B. ARAB
DOSEN PEMBIMBING
Ery Subaeri, M.Pd
DISUSUN OLEH
- Marisha Fauziyyah Muhlis
- Muhamad Noprizal
- Siti Neng Dina Islamiah
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..……………………………………………………………………………I
DAFTAR ISI………..…………………………………………………………………………….II
BAB I
PEDAHULUAN………………………………………………………………………………......1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..2
A. Jumlah Ismiyah……………………………………………………………………………2
1. Pengertian Jumlah Ismiyah……………………………………………………………2
B. Jumlah Fi’liyah……………………………………………………………………………2
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah……………………………………………………………2
2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah…………………………………………3
C. Tabel Contoh Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah………………………………………3
D. Pembagian Ismi dari Segi Jumlahnya……………………………………………………..4
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………...6
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam istilah ilmu shorof ada beberapa unsur penting yang menjadi pokok dalam suatu
pembicaraan dengan bahasa arab, diantara unsur kalimat tersebut adalah kalimat Fi’il atau dalam
bahasa Indonesia disebut kata kerja selain itu juga ada kalimat isim yang berarti kata benda.
Yang kami bahas disini adalah tentang jenis-jenisnya kalimat isim dilihat dari jumlahnya terdiri
dari tiga bagian. Untuk mengetahui lebih lanjut akan kami bahas pada sub bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
Apakah pengertian dari Isim?
Apa saja pembagian dari Isim?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jumlah Ismiyah
1. Pengertian Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada'
adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’ adalah
subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya isim
mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim
mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Contoh :
س ْولٌ ُم َح َّمد ُ = َرMuhammad adalah Rasul.
ٌٌُ = أُسْتاذٌٌ زَ ْيدZaid adalah seorang guru.
ُ َ
ٌٌُ = َك ِبي ُْرٌٌ َب ْيت ُ ٌهُ زَ ْيدZaid rumahnya besar.
= َجدِيدٌ اَلقَلَ ٌُمPulpen itu baru
Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam
adalah khobar.
B. Jumlah Fi’liyah
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari fi’il (kata
kerja) dan fa’il (pelaku).
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa
atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang
terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk
muannas, maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda)
ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Contoh :
ٌَ َ = َع ِليٌ َجلAli telah duduk
س ٌْ = ِإ ْم َرأَةٌ َجا َءseorang perempuan telah datang
ت
َ ُ
ٌْ ش ٌة قَال
ت َ ِ = َعائAisyah telah berkata ٌُس يَ ْكتُب ٌَ =الد َّْرdia sedang menulis pelajaran
ُ ْ ُ َ َّ
ٌُس التال ِم ْي ٌذ يَكتبٌَ = الد َّْرmurid-murid menulis pelajaran
2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang
disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan yang disebut sebagai fi’il
laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il
dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah beberapa ketentuan
mengenai fi’il dan fa’il :
Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, contoh : رجل قام
Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya :
Tasniyah : قا ن رجال م
Jama’ :قا ل رجا م
Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.
Contoh السوق إلى طمة فا ذهبت:
1. َ ) ُمـ ْف
Mufrad (ٌـرد
Mufrad yaitu bentuk tunggal atau yang menunjukan satu baik berjenis mudzakkar
maupun mu’annats. Contoh : ٌ ٌُم ْس ِلم, ٌقَلَم
Seorang Mu’min ( )مؤمنà mudzakkar
Seorang Mu’minah ( )مؤمنةà mu’annats
2. Mutsanna() ُمـثَـنَّـى
Mutsanna adalah kata yang menunjukkan arti ganda (dua) baik mudzakkar maupun
muannats.Cara membuat isim mutsanna:“harokat akhir dari isim mufrod diganti fathah,
kemudian akhir kata tersebut ditambahkanalif dan nunatau ya dan nun, dengan nun-nya
dikashroh”. Contoh :
Dua orang Mu’min (مؤمنين-( )مؤمنانMu’minaani atau Mu’minaini);
Dua orang Mu’minah (ٌَـان ِ َـاـن ُمؤ َمنــت
ٌِ ( ) ُمؤ َمنـتMu’minataani atau Mu’minataini).
3. Jama’(ٌ) َج ْمع
Jama’ yaitu kata yang menunjukkan lebih dari dua/ banyak, baik mudzakkar maupun mu’annats.
Isim jamak ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Jama’ Mudzakar Salim (ٌ)الســا ِل ٌْم ال ُمذَكَــر َج ْمـ ُع
Merupakan jamak yang bentuknya teratur (salim) dan menunjukkan makna (mudzakar) banyak.
Cara membuat isim jama' mudzakkar salim:
“akhir kata isim mufrod ditambahkan denganwawu dan nun yang didahului oleh harokat
dhommah atau dengan ya’ dan nun yang didahului oleh harokat kasroh, dengan nun berharokat
fathah”.
Contoh :
Para muslim (ٌَ( ) ُمـ ْس ِل ِـمـيْـنٌَ ُمـ ْس ِلـ ُم ْـونmuslimuuna atau muslimiina)
b) Jama’ Muannats Salim ث ج َمـــــ ٌُع ٌِ )) ِلـ ٌُم السَّــــا ْال ُم َؤنَّـــــ
Merupakan bentuk plural (jamak) yang teratur dan menunjukkan jenis muannats (perempuan).
Cirinya terdapat tambahan huruf alif dan ta pada bentuk mufradnya. Karena jama’ ini
menunjukkan perempuan, maka bentuk singular yang diubah adalah bentuk muannats bukan
mudzakar. Cara membuat jama' muannats salim:
“ta’ marbutoh pada isim mufrod muannats dihilangkan, kemudian harokat akhir dijadikan fathah,
lalu ditambahi dengan alif dan ta’”
Contoh :
Para muslimah (ٌ ُمـ ْس ِلـ َمـات- ٌ( ) ُمـسْـ ِلـ َمـاتmuslimaatun atau muslimaatin)
1. Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar.
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari fi’il (kata
kerja) dan fa’il (pelaku).
2. Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il, berikut adalah beberapa ketentuan mengenai
fi’il dan fa’il : Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya,
Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakik
Isim adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik
benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Isim menurut
jumlahnya dibagi menjadi tiga yaitu mufrad, mutsanna dan jama’.
1. Isim mufrad adalah isim yang menunjukkan arti satu.
2. Isim mutsanna ialah isim yang menunjukkan arti dua
3. Isim jama’ ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua.
A. Jamak mudzakar salim ialah bentuk jama’ yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan
menambahkan وdan نatau يdan نtanpa ada perubahan padanya.
B. Jamak muannas salim ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambah
alif dan ta’ dan tidak mengubah bentuk mufradnya.
C. Jamak taksir adalah isim yang menujukkan arti lebih dari dua dengan perubahan bentuk
mufradnya.
DAFTAR PUSTAKA
K.H.Moch.Anwar Dan H.Anwar Abu Bakar. Ilmu nahwu terjemahan matan al-ajurumiyyah dan
imrity, cat.6 bandung .Sinar Baru Algensindo,1995.
H.M.Husain Abdul Karim,Qawaa’idun Nahwu,Pustaka Al-islam maidan.