Anda di halaman 1dari 10

AKREDITASI PUSKESMAS

# 1. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : LOKAKARYA

Ini adalah tahapan paling awal yang dilakukan oleh tim pendamping akreditasi puskesmas. Dalam
tahapan lokakarya yang di bahas dan di diskusikan adalah

1. Gambaran umum tentang akreditasi puskesmas.


2. Manfaat yang di dapat puskesmas.
3. Apa saja peran puskesmas dan stakeholder lainnya.
4. Pemahaman tentang kebijakan akreditasi puskesmas.
5. Kerangka konsep akrediatasi.
6. Membangun komitmen pimpinan dan seluruh staf puskesmas.
7. Pembentukan panitia dan pokja yang akan membantu akreditasi puskesmas ( pokja ADMEN,
pokja UKM, pokja UKP serta tim auditor ).
8. Penandatanganan kesepakatan bersama sebagai bentuk komitmen bersama. Seluruh peserta
yang hadir menandatangani lembar kesepahaman tanpa terkecuali.

Lama pelaksanaan lokakarya ini adalah 1 ( satu ) hari. Yang di undang dalam kegiatan ini adalah
lintas sektor, Camat, Lurah, Kepala desa, LSM, BPD, organisasi masyarakat, seluruh staf
puskesmas serta tokoh masyarakat.
Di dalam pertemuan lokakarya ini hendaknya di tindaklanjuti dengan pemilihan anggota tim Mutu
akreditasi Puskesmas. Langsung menyusun struktur organisasi tim mutu. Baik itu pemilihan ketua
tim mutu beserta perangkatnya. Pemilihan ketua pokja dan penanggung jawab masing masing bab
( terdiri dari 9 bab ) serta tim auditor.

Selanjutnya ditentukan dan di sepakati jadwal kegiatan selanjutnya.

# 2. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : WORKSHOP

Definisi workshop ini adalah tim pendamping akreditasi puskesmas memandu dalam memahami
standar dan instrumen penilaian. Di dalam elemen penilaian terdapat 42 standar, 168 kriteria dan
776 elemen penilaian ( EP ). Tetapi tentunya tidak semuanya di bahas di dalam workshop ini tetapi
tim pendamping cukup membahas beberapa EP lalu memberikan teknik dan trik dalam
menyelesaikan setiap EP yang ada.

Peserta : seluruh staf puskeskas terlebih lagi tim yang sudah di bentuk pada saat lokakarya.
Waktu pelaksanaan : 2 hari. Disampaikan juga materi tentang tatalaksana Self Assesment, audit
internal dan pasien safety dan K3.
Tindaklanjut :
1. Pembagian tim untuk Self Assesment. Tim untuk pelaksanaan elf assesment ini berlaku silang.
Misalnya tim UKM melakukan assesment ke timUKP begitu juga sebaliknya. Tidak boleh
timnya sendiri melakukannya untuk timnya sendiri ( baca pada teknis Self Assesment ).
2. Persiapan Self Assesment. Persiapan tekhnis Self Assesment.
3. Tim masing-masing pokja di berikan tugas ( pada hari pertama ). Tugas nya berupa
menyelesaikan EP yang ada dengan membuat tabel apa yang dikerjakan dan dokumen apa
yang harus disiapkan.

# 3. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : SELF ASESSMENT

Pengertian self asessment adalah menilai diri sendiri. Dalam hal ini puskesmas menilai dirinya
sendiri berdasarkan elemen penilaian yang ada. Setiap elemen penilaian diberikan skor sesuai
dengan kondisi yang ada. Teknisnya adalah setiap pokja tidak boleh menilai dirinya sendiri.
Harus cross.Misal, pokja UKM menilai pokja UKP atau sebaliknya.
Berikut ini beberapa fungsi atau manfaat dilakukannya Self Assesment di puskesmas akreditasi
adalah

1. Menganalisis kondisi awal Puskesmas. Melihat kondisi atau memotret kondisi awal
puskesmas berdasarkan instrumen akreditasi. Berapa skor real yang di dapat puskesmas.
Kuncinya adalah berikan nilai serendah rendahnya agar mendapat rekomendasi dan
perbaikan.
2. Menemukan fakta-fakta & rekomendasi untuk perbaikan terkait kelengkapan persyaratan
akreditasi. Setelah menemukan fakta yang ada seyogya nya diberikan rekomendasi perbaikan
atau kelengkapan dalam setiap elemen penilaian yang bernilai 0 ( nol ) dan 5 ( lima ).
3. Setelah mendapat rekomendasi perbaikan hendaknya di lakukan pembahasan setiap
pokja yang ada dipimpin oleh ketua tim mutu.
4. Kemudian mapping dokumen yang belum ada atau yang belum tersedia agar dilengkapi.
5. Penyusunan rencana aksi Misalnya ada rapat per pokja atau rapat internal tim mutu.

# 4. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : PENYUSUNAN


DOKUMEN

Sampai pada tahapan penyusunan dokumen ini. Tim pendamping akreditasi dapat menyampaikan
panduan atau cara dalam pembuatan Surat Keputusan ( SK ), standar operasional prosedur ( SOP
), kerangka acuan kerja ( KAK ), pedoman dan dokumen manual mutu puskesmas. Tim
pendamping dapat memberikan contoh dokumen yang sudah ada.
Dalam tahapan ini pula hendaknya di identifikasi dokumen yang di butuhkan dalam menyelesaikan
setiap elemen penilaian, penyiapan tata naskah, sarana dan prasarana, penyiapan dokumen internal
dan external, penataan dokumen lalu di tindaklanjuti dengan pengendalian dokumen dan perbaikan
sistem yang ada di puskesmas.

Akan ada banyak rapat pada tiap-tiap pokja dalam menyelesaikan penyusunan dokumen.
Saran saya : hendaknya setiap anggota tim mutu dapat membaca kembali setiap EP yang ada. Jadi
bila ada dalam EP tersebut dapat di satukan. Maka hendaknya kegiatan penyiapan dokumennya di
satukan saja guna menghemat waktu dan daya upaya puskesmas.
Beberapa dokumen diantaranya perlu disiapkan selain dokumen yang diminta oleh setiap EP,
sebagai berikut :
1. Dokumen internal, meliputi : kebijakan, manual mutu, rencana lima tahunan, perencanaan
tingkat puskesmas ( PTP ) tahunan, pedoman atau panduan, kerangka acuan kerja program,
standar operasional prosedur ( SOP ), rekam implementasi.
2. Dokumen external, meliputi : peraturan perundangan dan pedoman-pedoman yang
diberlakukan oleh kemenkes, dinkes prop/kab/kota dan organisasi profesi yang merupakan
acuan bagi FKTP dalam menyelenggarakan administrasi manajemen.

# 5. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : IMPLEMENTASI

Tahapan yang ke 4 ( empat ) adalah implementasi. Ini merupakan tahapan pelaksanaan dalam setiap
elemen penilaian yang ada. Tahapan menentukan untuk proses akreditasi puskesmas. Jadi yang
terdapat dalam elemen penilaian wajib dilakukan atau dikerjakan. Sembari melakukan kegiatan
dalam elemen penilaian sekaligus penyiapan dokumen. Lama waktu pelaksanaan implementasi ini
adalah 3 – 4 bulan.

Implementasi ini dilakukan sesuai dengan kebijakan, manual mutu, pedoman, kerangka acuan dan
SOP yang sudah di rencanakan dalam setiap elemen penilaian yang ada.
Ringkasaannya dalam implementasi adalah dilakukan sosialisasi standar sesuai dengan elemen
penilaian di tiap pokja, pelaksanaan kegiatan sesuai standar, berjalannya monitoring proses dan
evaluasi.

Dan sebagai tindaklanjutnya dapat pula dilakukan rapat tinjauan manajemen ( RTM ), tindakan
perbaikan dan pencegahan dan inovasi pelayanan.

# 6. TAHAPAN PERSIAPAN AKREDITASI PUSKESMAS : PENILAIAN PRA –


SURVEY

Kegiatan ini merupakan tahapan ke 6 ( enam ) dalam proses akreditasi puskesmas. Pada tahapan
ini tim pendamping akreditasi melakukan penilaian terhadap kesiapan puskesmas untuk di
usulkan dilakukan penilaian akreditasi. Disamping itu juga untuk mengetahui upaya – upaya
perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan di puskesmas.
Setelah dilakukan penilaian ulang oleh tim pendamping akreditasi puskesmas, hasilnya dibahas
dalam rapat dengan tim mutu puskesmas beserta kepala puskesmas. Kemudian di tentukan apakah
sudah layak atau belum untuk di ajukan ke tahap survey akreditasi.
6 CARA EFEKTIF MENYELESAIKAN ELEMEN PENILAIAN DALAM
AKREDITASI PUSKESMAS

Seperti kita ketahui bahwa dalam elemen penilaian ( EP ) akreditasi puskesmas terdapat total 776
EP seperti terlampir dibawah ini :
Administrasi Dan Manajemen Bab I,II,III 10 Standar, 212 Ep
Ukm Bab IV,V,VI 11 Standar, 183 Ep
Ukp Bab VII,VIII,IX 21 Standar, 381 Ep
Jumlah 9 Bab 42 Standar, 776 Ep

Nah, dari 776 Elemen penilaian yang ada tentunya tidak semuanya dapat di selesaikan dengan
mudah. Setidaknya ada elemen penilaian yang membutuhkan diskusi panjang dalam
menyelesaikannya. Dibawah ini beberapa cara efektif dalam menyelesaikan apa yang di minta oleh
Elemen Penilaian .

1. Baca dahulu dengan teliti standar, kriteria serta pokok pikiran dari kriteria tersebut.
2. Pokok pikiran yang tertera dalam sebuah kriteria menunjukkan inti penilaian dari kriteria
tersebut.
3. Setelah memahami pokok pikiran dari kriteria, lanjutkan ke elemen penilaian yang
dipersyaratkan dalam satu kriteria.
4. Tiap-tiap elemen penilaian mempunyai dokumen telusur dan sasarantelusur yang mengacu
pada pokok pikiran kriteria.
5. Untuk dokumen yang diminta sebaiknya disiapkan setelah proses dijalankan.
6. Yang terpenting adalah proses nya di jalankan sehingga ketika di telusur dapat tersinergi antara
dokumen dan prosesnya.

3 PRINSIP DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

Apa itu dokumen akreditasi ? adalah Semua dokumen yang harus disiapkan dalam pelaksanaan
akreditasi.

Dalam akreditasi puskesmas tentunya tidak terlepas dari adanya dokumen yang harus disiapkan.
Secara total terdapat 776 elemen penilaian yang perlu diselesaikan baik itu dokumennya dan
proses telusurnya. Tanpa adanya dokumen yang disiapkan maka akreditasi puskesmas tidak dapat
dinilai secara keseluruhan. Maka ada 3 prinsip dasar dalam penyusunan dokumen akreditasi
puskemas yaitu :
1. Kerjakan apa yang di tulis. Tugas-tugas yang dilakukan di puskesmas tentunya harus
dikerjakan sepenuh hati sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Dikerjakan secara maksimal dan
sempurna. Sebelum mengerjakan pekerjaan tersebut sudah tentu ada perencanaan. Nah dari
apa yang di rencanakan ini hendaknya dikerjakan sesuai dengan apa yang sudah di tulis dan di
catat.
2. Tulis apa yang dikerjakan. Setelah mengerjakan tugas-tugas tersebut hendaknya di catat, di
arsipkan sehingga terdokumentasi dengan baik. Sehingga ketika di telusur bukti dokumennya
terarsipkan dengan baik.
3. Bisa dibuktikan serta dapat ditelusur dengan buktinya. Ini adalah kombinasi dari 2 poin di
atas serta dapat dibuktikan sampai pada telusur paling akhir.
Demikian prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan dokumen akreditasi puskesmas.
5 NILAI YANG WAJIB DIMILIKI OLEH KETUA TIM MUTU AKREDITASI
PUSKESMAS

Setelah dilakukan lokakarya ( tahapan awal akreditasi ) dan akan menentukan tim mutu akreditasi
puskesmas, maka kepala puskesmas mempunyai hak prerogatif dalam menentukan struktur tim
mutu. Karena tim ini lah yang nanti akan bekerja sama dengan fasilitator atau pengelola program
puskesmas dalam menyukseskan akreditasi pada puskesmas tersebut.
Setidaknya tim mutu ini terdiri dari 4 tokoh kunci utama yang menjadi motor dalam penyiapan
dokumen, implementasi dan pemikir dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian yang ada.
Adapun ke 4 ( empat ) tokoh kunci tersebut adalah :
1. Ketua Tim Mutu
2. Ketua Pokja ADMEN
3. Ketua Pokja UKM
4. Ketua Pokja UKP
Dari ke 4 ( empat ) masing – masing ketua ini nantinya akan di bantu lagi oleh wakil ketua, masing
– masing penanggung jawab BAB yang akan membantu dalam mempermudah menyelesaikan
elemen penilaian yang ada.

Nah, sebagai kepala Puskesmas dalam memilih 4 tokoh kunci ini paling tidak masing – masing
ketua ini mempunyai kompetensi sebagai berikut :

1. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik. Ini wajib karena nanti akan membuat SK, SOP,
Pedoman, KAK yang semuanya menggunakan bahasa resmi atau bahasa baku.
2. Komitmen. Komitmen menjadi penting karena melatar belakangi
keberlangsungan penyusunan dokumen. Karena memakan waktu, fikiran, tenaga serta jam
kerja opsional sesuai kebutuhan.
3. Sinergi. Sikap ini sebagai arahan dari bagaimana bisa memanajemen tim dan bekerja dalam
tim. Sinergitas yang tinggi di tuntut dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul.
4. Inovatif. Banyak hal yang dapat di modifikasi dalam menyelesaikan setiap elemen penilaian (
EP ), maka strategi inovasi dan kiat mempermudah penyelesaian pekerjaan lah yang
dibutuhkan. Beragam inovasi mestinya muncul sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan
sempurna.
5. Bertanggung jawab. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu orientasi bahwa ada niat
yang kuat dalam merampungkan semua yang di minta dalam elemen penilaian.
Mungkin masih banyak lagi tetapi pada prinsipnya ada tanggungjawab, sinergi, komitmen dan
inovasi dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan masing – masing Ketua Tim.

3 CONTOH INOVASI KEGIATAN DALAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan
hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu dan penemuan baru.
Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak sekali
kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang fungsinya
sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang, kegiatan ini juga
dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya.
Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan implementasi
pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di bawah ini 3 contoh
Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling sederhana dapat dilaksanakan
oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas
Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab
beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu
hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air
bersih pada suatu desa ).
2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan.
Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase
rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan
berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk pengadaan jamban bagi
masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua
sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga.
3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa dilakukan di indoor dan
outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh
Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka
Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan
pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya
pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit
menular dan tidak menular.
Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan kedepan.
Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan punya daya ungkit
untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan,
terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil
dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.
3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian
tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.
4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat
parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai
keseriusan pelaksanaan program tersebut.
5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan ide-ide perbaikan,
sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna
menyelesaikan masalah yang ada.

7 CARA SEDERHANA AGAR KEGIATAN UKM BERJALAN MAKSIMAL

Dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas tentunya kita memperhatikan kebutuhan dan harapan
masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran kegiatan UKM
puskesmas. Melihat tujuan mulia diatas tentunya kerjasama tim di puskesmas sangat diperlukan
menimbang semua sektor terkait di dalam elemen-elemen pokok kegiatan puskesmas.
Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini adalah
bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan kegiatan
tersebut di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur keberhasilan.
Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal
dilapangan :

1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja
UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan
pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang
pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi,
Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya
inovatif dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah
pelayanan dan potensi sumber daya di wilayah kerjanya.
2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola
program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas
dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan program
dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa puskesmas
masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi waktu dan jadwal
kegiatan yang berimbang.
3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana kegiatan induk
puskemas. Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah
masyarakat dengan beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada.
Misal, untuk sasaran ibu-ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk
sasaran penyuluhan bisa dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di Puskesmas
Kelapa Kabupaten Bangka Barat ). Pola penjadwalan ini juga tentunya di buat serinci mungkin
sampai pada tempat dan siapa PJ nya.
4. Informasikan ke masyarakat ( bukti sosialisasi ). Setelah jadwal dibuat lalu sampaikan
jadwal tersebut kepada sasaran yang akan dituju berikut dengan kontak person PJ UKM nya.
Karena bila terjadi perubahan jadwal akan dengan mudah mengkonfirmasi nya. Teknis
informasi jadwal ini bisa melalui surat kemudian sarankan di tempel pada papan pengumuman
desa atau kantor desa setempat. Gunakan sistem informasi radio untuk disiarkan secara berkala.
5. Laksanakan kegiatan sesuai arahan program. Dalam pelaksanaan kegiatan apapun
tentunya ada kerangka acuan dan SOP nya. Maka kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Pun
bila dilapangan terjadi hal-hal diluar panduan sebaiknya di kondisikan semaksimal mungkin
sesuai jalur. Catat semua kendala dalam pelaksanaan guna dibahas dalam evaluasi kegiatan.
6. Rekap semua bukti pelaksanaan pokja UKM ( dokumentasikan ). Setelah kegiatan
berjalan. Dokumentasikan semuanya secara menyeluruh. Seperti bila ada pertemuan
hendaknya dilengkapi dengan surat undangan ( siapkan pula bukti tanda terima undangan ),
daftar hadir, notulen rapat, jadwal agenda tentatif dan foto-foto kegiatan. Ini sebagai bukti
otentik guna memenuhi elemen penilaian yang ada.
7. Evaluasi pelaksanaannya. Tahap akhir pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi. Sebetulnya
evaluasi masih masuk dalam rangkaian kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan
pokoknya. Bahas semua kendala yang timbul dan langsung temukan solusi efektifnya guna
perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.

Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan
semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya tentunya
mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun dan terarah
guna efektifitas kegiatan UKM.
6 KENDALA AKREDITASI PUSKESMAS DAN SOLUSINYA

Sejak pertama kali di tunjuk sebagai salah satu tim pendamping ( tim pendamping UKM ) saya
telah memikirkan beberapa kendala konvensional dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas di
wilayah kerja saya. Ini tercermin dalam beberapa kali diskusi saya dengan teman sekantor dan
beberapa orang kepala Puskesmas. Kendala yang paling dominan adalah dalam hal keuangan.
Beberapa pertanyaan sempat terlintas misalnya , darimana anggaran perlengkapan akreditasi
puskesmas ? dan berapa besar anggaran tersebut ?

2 pertanyaan di atas sepertinya selalu diutarakan teman – teman puskesmas dalam konteks
akreditasi puskesmas. Nah, di bawah ini ada 6 kendala dalam penerapan akreditasi puskesmas yang
saya rangkum dalam berbagai diskusi. Silahkan disimak.
1. Keuangan dan anggran. Ini kendala yang mendasar yang selalu di utarakan oleh teman-teman
puskesmas. Misalnya, biaya ATK untuk print out SOP dan dokumen .Tidak ada anggaran
untuk mempercantik puskesmas (membuat bingkai SOP, membuat bingkai Motto, makan
minum rapat dan lain sebagainya ).Solusi : sebagian anggaran dapat di gunakan anggaran
kapitasi, anggaran BOK dan anggaran dari APBD kabupaten yang sudah di persiapkan
sebelumnya. Boleh juga menggunakan anggaran CSR sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Sulit mencari tokoh kunci. Tokoh kunci yang dimaksud adalah sebagai ketua tim mutu dan
ketua masing-masing pokja. Di beberapa puskesmas saya jumpai di pilih yang senior tetapi di
tengah perjalanan beberapa darinya mengundurkan diri. Jadi sebaiknya dipilih yang benar-
benar mau bekerja dan memiliki daya pacu kerja yang menguasai seluk beluk manajemen
puskesmas.Solusi : bisa di pilih dokter puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya.
3. Minim motivasi dan dukungan. Selayang pandang dari akreditasi puskesmas adalah
menambah beban kerja. Ini di anggap sebagai “ nambah kerjaan “ tetapi sebetulnya sudah
waktunya puskesmas menambah kapabilitas, profesionalisme, memiliki sistem kerja yang
baik, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Nah, peran motivasi dari pimpinanlah yang
mestinya memberikan dukungan moril kepada seluruh pegawai puskesmas. Tidak mesti dalam
bentuk ceramah, bisa juga dalam bentuk reward yang disesuaikan dengan kemampuan
puskesmas.
4. Bersikap apatis. Sikap ini tentunya sering kita jumpai di puskesmas. Sikap acuh tak acuh saat
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi tidak semua staf yang bersikap begini.
Telaah dan saring staf-staf yang apatis terhadap perubahan.
5. Tidak disiplin. Ini sepertinya sudah menjadi bagian dari karakter setiap manusia. Ada yang
disiplin ada juga yang tidak disiplin. Apalagi soal jam kerja. Solusinya adalah melakukan
perubahan terhadap sistem absensi dan penerapan buku kerja serta membagi tugas-tugas
terhadap masing-masing staf puskesmas sehingga jelas tugas dan fungsinya.
6. Malas membaca. Dalam konteks akreditasi, banyak membaca tentunya mejadi sarana gerbang
ilmu dalam menambah wawasan guna menyelesaikan elemen penilaian yang ada. Puskesmas
dapat membuat pepustakaan mini dalam menambah wawasan staf puskesmas dan fasilitas
Wifi.

6 hal di atas adalah berbagai macam kendala yang sering saya jumpai pada saat pendampingan
akreditasi puskesmas. Tentunya kendala-kendala tersebut bervariasi pada masing-masing
puskesmas.

MAU KAJI BANDING AKREDITASI PUSKESMAS ?, BERIKUT TAHAPANNYA


Dalam akreditasi puskesmas kegiatan kaji banding diperlukan sebagai kesempatan untuk belajar
dari pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan Admen, UKM dan UKP puskesmas di puskesmas yang
lain dan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak untuk perbaikan kinerja masing-masing
puskesmas.

Sebelum kaji banding dalam akreditasi sebaiknya teman-teman menyiapkan instrumen kaji
banding puskesmas, rencana pelaksanaan kaji banding, kerangka acuan kaji banding. Ada baiknya
juga dilakukan evaluasi internal sebagai acuan bagian mana saja yang akan diperbaiki nanti. Saya
coba mendeskripsikan hal tersebut untuk memudahkan teman-teman dalam pelaksanaannya nanti.
1. Rencana pelaksanaan kaji banding. Dalam perencanaan pelaksanaan kaji banding
puskesmas sebaiknya memperhatian beberapa hal berikut :
 Target puskesmas kita apa dalam hasil penilaian akreditasi nanti.
 Topografi yang mirip ( misalnya dari segi budaya, demografi, wilayah )
 Ini berfungsi untuk mengukur berapa besar biaya nanti yang akan dikeluarkan dalam
pelaksanaan kahi banding tersebut.
 Tentukan waktu yang tepat termasuk administrasinya ( surat tugas, surat permohonan kaji
banding ke puskesmas yang di tuju, nota dinas bila perlu, stake holder terkait bila
memungkinkan ). Rencanakan waktu sebaik mungkin. Bila memungkinkan semua penanggung
jawab bab dapat ikut serta sehingga dapat mempelajari secara menyeluruh.
2. Kerangka acuan kaji banding. Membuat kerangka acuan sesuai petunjuk yang sudah ada.
3. Instrumen kaji banding. Adalah alat bantu yang akan di gunakan pada saat kaji banding
misalnya ( ceklist wawancara, kamera, quisioner, bahan persentasi, diskusi personal dan
observasi ).
Setelah pelaksanaan kaji banding dilakukan. Tugas selanjutnya adalah

1. Laporan kaji banding. Tim akreditasi membuat laporan perjalanan dinas yang isi nya memuat
tentang apa saja yang dikerjakan pada saat kaji banding ( misalnya, diskusi apa saja, diterima
siapa, hal apa saja yang di dapat dan akan diterapkan di puskesmas ).
2. Rencana perbaikan. Membuat rencana dan time line pelaksanan perbaikan setelah
kajibanding.
3. Laporan pelaksanaan perbaikan. Setelah implementasi perbaikan dilaksanakan. Di buatkan
laporan perbaikan. Di sisi mana saja yang sudah di perbaiki atau diperbaharui sesuai dari hasil
kaji banding tersebut.
4. Hasil evaluasi kaji banding. Membuat laporan matrik hasil evaluasi kaji banding.
5. Hasil evaluasi perbaikan kaji banding. Setiap kegiatan di evaluasi perbaikannya sehingga
terukur arah perubahannya ( membuat matrik evaluasi perbaikan kaji banding dapat melibatkan
tim auditor ).

10 PUSKESMAS YANG SUDAH TERAKREDITASI : PUSKESMAS WONOSOBO I,


PUSKESMAS SELOMERTO I, PUSKESMAS MOJO TENGAH, PUSKESMAS GARUNG,
PUSKESMAS TAMANAN, PUSKESMAS PANARUKAN, PUSKESMAS MANGARAN,
PUSKESMAS BANYUANYAR, PUSKESMAS OMBEN DAN PUSKESMAS WAEPANA.

Anda mungkin juga menyukai