20
b/2
4 - 76
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
H = 400 m
Po
B
Pi
Pi S Beban radial yang dapat dipikul oleh besi pada beton bertulang
30
Sin 0,5
4 - 77
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Pi 7,511 kg / cm 2
d . Tc
Pi c = Beban radial yang dapat dipikul oleh beton pada
b / 2 Sin
beton bertulang
Pi Pi c Pi s
d .Tc
7,511 0,181
b / 2 Sin
d .60
7,330
476,3 x 0,5
Pi 7,511 kg / Cm 2
d .Tc
Pi c
b / 2 Cos
Pi Pc Pi s
d .60
7,511 0,182
475,4 x 0,5
4 - 78
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
a. Menghitung T pi c pi s pi A Pi
4 - 79
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A Fs
Pi A
C .t
keterangan :
Pi A Beban yang dapat dipikul oleh ang ker
A = Luas penampang batang angker 1/ 4 d
d = 25 mm = 2,5 cm
Fs = Tegangan yang diizinkan angker = 2500 Kg/Cm 2
t = c = 1,3 m = 130 Cm
4,912 x 2500 12280
Pi A 0,726 kg / cm 2
130 x 130 16900
2. Tt
3. Tn
4. T
Tt Tn
5. Tg 1
T
6. 1
7. 0 d
2 2
4 - 80
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 81
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 82
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.3.2 Penyelesaian :
A. 1. Terowongan Bulat
c.(b 2 a 2 )
k 1 P
2b 2
Dimana : P Tambahan tegangan
D9m
d = 20 cm
b D d 9 0,20 4.70 m
2 2
a D 9 4,50 m
2 2
c 60 kg / cm 2
p
60 4.70 2 4.5 2
6022.09 20.55
2
2 x 4.7 2 x 22.09
4 - 83
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
110.40
p 2.499 2.50 kg / cm 2
44.18
d e
k 0,9 p
2 sin
b
30 0 sin 0,50
cos 0,866
D 2 4,5 m
b . cos 4,5 x 0,8211 ~ 0,82 kg / cm 2
2
d = 20
0,20 x 8 1,60
p 0,8211 ~ 082 kg / cm 2
3,897 x 0,50 1.9485
c.(b 2 a 2 )
k 1 P
2b 2
Dimana : P Tambahan tegangan
D9m
d = 20 cm
D 2 4,5 m
a 1,15 1.15 x 4.50 5,175 m
b a d 5.175 0.20 5.375 m
c 60 kg / cm 2
p
60 5.375 2 5.175 2
60 28.891 26.781
2
2 x 5.37 2 x 28.891
126.60
p 2.191 kg / cm 2
57.732
d e
k 0,9 p
b sin
2
4 - 84
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
30 0 sin 0,50
cos 0,866
a = 5,175
b a cos 5,175 x 0,866 4,4815 kg / cm 2
2
0,20 x 8 1,60
p 0,714 kg / cm 2
4,4815 x 0,50 2.2407
4 - 85
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Pr 18
0.7713 x10 5 5. b 2 20.25 b 2 20.25
x
2.3435 x10 5 10.b 2
6.b 2 81
Pr 5.9239 x
10.b 2
35.5434.b 2 479.8359
Pr
10.b 2
t (b 2 a 2 )
Pc
(b 2 a 2 )
dimana : t 18 kg / cm 2
a D 4,50 m
2
18 (b 2 4,50 2 ) 18.b 2 364.5
Pc 2
(b 2 4,50 2 ) b 20,25
10 3
P 70 metres 70 ton / m 2 70 x kg / cm 2 7 kg / cm 2
10 4
Pc P Pr
18.b 2 364.5 35.5434.b 2 479.8359
7
b 2 20.25 10.b 2
4 - 86
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b 1 23.73 4.87
Jadi tebal beton tanpa tulangan
d = 4.87 – 4.50 = 0.37 m
d ~ 0.40 m = 40 cm
Kontrol untuk :
1. tekanan air c 80 kg / cm 2
2. tekanan injeksi c 175 kg / cm 2
t (b 2 a 2 )
Pw
2.b 2
dimana : c 80 kg / cm 2
a D 4,50 m
2
4 - 87
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b 4,90 m
35.5434.b 2 479.8359
Pr
10.b 2
b 4,90 m
b 2 24,01 m 2
35.5x24.01 479.8 725.2 479.8
Pr
240.1 240.1
Pr 5.02 kg / cm 2
18.b² 364.5
Pc
b 2 20.25
18x24.01 364.5 67.68
Pc 1.5291 kg / cm²
24.01 20.25 44.26
P 70meter 7 kg / cm 2
Pw P Pr Pc
6.264 7 5.02 1.53 13.55
Pq Pw Pr Pc
13.703 6.264 5.02 1.53
7.439 6.55
I t b 2 a 2 m 1
x
Ast at b 2 a 2 b a
Dimana ditaksir : d = 30 cm
a = D/2 = 4.50 m
b = d/2 + d = 4.50 + 0.30 = 4.80 m
m = Es / Ec = (21.1x105)/(2.25x105) = 9.38
st = 2110 kg/cm² 60 %
t = 18 kg/cm²
1 0.6 x 2110 4.8 2 4.5 2 9.38 1
x
Ast 4.58 x18 4.8 2 4.5 2 4.8 4.5
4 - 88
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
t ' t.
b a (m 1. Ast )
(b a)
a = D/2 = 4.50 m
b = 4.50 + 0.30 = 4.80 m
m = Es / Ec = (21.1x105)/(2.25x105) = 9.38
t = 18 kg/cm²
Ast = 0.500 cm/cm² = 0.005 m²/ m
t ' 18
4.80 4.50 (9.38 1).005
4.80 4.50
0.30 8.38 x0.005 0.30 0.0417
t ' 18
0.30 0.30
t ' 18 x1.139 20.502 kg / cm²
Ast.st
Pc
a
0.50 x2110
Pc 2.344 kg / cm²
450
mr
Pr t '
Er 2 2
m 1 x b a (b a ) / mc
2 2
mc 2 2.b 2
Ec 2
mc 1
dimana : mr² = 6
mr =5
Er = 0.9 x 105 kg/ cm²
Ec = 2.25 x 105 kg/cm2
a = 4.50 m
b = 4.50 + 0.30 = 4.80 m
t = 20.502 kg/cm²
4 - 89
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
6
Pr 20.502
0.9 10 5
2 2
6 1 x 4.80 4.50 4.80 4.50 / 5
2 2
25 2 x 4.80 2
2.25 x10 5
25 1
0.7713 x10 5 23.04 20.25 23.04 20.25 / 5
Pr 20.502 x
2.3436 x10 5 2 x 23.04
2.79
43.29
Pr 6.7473 x 5
46.08
Pr = 6,7473 x 0,9515 = 6,42 kg/cm²
Internal water-water pressure head in normal condition
10 3
P = 50 meter = 50 ton/ m² = 50 4 kg / cm 2 5 kg / cm ²
10
P Pr 60%
S 6.42 60% x 2.344
S 6.42 1.406
S 7.826
4 - 90
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 91
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.4.1 Soal
Terowongan Pengelak Bulat
Diameter selesai = 8 m
Tebal lining inti = 30 cm
Tinggi tekan rencana = 100 m
Tegangan yang bekerja
Geser Tekan
(kg/cm2) (kg/cm2)
Batuan 1,40 10
Beton 1,60 20
4.4.2 Penyelesaian
Gambar ukuran plug (tembok penyumbat)
4 - 92
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 93
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
x 810 2
x 10 3 x 10 4 x 810 x 1610 x 1.60
4
20601.54 x10 2
x10 6551798.40
4
5150.38x103 6551798.40
5.15 x 10 6 6.55 x 10 6
5.15 6.55 Aman
4 - 94
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
W = 10-3 kg/cm²
h = 104 cm
ditaksir d1 = dalamnya kunci pada beton = 10 cm
D2 = D + d2 = 800 + 10 = 810 cm
x 810 2
F x 10 3 x 10 4 5150380 kg
4
b. Tekanan Perlawanan
= F x D2 x d 2 x n x c
dimana : D2 = 810 cm
d2 = 10 cm
n = Jumlah kunci batuan
c = Tegangan stress beton = 20 kg/ cm²
F x 810 x10 x n x 20
F 508680.n
c. Jumlah Kunci Pada Beton = n
Tekanan perlawanan = Tekanan Plug
508680 . n 5150380
n 10.12
n 11
L 16.10
1.46 m
11 11
4 - 95
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 96
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Masing-masing irisan pada gambar 4.15 (a), dengan tinggi h dan lebar b adalah
seimbang terhadap bekerjanya kelima gaya yang ditunjukkan pada gambar 4.15.
b. Reaksi normal N pada permukaan slip, yang terdiri dari reaksi antara butir N’
ditambah dengan gaya U akibat tekanan pori.
c. Gaya tangen T akibat perlawanan kohesif dan gesekan yang terjadi pada
permukaan slip.
4 - 97
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Dalam metode Bishopl, gaya-gaya antar irisan dianggap sebagai horizontal dan
konon kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi sederhana ini tidak akan lebih dari
satu persen.
Untuk sembaran irigasi, dengan menguraikan gaya itu secara vertikal ;
W = N cos + T sin
dan
T = s /F
dimana ;
S = tegangan geser, kN/m 2
l = lebar irisan, m
F = faktor keamanan
4 - 98
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Contoh ;
Diketahui ; Tinggi tanggul 6.0 m dengan kemiringan 1:1.5 (gambar 4.16), terdiri
dari dua lapisan dengan karakteristik tanah yang berbeda.
Hitunglah ; Faktor keamanan untuk lingkaran slip dengan jari-jari R = 12,00 pada
titik O.
Jawab ;
♦ Ambil =10° untuk irisan n. 6 dan 20° untuk yang lain
♦ Andaikan F = 2.00
♦ Hitung W sind dan X dengan tabel 4.3
♦ Hitung F = X/W sin
4 - 99
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
X 569.5
F 2.54
W sin 223.8
Ulangi lagi perhitungan tersebut untuk lingkaran-lingkaran slip yang lain (selain titik
O) sampai diperoleh harga F terkecil. Inilah lingkaran slip kritis.
Dasar perhitungannya adalah bahwa gaya dorong sama dengan gaya angkat
ditambah dengan gaya geser di dalam komponen pekerjaan transmisi.
Gaya angkat adalah jumlah :
berat pintu (beban mati)
gaya air yang mengalir tegak lurus pada pintu, dan
gaya geser di dalam alur pengarah (beban statis).
4 - 100
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
B. Beban Maksimum
Untuk pintu yang dioperasikan dengan tenaga manusia, harus dipakai faktor
keamanan 2 pada beban maksimum yang mungkin oleh satu orang. Satu
orang dapat menggerakkan gaya/ tenaga 400 N selama waktu yang singkat.
Ini berarti bahwa beban maksimum untuk perhitungan ini adalah 2 X 400 N =
800 N. Beban yang dapat ditahan oleh seseorang dalam waktu yang lama, 30
menit atau lebih adalah 100 N. nilai banding antara beban maksimum yang
mungkin dan beban minimal adalah 800 : 100 = 8
Diandaikan bahwa sebuah roda tangan dengan jari-jari 0.30 m dapat berputar
sebanyak 15-20 kali putaran per menit. Jumlah putaran untuk roda tangan
dengan as tegak atau datar sama saja.
Seandainya ada dua orang atau lebih yang akan mengoperasikan pekerjaan
transmisi itu, maka harga-harga beban yang telah disebutkan diatas menjadi
1.6 kali harga-harga untuk satu orang.
Apabila satu pintu mempunyai dua stang, maka masing-masing stang harus
dihitung sedemikian sehingga bisa mengambil 2/3 dari beban maksimum yang
mungkin, termasuk faktor keamanan yang telah disebutkan di atas.
C. Koefisien Gesekan
Perbandingan antara tinggi dan lebar pintu harus lebih kecil dari koefisien
gesekan f antara sisi samping pintu akibat ditarik-keluarnya bagian segi empat
(square). Apabila perbandingan h/b lebih kecil dari pada f, maka diperlukan
dua stang.
Harga-harga koefisien gesekan f disajikan pada tabel berikut
4 - 101
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Koefisien gesekan f
Bergerak Tak bergerak
Bahan yang dipakai
Sedikit Sedikit
kering basah kering basah
dilumasi dilumasi
Besi tuang pada besi tuang 0.5 0.3 0.15 - - 0.2
Besi tuang pada baja 0.2 - - 0.25 - -
Besi tuang pada perunggu 0.2 - - - - -
Baja pada baja 0.15 - 0.1 0.2 - 0.15
Baja pada perunggu 0.11 - 0.1 0.13 - -
Perunggu pada perunggu 0.2 - 0.1 - - 0.12
Kayu pada logam 0.5 0.3 0.2 0.7 0.6 -
Kayu pada kayu 0.4 - 0.1 0.5 - 0.2
Baja pada batu - - - 0.5 - -
Kayu pada batu - - - 0.6 - -
dimana:
G = berat total pintu termasuk stangnya (berat mati)
W = beban gesekan vertikal di dalam alur
W = fH
f = koefisien gesekan
4 - 102
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Untuk dua stang, gaya tarik maksimum pada masing-masing adalah 2/3
dari nominal maupun dari vertikal maksimum.
b). untuk kondisi tidak normal gaya tekan maksimum P maks adalah :
tan maks
Pmaks n.(G W ).
tan min
= sudut gesekan
maks = sudut gesekan (gerak) maksimum yang mungkin
min = sudut gesekan minimum (diberi pelumas)
4 - 103
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b. Puntiran
2..EI
Mk : kondisi Mk ≥ Mw maks
lk
c. Kombinasi tekanan dan puntiran; penekukan puntiran :
M 2
w maks
Pk 1
*
Pk
Mk
1/ 2
P
Mk 1 maks
*
Mk
Mk
dimana:
Pmaks = gaya desak maksimim pada stang, N
Mw maks = puntiran maksimum pada stang,Nm
lk = panjang tekukan, m
E = modulus elastisitas, N/m 2
I = 1/64 d4 (momon lembam), m 4
dk = diameter teras stang, m
4 - 104
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana:
tan 2 = koefisien gesekan antara mur dan dudukan
rn = jarak antara as stang dan bagian tengah dudukan.
dimana:
R = jari-jari roda tangan (m)
P = gaya yang digunakan oleh operator pintu (Newton)
Karena M = M1 + M2, maka gaya P dapat dihitung jika ukuran-ukuran
pekerjaan transmisi sudah diketahui.
b. Dua stang
Momen nominal masing-masing stang untuk mengangkat pintu adalah :
M1 = 1/2(G+W) tan (max + ).rg
Momen gesekan bergantung pada :
Gaya tarik nominal
Koefisien gesekan
Jarak dari beban gesek ke as stang.
4 - 105
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana :
P = gaya maksimum 1 orang N
R = jari-jari roda tangan dari roda kapstan m
0,9 = efisensi akibat kehilangan pada setiap transmisi
0.8 = pengurangan jika roda dioperasikan oleh 2 orang
Momen untuk gerak ulir sama dengan momen dorong kali nilai banding gir.
Nilai banding i, adalah perbandingan antara r.p.m. atau antara diameter
roda gigi. Untuk pintu-pintu yang dioperasikan dengan tangan, nilai
banding gir harus lebih kecil dari 6 atau 7.
n1 D1
i 6 sampai 7
n2 D2
Jika digunakan lebih banyak lagi roda transmisi jumlah nilai banding gir
menjadi :
i = i1+ i2
c. Waktu Pengangkatan
Setelah pekerjaan transmisi selesai direncana, waktu pengangkatan pintu
bisa dihitung. Pada waktu pintu diangkat h dan puncak stang s, ulir
membuat putaran h/s. Jumlah putaran roda tangan tergantung pada nilai
banding gir i dan jumlahnya i x h/s.
Sebuah roda tangan dengan jari-jari 0.30 m dapat membuat 15 – 20 kali
putaran per menit yang memberikan kecepatan putaran 0.63 m/dt. Satu
2.R
putaran roda tangan memerlukan 3 .0 s
0.63
4 - 106
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 107
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Gaya-gaya maksimum dibawah kondisi tidak normal adalah 8 kali harga gaya-
gaya dibawah kondisi normal.
Andaikan ada dua stang Bj 50 (kualitas baja berdasarkan PPBBI 1984) dan
mur perunggu, koefisien gesekan maksimum pada bagian pekerjaan transmisi
ini ialah :
fmaks = tan maks = 0.14 (maks = 8)
Andaikan bahwa koefisien gesekan gesekan f antara pintu dan alur pengarah
adalah 0.40.
4 - 108
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Beban untuk masing-masing stang adalah 2/3 dari jumlah nominal dan beban
maksimum.
Gaya tarik nominal : T = 2/3*15.800 = 10.530 N
Gaya tarik maksimum : T = 2/3 *8*15.800 = 84.270 N
Pada waktu menghitung tekukan, pintu harus dalam keadaan tertutup. Dalam
keadaan demikian, tekukan atau panjang efektif menjadi maksimum : l k =1,70
m. Modulus elastisitas untuk baja adalah E = 210*109 N/m 2. Diameter teras dk
= 44 mm. Momen polar kelembaman didapat dari :
I = .dk 4 /64 = * (44*10-3)4 /64 = 184*10-9 (m 4)
untuk mencek diameter teras kedua stang beban-beban puntiran dan desakan
berikut harus diperhitungkan :
2 EI
a. Tekanan : Pk
l2
4 - 109
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2. .EI
b. Puntiran : Mk
lk
393,1 2
132.10 1
3
3
143 *10
= 132*103
1/ 2
P
Mk * Mk 1 maks
Pk
1/ 2
116,5 *10 3
143 *10 1 3
132 *10 3
= 49,0*103 Nm
4 - 110
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
T
1/ 4..dk
2
10.530
1/ 4 * 44 *10 3
2
6,93 *10 6 N / m 2
84 .270
1 / 4 * * 44 * 10 3
2
= 55,4*106 n/m 2
2t
tan
2 * 1/ 2(dk t )
2.n.dk
tan tan min
2 * 1 / 2dk n.dk
karena tg min adalah koefisien gesekan f, hubungan antara diameter teras dan
t bisa dinyatakan sebagai :
2n
f
(1 n)
4 - 111
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
atau
f
n
2 . f
Ini berarti bahwa t/dk ≥ *f/(2 - .f) atau t ≥ dk ** f/(2 - .f)
Sudut minimum gesekan min = 5, jadi f = 0,09 dan t < 0,16 d10. Diameter
teras dk adalah 44 mm dan t < 0,16*44 = 7 mm dan s= 2.x t = 8 mm.
Andaikan pada setiap transmisi 10% hilang dan dipakai roda tangan dengan
diameter 0,60 m untuk transmisi itu, maka momen yang digunakan oleh satu
orang (T = 100 N) adalah :
= 1*0,9*0,9*0,30*100 = 24,30 Nm
4 - 112
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
h *i 1,50 * 4
t =37.5 menit
20 * s 20 * (8 *10 3 )
Apabila tinggi angkat h = 1.50 m, maka jumlah putarannya adalah 20 per menit
dan ulir 8 mm.
Waktu angkat akan berkurang apabila harga ulir s, dan jumlah putaran
bertambah dan apabila besarnya nilai banding gir i berkurang.
C. Perhitungan tulangan
Dipergunakan beton k 125 b = 40 kg/cm 2
baja U 22 a = 1250 kg/cm 2
n = 30
a
0
b x n
h=d-3=
h
Ca
n.M
b. a
4 - 113
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
100 .n.w
A .b.h ....cm 2
100 .n
Tulangan minimum 0,25% x d x 100 = cm 2
Dipakai Hw = A= cm 2
Tulangan bagi
A = 20% x Hw = cm 2
Dipakai Vw = A= cm 2
Tulangan miring
Ra
= .................. = ............ kg/cm 2
100 x 7 / 8 x h
4 - 114
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Mq3 = 1/8.q3.l2 =
Rq3 = 1/2 .q3 .l =
4 - 115
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
..........
Rp2 =
B
q
Koefisien kejut. C = 1.35 - 0.5. =
q Rp2
C=
Mmax = Mq3 + C.Mp2 =
Dmax = Rg3 + C.Rp2 =
c. Perhitungan tulangan
Mmax =
Dmax =
Dipergunakan beton K 125 b = 40 kg/cm 2
baja U 22 a = 1250 kg/cm 2
n = 30
a
0
b x n
h = ht – 3 =
δ
h
Ca didapat =
n.M
100.n.w =
b. a
’ =
Tulangan tarik
100 .n.w
A .b.h ....cm 2
100 .n
Tulangan minimum 0,25% x d x 100 = cm 2
Dipakai Hw = A= cm 2
Tulangan bagi
A = 20% x Hw = cm 2
Dipakai Vw = A= cm 2
Tulangan miring
D maks
= .................. = ............ kg/cm 2< = 5 kg/cm 2
100 x (7 / 8) x h
4 - 116
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 4.5 Penampang-penampang dari baja bulat dalam cm 2 untuk lebar plat 100 cm
Jarak Jumlah
Garis tengah dalam mm
as-as batang
dalam cm tiap-tiap m 6 8 10 12 14 16 19 22
7.0 14.29 4.04 7.18 11.22 16.16 21.99 28.73 40.51 54.30
7.5 13.33 3.77 6.70 10.47 15.08 20.52 26.81 37.81 50.81
8.0 12.50 3.53 6.28 9.82 14.14 19.24 25.13 33.45 47.51
8.5 11.76 3.33 5.91 9.24 13.31 18.11 23.65 33.37 44.72
9.0 11.11 3.14 5.59 8.73 12.57 17.10 22.34 31.52 42.23
9.5 10.53 2.98 5.29 8.27 11.90 16.20 21.16 29.86 40.01
10.0 10.00 2.83 5.03 7.85 11.31 15.39 20.11 28.36 38.01
10.5 9.53 2.69 4.79 7.48 10.77 14.66 19.15 27.01 36.20
11.0 9.10 2.57 4.57 7.14 10.28 13.99 18.28 25.78 34.55
11.5 8.70 2.46 4.37 6.83 9.83 13.39 17.48 24.66 33.05
12.0 8.34 2.36 4.19 6.54 9.42 12.83 16.76 23.63 31.67
12.5 8.00 2.26 4.02 6.28 9.05 12.32 16.08 22.69 30.41
13.0 7.70 2.17 3.87 6.04 8.70 11.84 15.47 21.82 29.24
13.5 7.41 2.09 3.72 5.82 8.38 11.40 14.89 21.01 28.16
14.0 7.15 2.02 3.59 5.61 8.08 11.00 14.36 20.26 27.15
14.5 6.90 1.95 3.47 5.42 7.80 10.62 13.87 19.56 26.21
15.0 6.67 1.89 3.35 5.24 7.54 10.26 13.41 18.91 25.34
15.5 6.46 1.82 3.24 5.07 7.30 9.93 12.97 18.30 24.52
16.0 6.25 1.77 3.14 4.91 7.07 9.62 12.57 17.73 23.76
16.5 6.06 1.71 3.05 4.76 6.85 9.33 12.19 17.19 23.04
17.0 5.89 1.66 2.96 4.62 6.65 9.05 11.82 16.68 22.36
17.5 5.72 1.62 2.87 4.49 6.46 8.79 11.49 16.21 21.72
18.0 5.56 1.57 2.79 4.36 6.28 8.55 11.17 15.75 21.12
18.5 5.41 1.53 2.72 4.25 6.11 8.32 10.87 15.33 20.55
19.0 5.27 1.49 2.65 4.14 5.95 8.10 10.58 14.92 20.01
19.5 5.15 1.45 2.58 4.03 5.80 7.89 10.31 14.54 19.49
20.0 5.00 1.41 2.51 3.93 5.65 7.69 10.05 14.18 19.01
Tabel 4.6 Lebar balok minimum (dalam cm) dengan 3 s/d 7 batang dalam 1 baris
(diameter begel 8 jam)
6 12.4 15.5 18.6 21.7 24.8 25 18.1 23.1 28.1 33.1 38.1
8 13.0 16.3 19.6 22.9 26.2 28 19.6 25.2 30.8 36.4 42.0
10 13.6 17.1 20.6 24.1 27.6 32 21.6 28.0 34.4 40.8 47.2
12 14.2 17.9 21.6 25.3 29.0 36 23.6 30.8 38.0 45.2 52.4
14 14.8 18.7 22.6 26.5 30.4 40 25.6 33.6 41.6 49.6 57.6
16 15.4 19.5 23.6 27.7 31.8 45 28.1 37.1 46.2 55.1 64.1
19 16.3 20.7 25.1 29.5 33.9 50 30.6 40.6 50.6 60.6 70.6
22 17.2 21.9 26.6 31.3 36.0
4 - 117
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
- 5 0.15 1.57 0.20 0.39 0.59 0.78 0.98 1.18 1.37 1.57 1.77 1.96
- 6 0.22 1.80 0.28 0.56 0.85 1.13 1.41 1.70 1.98 2.26 2.54 2.83
1/4 6.35 0.25 2.00 0.32 0.63 0.93 1.27 1.58 1.90 2.22 2.53 2.85 3.17
- 7 0.30 2.20 0.38 0.77 1.15 1.54 1.92 2.31 2.69 3.08 3.46 3.65
3/10 7.94 0.39 2.40 0.49 0.99 1.48 1.98 2.47 2.97 3.47 3.90 4.46 4.95
- 8 0.39 2.51 0.50 1.00 1.51 2.01 2.51 3.01 3.52 4.02 4.52 5.09
3/8 9.52 0.54 2.99 0.71 1.42 2.13 2.85 3.50 4.27 4.98 5.69 6.41 7.12
- 10 0.62 3.14 0.79 1.57 2.30 3.14 3.93 4.71 5.50 6.28 7.07 7.80
- 12 0.89 3.77 1.13 2.20 3.30 4.52 5.85 6.79 7.91 9.05 10.18 11.31
1/2 12.7 1.00 3.09 1.27 2.53 3.80 5.07 6.33 7.50 8.87 10.13 11.40 12.67
- 13 1.03 4.08 1.33 2.63 3.98 5.31 6.64 7.96 9.20 10.62 11.95 13.27
- 14 1.21 4.40 1.54 3.08 4.62 6.16 7.70 9.24 10.77 12.32 13.66 15.39
5/9 14.29 1.27 4.40 1.61 3.21 4.82 6.42 8.03 9.64 11.24 12.85 14.45 16.06
- 15 1.38 4.71 1.77 3.53 5.30 7.97 8.84 10.60 12.37 14.14 15.91 17.57
5/8 15.87 1.55 5.00 1.98 3.97 5.96 7.94 9.93 11.91 13.90 15.88 17.87 19.86
- 16 1.58 5.03 2.01 4.02 6.03 8.04 10.05 12.06 14.07 15.08 18.09 20.11
- 18 1.99 5.66 2.54 5.09 7.63 10.18 12.72 15.26 17.81 20.36 22.90 25.45
3/4 19.05 2.22 5.97 2.83 5.67 8.50 11.34 14.18 17.01 19.85 23.08 25.52 28.35
- 20 2.47 6.28 3.14 6.20 9.42 12.57 15.71 18.84 21.99 25.14 28.28 31.42
- 22 2.98 6.91 3.60 7.60 11.40 15.21 19.01 22.81 28.61 30.41 34.21 38.01
7/8 22.22 3.04 6.97 3.87 7.74 11.51 15.48 19.35 23.22 27.09 30.97 34.84 38.71
- 25 3.85 7.85 4.01 9.62 14.73 19.03 24.54 29.45 34.35 39.27 44.18 49.08
1 25.4 3.98 7.96 5.07 10.13 15.20 20.27 25.33 30.40 35.47 40.52 45.60 50.67
- 26 4.13 8.17 5.81 10.62 15.93 21.24 26.55 31.96 37.17 42.47 47.78 53.08
- 28 4.83 8.80 6.16 12.31 18.47 24.63 30.76 36.94 43.10 49.26 55.42 61.55
1 1/10 28.57 5.04 8.99 6.42 12.85 19.27 25.70 32.12 38.54 44.97 51.39 57.62 64.24
- 30 5.51 9.43 7.07 14.14 21.21 28.27 35.34 42.41 49.48 56.55 63.52 70.68
1 1/4 31.75 6.19 9.96 7.89 15.78 23.88 31.57 39.46 47.35 55.25 63.14 71.03 78.92
- 32 6.31 10.05 8.04 16.08 24.13 32.17 10.21 48.26 58.30 64.34 72.38 80.42
- 34 7.10 10.68 9.08 18.15 27.24 36.32 45.40 54.48 63.56 72.63 81.71 90.75
1 1/3 34.92 7.51 10.96 9.57 19.13 28.70 38.26 47.83 57.40 66.96 76.53 86.10 95.65
- 35 7.60 11.00 9.62 19.24 28.86 38.48 48.17 57.73 67.34 76.97 86.59 96.21
- 36 7.99 11.31 10.18 20.36 30.54 40.72 50.90 61.07 71.20 81.43 91.61 101.71
- 38 8.85 11.83 11.34 22.68 34.02 45.36 56.70 68.04 79.38 90.73 102.07 113.41
1 1/2 38.1 8.95 11.87 11.40 22.80 34.20 45.50 57.00 68.40 79.81 91.21 102.61 114.01
- 40 9.85 12.56 12.50 25.13 37.70 50.30 62.83 75.40 87.96 100.53 113.09 125.66
4 - 118
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 119
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 120
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 121
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 122
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 123
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 124
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 125
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 126
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 127
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 128
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 129
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 130
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 131
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 132
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 133
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 134
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 135
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 136
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 137
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 138
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 139
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 140
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 141
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 142
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 143
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 144
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 145
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 146
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 147
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 148
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 149
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 150
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
4.1.1 Soal
4-1
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.1.2 Penyelesaian 1
Desain penyangga baja yang cocok
4-2
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
0,75
radial = 0,1570 radial
4,775
= 90
Jumlah pasak untuk sudut 90 = 900 / 90 = 10
= 900 – (10 x 90) = 00
8,75 0,15
R 0,40 = 4,735 0,40 0,075 = 4,700
2 2
W 1
2 WR.S .H .RSin Sin 400
Ft
4-3
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
T sin WR ..S .H .R cos 2
2
T WR.SHR cos 2
Tmak = 2,65 . S . H . 4,70 . cos 40 30’
Tmak = 12,455 . S . H . 0,9969
Tmak = 12,416 . SH
Momen Maksimum :
Mmak 0,86.T .h
h = kenaikan maksimum puncak antara titik pasak yang
berdekatan.
h = R (1 – cos
h = 4,70 (1 – cos 40 30’) = 4,70 x 0,0038
h = 0,0145
Tmak = 12,416 S.H
Mmak = 0,86 x 12,416 . SH x 0,0145
Mmak = 0,155 SH
4-4
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4-5
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4-6
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.1.3 Penyelesaian 2. Le
a). Perhitungan Gaya Dorong
Perhitungan sudut dan
D
R d 4.375 0.40 4.775
2
l 0.60
Gambar 4.6 Jarak Blok (L) dan Sudut dan
0.60
0.1256.Radial
4.775
7 0121
90 0
Banyaknya pasak per 900 = 12.5 ~ 12
7.121
90 0 (12 x7 0121 ) 3.36
3 0 361
D H Pr ofil
R d
2 2
8.75 0.15
R 0.40 4.375 (0.40 0.075) 4.700
2 2
4-7
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
W
* Hasil Subtitusi dari ketiga rumus diatas didapat : F
T WR.S.H .R. cos 2 Ft
400
Maksimum gaya dorong (Tmax)
Tmak WR.S.H .R. cos 2
Tmak = 2,65 x S x H x 4,70 x cos.30.361
Gambar 4.7 Arah Beban
Tmak = 12,455. SH x 0,9980
Tmak = 12,43 . SH
12,43.SH 0,1004.SHx10 3
17
44,08 218,10
17 2,820.SH 0,4603.SH
17 3,2803.SH
4-8
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
17 5,182.
S
3,2803.SH H
0
Tekanan Radial :
Tmak WR.S.H .R. cos 2
dimana : WR = 2.65
R = 4.70
0
Tmak =2.65 x SH x 4.70 x cos 00
Tmak = 12.455 . SH
Momen :
Mmak (BM) = 0.86 x Th
Dimana : h R.(1 cos 2)
h 4,70.(1 cos 0 0 ) 4,70.(1 1) 0
h 4.70
T Tmak 12,455.SH
Mmak (BM) = 0,86 x 12,455 . SH x 0 = 0
Rumus Tegangan yang diijinkan dan baja
I M
f
A Z
4-9
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.2.1 Soal
Tentukan :
Terowongan dibatuan lunak
Diameter selesai 10 m
Rata-rata tebal kelebihan galian 20 cm
Tegangan yang diijinkan dari shotcrete setelah 28 hari dilapangan = 300
kg/cm²
Tegangan geser yang diijinkan dari shotcrete 1/5 x tegangan kubus
Rasio Modulus Es/ Ec = 13
Berat jenis dari batuan = 2,3 ton/ m3 = W
4 - 10
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
r t
Kg/cm2 Kg/cm2
0 3,2
1,3 6,7
4,9 14,10
7,0 17,50
4.2.2 Penyelesaian :
4 - 11
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
10
0,30 0,20 5,50 m
2
b/2 = 5,50 Cos 30º = 5,50 x 0,8660 = 4,763 m
b = 2 x 4,763 = 9,526
0,20
b/2
Po = W.H
W = Berat Jenis Batuan = 2,6 ton/m 3
H = Tinggi lapisan tanah = 400 m
P = 400 x 2,6 = 1040 ton/m 2
Q = 30º Sin 30º = 0.5
Untuk mengitung d (ketebalan dari Shotcrete)
1
3
R
4 - 12
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
H = 400 m
Po
B
Pi
Pi S Beban radial yang dapat dipikul oleh besi pada beton bertulang
30
Sin 0,5
4 - 13
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Pi 7,511 kg / cm 2
d . Tc
Pi c = Beban radial yang dapat dipikul oleh beton pada
b / 2 Sin
beton bertulang
Pi Pi c Pi s
d .Tc
7,511 0,181
b / 2 Sin
d .60
7,330
476,3 x 0,5
Pi 7,511 kg / Cm 2
d .Tc
Pi c
b / 2 Cos
Pi Pc Pi s
d .60
7,511 0,182
475,4 x 0,5
4 - 14
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
25 x 60 1500
Pi c 6,759
443,8 x 0,5 221,9
As (k 1)Tc
Pi s
b / 2 Sin
Keterangan :
Pi s beban yang dapat diperberat p oleh baja
30 Sin 0,5
b/2 = 4,438
Tc = 60 kg/Cm 2
K = Es/Ec = 13
As = 0,06 Cm 2 / Cm
4 - 15
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
A Fs
Pi A
C .t
keterangan :
Pi A Beban yang dapat dipikul oleh ang ker
A = Luas penampang batang angker 1/ 4 d
d = 25 mm = 2,5 cm
Fs = Tegangan yang diizinkan angker = 2500 Kg/Cm 2
t = c = 1,3 m = 130 Cm
4,912 x 2500 12280
Pi A 0,726 kg / cm 2
130 x 130 16900
3. n 11,9 kg/cm2
4. 5,3 kg/cm2
8. cos . 1 b/2
b 2 . cos . 1 5,125 x 0,759 3,89 m
26,6
10. S xx2.b 0,0739 x 227 x7,78 1,805
360
11. Tg. 0,30 16 0 421
13. a 26 , 6
360 x x 10 0,0739 x 227 x 10 2,32
4 - 16
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 17
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 18
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.3.2 Penyelesaian :
A. 1. Terowongan Bulat (Tanpa tulangan) Aliran Bebas
c.(b 2 a 2 )
k 1 P
2b 2
Dimana : P Tambahan tegangan tekan
D9m
d = 20 cm
b D d 9 0,20 4.70 m
2 2
a D 9 4,50 m
2 2
c 60 kg / cm 2
p
60 4.70 2 4.5 2
6022.09 20.55
2
2 x 4.7 2 x 22.09
110.40
p 2.499 2.50 kg / cm 2
44.18
4 - 19
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
d e
k 0,9 p
2 sin
b
c.(b 2 a 2 )
k 1 P
2b 2
Dimana : P Tambahan tegangan tekan
D9m
d = 20 cm
D 2 4,5 m
a 1,15 1.15 x 4.50 5,175 m
b a d 5.175 0.20 5.375 m
c 60 kg / cm 2
p
60 5.375 2 5.175 2
60 28.891 26.781
2
2 x 5.37 2 x 28.891
126.60
p 2.191 kg / cm 2
57.732
d e
k 0,9 p
2 sin
b
30 0 sin 0,50
cos 0,866
4 - 20
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
a = 5,175
b a cos 5,175 x 0,866 4,4815 kg / cm 2
2
0,20 x 8 1,60
p 0,714 kg / cm 2
4,4815 x 0,50 2.2407
4 - 21
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
mr
E
P t mr 1 x
b 2 a 2 b 2 a 2 / mc
mc 2 2.b 2
Ec 2
mc 1
dimana : mr = 6
mc = 5
Er = 0.9 x 105 kg/cm 2
Ec = 2.25 x 105 kg/cm 2
D = 9.00 m
a = D/2 = 4.50 m
t 18 kg / cm 2
6
Pr 18
0.9 x10 5 2 2
2 2
6 1 x b 4.5 b 4.5 / 5
25 2.b 2
2.25 x10 5
25 1
Pr 18
0.7713 x10 5 5. b 2 20.25 b 2 20.25
x
2.3435 x10 5 10.b 2
6.b 2 81
Pr 5.9239 x
10.b 2
35.5434.b 2 479.8359
Pr
10.b 2
t (b 2 a 2 )
Pc
(b 2 a 2 )
dimana : t 18 kg / cm 2
a D 4,50 m
2
18 (b 2 4,50 2 ) 18.b 2 364.5
Pc 2
(b 2 4,50 2 ) b 20,25
10 3
P 70 metres 70 ton / m 70 x 4 kg / cm 2 7 kg / cm 2
2
10
Pc P Pr
18.b 2 364.5 35.5434.b 2 479.8359
7
b 2 20.25 10.b 2
4 - 22
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
a D 4,50 m
2
4 - 23
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana : c 175 kg / cm 2
a 4,50 m
b 4,90 m
175 (4.90 2 4.50 2 ) 175 (24.01 20.25)
Pq
2 x 4.90 2 48.02
175 (3.76)
Pq 2
13.703 kg / cm 2
48.02
35.5434.b 2 479.8359
Pr
10.b 2
b 4,90 m
b 2 24,01 m 2
35.5x24.01 479.8 725.2 479.8
Pr
240.1 240.1
Pr 5.02 kg / cm 2
18.b² 364.5
Pc
b 2 20.25
18x24.01 364.5 67.68
Pc 1.5291 kg / cm²
24.01 20.25 44.26
P 70meter 7 kg / cm 2
Pw P Pr Pc
6.264 7 5.02 1.53 13.55
Pq Pw Pr Pc
13.703 6.264 5.02 1.53
7.439 6.55
I t b 2 a 2 m 1
x
Ast at b 2 a 2 b a
Dimana ditaksir : d = 30 cm
a = D/2 = 4.50 m
b = d/2 + d = 4.50 + 0.30 = 4.80 m
m = Es / Ec = (21.1x105)/(2.25x105) = 9.38
st = 2110 kg/cm² 60 %
t = 18 kg/cm²
4 - 24
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
t ' t.
b a (m 1. Ast )
(b a)
a = D/2 = 4.50 m
b = 4.50 + 0.30 = 4.80 m
m = Es / Ec = (21.1x105)/(2.25x105) = 9.38
t = 18 kg/cm²
Ast = 0.500 cm/cm² = 0.005 m²/ m
t ' 18
4.80 4.50 (9.38 1).005
4.80 4.50
0.30 8.38 x0.005 0.30 0.0417
t ' 18
0.30 0.30
t ' 18 x1.139 20.502 kg / cm²
Ast.st
Pc
a
0.50 x2110
Pc 2.344 kg / cm²
450
mr
Pr t ' m
Er
1 x
b 2 a 2 (b 2 a 2 ) / mc
mc 2 2.b 2
Ec 2
mc 1
dimana : mr² = 6
mr =5
Er = 0.9 x 105 kg/ cm²
Ec = 2.25 x 105 kg/cm2
a = 4.50 m
4 - 25
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
10 3
P = 50 meter = 50 ton/ m² = 50 4
kg / cm 2 5 kg / cm ²
10
P Pr 60%.Pc
5 6.42 60% x 2.344
5 6.42 1.406
5 7.826
4 - 26
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 27
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4.4.1 Soal
Terowongan Pengelak Bulat
Diameter selesai = 8 m
Tebal lining inti = 30 cm
Tinggi tekan rencana = 100 m
Tegangan yang bekerja
Geser Tekan
(kg/cm2) (kg/cm2)
Batuan 1,40 10
Beton 1,60 20
4.4.2 Penyelesaian
Gambar ukuran plug (tembok penyumbat).
4 - 28
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 29
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
x 810 2
x 10 3 x 10 4 x 810 x 1610 x 1.60
4
20601.54 x10 2
x10 6551798.40
4
5150.38x103 6551798.40
5.15 x 10 6 6.55 x 10 6
5.15 6.55 Aman
4 - 30
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana :
W = 10-3 kg/cm²
h = 104 cm
ditaksir d1 = dalamnya kunci pada beton = 10 cm
D2 = D + d2 = 800 + 10 = 810 cm
x 810 2
F x 10 3 x 10 4 5150380 kg
4
b. Tekanan Perlawanan
= F x D2 x d 2 x n x c
dimana : D2 = 810 cm
d2 = 10 cm
n = Jumlah kunci batuan
c = Tegangan stress beton = 20 kg/ cm²
F x 810 x10 x n x 20
F 508680.n
c. Jumlah Kunci Pada Beton = n
Tekanan perlawanan = Tekanan Plug
508680 . n 5150380
n 10.12
n 11
L 16.10
1.46 m
11 11
4 - 31
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 32
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Masing-masing irisan pada gambar 4.15 (a), dengan tinggi h dan lebar b adalah
seimbang terhadap bekerjanya kelima gaya yang ditunjukkan pada gambar 4.15.
4 - 33
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana ;
4 - 34
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Contoh ;
Diketahui ; Tinggi tanggul 6.0 m dengan kemiringan 1:1.5 (gambar 4.16), terdiri
dari dua lapisan dengan karakteristik tanah yang berbeda.
Hitunglah ; Faktor keamanan untuk lingkaran slip dengan jari-jari R = 12,00 pada
titik O.
Jawab ;
♦ Ambil =10° untuk irisan n. 6 dan 20° untuk yang lain
♦ Andaikan F = 2.00
♦ Hitung W sind dan X dengan tabel 4.3
♦ Hitung F = X/W sin
4 - 35
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
X 569.5
F 2.54
W sin 223.8
Ulangi lagi perhitungan tersebut untuk lingkaran-lingkaran slip yang lain (selain titik
O) sampai diperoleh harga F terkecil. Inilah lingkaran slip kritis.
4.6.1. Pendahuluan
Lampiran ini memberikan petunjuk perencanaan dan perhitungan pekerjaan
transmisi yang dikerjakan dengan tangan untuk pintu sorong. Pekerjaan transmisi
itu bisa berupa satu atau dua stang.
Dasar perhitungannya adalah bahwa gaya dorong sama dengan gaya angkat
ditambah dengan gaya geser di dalam komponen pekerjaan transmisi.
4 - 36
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
B. Beban Maksimum
Untuk pintu yang dioperasikan dengan tenaga manusia, harus dipakai faktor
keamanan 2 pada beban maksimum yang mungkin oleh satu orang. Satu
orang dapat menggerakkan gaya/ tenaga 400 N selama waktu yang singkat.
Ini berarti bahwa beban maksimum untuk perhitungan ini adalah 2 X 400 N =
800 N. Beban yang dapat ditahan oleh seseorang dalam waktu yang lama, 30
menit atau lebih adalah 100 N. nilai banding antara beban maksimum yang
mungkin dan beban minimal adalah 800 : 100 = 8
Diandaikan bahwa sebuah roda tangan dengan jari-jari 0.30 m dapat berputar
sebanyak 15-20 kali putaran per menit. Jumlah putaran untuk roda tangan
dengan as tegak atau datar sama saja.
Seandainya ada dua orang atau lebih yang akan mengoperasikan pekerjaan
transmisi itu, maka harga-harga beban yang telah disebutkan diatas menjadi
1.6 kali harga-harga untuk satu orang.
Apabila satu pintu mempunyai dua stang, maka masing-masing stang harus
dihitung sedemikian sehingga bisa mengambil 2/3 dari beban maksimum yang
mungkin, termasuk faktor keamanan yang telah disebutkan di atas.
C. Koefisien Gesekan
Perbandingan antara tinggi dan lebar pintu harus lebih kecil dari koefisien
gesekan f antara sisi samping pintu akibat ditarik-keluarnya bagian segi empat
(square). Apabila perbandingan h/b lebih kecil dari pada f, maka diperlukan
dua stang.
Harga-harga koefisien gesekan f disajikan pada tabel berikut
4 - 37
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Koefisien gesekan f
Bergerak Tak bergerak
Bahan yang dipakai
Sedikit Sedikit
kering basah kering basah
dilumasi dilumasi
Besi tuang pada besi tuang 0.5 0.3 0.15 - - 0.2
Besi tuang pada baja 0.2 - - 0.25 - -
Besi tuang pada perunggu 0.2 - - - - -
Baja pada baja 0.15 - 0.1 0.2 - 0.15
Baja pada perunggu 0.11 - 0.1 0.13 - -
Perunggu pada perunggu 0.2 - 0.1 - - 0.12
Kayu pada logam 0.5 0.3 0.2 0.7 0.6 -
Kayu pada kayu 0.4 - 0.1 0.5 - 0.2
Baja pada batu - - - 0.5 - -
Kayu pada batu - - - 0.6 - -
dimana:
G = berat total pintu termasuk stangnya (berat mati)
W = beban gesekan vertikal di dalam alur
W = fH
f = koefisien gesekan
4 - 38
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Untuk dua stang, gaya tarik maksimum pada masing-masing adalah 2/3
dari nominal maupun dari vertikal maksimum.
b). untuk kondisi tidak normal gaya tekan maksimum Pmaks adalah :
tan maks
Pmaks n.(G W ).
tan min
= sudut gesekan
maks = sudut gesekan (gerak) maksimum yang mungkin
min = sudut gesekan minimum (diberi pelumas)
4 - 39
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
b. Puntiran
2..EI
Mk : kondisi Mk ≥ Mw maks
lk
c. Kombinasi tekanan dan puntiran; penekukan puntiran :
M 2
w maks
Pk 1
*
Pk
Mk
1/ 2
P
Mk 1 maks
*
Mk
Mk
dimana:
Pmaks = gaya desak maksimim pada stang, N
Mw maks = puntiran maksimum pada stang,Nm
lk = panjang tekukan, m
E = modulus elastisitas, N/m 2
I = 1/64 d4 (momon lembam), m 4
dk = diameter teras stang, m
4 - 40
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana:
tan 2 = koefisien gesekan antara mur dan dudukan
rn = jarak antara as stang dan bagian tengah dudukan.
dimana:
R = jari-jari roda tangan (m)
P = gaya yang digunakan oleh operator pintu (Newton)
Karena M = M1 + M2, maka gaya P dapat dihitung jika ukuran-ukuran
pekerjaan transmisi sudah diketahui.
b. Dua stang
Momen nominal masing-masing stang untuk mengangkat pintu adalah :
M1 = 1/2(G+W) tan (max + ).rg
Momen gesekan bergantung pada :
Gaya tarik nominal
Koefisien gesekan
Jarak dari beban gesek ke as stang.
4 - 41
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
dimana :
P = gaya maksimum 1 orang N
R = jari-jari roda tangan dari roda kapstan m
0,9 = efisensi akibat kehilangan pada setiap transmisi
0.8 = pengurangan jika roda dioperasikan oleh 2 orang
Momen untuk gerak ulir sama dengan momen dorong kali nilai banding gir.
Nilai banding i, adalah perbandingan antara r.p.m. atau antara diameter
roda gigi. Untuk pintu-pintu yang dioperasikan dengan tangan, nilai
banding gir harus lebih kecil dari 6 atau 7.
n1 D1
i 6 sampai 7
n2 D2
Jika digunakan lebih banyak lagi roda transmisi jumlah nilai banding gir
menjadi :
i = i1+ i2
c. Waktu Pengangkatan
Setelah pekerjaan transmisi selesai direncana, waktu pengangkatan pintu
bisa dihitung. Pada waktu pintu diangkat h dan puncak stang s, ulir
membuat putaran h/s. Jumlah putaran roda tangan tergantung pada nilai
banding gir i dan jumlahnya i x h/s.
Sebuah roda tangan dengan jari-jari 0.30 m dapat membuat 15 – 20 kali
putaran per menit yang memberikan kecepatan putaran 0.63 m/dt. Satu
2.R
putaran roda tangan memerlukan 3 .0 s
0.63
4 - 42
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 43
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Gaya-gaya maksimum dibawah kondisi tidak normal adalah 8 kali harga gaya-
gaya dibawah kondisi normal.
Andaikan ada dua stang Bj 50 (kualitas baja berdasarkan PPBBI 1984) dan
mur perunggu, koefisien gesekan maksimum pada bagian pekerjaan transmisi
ini ialah :
fmaks = tan maks = 0.14 (maks = 8)
Andaikan bahwa koefisien gesekan gesekan f antara pintu dan alur pengarah
adalah 0.40.
4 - 44
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Beban untuk masing-masing stang adalah 2/3 dari jumlah nominal dan beban
maksimum.
Gaya tarik nominal : T = 2/3*15.800 = 10.530 N
Gaya tarik maksimum : T = 2/3 *8*15.800 = 84.270 N
Pada waktu menghitung tekukan, pintu harus dalam keadaan tertutup. Dalam
keadaan demikian, tekukan atau panjang efektif menjadi maksimum : l k =1,70
m. Modulus elastisitas untuk baja adalah E = 210*109 N/m 2. Diameter teras dk
= 44 mm. Momen polar kelembaman didapat dari :
I = .dk 4 /64 = * (44*10-3)4 /64 = 184*10-9 (m 4)
untuk mencek diameter teras kedua stang beban-beban puntiran dan desakan
berikut harus diperhitungkan :
2 EI
a. Tekanan : Pk
l2
4 - 45
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
2. .EI
b. Puntiran : Mk
lk
393,1 2
132.10 1
3
3
143 *10
= 132*103
1/ 2
P
Mk * Mk 1 maks
Pk
1/ 2
116,5 *10 3
143 *10 1 3
132 *10 3
= 49,0*103 Nm
4 - 46
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
T
1/ 4..dk
2
10.530
1/ 4 * 44 *10 3
2
6,93 *10 6 N / m 2
84 .270
1 / 4 * * 44 * 10 3
2
= 55,4*106 n/m 2
2t
tan
2 * 1/ 2(dk t )
2.n.dk
tan tan min
2 * 1 / 2dk n.dk
karena tg min adalah koefisien gesekan f, hubungan antara diameter teras dan
t bisa dinyatakan sebagai :
2n
f
(1 n)
4 - 47
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
atau
f
n
2 . f
Ini berarti bahwa t/dk ≥ *f/(2 - .f) atau t ≥ dk ** f/(2 - .f)
Sudut minimum gesekan min = 5, jadi f = 0,09 dan t < 0,16 d10. Diameter
teras dk adalah 44 mm dan t < 0,16*44 = 7 mm dan s= 2.x t = 8 mm.
Andaikan pada setiap transmisi 10% hilang dan dipakai roda tangan dengan
diameter 0,60 m untuk transmisi itu, maka momen yang digunakan oleh satu
orang (T = 100 N) adalah :
= 1*0,9*0,9*0,30*100 = 24,30 Nm
4 - 48
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Apabila tinggi angkat h = 1.50 m, maka jumlah putarannya adalah 20 per menit
dan ulir 8 mm.
Waktu angkat akan berkurang apabila harga ulir s, dan jumlah putaran
bertambah dan apabila besarnya nilai banding gir i berkurang.
C. Perhitungan tulangan
Dipergunakan beton k 125 b = 40 kg/cm 2
baja U 22 a = 1250 kg/cm 2
n = 30
a
0
b x n
h=d-3=
h
Ca
n.M
b. a
4 - 49
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tulangan tarik
100 .n.w
A .b.h ....cm 2
100 .n
Tulangan minimum 0,25% x d x 100 = cm 2
Dipakai Hw = A= cm 2
Tulangan bagi
A = 20% x Hw = cm 2
Dipakai Vw = A= cm 2
Tulangan miring
Ra
= .................. = ............ kg/cm 2
100 x 7 / 8 x h
4 - 50
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Mq2 = 1/8.q2.l2 =
Rq2 = 1/2 .q2 .l =
Mq3 = 1/8.q3.l2 =
Rq3 = 1/2 .q3 .l =
4 - 51
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
..........
Rp2 =
B
q
Koefisien kejut. C = 1.35 - 0.5. =
q Rp2
C=
Mmax = Mq3 + C.Mp2 =
Dmax = Rg3 + C.Rp2 =
c. Perhitungan tulangan
Mmax =
Dmax =
Dipergunakan beton K 125 b = 40 kg/cm 2
baja U 22 a = 1250 kg/cm 2
n = 30
a
0
b x n
h = ht – 3 =
δ
h
Ca didapat =
n.M
100.n.w =
b. a
’ =
Tulangan tarik
100 .n.w
A .b.h ....cm 2
100 .n
Tulangan minimum 0,25% x d x 100 = cm 2
Dipakai Hw = A= cm 2
Tulangan bagi
A = 20% x Hw = cm 2
Dipakai Vw = A= cm 2
Tulangan miring
D maks
= .................. = ............ kg/cm 2< = 5 kg/cm 2
100 x (7 / 8) x h
4 - 52
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Tabel 4.5 Penampang-penampang dari baja bulat dalam cm 2 untuk lebar plat 100 cm
Jarak Jumlah
Garis tengah dalam mm
as-as batang
dalam cm tiap-tiap m 6 8 10 12 14 16 19 22
7.0 14.29 4.04 7.18 11.22 16.16 21.99 28.73 40.51 54.30
7.5 13.33 3.77 6.70 10.47 15.08 20.52 26.81 37.81 50.81
8.0 12.50 3.53 6.28 9.82 14.14 19.24 25.13 33.45 47.51
8.5 11.76 3.33 5.91 9.24 13.31 18.11 23.65 33.37 44.72
9.0 11.11 3.14 5.59 8.73 12.57 17.10 22.34 31.52 42.23
9.5 10.53 2.98 5.29 8.27 11.90 16.20 21.16 29.86 40.01
10.0 10.00 2.83 5.03 7.85 11.31 15.39 20.11 28.36 38.01
10.5 9.53 2.69 4.79 7.48 10.77 14.66 19.15 27.01 36.20
11.0 9.10 2.57 4.57 7.14 10.28 13.99 18.28 25.78 34.55
11.5 8.70 2.46 4.37 6.83 9.83 13.39 17.48 24.66 33.05
12.0 8.34 2.36 4.19 6.54 9.42 12.83 16.76 23.63 31.67
12.5 8.00 2.26 4.02 6.28 9.05 12.32 16.08 22.69 30.41
13.0 7.70 2.17 3.87 6.04 8.70 11.84 15.47 21.82 29.24
13.5 7.41 2.09 3.72 5.82 8.38 11.40 14.89 21.01 28.16
14.0 7.15 2.02 3.59 5.61 8.08 11.00 14.36 20.26 27.15
14.5 6.90 1.95 3.47 5.42 7.80 10.62 13.87 19.56 26.21
15.0 6.67 1.89 3.35 5.24 7.54 10.26 13.41 18.91 25.34
15.5 6.46 1.82 3.24 5.07 7.30 9.93 12.97 18.30 24.52
16.0 6.25 1.77 3.14 4.91 7.07 9.62 12.57 17.73 23.76
16.5 6.06 1.71 3.05 4.76 6.85 9.33 12.19 17.19 23.04
17.0 5.89 1.66 2.96 4.62 6.65 9.05 11.82 16.68 22.36
17.5 5.72 1.62 2.87 4.49 6.46 8.79 11.49 16.21 21.72
18.0 5.56 1.57 2.79 4.36 6.28 8.55 11.17 15.75 21.12
18.5 5.41 1.53 2.72 4.25 6.11 8.32 10.87 15.33 20.55
19.0 5.27 1.49 2.65 4.14 5.95 8.10 10.58 14.92 20.01
19.5 5.15 1.45 2.58 4.03 5.80 7.89 10.31 14.54 19.49
20.0 5.00 1.41 2.51 3.93 5.65 7.69 10.05 14.18 19.01
Tabel 4.6 Lebar balok minimum (dalam cm) dengan 3 s/d 7 batang dalam 1 baris
(diameter begel 8 jam)
6 12.4 15.5 18.6 21.7 24.8 25 18.1 23.1 28.1 33.1 38.1
8 13.0 16.3 19.6 22.9 26.2 28 19.6 25.2 30.8 36.4 42.0
10 13.6 17.1 20.6 24.1 27.6 32 21.6 28.0 34.4 40.8 47.2
12 14.2 17.9 21.6 25.3 29.0 36 23.6 30.8 38.0 45.2 52.4
14 14.8 18.7 22.6 26.5 30.4 40 25.6 33.6 41.6 49.6 57.6
16 15.4 19.5 23.6 27.7 31.8 45 28.1 37.1 46.2 55.1 64.1
19 16.3 20.7 25.1 29.5 33.9 50 30.6 40.6 50.6 60.6 70.6
22 17.2 21.9 26.6 31.3 36.0
4 - 53
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
- 5 0.15 1.57 0.20 0.39 0.59 0.78 0.98 1.18 1.37 1.57 1.77 1.96
- 6 0.22 1.80 0.28 0.56 0.85 1.13 1.41 1.70 1.98 2.26 2.54 2.83
1/4 6.35 0.25 2.00 0.32 0.63 0.93 1.27 1.58 1.90 2.22 2.53 2.85 3.17
- 7 0.30 2.20 0.38 0.77 1.15 1.54 1.92 2.31 2.69 3.08 3.46 3.65
3/10 7.94 0.39 2.40 0.49 0.99 1.48 1.98 2.47 2.97 3.47 3.90 4.46 4.95
- 8 0.39 2.51 0.50 1.00 1.51 2.01 2.51 3.01 3.52 4.02 4.52 5.09
3/8 9.52 0.54 2.99 0.71 1.42 2.13 2.85 3.50 4.27 4.98 5.69 6.41 7.12
- 10 0.62 3.14 0.79 1.57 2.30 3.14 3.93 4.71 5.50 6.28 7.07 7.80
- 12 0.89 3.77 1.13 2.20 3.30 4.52 5.85 6.79 7.91 9.05 10.18 11.31
1/2 12.7 1.00 3.09 1.27 2.53 3.80 5.07 6.33 7.50 8.87 10.13 11.40 12.67
- 13 1.03 4.08 1.33 2.63 3.98 5.31 6.64 7.96 9.20 10.62 11.95 13.27
- 14 1.21 4.40 1.54 3.08 4.62 6.16 7.70 9.24 10.77 12.32 13.66 15.39
5/9 14.29 1.27 4.40 1.61 3.21 4.82 6.42 8.03 9.64 11.24 12.85 14.45 16.06
- 15 1.38 4.71 1.77 3.53 5.30 7.97 8.84 10.60 12.37 14.14 15.91 17.57
5/8 15.87 1.55 5.00 1.98 3.97 5.96 7.94 9.93 11.91 13.90 15.88 17.87 19.86
- 16 1.58 5.03 2.01 4.02 6.03 8.04 10.05 12.06 14.07 15.08 18.09 20.11
- 18 1.99 5.66 2.54 5.09 7.63 10.18 12.72 15.26 17.81 20.36 22.90 25.45
3/4 19.05 2.22 5.97 2.83 5.67 8.50 11.34 14.18 17.01 19.85 23.08 25.52 28.35
- 20 2.47 6.28 3.14 6.20 9.42 12.57 15.71 18.84 21.99 25.14 28.28 31.42
- 22 2.98 6.91 3.60 7.60 11.40 15.21 19.01 22.81 28.61 30.41 34.21 38.01
7/8 22.22 3.04 6.97 3.87 7.74 11.51 15.48 19.35 23.22 27.09 30.97 34.84 38.71
- 25 3.85 7.85 4.01 9.62 14.73 19.03 24.54 29.45 34.35 39.27 44.18 49.08
1 25.4 3.98 7.96 5.07 10.13 15.20 20.27 25.33 30.40 35.47 40.52 45.60 50.67
- 26 4.13 8.17 5.81 10.62 15.93 21.24 26.55 31.96 37.17 42.47 47.78 53.08
- 28 4.83 8.80 6.16 12.31 18.47 24.63 30.76 36.94 43.10 49.26 55.42 61.55
1 1/10 28.57 5.04 8.99 6.42 12.85 19.27 25.70 32.12 38.54 44.97 51.39 57.62 64.24
- 30 5.51 9.43 7.07 14.14 21.21 28.27 35.34 42.41 49.48 56.55 63.52 70.68
1 1/4 31.75 6.19 9.96 7.89 15.78 23.88 31.57 39.46 47.35 55.25 63.14 71.03 78.92
- 32 6.31 10.05 8.04 16.08 24.13 32.17 10.21 48.26 58.30 64.34 72.38 80.42
- 34 7.10 10.68 9.08 18.15 27.24 36.32 45.40 54.48 63.56 72.63 81.71 90.75
1 1/3 34.92 7.51 10.96 9.57 19.13 28.70 38.26 47.83 57.40 66.96 76.53 86.10 95.65
- 35 7.60 11.00 9.62 19.24 28.86 38.48 48.17 57.73 67.34 76.97 86.59 96.21
- 36 7.99 11.31 10.18 20.36 30.54 40.72 50.90 61.07 71.20 81.43 91.61 101.71
- 38 8.85 11.83 11.34 22.68 34.02 45.36 56.70 68.04 79.38 90.73 102.07 113.41
1 1/2 38.1 8.95 11.87 11.40 22.80 34.20 45.50 57.00 68.40 79.81 91.21 102.61 114.01
- 40 9.85 12.56 12.50 25.13 37.70 50.30 62.83 75.40 87.96 100.53 113.09 125.66
4 - 54
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 55
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 56
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 57
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 58
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 59
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 60
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 61
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 62
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 63
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 64
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 65
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 66
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 67
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 68
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 69
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 70
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 71
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 72
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 73
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 74
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 75
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 76
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 77
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 78
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 79
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 80
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 81
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 82
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 83
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 84
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 85
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
4 - 86
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Source :
a. R.I list: Smithsonian Meteorogical Tables. Smithsonian Institution 1958
Washington
b. R. G. Barry R.E Chambers: A preliminary map of summer albedo over England
and Wale Quarterly journal of the royal meteorogical society Vol. 02. 1966.
London.
c. S. Fritz : The albedo of the ground and atmosphere bulletin American
meterological Society, 1948 vol 29
d. J. Kendo analysis of solar radiation and down wondleng wave radiation data in
Japan, tohuku, university. Geophysics Volume 18,1967
Evaporation from the upper soil is 4 mm/day and 12 mm of water are
available in it
If no rain during 3 days, it will be finished
The amount of 12 mm should be maintained firs before the rain being run
off.
Java = 20% for average conditions for the mixed land
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
k For
0.5 Water
1.0 Vegetated area
MONTH JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
10 N LAT 12.8 13.9 14.8 15.2 15.0 14.8 14.8 15.0 14.9 14.1 13.1 12.4
5 N LAT 13.7 14.5 15.0 15.0 14.5 14.1 14.2 14.6 14.9 14.6 13.9 13.4
0 LAT 14.5 15.0 15.2 14.7 13.9 13.4 13.5 14.2 14.9 15.0 14.6 14.3
5 N LAT 15.2 15.4 15.2 14.3 13.2 12.5 12.7 13.6 14.7 15.2 15.2 15.1
10 N LAT 15.8 15.7 15.1 13.8 12.4 11.6 11.9 13.0 14.4 15.3 15.7 15.8
Lampiran 4
F1 = A X(0.18+0.55 S)
A+0.27
S S S S S S S S S S
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
T A F1 F1 F1 F1 F1 F1 F1 F1 F1 F1
8 0.304 0.124 0.154 0.183 0.212 0.241 0.270 0.299 0.328 0.358 0.387
10 0.342 0.131 0.162 0.193 0.224 0.254 0.285 0.316 0.347 0.377 0.408
12 0.385 0.138 0.170 0.203 0.235 0.267 0.299 0.332 0.364 0.397 0.429
14 0.432 0.145 0.178 0.212 0.246 0.280 0.314 0.348 0.382 0.415 0.449
16 0.484 0.151 0.186 0.222 0.257 0.292 0.327 0.363 0.398 0.433 0.469
18 0.541 0.157 0.193 0.230 0.267 0.304 0.340 0.377 0.414 0.450 0.487
20 0.603 0.162 0.200 0.238 0.276 0.314 0.352 0.390 0.428 0.466 0.504
22 0.671 0.168 0.207 0.246 0.285 0.324 0.364 0.403 0.442 0.481 0.521
24 0.746 0.173 0.213 0.253 0.294 0.334 0.374 0.415 0.455 0.496 0.536
26 0.828 0.177 0.219 0.260 0.302 0.343 0.385 0.426 0.468 0.509 0.550
28 0.917 0.182 0.224 0.267 0.309 0.352 0.394 0.437 0.479 0.521 0.564
30 1.013 0.186 0.229 0.272 0.316 0.359 0.403 0.446 0.489 0.533 0.576
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
Lampiran 5
1/2
F2 = A X B X(0.56 -0.092(e.d) )
A+0.27
ed = h x ea
h h h h h h h h h h
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
T A F2 F2 F2 F2 F2 F2 F2 F2 F2 F2
8 0.304 3.186 2.952 2.783 2.635 2.505 2.388 2.280 2.179 2.085 1.995
10 0.342 3.401 3.137 2.935 2.764 2.614 2.478 2.353 2.237 2.127 2.024
12 0.385 3.641 3.336 3.101 2.904 2.730 2.573 2.428 2.294 2.167 2.048
14 0.432 3.874 3.522 3.252 3.024 2.823 2.642 2.475 2.319 2.174 2.038
16 0.484 4.068 3.669 3.363 3.104 2.877 2.671 2.481 2.305 2.139 1.984
18 0.541 4.309 3.850 3.498 3.201 2.940 2.703 2.486 2.283 2.093 1.919
20 0.603 4.511 3.992 3.594 3.258 2.963 2.695 2.449 2.221 1.982 1.802
22 0.671 4.727 4.139 3.688 3.306 2.970 2.667 2.388 2.128 1.886 1.654
24 0.746 4.899 4.238 3.730 3.302 2.925 2.584 2.270 1.978 1.705 1.446
26 0.828 5.056 4.319 3.750 3.273 2.853 2.471 2.121 1.795 1.489 1.199
28 0.917 5.228 4.401 3.766 3.232 2.759 2.334 1.942 1.577 1.235 0.911
30 1.013 5.345 4.429 3.724 3.131 2.609 2.135 1.699 1.296 0.917 0.556
Lampiran 6
ed = h x ea
h h h h h h h h h h
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
T A F3 F3 F3 F3 F3 F3 F3 F3 F3 F3
8 0.304 1.193 1.060 0.928 0.785 0.663 0.530 0.398 0.265 0.133 0.000
10 0.342 1.279 1.138 0.995 0.796 0.711 0.569 0.427 0.284 0.142 0.000
12 0.385 1.364 1.212 1.061 0.909 0.758 0.606 0.455 0.303 0.152 0.000
14 0.432 1.454 1.292 1.131 0.969 0.808 0.646 0.485 0.323 0.162 0.000
16 0.484 1.534 1.363 1.193 1.022 0.852 0.682 0.511 0.341 0.170 0.000
18 0.541 1.625 1.445 1.264 1.084 0.903 0.722 0.542 0.361 0.181 0.000
20 0.603 1.704 1.515 1.326 1.136 0.947 0.757 0.568 0.379 0.189 0.000
22 0.671 1.789 1.590 1.392 1.193 0.994 0.795 0.596 0.398 0.199 0.000
24 0.746 1.875 1.667 1.458 1.250 1.042 0.833 0.625 0.417 0.208 0.000
26 0.828 1.953 1.736 1.519 1.302 1.085 0.868 0.651 0.434 0.217 0.000
28 0.917 2.027 1.802 1.577 1.352 1.126 0.901 0.676 0.451 0.225 0.000
30 1.013 2.109 1.875 1.641 1.406 1.172 0.937 0.703 0.469 0.234 0.000
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
T 1 1.01 1.02 1.03 1.04 1.05 1.06 1.08 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4
U -1.86 -1.35 -1.28 -1.23 -1.19 -1.15 -1.12 -1.07 -1.02 -0.93 -0.85 -0.79 -0.73 -0.68 -0.63
T 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8
U -0.54 -0.46 -0.4 -0.33 -0.28 -0.22 -0.13 -0.04 +0.04 +0.11 +0.17 +0.24 +0.29 +0.34 +0.39
T 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 9 10 11 12 13 14
U +0.44 +0.55 +0.64 +0.73 +0.81 +0.88 +0.95 +1.01 +1.06 +1.17 +1.26 +1.35 +1.43 +1.50 +1.57
T 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
U +1.63 +1.69 +1.74 +1.80 +1.85 +1.89 +1.94 +1.98 2.02 +2.06 +2.10 +2.13 +2.17 +2.19 +2.24
T 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
U 2.27 2.3 2.33 2.36 2.39 2.41 2.44 2.47 2.49 2.51 2.54 2.56 2.59 2.61 2.63
T 45 46 47 48 49 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68
U 2.65 2.67 2.69 2.71 2.73 2.75 2.79 2.83 2.86 2.9 2.93 2.96 2.99 3.02 3.05
T 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98
U 3.08 3.11 3.13 3.16 3.18 3.21 3.23 3.26 3.28 3.3 3.33 3.35 3.37 3.39 3.41
T 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 220 240 260 280
U 3.43 3.53 3.62 3.7 3.77 3.84 3.91 3.97 4.03 4.09 4.14 4.24 4.33 4.42 4.5
T 300 350 400 450 500 600 700 800 900 1000 5000 10000 50000 80000 500000
U 4.57 4.77 4.88 5.01 5.13 5.33 5.51 5.56 5.8 5.92 7.9 8.83 11.08 12.32 13.74
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
DAFTAR PUSTAKA
2. Prahlad Das (Profesor Design Civil), Design of Tunnels For Water Resources
Development, WRDTC 1975.
3. PT. Indra Karya Consulting Engineers Kerja Sama Dengan PT. Wiratman &
Assosiates, Review Detail Desain Waduk Jati Gede februari 2005.
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
RANGKUMAN
C NFR A
Q
e
mn
Rn xRp
mp
Rx M.S.Nx
M1 M M 2 M
S
1 2
1
2
YTR Yn
Rx X .Sx
Sn
X 2 X X
Sx
n 1
3.1 Arithmatik
Ra Rb Rc
R
n
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
R
RaxFa RbxFb RcxFc
Fa Fb Fc
4. Perhitungan Debit Banjir Rencana
Qx 1
3, 6 rx A
2
Rx 24 3
rx
24 T
Q Aq R
240
Qq A R
240
mn
Rn Rp
mp
BAB 3. Perhitungan Hidrolika
A QV
A 1
2 .(b b 2.h).R A
P
2
V
I 2
k .R 3
A QV
V k .R 3 I
2 1
2
A (n m).h 2
R n 2 m2 1 1
2
.h
R A/ p
Pi = Po (1-sin ) . (r / R) 1sin
- Po = W . H
As.(k 1).c
Pi S
b / 2. sin .
Tr Pi s Pi c Pi A
Tr Pi
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
c.(b 2 a 2 )
P
2.b 2
d .c
P
b / 2. sin
c.(b 2 a 2 )
P
2.b 2
d .c
P
b / 2. sin
mr
E
Pr t
2 2
mr 1 x b a b a
2 2
mc 2 2.b 2
Ec 2
mc 1
t (b 2 a 2 )
Pc
(b 2 a 2 )
10 3
P 70 metres 70 ton / m 2 70 x 4
kg / cm 2 7 kg / cm 2
10
Pc P Pr
r.(b 2 a 2 )
Pw Pw P Pr Pc
2.b 2
c.(b 2 a 2 )
Pq Pq Pw Pr Pc
2.b 2
Pelatihan Ahli Desain Terowongan SDA Perhitungan Desain Terowongan
I t b 2 a 2 m 1
x
Ast at b 2 a 2 b a
t ' t.
b a (m 1. Ast )
(b a)
Ast.st
Pc
a
mr
Pr t '
Er 2 2
m 1 x b a (b a ) / mc
2 2
mc 2 2.b 2
Ec 2
mc 1
10 3
P = 50 meter = 50 ton/ m²= 50 4
kg / cm 2 5 kg / cm ²
10
P Pr 60%
.D3 2
F xWxh
4
F ' D3.L.r
. D 32
xW .h
L 4
.D3.r
.D 2 2
xWxh .D 2.L.c
4
x D32
F xW x h
4
F x D3 x d1 x n x r
x D3 2
xW x h
n 4
x D3 xd1 xn
Tebal kunci = L / n.
x D2 2
F xW x h
4
F x D2 x d 2 x n x r
x D2 2
xW x h
n 4
x D 2 xd 2 xn
Tebal kunci = L / n.