Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ISLAM PADA ABAD MODERN

Dosen pengampu: Nurhasanah Bakhtiar, M.Ag

Nama : Sophie Octavianty


NIM : 11710724594

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 2 C


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2018 M / 1839 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpah
kan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyusun makalah ini
yang berjudul Pendidikan Islam pada Abad Modern. Walau pun dalam proses
penyusunan makalah ini penulis mendapatkan beberapa hambatan dan masalah
tetapi dengan bantuan beberapa pihak dan atas seizin zat yang maha kuasa akhir
nya penulis berhasil menyusun makalah ini.
Makalah ini di buat sebagai tugas kelas semester genap dan juga di
gunakan sebagai pelengkap materi diskusi yang akan di laksanakan ketika jam
pelajaran Sejarah Pendidikan Islam.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, oleh karna itu kritik dan saran dari pembaca sangat
di harapkan dan akan di terima penulis dengan senang hati demi
penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Pekanbaru, 12 Juli 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3

A. Perkembangan Pendidikan Islam di Era Modern 3


B. Latar Belakang Munculnya Renaisans di Eropa 6
C. Dampak Renaisans 9
D. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam 10
E. Tokoh-Tokoh Pembaruan Islam 13
F. Pendidikan Islam di Amerika 21
BAB III PENUTUP 24

A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan
berlangsung hingga sekarang. Di awal periode ini kondisi Islam secara
politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Dan pada pertengahan abad
ke-20M, dunia Islam mulai bangkit dan memerdekakan negerinya dari
penjajahan kolonialisme.
Periode ini dilatar belakangi oleh munculnya renaissance di Eropa. Dan
kejadian tersebut membangkitkan bangsa Barat dari keterpurukan yang
telah lama terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan mereka,
mereka mulai melakukan berbagai riset dan perjalanan ke belahan bumi
yang lain hingga mengalami kemajuan dalam berbagai bidang. Dan
terjadilah perputaran nasib yang hebat dalam kesejarahan umat manusia.
Dengan kekuasaan bangsa barat terhadap lautan, dengan bebas mereka
melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia,
tanpa mendapat hambatan yang berarti dari lawan-lawan mereka. Sehingga
satu persatu Negara Islam mulai jatuh ke dalam genggamannya sebagai
negara jajahan.
Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam kemunduran umat islam dan
mulai membangun untuk kebangkitan Islam. Dan kebangkitan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya
adalah Pertama, timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak
ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Dan
ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan ajarang Islam yang
semestinya. Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang
politik dan peradaban. Hal ini menyadarkan para intelektual muslim yang
meneruskan studinya di Barat atas ketertinggalan umat Islam oleh Barat.

1
Dengan kesadaran umat Islam akan ketertinggalan mereka oleh bangsa
Barat, para intelektual muslim mulai melakukan berbagai upaya untuk
membangkitkan umat Islam dari keterpurukkannya yang diantaranya
melalui bidang pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di era modern?
2. Bagaimana latar belakang munculnya Renaisans di Eropa?
3. Apa dampak dari Renaisans?
4. Bagaimana penjajahan Barat terhadap dunia Islam?
5. Siapa saja tokoh-tokoh pembaruan Islam?
6. Bagaimana pendidikan islam di Amerika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan Islam di era modern
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya Renaisans di Eropa
3. Untuk mengetahui dampak dari Renaisans
4. Untuk mengetahui penjajahan barat terhadap dunia Islam
5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaruan Islam
6. Untuk menegatahui pendidikan Islam di Amerika

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. Perkembangan Pendidikan Islam di Era Modern


Di zaman modern (abad ke-19 sampai dengan sekarang)
hubungan Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman
ini timbul kesadaran dari umat Islam untuk membangun kembali
kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban
melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian, dan penelitian. Umat
Islam mulai mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai oleh Eropa
dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan
Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki
umat Islam.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan “modern” yang berarti
segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari
modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa
lampau. Jadi modernitas adalah suatu pandangan dan sikap hidup dalam
menghadapi kehidupan masa kini.
Untuk mengikuti perkembangan itu, maka pendidikan Islam
harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern.
Pendidikan Islam perlu didesain untuk menjawab tantangan perubahan
zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas
sumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta
mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat .
Akan tetapi dalam menghadapi masalah tersebut, Pendidikan
Islam belum mampu menempatkan dirinya pada posisi yang strategis.
Dampaknya umat Islam sampai sekarang belum bisa berharap banyak
akan munculnya nuansa kreasi baru dan inovasi – inovasi ‘spektakuler’
yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Islam.

3
Seorang Muslim yang memahami karakteristik kehidupan
modern diharapkan dapat melaksanakan ajaran agamanya tanpa dihantui
rasa cemas, takut, gusar, gelisah, atau perasaan bersalah sehingga tidak
memunculkan sikap fundamentalis eksklusif. Modernitas tidak perlu
dihindari karena pada dasarnya tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi
memiliki peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan agama Islam.1
Tantangan pendidikan Islam di zaman modern ini menurut
Daniel Bell saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan
yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya
persaingan bebas dalam dunia pendidikan.
Karena menurut mereka, dunia pendidikan juga termasuk
diperdagangkan , maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada
logika bisnis. Munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada sistem
dan infrastruktur , manajemen berbasis mutu terpadu (Total Quality
Management / TQM) , Inter –preneur University dan lahirnya Undang –
Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) tidak lain, karena
menempatkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan.
Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak hanya ditujukan untuk
mencerdaskan bangsa , memberdayakan manusia atau mencetak
manusia yang saleh, melainkan untuk menghasilkan manusia-manusia
yang Economic minded, dan penyelenggaraannya untuk mendapatkan
keuntungan material.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat.
Kecenderungan ini terlihat dari adanya pengelolaan manajemen
pendidikan yang berbasis sekolah (school based management),
pemberian peluang kepada komite atau majelis sekolah / madrasah

1 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004,
hal.187

4
untuk ikut dalam perumusan kebijakan dan program pendidikan,
pelayanan proses belajar mengajar yang lebih memberikan peluang dan
kebebasan kepada peserta didik, yaitu model belajar mengajar yang
partisipatif, aktif, inovatif, kreaatif, efektif dan menyenangkan.
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated
technology) khususnya Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI)
seperti komputer.
Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan cepat, transparan, tidak dibatasi waktu
dan tempat. Teknologi canggih ini juga telah masuk ke dalam dunia
pendidikan , seperti pelayanan administrasi pendidikan, keuangan,
proses belajar mengajar. Melalui TKI ini para peserta didik atau
mahasiswa dapat melakukan pendaftaran kuliah atau mengikuti kegiatan
belajar dari jarak jauh (distance-learning). Sementara itu , peran dan
fungsi tenaga pendidik juga bergeser menjadi semaacam fasilitator,
katalisator, motivator, dan dinamisator. Peran pendidikan saat ini tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (agent og knowledge).
Keadaan ini pada gilirannya mengharuskan adanya model pengelolaan
pendidikan yang berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI).
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu
suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya
apabila dibantu oleh orang lain. Ketergantungan ini juga terjadi di dunia
pendidikan, adanya badan akreditasi pendidikan baik pada tingkat
nasional maupun internasional, selain dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pendidikan, juga menunjukkan ketergantungan lembaga
pendidikan terhaadap pengakuan dari pihak eksternal. Demikian pula
munculnya tuntutan dari masyarakat agar peserta didik memiliki
ketrampilan dan pengalaman praktis, menyebabkan dunia pendidikan
membutuhkan atau tergantung pada peralatan praktikum dan magang.
Selanjutnya, kebutuhan lulusan pendidikan terhadap lapangan

5
pekerjaannya, menyebabkan ia bergantung kepada kalangan pengguna
lulusan.
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang
kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan
terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu
dari semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan
intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. Tidak hanya itu,
kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga telah
menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban, yaitu budaya
yang serba hedonistik, materialistik, rasional, ingin serba cepat, praktis,
pragmatis dan instan. Kecenderungan budaya yang demikian itu
menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan
masa depan yang baik (diakhirat) kurang diminati. Mereka menuntut
ajaran agama yang sesuai dengan budaya urban. Dalam demikian , tidak
mengherankan jika mata pelajaran agama yang disajikan secara
normatif dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan
zaman. Keadaan ini mengharuskan para guru atau ahli agama untuk
melakukan reformulasi, reaktualisasi, dan kontekstualisasi terhadap
ajaran agama, sehingga ajaran agama tersebut akan terasa efektif dan
transformatif.2

B. Latar Belakang Munculnya Reinaisans


Zaman Renaissance adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance,
bahasaPerancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan
ke-16 M. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang
sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani.

2 Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008,
hal.173

6
Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme.
Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada
abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia.
Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut
ukuran yang dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki ukuran
haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berfikir,
maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan
dunia. Jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme lepas
dari Agama (tidak mau di atur oleh agama), empirisme (zaman kebebasan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan
dalam mengembangkan fikiran.
Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerakan
kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh
ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan
gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional
yang penuh hiasan.
Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul karena
bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang
terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali
dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik
visual dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami
kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra
dan teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya
klasik sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah
akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur
akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad
Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya
sistem stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka
kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat

7
yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama
sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus pada kemajuan diri
sendiri.Antroposentrisme menjadi pandangan hidup
dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya
dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan
semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.3

Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di


Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan
manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad
Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini.
Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah,
menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke
surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan
kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang
dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi,
otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas
dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero
dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah
dan hukum.
Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat.
Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang
digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan
mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan
salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance Leon
Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do
all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk
memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada
sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan
kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral
dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif

3 Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membuat Dunia Modern (Dari


Machiavelli sampai Nietzsche), Jakarta : Erlangga, 2011.

8
dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun,
manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.4

C. Dampak Munculnya Renainsans


Dampak positif :
Dalam berbagai macam ilmu perkembangan bukan main. Seperti
ilmu bahasa, ilmu hayat dan ilmu alam. Metode ini dicari serta di
adapatnya sendiri dan hasilnya mengagumkan. Renaissance ini
mendorong munculnya kebiasaan kegatan intelektual sebagai
petualangan social, bukan untuk mempertahakan ortodoksi. Mansui
pada zaman in mansia yanag merindukan pemikiran yang bebas.
Penemuan ilmu modern sudah mulai dirintis pada masa ini pada zaman
ini. Ilmu penegetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astronomi oleh Copernicus dan Galileo yang merupakan titik
balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Pada zaman renaissance ini manusia barat mulai berpikir secara baru
dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan
gereja yang selama ini membelenggu kebebasan Dallam mengemukaan
kebenaran filsafat dan ilmu. Tradisi-tradisi yang diwariskan oleh
bangasa Yanani kepada bangsa Barat inilah yang melahirkan
kebnagkiatan dan kemajuan bangasa barat dengan begitu cepatnya
dengan kekmampuan akal dana pemikiran dalam memahami gejala yang
ada dalam kehidupanya. Filosofisnya membuat pemikiran manusia
ketingkat mutlak.
Di prancis yang ditandai dengan revolusi prancis, dalam bidanag
filsafat sudah ada tanda-tanda kearah pembaharuan, seprti Descartes,
spinosa, dan Bklais Pascal.
Selain perkembangan di bidanag ilmu dan kekebebasan berpikir yang
melahirkan humanism, rasionalisme, nasionalisme dan absotulisme serta
berani mempersolakan kepercayaan dan pmikiran, renaissance juga
memberikan damapak positif terhadapa bidang laian, diantaranya
adalah:
1. Terbentuknya masayarakat perdagangan yan berdaya maju.
Keadaan ini telah melamhakan kedudukan dan kekuasaan
golongan feudal.
2. Melahirkna tokoh-tokoh pemikir.

4 Herman J. Waluyo, Pengantar Filsafat Ilmu, Salatiga:Widyasari Press. 2007, hal.


108.

9
3. Melahirkan ahli sains dan perubahan
4. Melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat
inquiri sehnigga membawa kepada aktivitas penelajahan dan
pergerakan.
5. Masayarakat berlomba-lomba memasuki kawasan kota dagang dan
kotaindustri. Dan kota beralih fungsi dari kota politis menjadi kota
menjaadi pusat perdagangan dan industry.
6. Munculnya kaum borjuis yang dapat menyaingi kaum bangasawan
dan gereja.5

Dampak Negatif
Selain memiliki damapak negative, renaissance juga melahirkan
dampak negatif, dianataranya adalah :
1. Pada masa itu selain terjadi kebangunan kembali juga tejadi
kebobrokan moral. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatau norma
yang bisa mengatur kehidupan .
2. Pada zaman abad tengah segala sesuatu dilakukan secara kolektif.
Sebalaiknya pada zaman renaissance, segala sesutau dilakukan
secara individu.
3. Pada zaman renaissance, segala sesuatu dilakukan berdasarkan
materi.6

D. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam


Perang Salib adalah peperangan yang dilakukan oleh umat Kristen
Eropa barat ke tanah Timur, sejak dari abad kesebelas sampai abad ke tiga
belas masehi. Untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam dan
mendirikan daulah Kristen Latin di tanah Timur. Dinamakan Perang Salib
karena umat Kristen yang turut dalam peperangan itu memakai tanda salib
sebagai simbul.
Perang Salib I dimenangkan oleh orang Kristen, karena pada waktu itu
kaum muslimin tidak dalam keadaan bersatu, perpecahan terjadi di seluruh
wilayah, juga karena para pemimpin Islam saling bermusuhan, dalam
kondisi yang tidak seimbang inilah kaum muslimin mengalami kekalahan.

5 Fuad Hasan, Filsafat ilmu (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 204.
6 Adi, Filsafat Umum Renaissance, dalam http://adipustakawan.blogspot.com,

10
Perang Salib menjadi awal mula penjajahan Barat terhadap dunia Islam.
Sejak itu lahirlah imperialisme dengan bentuk penindasan, penghisapan,
perbudakan yang merupakan lembaran hitam umat manusia yang hina, keji
dan jahat. Bangsa Barat mempunyai semboyan yang terkenal dengan M3
(Mercenary, Missionary, Military), yaitu keuntungan, penyiaran agama dan
perluasan daerah militer.
Perang Salib membawa keuntungan bagi negara-negara Barat, hal itu
dapat dilihat saat Paus membagi dunia menjadi 2 bagian pada tahun 1493,
yang satu dihadiahkan untuk Spanyol dan yang lain untuk Portugis. Daerah
Demarkasi inilah yang memberikan daerah mulai dari Brazil ke timur,
termasuk Indonesia menjadi milik Portugis. Selain itu juga diberikan
istimewa kepada Portugis dan Spanyol terhadap laut, pulau dan benua yang
telah ditemukan untuk tetap menjadi milik mereka dan anak cucunya. Paus
Alexander VI juga menunjuk ditemukannya emas, rempah-rempah dan
banyak barang berharga yang berjenis-jenis dan bermutu (inter caetero
diciae)
Selain itu penetris Perancis telah berkembang dengan cepat pedagang-
pedagang Perancis mempergunakan kesempatan untuk melaksanakan
keinginannya mendirikan pos-pos perdagangan dan misi-misi perwakilan di
Syria dan Mesir. Kapitulasi-kapitulasi lain yang mengikutinya kemudian
diberikan kepada Inggris dan Belanda serta negara-negara barat lainnya.
Pada abad ke delapan belas perdagangan Eropa tumbuh dengan cepatnya
dan sejumlah koloni dagang sendiri di kota-kota pelabuhan di Syria dan
Mesir.7
Tujuan Misionaris Kristen penjajahan Barat terhadap dunia Islam jelas
sekali terlihat dengan ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir dari
penaklukan geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the end of the
geographical feet is the beginning of the missionary entreprise).

7 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998,
hal 128.

11
Raymundus Lullus, seorang pastor, yaitu seorang pendeta Kristen yang
sangat membenci Islam, selalu bersemboyan dimanapun berada, bahwa
Islam is false and must die (Islam adalah palsu dan harus mati). Oleh karena
itu dimana Islam haruslah direbut melalui dominasi politik dan
dipertahankan untuk kemudian diserbu missi, memisahkan kaum muslimin
dari agamanya dan kemudian diganti dengan Kristen.
Antara gereja dengan imperialisme terdapat manfaat dan saling terpisahkan,
keduanya saling memperoleh manfaat dan saling membantu. Malah pada
abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 rencana salib modern ini dilakukan
dengan teliti melalui kerjasama yang erat antara keduanya.8
Tujuan penjajahan barat terhadap dunia Islam selanjutnya adalah
military atau perluasan daerah militer. Penetrasi barat ke pusat dunia Islam
di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa yang
terkenal yaitu Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu menanamkan
pengaruhnya di India, sedangkan Mesir dapat ditaklukkan Perancis tahun
1789 M.
Semua negara Kristen bersatu tekad hendak menghancurkan kerajaan-
kerajaan Islam. Semangat sabilisme memang tetap tersimpan dalam dada
kaum Nasrani bagaikan api dalam sekam dan semangat fanatisme tidak
pernah lepas, ia tetap hidup dan bergejolak di dalam hati hingga sekarang.
Agama Nasrani selamanya melihat Islam dengan kacamata permusuhan,
kedengkian dan fanatisme keagamaan yang penuh kebencian.
Apalagi ketika kemudian terjadi Perang Dunia I (1915) Turki Usmani
berada dipihak yang kalah. Sampai akhirnya tahun 1919 M, Turki diserbu
tentara sekutu. Sejak itu kebesaran Turki Usmani benar-benar tenggelam,
bahkan tidak lama kemudian kekhalifahan dihapuskan (1924 M). Semua

8 Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1991, hal
89.

12
daerah kekuasaannya yang luas, baik Asia maupun Afrika diambil alih oleh
negara-negara Eropa yang menang perang.9
Selain berupa penaklukan dan penyerangan negara-negara Barat juga
banyak melakukan penindasan, penghisapan dan perbudakan, yang sangat
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Penindasan dilakukan kepada
wilayah-wilayah yang telah dikuasainya untuk mendapatkan kekuasaan
yang lebih besar. Penghisapan terutama pada hasil bumi dan kekayaan alam
negara yang dijajahnya serta perbudakan banyak dialami oleh orang-orang
Islam yang wilayahnya telah jatuh ke tangan negara-negara Barat.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, yang
merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu, justru menjadi
ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal
memancapkan kekuasaannya karena kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih
lemah sehingga mudah dapat ditaklukkan.10

E. Tokoh-Tokoh Pembaruan Islam


1. Tokoh Pembaruan Islam di Kawasan Timur
a) Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani lahir di As’adabad, dekat Kanar di
Distrik Kabul, Afghanistas tahun 1839 dan meninggal di Istambul
tahun 1897.11 Tetapi penelitian para sarjana menunjukkan bahawa
ia sebenarnya lahir di kota yang bernama sama (As’adabad) tetapi
bukan di Afghanistan, melainkan di Iran. Ini menyebabkan banyak
orang, khususnya mereka di Iran lebih suka menyebut pemikir
pejuang muslim modernis itu Al-As’adabi, bukan Al-Afghani,
walaupun dunia telah terlanjur mengenalnya sebagaimana

9 Hamka, Sejarah Umat Islam II, Jakarta, Bulan Bintang, 1981, hal 137
10 A. Latif Osam, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta, Widjaya, 1976, hal. 201.
11 Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, hal 130.

13
dikehendaki oleh yang bersangkutan sendiri, dengan sebutan Al-
Afghani.12
Menurut Afgany, ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan
suatu bangsa, dan ilmu pula sebenarnya yang berkuasa di dunia ini
yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu juga yang
mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang
menyebabkan penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat
menurutnya merupakan ilmu yang laping teratas kedudukannya di
antara ilmu-ilmu yang lain.13
Selain itu beliau juga dikenal sebagai pejuang prinsip egaliter
yang universal. Salah satu gagasannya adalah persamaan manusia
antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya keduanya mempunyai
akal untuk berpikir, maka tidak ada tantangan bagi wanita bekerja di
luar jika situasi menginginkan.14
Ini membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat
prioritas utama agar umat Islam bisa bangkit dari keterpurukan
menuju kemajuan. Dalam hal menuntut ilmu tidak dibatasi kepada
laki-laki saja melainkan perempuan pun harus ikut andil dalam
bidang pendidikan tersebut.
b) Tahtawi
Al-Tahtawi memiliki nama lengkap Rifa’ah Badawi Rafi’ al-
Tahtawi, ia merupakan pembawa pemikiran pembaharuan yang
besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19. Ia lahir
di Tahta pada tahun 1801, Tahta merupakan kota yang berada di
bagian selatan mesir dan wafat pada tahun 1873 di kairo. Ketika
Muhammad Ali mengambil alih kekayaan di Mesir, harta orang tua

12 Eka Yanuarti.Kumpulan Materi Pemikiran Modern Dalam Islam.hal 203


13 Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Cet. II; Jakarta: Logos, 1999),
hal. 158.
14 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia,( Jakarta:
Djambatan, 1992.), hal. 300.

14
al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu dan ia
terpaksa menempuh pendidikan masa kecilnya oleh bantuan dari
keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun al-Tahtawi memutukan
untuk melanjutkan studinya ke al-Azhar dan pada tahun 1822 ia
menyelesaikan studinya.
Di antara pendapat baru yang dikemukakannya adalah ide
pendidikan yang universal. Sasaran pendidikannya terutama
ditujukan kepada pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki
dan perempuan di tengah masyarakat. Menurutnya, perbaikan
pendidikan hendaknya dimulai dengan memberikan kesempatan
belajar yang sama antara pria dan wanita, sebab wanita itu
memegang posisi yang menentukan dalam pendidikan. Wanita yang
terdidik akan menjadi isteri dan ibu rumah tangga yang berhasil.
Mereka yang diharapkan melahirkan putra-putri yang cerdas.15
Bagi al-Tahtawi, pendidikan itu sebaiknya dibagi dalam tiga
tahapan. Tahap I adalah pendidikan dasar, diberikan secara umum
kepada anak-anak dengan materi pelajaran dasar tulis baca,
berhitung, al-Qur’an, agama, dan matematika. Tahap II, pendidikan
menengah, materinya berkisar pada ilmu sastra, ilmu alam, biologi,
bahasa asing, dan ilmu-ilmu keterampilan. Tahap III, adalah
pendidikan tinggi yang tugas utamanya adalah menyiapkan tenaga
ahli dalam berbagai disiplin ilmu.16
Dalam proses belajar mengajar, al-Tahtawi menganjurkan
terjalinnya cinta dan kasih sayang antara guru dan murid, laksana
ayah dan anaknya. Pendidik hendaknya memiliki kesabaran dan
kasih sayang dalam proses belajar mengajar. Ia tidak menyetujui
penggunaan kekerasan, pemukulan, dan semacamnya, sebab
merusak perkembangan anak didik.

15 Tim Penyusun Text Book Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Alauddin.Sejarah
dan Kebudayaan Islam. (Ujungpandang: IAIN Alauddin, 1993.) hal, 220
16 Ibid, hal. 221

15
c) Muhammad Abduh
Syekh Muhamad Abduh bernama lengkap Muhammad bin
Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau dilahirkan di desa Mahallat
Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850 M/1266 H,
berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya dan bukan pula
keturunan bangsawan.
Pendidikan Muhammad Abduh dimulai dari Masjid al-Ahmadi
Thantha (sekitar 80 Km. dari Kairo) untuk mempelajari tajwid Al-
Qur'an. Setelah dua tahun berjalan di sana, pada tahun 1864 ia
memutuskan untuk kembali ke desanya dan bertani seperti saudara-
saudara dan kerabatnya. Waktu kembali ke desa inilah ia
dikawinkan.
Menurut Abduk, pendidikan merupakan lembaga yang paling
strategis untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial
secara sistematis. Gagasannya yang paling mendasar dalam sistem
pendidikan adalah bahwa ia sangat menentang sistem dualisme.
Menurutnya, dalam lembaga-lembaga pendidikan umum harus
diajarkan agama. Sebaliknya, dalam lembaga-lembaga pendidikan
agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern.
Usaha yang dilakukan oleh Abduh dalam mewujudkan gagasan
pembaharuannya adalah melalui Universitas al-Azhar. Menurutnya,
seluruh kurikulum pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan saat
itu. Ilmu-ilmu filsafat dan logika yang sebelumnya tidak diajarkan,
dihidupkan kembali. Demikian juga dengan ilmu-ilmu umum perlu
diajarkan di al-Azhar.17
Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern ke lembaga-
lembaga pendidikan agama dan sebaliknya, dimaksudkan untuk
memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli

17 A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, t.th.), hal. 181.

16
modern, dan diharapkan kedua golongan ini bersatu dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di zaman modern.
d) Rasyid Redha
Nama lengkap Muhammad Rasyid Rida adalah al-Sayyid
Muhammad Rasyid Rida ibn Ali Rida ibn Muhammad Syamsuddin
ibn al-Sayyid Baharuddin ibn al-Sayyid Munla Ali Khalifah al-
Baghdadi.[10] beliau dilahirkan di Qalmun, suatu kampung sekitar 4
Km dari Tripoli, Libanon, pada bulan Jumadil ‘Ula 1282 H (1864
M). Dia adalah seorang bangsawan Arab yang mempunyai garis
keturunan langsung dari Sayyidina Husain, putra Ali ibn Abi Thalib
dan Fatimah putri Rasulullah saw.18
Pada tahun 1898 M. Muhammad Rasyid Rida hijrah ke Mesir
untuk menyebarluaskan pembaharuan di Mesir. Dua tahun
kemudian ia menerbitkan majalah yang diberi nama “al-Manar”
untuk menyebar luaskan ide-idenya dalam usaha pembaharuan.
e) Qasim Amin
Qasim Amin di lahirkan di kota Cairo paada tahun 1863, dari
seorang ayah Muhammad Beik Amin yang berdarah Turki dan
Ibundanya berdarah Mesir Kelahiran Sha’id. Keluarga Muhammad
Beik berasal dari keluarga penguasa negara dan tergolong kaya.
Qasim Amin ialah sosok intelektual Mesir yang memiliki basis
pendidikan dan pergaulan yang luas, perjalanannya pun mulai dari
Dunia Arab khas Timur Tengah hingga dunia Eropa dan Amerika
yang metropolis. Qasim Amin bisa diandaikan sebagai “ikon” yang
begitu getol memperjuangkan terciptanya peradaban baru islam
yang berbingkai keadilan, kesetaraan dan kemuliaan bagi laki-laki
dan perempuan sekaligus.
f) Thaha Husein
Thaha Husein dilahirkan tahun 1889 M. di Izbat al-Kilu. Ketika
berumur dua tahun telah terkena penyakit optualmia (kebutaan),
penyakit yang biasa menyerang anak-anak ketika itu, namun
penyakit tersebut tidak menghalanginya menuntut ilmu. Ia belajar
al-Quran dan dapat menghafalnya pada usia sembilan tahun.

18 Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu al-Quran / Tafsir, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1994), hal. 280.

17
Untuk meningkatkan intelektual umat Islam, beliau melihat
bahwa perguruan tinggi adalah sarana terbaik mencetak ilmuwan
dan tenaga ahli yang diharapkan melakukan perubahan-perubahan
fundamental yang dapat memajukan Mesir yang saat itu masih
berada pada kondisi yang memprihatinkan dan terkebelakang dalam
berbagai bidang khususnya pendidikan, di banding dengan Dunia
Barat.
Menurut beliau, universitas tersebut mencerminkan intelektual,
keilmiahan, dan memiliki metode analisis modern. Kemerdekaan
intelektual dan kemerdekaan jiwa menurutnya hanya bisa diperoleh
melalui kemerdekaan ilmu dan intelektual.19
Untuk mendapatkan kemerdekaan ilmu dan intelektual, maka
beliau menegaskan agar sistem pendidikan Mesir harus didasarkan
pada sistem dan metode Barat sejak tingkat menengah sampai ke
Perguruan Tinggi, demikian juga metode penelitiannya.
Gagasan Thaha Husain ini memiliki arti penting bagi kemajuan
ilmu pengetahuan di Mesir karena mampu melahirkan inovasi-
inovasi baru dalam bidang pendidikan dan di sinilah muncul
kemampuan belajar efektif dalam belajar yang sesungguhnya.
2. Tokoh Pembaruan Islam di Turki
a) Sultan Mahmud II
Kegagalan Sultan Sanlim III tidak menyulutkan penggantinya
Sultan Mahmud II untuk mengadalan pembaharuan. Pada tahun
1826 Sultan Mahmud II membentuk korp tentara baru di luar
Jeniseri dan menggunakan instruktur dari Mesir tidak berasal dari
Eropa agar tidak direspon negatif oleh ulama dan segera
membubarkan.
Jeniseri serta melarang Tarekat Bektasy, mengadakan
penghapusan wajir agung diganti dengan perdana menteri, wajir
agung pada saat itu dipegang oleh syaikh al-Islam, pembaharuan
sistem hukum yang memberlakukan hukum sekuler di samping
hukum syari’ah, peradilan syariah diserahkan kepada syaikh al-
Islam sedangkan peradilan sekuler diserahkan kepada Majlich-I
Ahkam-I Adliye, dan pembaharuan di bidang pendidikan dengan

19 Syahrin Harahap, Al-Qur’an dan Sekularisasi (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana


Yogya, 1994), hal. 99

18
membentuk sekolah umum ( Mekteb-I Ma’arif) dan sekolah sastra (
mekteb-i ‘Ulum-u Edebiye).20
b) Tanzimat
Sepeninggal Sultan Mahmud II, gerakan pembaharuan dilakukan
oleh Abdul Majid (1839-1861) dengan perdana menteri Rasyid
Pasya. Periode ini disebut masa Tanzimat yang mengandung arti
peraturan dan perundang-undangan baru. Tokoh-tokoh Tanzimat
antara lain: Rasyid Pasya, Mehmed Sadik Rifat Pasya, dan
Muhammad Ali Pasya dan Fuad Pasya.
Diantara beberapa peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan pada masa tanzimat antara lain:21
1) Piagam Hatt-I Sherif Gulhane tahun 1839 sebagai dasar
pembaharuan di bidang administrasi, perpajakan, hukum,
pendidikan, kau minoritas dan militer yang menyebabkan
perang di Crimea akibat penolakan kaum ulama akibat
dari reduksi peran ulama.
2) Piagam Hatt-I Humayun ( 1856 M) yang mengakomodir
hak-hak minoritas. Piagam ini mendapat reaksi keras dari
ulama dan kelompok penduduk yang berpendidikan Barat
yang tergabung dalam Usmani Muda.
c) Utsmani Muda
Usmani Muda merupakan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan absolut
menjadi pemerintahan yang konstitusional. Tokoh Usmani muda
antara lain Mihdat Pasya, Ziya Pasya, dan Nanik Kemal.
Kematian Perdana Menteri Ali Pasya ( 1871 M) menandai
berakhirnya Tanzimat, gerakan pembaharuan diganti oleh kelompok
Usmani Muda yang berhasil menurunkan secara paksa Sultan Abdul
Aziz pada tahun 1876 melalui fatwa Syaikh al-Islam dan diganti
oleh Murad V yang mendapat dukungan Usmani Muda. Akan tetapi
karena Murad V dianggap tidak berhasil memimpin Turki Usmani
dan dianggap sakit mental oleh Syaikh al-Islam di kemudian hari,
maka diganti oleh S sultan Abdul Hamid ( 31 Agustus 1876) dan

20 H.M. Yusran Asmuni. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan


dalam Dunia Isam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 3
21 Ahmad Amin, Islam dari Masa ke masa, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 283

19
perdana menterinya Mihdat Pasya salah seorang tokoh Usmani
Muda.22
Usmani Muda dalam pembaharuannya terbagi kepada 2 partai
ditinjau dari segi liberalisnya. Usmani Muda pertama liberal yang
menghendaki sistem pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah (
desentralisasi), kedua Usmani muda yang tergabung dalam partai
Ittihadi ve Terekki, pemenang pemilu 1908 yang ingin
mempertahankan sistem pemerintahan sentralistik. Dan pada tahun
1912 M, partai tersebut juga tampil sebagai pemenang yang
melibatkan diri Turki Usmani dalam perang Balkan bersama Jerman
dengan harapan menjadi media untuk merebut kembali daerah-
daerah yang sudah memerdekakan diri sebelumnya dalam sistem
pemerintahan federasi. Diantara negara yang sudah memerdekakan
diri dari Turki Usmani Bulggaria,Austria, Yunani, Bosnia dan
Herzegivina.
d) Turki Muda
Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan
Usmani Muda, maka Sultan Abdul Hamid memerintah dengan
kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara dan menulis
tidak ada. Dalam suasana yang demikian timbullah gerakan oposisi
terhadap pemerintah yang obsolut Sultan Abdul Hamid sebagaimana
halnya di zaman yang lalu dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan
oposisi dikalangan perguruan tinggi, mengambil bentuk
perkumpulan rahasia, dikalangan cendekiawan dan pemimpin-
pemimpinnya lari ke luar negeri dan disana melanjutkan oposisi
mereka dan gerakan di kalangan militer menjelma dalam bentuk
komite-komite rahasia. Oposisi berbagai kelompok inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Turki Muda.Tokoh-tokoh Turki
Muda, antara lain adalah Ahmad Riza (1859-1930), Mehmed Murad
(1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1887-1948).
e) Kemal At-Turk
Mustafa Kemal lahir pada 1881 di suatu daerah di Salonika.
Sering dikenal dengan nama Mustafa Kemal Pasya. Dan dikenal
juga dengan Mustafa Kemal Attaturk (Bapak Bangsa Turki). Beliau
juga mendapat julukan Ghazi, artinya sang pembela keyakinan.

22 John J. Donohue, John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan, Jakarta: Raja


Grafindo Persada, hal. 144-145

20
Julukan ini diberikan ketika beliau dengan gemilang membawa
Turki kepada kemenangan dalam perang kemerdekaan melawan
Yunani, Mustafa Kemal dielu-elukan dan dipanggil dengan gelar
kehormatan Ghazi. Ayahnya bernama Ali Riza, seorang juru tulis
rendahan di salah satu kantor pemerintahan di kota itu. Beliau
sempat mencoba lari dari kemalangan hidupnya dengan cara
menegak racun. Sedangkan Ibunya bernama Zubayde, seorang
wanita sholihah. Ali Riza meninggal saat Mustafa Kemal berusia
tujuh tahun sehingga ia kemudian diasuh oleh ibunya.[22]
Sejak kecil, Mustafa Kemal memiliki bakat untuk selalu
memberontak terhadap segala keadaan yang tidak berkenan di
hatinya. Ia secara brutal menentang peraturan apapun. Bahkan, tanpa
malu-malu ia sering memaki-maki gurunya saat bersekolah.
Sehingga suatu hari pernah ditampar salah satu gurunya karena sang
guru sudah kehilangan kesabaran menghadapi perilaku Mustafa
Kemal. Dan akibatnya, Mustafa Kemal kecil lari dan tidak mau
masuk sekolah lagi.

F. Pendidikan Islam di Amerika


Pada awal perkembangannya persekolahan di Amerika telah dimulai
sejak zaman penjajahan. Persekolahan ketika itu bersifat elitis dan
berorientasi pada agama. Masyarakat yang berada pada lapisan sosial-
ekonomi bawah hanya boleh mengenyam pendidikan di “sekolah ibu”, yaitu
suatu sekolah yang mengajarkan membaca, menulis, berhitung, dan agama.
Sedangkan masyarakat pada lapisan sosial-ekonomi atas dipersiapkan untuk
menjadi pemimpin gereja, pemimpin masyarakat, ataupun pemimpin negara
melalui sekolah latin dan colleges. Pada masa itu anak wanita tidak
mempunyai kebebasan untuk bersekolah suatu bentuk nyata diskriminasi
gender yang terjadi di banyak negara yang sedang terjajah.
Rakyat Amerika berhasil memperoleh kemerdekaannya dan membentuk
negara Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Iklim kemerdekaan ini berdampak
pada perubahan pola pendidikan di Amerika. Pendidikan yang bersifat elitis
diubah. Pada masa ini muncullah gerakan Public School yang bersifat

21
terbuka untuk semua anak kulit putih baik pria maupun wanita. Public
School dibentuk dan dirancang untuk membentuk kompetensi dan
keterampilan dasar warga negara. Upaya pengembangan Public School
telah menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Sebagian masyarakat
setuju dengan campur tangan dan intervensi pemerintah dalam
pengembangan Public School, namun sebagian lagi menolaknya. Kelompok
masyarakat yang kontra tersebut berpendapat bahwa campur tangan
pemerintah justru akan menghambat perkembangan Public School itu
sendiri. Kegiatan pendidikan di Amerika tidak terhenti sampai disini saja.
Sejarah panjang mewarnai kegiatan pendidikan di negeri Paman Sam
tersebut. Tiga periode reformasi pendidikan berikut ini akan mengisi catatan
panjang sejarah pendidikan Amerika. Ketiga periode reformasi pendidikan
tersebut adalah gerakan sekolah umum pada tengah abad 19, alam
progressive pada awal abad 20, dan gerakan fermentaso generasi terakhir.
Setiap periode selalu mempertanyakan dan mengubah pola-pola pendidikan
yang telah ada.
Pada abad 19 public school tersebar luas di seluruh Amerika, namun
ironisnya tenaga pendidik dan fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan
ketika itu sangat minim. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah
reformasi di bidang pendidikan yang berhasil memunculkan gerakan yang
bisa mempersatukan kelompok-kelompok sosial yang berbeda
keinginannya. Keberhasilan gerakan tersebut mendukung perkembangan
Public School. Pada tengah abad 19 ini Public School dirancang untuk
memberikan pendidikan dasar umum sehingga lulusannya diharapkan
mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik dan dapat memasuki dunia
kerja.
Pada zaman progressive terjadi sentralisasi pengawasan dan elaborasi
dalam sistem pendidikan Common School. Para ahli pendidikan
menggunakan kekuatan negara untuk memperkuat posisi, misalnya untuk
memperoleh sertifikasi, dana, standarisasi fasilitas dan kurikulum. Pada

22
masa ini muncul pemikiran bahwa Common School tidak hanya membekali
siswanya dengan pendidikan dasar di bidang 3 R (reading, writing,
aritmathic) dan pendidikan moral saja, tetapi juga diharapkan mampu
menyiapkan siswa secara langsung agar dapat melakukan peranan dalam
hidup bermasyarakat, sehingga disini sekolah merupakan suatu lembaga
yang menjadi pintu gerbang untuk mengarahkan siswa ke arah dunia kerja.
Gerakan fermentaso generasi terakhir dalam sejarah pendidikan
Amerika diawali pada 1958 sampai tengah tahun 1970-an. Pada masa ini
terjadi reformasi di bidang pendidikan yang berciri lebih menekankan
fungsi daripada tujuan pendidikan. Sentralisasi kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan semakin bertambah sebagai akibat dari reformasi
pendidikan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi-
organisasi guru tumbuh, makin berpengaruh, dan memperoleh kekuatan
politik. Hal itu menyebabkan guru bersatu untuk menuntut perbaikan
ekonomi dan sosial.
Pada awal tahun 1980-an peminat public school merosot. Ketika itu
public school menghadapi suatu krisis kepercayaan umum dan moral
profesional yang rendah. Masyarakat menghendaki terjadinya perubahan-
perubahan pada public school, namun para pengambil keputusan seringkali
kurang memahami public education itu sendiri, sehingga mereka tidak
dapat menentukan prioritas untuk memperbaiki lembaga ini (public school).
Reformasi datang dan pergi silih berganti, tetapi pemecahan rasional yang
dilakukan tidak menggarap masalah yang sebenarnya.

23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan
Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul
kesadaran dari umat Islam untuk membangun kembali kejayaannya.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan “modern” yang berarti segala
sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari
modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa
lampau.
Zaman Renaissance adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance,
bahasaPerancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15
dan ke-16 M.
Tujuan Misionaris Kristen penjajahan Barat terhadap dunia Islam
jelas sekali terlihat dengan ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir
dari penaklukan geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the
end of the geographical feet is the beginning of the missionary
entreprise).
Pada awal perkembangannya persekolahan di Amerika telah dimulai
sejak zaman penjajahan. Persekolahan ketika itu bersifat elitis dan
berorientasi pada agama.

B. Saran
Semoga makalah yang disampaikan dapat menambahkan ilmu untuk
semua dan dapat

24
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Filsafat Umum Renaissance, dalam http://adipustakawan.blogspot.com
Amin, Ahmad. 1991. Islam dari Masa ke Masa.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Amin, Qasim. 2003 Sejarah Penindasan Perempuan, Menggugat Islam Laki-
Laki, Menggurat Perempuan Baru, .Yogyakarta: IRCiSoD.
Asmuni, Yusran. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan
dalam Dunia Isam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Athaillah, A. 1990. Aliran Akidah Tafsîr al-Manar, Banjarmasin: Balai
Penelitian IAIN Antasari.
Donohue, John J., John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam II. Jakarta: Bulan Bintang.
Hanafi, A. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, t.th.
Harahap, Syahrin. 1994. Al-Qur’an dan Sekularisasi .Cet. I; Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
Hardiman, Budi. 2011. Pemikiran-Pemikiran yang Membuat Dunia Modern
(Dari Machiavelli sampai Nietzsche). Jakarta: Erlangga.

Hasan,Fuad. 2010. Filsafat ilmu. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Mufradi, Ali. 1999. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab .Cet. II; Jakarta:
Logos.
Nasution,Harun. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Osam, A. Latif. 1976. Ringkasan Sejarah Islam.Jakarta: Widjaya.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah.1992. Ensiklopedi Islam


Indonesia,Jakarta: Djambatan
Tim Penyusun Text Book Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Alauddin. 1993.
Sejarah dan Kebudayaan Islam. Ujungpandang: IAIN Alauddin.
Waluyo, Herman J. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Salatiga: Widyasari Press.
Yanuarti, Eka.Kumpulan Materi Pemikiran Modern Dalam Islam.
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Budaya Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai