Anda di halaman 1dari 8

HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No.

3 September 2019

HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora

PENERAPAN “14 POIN MANAJEMEN KUALITAS” SEBAGAI PRINSIP


TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA PENDIDIKAN TINGGI

Ersam Mahendrawan1, Maghfiroh Yanuarti2, dan Ihat Solihat3


1,2,3
Universitas Pamulang
dosen01329@unpam.ac.id , dosen01089@unpam.ac.id2 , dosen00990@unpam.ac.id3
1

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep “14 poin manajemen kualitas”
dari TQM dan penerapannya pada pendidikan tinggi. Metode penulisan artikel ini adalah
dengan menggunakan metode studi literasi dari 3 jurnal mengenai penerapan TQM pada
pendidikan yang ditulis oleh Farooq, et al (2007), Thapa (2011), dan Sohel-Uz-Zaman
(2016). Dari ketiga jurnal tersebut, diambil salah satu poin penting yang harus diterapkan
pada pendidikan tinggi yang ingin menerapkan TQM, yaitu dengan menjalankan “14 poin
manajemen kualitas”. Dari poin tersebut diuraikan lebih lanjut melalui pemikiran penulis
yang didasarkan pada sumber-sumber lain yang relevan. Kesimpulan dari artikel ini
menunjukkan bahwa konsep “14 poin manajemen kualitas” sebagai prinsip dasar
penerapan TQM dapat diterapkan pada pendidikan tinggi, khususnya universitas.
Kata kunci: TQM, 14 Poin Manajemen Kualitas

12
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

PENDAHULUAN selalu dikaitkan dengan keunggulan dan


kesesuaian dengan standar tertentu yang
1. Sejarah TQM
dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu,
Total Quality Management semakin berkembangnya zaman,
(TQM) diakui sebagai sebuah filosofi semakin meningkat pula permintaan
pengelolaan yang efektif yang akan pendidikan yang berkualitas. Untuk
digunakan digunakan untuk mencapai keunggulan dari pendidikan
menciptakan keunggulan dalam dunia tersebut, TQM merupakan salah satu
bisnis. TQM bermula di Amerika kunci untuk mewujudkannya. TQM
Serikat (AS) selama Perang Dunia ke 2 merupakan seni untuk mengatur
(PD 2), ketika seorang ahli statistik AS, keseluruhan organisasi untuk mencapai
W. Edward Deming menolong para keunggulan (Farooq, Akhtar, & Ullah,
insinyur dan teknisi untuk menggunakan 2007, hal. 87). TQM adalah filosofi
teori statistik untuk memperbaiki dengan sistem manajemen yang
kualitas produksi. Setelah perang berfokus pada pelanggan yang
berakhir, teorinya banyak diremehkan melibatkan semua karyawan dalam
oleh perusahaan AS. Kemudian Deming peningkatan berkelanjutan semua aspek
pergi ke Jepang, dimana disana dia organisasi. Dari definisi tersebut, TQM
mengajarkan para pemimpin bisnis dapat dilihat sebagai seperangkat praktik
melalui Statistical Quality Control, yang yang berfokus pada peningkatan
dengan teori tersebut mereka dapat sistematis dan memuaskan kebutuhan
membangun negaranya. TQM muncul pelanggan dengan cara yang efisien.
sebagai respon pada kesulitan para Dengan bantuan TQM, sebuah institusi
pemimpin perusahaan dalam akademik akan dapat mengembangkan
membaurkan pendekatan kualitas teknis definisi kualitas, tolok ukur, dan
dari pesatnya perkembangan tenaga peningkatan kualitasnya sendiri.
kerja yang tak terlatih dan yang semi Deming, sebagai pencetus teori ini
terlatih setelah terjadinya PD 2. menyatakan bahwa adopsi TQM akan
Sehingga dapat dilihat bahwa meskipun membantu institusi untuk
banyak ide dari konsep TQM berawal di mempertahankan daya saing mereka,
AS, namun Jepanglah yang dapat menghilangkan ketidakefisienan dalam
mengimplementasikan dan organisasi, membantu berkosentrasi
memperbaikinya pada tahun 1950an. pada kebutuhan pasar, mencapai kinerja
Keberhasilan TQM di Jepang membuat maksimal di semua bidang, dan
konsep ini terkenal di banyak negara memenuhi kebutuhan semua pemangku
lain di dunia. Walaupun awalnya konsep kepentingan. (Sohel-Uz-Zaman &
TQM dikembangkan untuk pembuatan Anjalin, 2016, hal. 211)
organisasi, namun beberapa tahun TQM telah menjadi penting
kemudian konsep ini berkembang dalam organisasi akademik sebagai
menjadi layanan untuk institusi, baik upaya total untuk mendapatkan
bank, asuransi nirlaba, perawatan peningkatan setiap aspek kegiatan
kesehatan dan sebagainya. Bahkan organisasi. Kontribusi TQM dalam
menurut (Lunenburg, 2010, hal. 1), bidang pendidikan menurut (Thapa,
TQM juga relevan untuk perusahaan, 2011, hal. 82) diantaranya adalah untuk
organisasi layanan, universitas, dan mengadopsi filosofi baru, meningkatkan
sekolah. akuntabilitas, mengidentifikasi dan
mengatasi masalah, meningkatkan
2. Keterkaitan TQM dengan kualitas manajemen, meningkatkan
Pendidikan kualitas proses belajar mengajar.
Di era globalisasi saat ini, Beberapa orang melihat TQM sebagai
pendidikan berkualitas merupakan hal sistem manajemen dengan kepuasan
yang paling utama yang perlu pelanggan atau siswa sebagai elemen
diperhatikan. Pendidikan berkualitas penting. Pendapat lain mengatakan

13
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

bahwa TQM merupakan filosofi yang dengan menjalankan “14 poin


mendorong perubahan dalam suatu manajemen kualitas”. Pada artikel ini
organisasi atau institusi pendidikan. penulis ingin menguraikan lebih lanjut
(Helms, Williams, & Nixon, 2001, hal. mengenai penerapan “14 poin
326) manajemen kualitas” pada level
Beberapa penelitian yang pendidikan tinggi, khususnya
menunjukkan adanya keterkaitan antara universitas. Uraian yang dijelaskan
TQM dan pendidikan ditunjukkan oleh merupakan hasil pemikiran penulis yang
penelitian yang dilakukan oleh (Farooq, didukung oleh sumber-sumber lain yang
Akhtar, & Ullah, 2007), yang relevan.
menyimpulkan bahwa paradigma dari Deming terkenal karena "14 poin
pemikiran modern TQM dapat manajemen kualitas"-nya yang
diterapkan pada pendidikan dengan membantu individu memahami dan
prinsip empat belas poin manajemen menerapkan peningkatan kualitas
kualitas dari literatur W. Edward melalui kedua pengelolaan dan
Deming, Philip Crosby, dan J. Juran. keterlibatan karyawan. Berbagai
Dalam penelitian (Sohel-Uz-Zaman & penghargaan berkualitas telah diterima
Anjalin, 2016), menyimpulkan bahwa berkat pemikirannya tersebut,
dengan penerapan TQM dalam diantaranya Deming Prize dan Malcolm
pendidikan, dapat menciptakan Baldrige Award (Helms, Williams, &
kesadaran tentang adanya tantangan- Nixon, 2001, hal. 322). Dari ke-14
tantangan yang dapat menghambat prinsip tersebut tidak terdapat istilah-
jalannya pendidikan. Menurut (Thapa, istilah khusus yang menyinggung
2011), dalam penelitiannya mengenai pendidikan, seperti guru,
menyebutkan bahwa terdapat beberapa siswa, pembelajaran atau kurikulum.
kesulitan dalam penerapan TQM di Sehingga beberapa istilah dalam prinsip
dalam pendidikan, diantaranya konflik tersebut perlu diterjemahkan ulang agar
antara administrasi dan fungsi akademik. dapat diterapkan dalam lembaga
Namun di sisi lain TQM memberikan pendidikan. Berikut diuraikan mengenai
dampak yang positif yang dilihat dari “14 poin manajemen kualitas” yang
semakin banyaknya institusi di AS dan menjadi prinsip dasar dari TQM yang
negara maju lainnya menerapkan TQM akan direfleksikan ke dalam pendidikan
untuk meningkatkan kualitasnya. tinggi, dalam hal ini universitas.
1. Secara konstan meningkatkan
METODE kualitas produk dan layanan
Prinsip pada poin ini hanya bisa
Berdasarkan pendahuluan yang dilaksanakan oleh pimpinan (top
telah dipaparkan, maka artikel ini akan management) (Dahlgaard,
menggunakan metode studi literasi dari Kristensen, & Kanji, 1994, hal. 25)
3 jurnal mengenai penerapan TQM pada karena di dalamnya terkandung dasar
pendidikan yang ditulis oleh Farooq, et visi, misi, tujuan apa yang akan
al (2007) yang berjudul “Application of dicapai oleh lembaga. Selain itu,
Total Quality Management in prinsip ini harus mampu menciptakan
Education”, Thapa (2011) dengan judul keteguhan tujuan untuk peningkatan
“Total Quality Management In produk dan layanan secara terus-
Education”, dan Sohel-Uz-Zaman menerus, mengalokasikan sumber
(2016) dengan judul “Implementing daya untuk menyediakan kebutuhan
Total Quality Management in jangka panjang di samping
Education: Compatibility and kemampuan jangka pendek, dengan
Challenges”. Dari ketiga jurnal tersebut, rencana untuk menjadi kompetitif,
diambil salah satu poin penting yang tetap dalam bisnis, dan untuk
harus diterapkan pada pendidikan tinggi menyediakan pekerjaan (Neave,
yang ingin menerapkan TQM, yaitu Deming '88. Part 2: The Point

14
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

Revisited (Point 1-7), 1990, hal. pembelajaran terbaru di kelas agar


172). Jika dikaitkan dengan penyampaian materi kepada
universitas, berarti pada prinsip ini mahasiswa dapat maksimal.
top management harus dapat
3. Hentikan ketergantungan pada
menyusun sebuah visi, misi, dan
inspeksi masal
tujuan yang nantinya akan menuntut
Menurut (Neave, Deming '88. Part 2:
kualitas produk yang didalamnya
The Point Revisited (Point 1-7),
terdapat sarana, prasarana, maupun
1990, hal. 173), pada poin ini sebuah
kurikulum agar dapat semakin
lembaga harus menghilangkan
meningkat. Sedangkan layanan dapat
kebutuhan untuk inspeksi massal
diartikan sebagai dasar visi, misi, dan
sebagai cara untuk mencapai kualitas
tujuan yang disusun didalamnya
dengan membangun kualitas ke
harus dapat mewujudkan pelayanan
dalam produk di tempat pertama.
dari universitas kepada dosen, staf,
Membutuhkan bukti statistik kualitas
maupun kepada mahasiswa yang
bawaan di kedua fungsi manufaktur
mengutamakan keramahan dan
dan pembelian. Prinsip ini
keakraban supaya nilai-nilai humanis
menekankan bahwa sebuah
dapat terjalin dan menjadi budaya
organisasi tidak boleh memiliki
dalam universitas.
ketergantungan terhadap kegiatan
2. Mengadopsi filosofi baru inspeksi masal, dimana kegiatan ini
Tidak banyak hal baru yang merupakan pemeriksaan yang
dikatakan secara khusus pada poin menyeleksi kecacatan dari suatu
ini. Tetapi pada poin ini mengandung produk yang masuk (Dahlgaard,
makna bahwa untuk bertahan hidup, Kristensen, & Kanji, 1994, hal. 37).
apalagi kesuksesan, ada kebutuhan Jika dikaitkan dengan universitas,
untuk perubahan, dan perubahan itu maka kegiatan ini dapat diartikan
adalah untuk mengadopsi filosofi sebagai seleksi penerimaan
baru, yaitu sebuah filosofi mahasiswa baru yang dilakukan oleh
peningkatan kualitas dan kampus-kampus pada umumnya.
produktivitas jangka panjang dan Biasanya seleksi ini dilakukan
selamanya (Neave, Deming '88. Part melalui cara-cara yang sama, yaitu
2: The Point Revisited (Point 1-7), tes tertulis, wawancara, atau tes toefl.
1990, hal. 172). Jika dikaitkan Namun menurut teori yang
dengan universitas, prinsip pada poin dikemukakan Deming tersebut, maka
ini menggambarkan bahwa sebuah sebuah universitas tidak boleh
pendidikan tinggi harus mampu mengandalkan kegiatan tersebut
menerapkan ide-ide inovatif yang sebagai satu-satunya cara untuk
dapat diterapkan melalui beberapa menjamin kualitas mutu dari
aspek. Salah satunya adalah proses pendidikan tinggi, sehingga harus
pembelajaran di kelas. Prinsip ini mencari cara-cara baru yang lebih
mengharuskan sebuah pendidikan efektif dan efisien.
tinggi agar mampu mengembangkan
4. Akhiri kontrak pemasok dengan
rencana jangka panjang mereka dan
harga terendah
menyusun sebuah program untuk
Poin ini mengharuskan lembaga
mencapai tujuan dan sasarannya.
untuk mengakhiri praktik pemberian
Salah satunya adalah memperbaiki
bisnis semata-mata berdasarkan label
kurikulum yang sesuai dengan
harga. Sebaliknya, lembaga
perkembangan zaman untuk
seharusnya membutuhkan ukuran
diterapkan di universitasnya. Selain
kualitas yang bagus dengan harga
itu, universitas melalui dosen-
yang sesuai. Kurangi jumlah
dosennya juga harus mampu
pemasok untuk barang yang sama
memberikan model-model
dengan menghilangkan pemasok

15
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

yang tidak memenuhi syarat dengan akademik. Dengan adanya sistem


bukti kualitas statistik. Bergerak tersebut nantinya pelayanan akan
menuju pemasok tunggal untuk satu lebih efisien karena kerja akan lebih
item apa saja, dengan mengutamakan cepat dan tepat, serta efektif karena
hubungan loyalitas dan kepercayaan dapat meminimalkan anggaran dan
jangka panjang. Tujuannya adalah juga tidak banyak membuang-buang
untuk menghitung total biaya, bukan waktu, sehingga sistem yang
hanya biaya awal (Neave, Deming dijalankan lebih berkualitas.
'88. Part 2: The Point Revisited
6. Adanya lembaga pelatihan di tempat
(Point 1-7), 1990, hal. 175). Prinsip
kerja
ini berkaitan dengan adanya pemasok
Di setiap lembaga seharusnya
dari luar lembaga yang saling
memiliki metode pelatihan modern
menawarkan harga yang menarik
yang berkaitan tentang peningkatan
untuk universitas. Misalkan terdapat
kinerja untuk semua pegawainya,
sebuah kasus adanya pemasok buku,
termasuk palatihan dalam hal
alat peraga, alat laboratorium, dan
manajemen pekerjaan, untuk dapat
lain-lain. Jika pimpinan universitas
dimanfaatkan setiap karyawan agar
kurang jeli dalam memasok barang-
menjadi lebih baik. Karena di dalam
barang yang masuk, baik di tingkat
sebuah lembaga memerlukan sebuah
program studi ataupun fakultas, maka
keterampilan baru yang berkaitan
nantinya akan ada pembengkakan
dengan metode, desain produk,
pengeluaran dana yang
mesin, teknik, dan layanan (Neave,
mengakibatkan finansial penerimaan
Deming '88. Part 2: The Point
barang menjadi terganggu.
Revisited (Point 1-7), 1990, hal.
Berdasarkan hal tersebut, pimpinan,
178). Universitas harus selalu
dalam hal ini kaprodi atau dekan
meningkatkan kemampuan dosen dan
harus pandai memilih dan memilah
stafnya agar mampu selalu
apa-apa saja yang harus dibeli,
memberikan pelayanan yang
apakah perlu dibeli, dan apakah jika
maksimal. Untuk mewujudkan hal
dibeli berguna dalam jangka waktu
tersebut, pihak universitas harus
yang panjang atau tidak.
melakukan langkah nyata agar
5. Terus meningkatkan sistem sumber daya manusianya semakin
Pada poin ini, sebuah lembaga harus berkualitas. Diantaranya menetapkan
meningkatkan secara konstan setiap mekanisme pelatihan berkelanjutan
proses untuk perencanaan, produksi tentang pekerjaan bagi anggota
dan layanan. Selain itu, harus mampu fakultas, staf, dan administrasi
mencari akar masalah dalam rangka lembaga pendidikan. Masing-masing
meningkatkan kualitas dan dari mereka harus mengikuti visi dan
produktivitas (Neave, Deming '88. misi yang telah ditetapkan melalui
Part 2: The Point Revisited (Point 1- komitmen dan peningkatan kualitas
7), 1990, hal. 177). Jika dikaitkan maupun kenaikan jabatan mereka di
dengan universitas, prinsip pada poin lembaga (Farooq, Akhtar, & Ullah,
ini lebih menekankan pada sistem 2007, hal. 90).
yang diterapkan dalam meningkatkan
7. Kepemimpinan lembaga
sumber daya universitas. Sehingga
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
untuk mencapai hal itu, universitas
ada hubungan erat antara kualitas dan
harus memiliki langkah-langkah
kepuasan kerja. Karena itu penting
kongkrit untuk mewujudkannya.
untuk mengetahui bagaimana
Diantaranya melalui pengadaan
kepuasan kerja dapat diciptakan
sistem berbasis online bagi dosen,
(Dahlgaard, Kristensen, & Kanji,
mahasiswa, dan staf, baik untuk
1994, hal. 69). Salah satu faktor
kegiatan akademik maupun non
kepuasan kerja dapat diciptakan

16
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

adalah dengan adanya kemampuan dalam maupun luar lingkup


pemimpin lembaga untuk membuat universitas, baik besar maupun kecil
para pegawai/bawahannya tentu akan menjadi penghalang untuk
mengadopsi pemikirannya yang kemajuan lembaga tersebut. Hal ini
bertujuan untuk membantu harus diselesaikan dengan cara-cara
bawahannya dalam melakukan yang optimal dengan perencanaan
pekerjaan yang lebih baik. Jika yang matang dan keterlibatan
pegawai/bawahan memahami bahwa sebanyak mungkin pihak-pihak yang
peningkatan kualitas secara otomatis dapat bekerja sebagai tim. Menurut
akan meningkatkan produktivitas (Farooq, Akhtar, & Ullah, 2007, hal.
(Neave, Deming '88. Part 2: The 91) kualitas organisasi pendidikan
Point Revisited (Point 1-7), 1990, dapat dioptimalkan dengan
hal. 179), maka kepuasan kerja akan mengembangkan rasa kerjasama dan
dapat tercapai dengan baik. Jadi kolaborasi di antara anggota
sebuah pimpinan universitas tidak kelompok kelembagaan. Dalam hal
hanya bertindak menjadi pemimpin ini, lingkup yang dilihat adalah
(membuat kebijakan), tetapi juga fakultas, jika suatu fakultas di dalam
harus mampu menjadi manajer unversitas dapat mengetahui apa
(melakukan kebijakan). hambatan-hambatan dari masing-
masing program studinya, tentu
8. Dapat mengusir rasa takut
fakultas tersebut akan dapat
Ketakutan adalah musuh kreativitas,
menentukan solusi apa yang harus
yang merupakan faktor kunci dalam
diterapkan untuk mengatasinya.
perbaikan berkelanjutan (Farooq,
Dalam hal ini, kolaborasi antara
Akhtar, & Ullah, 2007, hal. 90).
masing-masing ketua program studi
Pendapat ini memiliki arti bahwa jika
dan pimpinan fakultas (dekan) harus
seseorang memiliki ketakutan yang
memiliki sebuah pemikiran yang
berlebihan dalam melakukan suatu
sejalan.
pekerjaan, maka kreativitas dari
orang tersebut akan terhambat. Hal 10. Hapus slogan dan semboyan
ini dapat mengakibatkan sulitnya Nasihat-nasihat suatu lembaga
mengembangkan kemajuan sebuah berupa slogan, seperti “Benar setiap
lembaga. Bahkan menurut saat”, “Kualitas dimulai dari Anda”,
(Dahlgaard, Kristensen, & Kanji, dan “Jadilah pekerja yang
1994, hal. 75), poin ini mungkin poin berkualitas”, menurut (Neave,
terpenting dari semuanya. Sehingga Deming '88. Part 3: The 14 Point
sebuah universitas harus selalu berani Revisited (Point 8-14), 1990, hal.
mengeluarkan temuan-temuan baru 294) merupakan hal-hal yang tidak
tanpa harus takut dengan rintangan- diperlukan, karena sebagian besar
rintangan yang ada. Hal ini dapat dari penggunaan slogan dapat
dilakukan melalui komunikasi dua menjadi penyebab kualitas lembaga
arah yang efektif, baik secara internal menjadi rendah. Sehingga, sebuah
(antar pimpinan lembaga dengan universitas hendaknya berfokus pada
dosen, atau dosen dengan visi dan misi yang akan dicapai saja,
mahasiswa) maupun eksternal tanpa harus membuat slogan-slogan
(kolaborasi dan kerjasama antar yang nantinya membuat rencana
universitas atau lembaga lain yang pencapaian visi dan misi tersebut
mendukung), sehingga setiap orang menjadi dikesampingkan.
dapat bekerja secara efektif dan
11. Menghilangkan target numerik
produktif untuk lembaga.
Target-target berupa kuota numerik
9. Merobohkan hambatan perlu dihilangkan karena kebanyakan
Suatu hambatan pasti akan timbul di alasan dasar kegagalan dari sebuah
dalam sebuah lembaga, baik dari lembaga adalah selalu menargetkan

17
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

kuantitas produksi mereka, bukan orang baik; namun juga


kualitasnya (Dahlgaard, Kristensen, membutuhkan orang-orang dengan
& Kanji, 1994, hal. 95). Jika pendidikan yang baik (Neave,
dikaitkan dengan universitas, hal ini Deming '88. Part 3: The 14 Point
berkaitan dengan jumlah mahasiswa Revisited (Point 8-14), 1990, hal.
yang diterima pada setiap tahunnya. 303). Dalam hal ini universitas harus
Jika sebuah universitas menerima berani memberikan kebijakan dosen
semua pendaftarnya, nantinya ataupun stafnya untuk melanjutkan
kualitas lulusan akan menurun ke jenjang pendidikan yang lebih
dibandingkan jika terdapat seleksi tinggi. Kebijakan ini harus bersifat
pada pendaftaran mahasiswa. Contoh sistematis, tidak serta merta semua
lain adalah jika universitas menerima dosen atau staff diberikan beasiswa
dosen-dosen hanya untuk memenuhi atau sejenisnya, namun juga harus
rasio, tanpa mengutamakan kualitas, dilihat dari segi loyalitas, kualitas,
maka universitas tersebut nantinya dan kreativitasnya.
akan sulit berkembang.
14. Adanya komitmen dari top
12. Menciptakan kebanggaan management
Prinsip pada poin ini menyiratkan Untuk menjaga kualitas dari
penghapusan pemberian penilaian universitas agar tetap terus terjaga,
kinerja melalui peringkat prestasi maka pimpinan lembaga (top
tahunan (Dahlgaard, Kristensen, & management) harus mampu
Kanji, 1994, hal. 99). Pimpinan meningkatkan kualitas dan
universitas harus mampu produktivitasnya (Neave, Deming
memberikan motivasi dan '88. Part 3: The 14 Point Revisited
penghargaan kepada dosen dan (Point 8-14), 1990, hal. 304).
stafnya, agar mereka memiliki Pimpinan dari sebuah universitas
kebanggan dalam bekerja. Selain itu yang baik harus memiliki komitmen
tidak membebankan pekerjaan yang untuk mampu menyiapkan sumber
memforsir tenaga dan pikiran, tanpa daya manusia berkualitas yang akan
memberikan kegiatan lain untuk dipersiapkan untuk menjadi top
refreshing, seperti family gathering management di masa yang akan
atau kunjungan ke tempat-tempat datang. Salah satu penerapan dari
wisata. Sehingga penerapan prinsip konsep ini adalah dengan melakukan
TQM pada poin ini diantaranya seleksi melalui pelatihan
adalah dengan mengadakan kegiatan- kepemimpinan futuristik, dimana
kegiatan di luar kampus yang dalam hal ini akan dipilih beberapa
bertujuan untuk menumbuhkan rasa dosen yang memiliki loyalitas tinggi
bangga kepada masing-masing untuk diberikan sebuah pelatihan
pribadi dosen atau pegawai, sehingga oleh pemimpin universitas atau
dapat timbul rasa memiliki lembaga narasumber lain yang berkompeten.
yang ditempatinya. Sehingga diharapkan dengan adanya
pelatihan ini, nantinya akan ada
13. Mendorong pendidikan dan
seleksi lebih lanjut untuk siapa yang
pengembangan diri
dijadikan pimpinan di masa depan.
Pada poin ini, universitas harus
mampu mengembangkan suatu
KESIMPULAN
program peningkatan pendidikan
Berdasarkan review yang telah
yang kuat, dan mendorong
dilakukan dari jurnal Farooq, et al
peningkatan kualitas diri dari dosen
(2007), Thapa (2011), dan Sohel-Uz-
maupun pegawai. Hal ini sejalan
Zaman (2016) yang didukung oleh
dengan pernyataan Neave, yang
sumber-sumber lain yang relevan, maka
menyatakan bahwa apa yang
diperoleh kesimpulan bahwa konsep-
dibutuhkan organisasi bukan hanya

18
HUMANIKA Jurnal Sosial, Pendidikan, dan Humaniora Vol. 2 No. 3 September 2019

konsep pada prinsip "14 poin Advances in Total Quality


manajemen kualitas" dapat diterapkan Management, 5(1-2), 21-110.
pada pendidikan tinggi, khususnya
universitas, yaitu dengan cara: 1) top Farooq, M., Akhtar, M., & Ullah, S.
management harus dapat menyusun (2007). Application of Total
sebuah visi, misi, dan tujuan yang Quality Management in
nantinya akan menuntut kualitas produk; Education. Journal of Quality
2) memperbaiki kurikulum yang sesuai and Technology Management,
dengan perkembangan zaman; 3) III(II), 87-97.
menghentikan ketergantungan
peningkatan kualitas hanya dengan Helms, M. M., Williams, A. B., &
melalui seleksi penerimaan mahasiswa Nixon, J. C. (2001). TQM
baru; 4) kaprodi atau dekan harus Principles and Their Relevance
melakukan seleksi pembelian barang to higher Education: The
secara teliti; 5) pengadaan sistem Question of Tenure and Post-
berbasis online bagi dosen, mahasiswa, Tenure Review. The
dan staf, baik untuk kegiatan akademik International Journal of
maupun non akademik; 6) menetapkan Education Management, 15(7),
mekanisme pelatihan berkelanjutan 322-331.
tentang pekerjaan bagi anggota fakultas, Lunenburg, F. C. (2010). Total Quality
staf, dan administrasi; 7) adanya Management Applied to
kemampuan pemimpin lembaga untuk Schools. Schooling, 1(1), 1-6.
membuat para pegawai/bawahannya
mengadopsi pemikirannya; 8) harus Neave, H. R. (1990). Deming '88. Part 2:
selalu berani mengeluarkan temuan- The Point Revisited (Point 1-7).
temuan baru tanpa harus takut dengan Total Quality Management,
rintangan-rintangan yang ada; 9) 1(2), 169-182.
melakukan kolaborasi antara masing-
masing ketua program studi dan Neave, H. R. (1990). Deming '88. Part 3:
pimpinan fakultas (dekan) untuk The 14 Point Revisited (Point 8-
menghilangkan hambatan yang ada; 10) 14). Total Quality Management,
berfokus pada visi dan misi yang akan 1(3), 293-308.
dicapai, tanpa harus membuat slogan-
slogan yang nantinya membuat rencana Sohel-Uz-Zaman, A. S., & Anjalin, U.
pencapaian visi dan misi tersebut (2016). Implementing Total
menjadi dikesampingkan; 11) selektif Quality Management in
dalam penerimaan dosen dan Education: Compatibility and
mahasiswa; 12) mengadakan kegiatan- Challenges. Journal of Social
kegiatan di luar kampus yang bertujuan Sciences, 4, 207-217.
untuk menumbuhkan rasa bangga
Thapa, T. B. (2011). Total Quality
kepada masing-masing pribadi dosen
Management in Education. A
atau pegawai; 13) memberikan
Multidisciplinary Journal, 1(1),
kebijakan dosen ataupun stafnya untuk
80-83.
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi; 14) melakukan seleksi
melalui pelatihan kepemimpinan
futuristik.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlgaard, Kristensen, & Kanji. (1994).


Total Quality Management.

19

Anda mungkin juga menyukai