Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi


manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat
serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan
yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas
dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Seiring perkembangan zaman dan tekhnologi yang sangat cepat


dan modern membuat dunia pendidikan semakin penuh dengan dinamika.
Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak hentinya sejumlah
masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Masalah yang sering terjadi di
dunia pendidikan yaitu mengenai merosotnya mutu pendidikan di
indonesia secara umum dan mutu pendidikan tinggi secara spesifik dilihat
dari persfektif makro dapat disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan
nasional dan rendahnya sumber daya manusia (Hadis dan Nurhayati,
2010:2).

Masalah rendahnya mutu merupakan masalah yang harus


mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. Menurut Abdorrakhman
Gintings (2009), dalam dunia pendidikan ada tiga kelompok ukuran
kualitas sekolah yaitu kualitas masukan yang terdiri dari masukan mentah
(raw input atau siswa), masukan instrumental (SDM, fasilitas, kurikulum,
silabus, satuan pembelajaran, dll), masukan lingkungan (lingkungan
internal dan lingkungan eksternal), kualitas proses atau pengelolaan, dan
kualitas produk. Ketiga ukuran kualitas sekolah tersebut merupakan
bentuk dari penerapan TQM (Total Quality Management) yang awalnya
dikembangkan di dunia industri.

Ketika dikaitkan dengan konteks aplikasinya dalam konsep


pendidikan, maka Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
sebagai “A philoshophy improvement which can provide any educational
institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present
and future costumer need, wants and expectations”. Definisi Total Quality
Management (TQM) tersebut menekankan pada dua konsep utama.
Pertama, sebagai suatu filosofi perbaikan terus menerus (continous
improvement), dan keduanya berhubungan dengan instrumen dan tekhnik
seperti “brainstorming” dan “force field analysis” (analisis kekuatan
lapangan), yang digunakan untuk perbaikan kualitas dalam tindakan
manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan. Sedangkan
Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan telah dinyatakan
oleh Edward Sallis (1993), bahwa “Total Quality Management is about
creating a quality culture where the aim of every member of staff is to
delight their customer, and where the stucture of their organizations allow
to do so. Hal ini mengandung pengertian bahwa Total Quality
Management berhubungan dengan penciptaan budaya kualitas dengan
memposisikan tujuan karyawan dan staf untuk menyenangkan konsumen
sekaligus didukung oleh organisasi mereka dan melakukan sesuatu yang
dikehendaki.

Penerapan TQM dalam pendidikan khususnya dalam hal customer


focus perlu adanya perbaikan program sekolah yang mungkin dilakukan
secara lebih kreatif dan konstruktif, dan yang paling vital adalah
bagaimana mutu kualitas dalam programnya dapat mengubah kultur
sekolah para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik dengan adanya
inovasi yang ditimbulkan oleh TQM. Dalam konteks TQM, pihak sekolah
harus memperhatikan pengembangan mutu secara berkelanjutan (quality
improvement) di organisasinya. Namun kenyataan dilapangan masih
banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan konsep TQM yang
merujuk pada pengembangan mutu berkelanjutan sehingga penulis
memilih judul makalah yaitu: “TQM Berbasis Quality Improvement
(Pengembangan Mutu)”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis uraikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud TQM (Total Quality Management)/Manajemen
Mutu Terpadu dan Quality Improvement (QI)/Pengembangan mutu ?
2. Bagaimana konsep dan pelaksanaan TQM berbasis Quality
Improvement di lembaga pendidikan ?
3. Apa hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan TQM berbasis
Quality Improvement di lembaga pendidikan?
4. Bagaimana solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan
TQM berbasis Quality Improvement di lembaga pendidikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Total Quality Management
(TQM) berbasis Quality Improvement di bidang pendidikan.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1) Definisi dari TQM (Total Quality Management)/Manajemen
Mutu Terpadu dan Quality Improvement (QI)/Pengembangan
mutu
2) Konsep dan pelaksanaan TQM: Quality Improvement di
Lembaga Pendidikan
3) Hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan TQM:
Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
4) Solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan TQM:
Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diantaranya :
a) Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai TQM
berbasis Quality Improvement, melalui penerapan ilmu dan
teori-teori manajemen pendidikan yang penulis telah dapatkan
di bangku kuliah dan membandingkan kenyataan yang
sebenarnya, serta melatih kemampuan analisis dan berpikir
sistematis.
2) Bagi Lembaga Pendidikan
Memberikan masukan tentang peluang dan tantangan
yang harus dihadapi dalam melaksanakan penerapan TQM
berbasis Quality Improvement
b) Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang manajemen pendidikan.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, penulis
menggunakan sistematika penulisan yang tebagi dalam empat bab sebagai
berkut :
Bab I berisi tentang pendahuluan. Pendahuluan tersebut memuat
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
dan sistematika penulisan; Bab II berisi tentang landasan teori; Bab III
beirisi tentang pembahasan, pada bab ini diuraikan tentang konsep dan
pelaksanaan TQM; Quality Improvement, hambatan yang dihadapi dalam
pelaksanaan TQM; Quality Improvement dan solusi dalam menghadapi
hambatan dalam pelaksanaan TQM; Quality Improvement; Bab IV
merupakan penutup, maka bab ini berisi tentang kesimpulan yang
diperoleh dalam paparan pembahasan baik kesimpulan umum maupun
kesimpulan khusus, dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Total Quality Management (TQM)


Menurut Abdorrakhman Gintings (2009), pengertian TQM terbagi dalam
tiga kata yaitu:
1. Total : Keseluruhan
2. Quality : Kualitas=Mutu=Ukuran Pencapaian
3. Manajemen: Pengelolaan, Perencanaan, Pengorganisasian, dan Pengawasan
Dalam silabus Total Quality Management dari Rai Technology University
Pengertian “Quality” menurut beberapa pakar TQM diantaranya:
Quality is defined as being about value (Feigenbaum, 1983)
Quality is conformance to standards, specifications or requirements
(Crosby, 1979)
Quality is fitness for use (Juran, 1989)
Quality as excellence (Peters and Waterman, 1982)
Quality is concerned with meeting or exceeding customer expectations
(Parasuraman et al., 1985)
Quality means delighting the customer (Peters, 1989)
Quality is conformance to requirement (Deming, 1982)
Menurut Nasution (2001: 16-17), Dalam mendefinisikan kualitas ada
lima pakar utama TQM yang saling berbeda pendapat, tetapi maksudnya sama,
yaitu:
1. Juran (V, Daniel Hunt, 1993: 32), Kualitas produk adalah kecocokan
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan
2. Crosby (1979 : 58), kualitas adalah conformance to requirement yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan,
3. Deming (1982 : 176), kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar
atau konsumen
4. Feigenbaum (1986 :7), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfaction).
5. Garvin (1988), kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.

Menurut Nasution (2001), ada tiga pakar utama TQM yang


menjelaskan metode dalam TQM yaitu:

1. Metode W. Edwar Deming


Metode Deming yang terkenal yaitu Deming Cycle dengan empat
tahapan yaitu: plan, do check and act
Gambar 2.1 Model Deming Cycle

2. Metode Joseph M. Juran


a. Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas menurut
Juran meliputi sebagai berikut (Ross, 1994 : 8)
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan
peluang untuk melakukan perubahan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
4. Menyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan
masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil yang dicapai
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam
sistem reguler perusahaan
b. The Juran Trilogy
1) Quality Planning (meliputi pengembangan produk, sistem dan
proses yang dibutuhkan memenuhi atau melampaui harapan
pelanggan
2) Quality Control (meliputi penilaian kinerja kualitas,
membandingkan kinerja dengan tujuan dan bertindak
berdasarkan perbedaan antara kinerja dengan tujuan)
3) Quality Improvement (dilakukan secara on-going dan terus
menerus)
3. Metode Philip B. Crosby
Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
1) Komitmen Manajemen
2) Membentuk Tim Kualitas
3) Mengidentifikasi sumber masalah
4) Menilai biaya kualitas
5) Meningkatkan kesadaran akan kualitas
6) Melakukan tindakan dengan segera dalam memperbaiki masalah
yang telah teridentifikasi
7) Mengadakan program zero defect
8) Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program
kualitas tersebut
9) Mengadakan zero defect day
10) Mendorong individu dan tim untuk tujuan perbaikan pribadi
11) Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan hambatan yang
mereka hadapi
12) Mengakui para karyawan yang berpartisipasi
13) Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi
secara terus menerus
14) Mengulangi setiap tahap untuk menjelaskan bahwa perbaikan
kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir
Prinsip TQM pada dasarnya berkenaan dengan pengelolaan secara
berkualitas seluruh atau setiap unsur sistem untuk mencapai hasil yang
berkualitas sehingga akan tercapai zero defect (gagasan tanpa cacat) yang
pertama kali dipelopori oleh Philips B. Crosby.
Untuk dapat menerapkan TQM pada industri jasa diperlukan beberapa
konsep dasar, teknik dan langkah-langkah penerapannya, antara lain:
a) Memfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa yang
ditawarkan) dan pelanggan.
b) Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan
filosofi TQM.
c) Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang berorentasi mutu).
d) Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun
antara para personil organisasi dengan pelanggan.
e) Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
f) Tanggung jawab para karyawan.
g) Manajemen berdasarkan data dan fakta.
h) Sudut pandang jangka panjang.
Menurut Edwar Salis (1993), Dalam konsep TQM, sebuah produk/jasa
dapat dikatakan bermutu apabila mampu memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.Secara operasional, mutu/kualitas ditentukan oleh dua faktor, yaitu
terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinyaspesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan
pelanggan. Mutu yang pertama disebut quality in fact (mutu sesungguhnya)
dan yang kedua disebut quality in perception (mutu persepsi). Dalam quality in
fact, para produsen menunjukkan bahwa mutu memilikisebuah sistem, yang
biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance system) yang
memungkinkan roda produksi menghasilkan produk-produk yang secara
konsisten sesuai dengan standard atau spesifikasi tertentu. Dengan demikian
sebuah produk dikatakan bermutu selama produk tersebut secara konsisten
sesuai dengantuntutan pembuatnya. Adapun dalam quality in perception, mutu
didefinisikan sebagai sesuatu yangmemuaskan atau melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini yangmenentukan atau menilai sebuah
produk atau jasa bermutu ataupun tidak adalah parapelanggan. Dengan
demikian mutu dalam persepsi diukur dari kepuasan pelangganatau pengguna
serta meningkatnya minat pelanggan terhadap produk atau jasa .
Berdasarkan beberapa pengertian quality di atas, tampak bahwa quality
hampir selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality) sehingga
produk-produk didesain diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi
keinginan pelanggan.
Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang harus
dilalui tingkat demi tingkat untuk dapat menerapkannya. Pada dasarnya untuk
dapat menerapkan total quality management yang paling diperlukan adalah
dukungan atau komitmen dari pimpinan puncak, komunikasi antar seluruh
anggota organisasi, dan adanya perubahan budaya.
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem
manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam
scheuning dan Christopher, 1993: 165-166) (Vita, 2011), ada empat prinsip
utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah:
1. Kepuasan pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi
ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal
dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan
dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan
waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan
untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan
sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
para pelanggan. Makin tinggi nilai yang diberikan, maka makin besar pula
kepuasan pelanggan.
2. Resfect terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap karyawan
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas.
Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling
bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik
dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil
keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan (feeling). Ada
dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas
(prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan
pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat katerbatasan sumber
daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data, maka manajemen
dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu
yang vital. Kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat
memberikan gambaran mengenai variabilitas yang wajar dari setiap sistem
organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan perlu melakukan proses sistematis
dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang
berlaku di sini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang terdiri
atas langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap
hasil yang diperoleh.
Sepuluh unsur utama TQM adalah:
a. Fokus pada Pelanggan,
b. Terobsesi dengan mutu,
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan
menyelesaikan masalah,
d. Komitmen jangka panjang.
e. Kerja tim (teamwork),
f. Continual process improvement.
g. Pendidikan dan pelatihan
h. Tidak ada pengendalian (freedom from control).
i. Keseragaman tujuan.
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Menurut Joseh C. Field (Vita, 2011) , bahwa ada sepuluh langkah-langkah
untuk menerakan Total Quality Management dalam pendidikan:
1. Mempelajari dan memahami Total Quality Management secara
menyeluruh.
2. Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus-
menerus.
3. Menilai jaminan kualitas saat ini dan program pengendalian mutu.
4. Membangun sistem kualitas terpadu (kebijakan kualitas, rencana strategi
mutu, impelmentasi rencana, rencana pelatihan, organisasi dan struktur,
prosedur bagi tindakan perbaikan, pendefinisian terhadap nilai tambah
tindakan).
5. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, nilai budaya mutu sebagai
tujuan untuk mempersiapkan perbaikan, melatih orang-orang untuk
bekerja pada suatu kelompok.
6. Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan
(penyebab) dan mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan
teknik dan alat Total Quality Management .
7. Memilih dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.
8. Menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.
9. Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh
pemimpin yang akan menggunakannya.
10. Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi
pengetahuan yang amat luas .
Dari sepuluh langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai total
quality sebagaimana disebut di atas, bagaimana TQM bisa di implementasikan
terhadap lembaga pendidikan, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Pengembangan secara berkesinambungan
2. Perubahan budaya
3. Komunikasi organisasi
4. Menjaga hubungan dengan pelanggan
5. Kolega sebagai pelanggan
6. Pemasaran internal
7. Profesionalisme dan fokus pelanggan
8. Kualitas belajar
9. Mengatasi hambatan dalam memperkenalkan TQM

B. Tinjauan Tentang Quality Improvement (Pengembangan Mutu)


Quality Improvement adalan mengidentifikasi indikator mutu dalam
pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari
indikator mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta selalu
berfokus dalam rangka pengembangan proses, sehingga tingkat mutu dari hasil
yang di capai akan meningkat
Ada banyak metode untuk pengembangan kualitas, diantaranya :
1. ISO 9004 : 2008 - pedoman bagi perbaikan kinerja.
2. ISO 15504 -4: 2005 - teknologi informasi - proses penilaian - Bagian 4:
Pedoman digunakan untuk perbaikan proses dan kemampuan proses
penentuan.
3. QFD - kualitas fungsi penyebaran, juga dikenal sebagai rumah pendekatan
kualitas.
4. Kaizen , Jepang untuk berubah menjadi lebih baik, istilah bahasa Inggris
umum adalah perbaikan yang terus menerus.
5. Zero Defect Program - diciptakan oleh NEC Corporation Jepang,
berdasarkan pengendalian proses statistik dan salah satu masukan bagi
penemu Six Sigma.
6. Six Sigma - 6σ, menggabungkan metode Six Sigma dibentuk seperti
pengendalian proses statistik, desain eksperimen dan modus kegagalan dan
analisis efek (FMEA) dalam suatu kerangka menyeluruh.
7. PDCA - plan, do, check, act bertindak siklus untuk tujuan kontrol kualitas.
(Six Sigma DMAIC metode (mendefinisikan, mengukur, menganalisa,
memperbaiki, kontrol) dapat dilihat sebagai implementasi tertentu ini.)
8. Kualitas lingkaran - kelompok (orang berorientasi) pendekatan untuk
perbaikan.
9. Taguchi metode - metode berorientasi statistik termasuk ketahanan kualitas,
fungsi kerugian kualitas, dan spesifikasi sasaran.
10. Toyota Production System
11. Kansei Engineering - suatu pendekatan yang berfokus pada menangkap
emosional umpan balik pelanggan tentang produk untuk mendorong
perbaikan.
12. TQM - manajemen kualitas total adalah strategi manajemen yang ditujukan
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses organisasi. Pertama
dipromosikan di Jepang dengan hadiah Deming yang diadopsi dan
diadaptasi di Amerika Serikat sebagai Baldrige Nasional Quality Award
Malcolm dan di Eropa sebagai Yayasan Eropa untuk Manajemen Mutu
penghargaan (masing-masing dengan variasi mereka sendiri).
13. TRIZ - yang berarti "teori pemecahan masalah inventif"
14. BPR - rekayasa ulang proses bisnis , pendekatan manajemen yang
bertujuan perbaikan 'sabak bersih' di (Artinya, mengabaikan praktek-
praktek yang ada).
15. OQM - berorientasi objek Manajemen Mutu, model untuk manajemen
mutu.
Proses Pengembangan kualitas didasarkan pada konsep dasar berikut:
1. Tetapkan budaya kualitas.
Untuk menciptakan kebuyaan kualitas/mutu dalam organisasi,
proses, dan prosedur harus didukung dan diintegrasikan semua pihak.
Budaya peduli dengan mutu produk ataupun layanan/jasa ini terlihat
berbeda untuk setiap penerapannya, oleh karena itu penting bagi organisasi
untuk membentuk tim quality improvement yang berdedikasi, mengadakan
pertemuan perbaikan mutu secara reguler, dan atau membuat kebijakan
seputar sasaran dari pengembangan kualitas di perusahaan.
2. Tentukan dan prioritaskan area potensial untuk perbaikan.
Tim quality improvement perlu mengidentifikasi dan memahami
fokus kualitas yang akan ditingkatkan. Dari sinilah Anda akan dapat
melihat dimanakah prioritas utama yang akan dilakukan perbaikan secara
bekelanjutan melalui kaizen.
3. Kumpulkan dan analisis data.
Pengumpulan dan analisis data merupakan jantung dari
Pengembangankualitas. Data yang didapat akan membantu tim ataupun
organisasi memahami seberapa baik sistem perusahaan bekerja. Dengan
adanya data yang dikumpulkan akan memudahkan dalam mengidentifikasi
bidang potensial untuk perbaikan, menetapkan sasaran yang terukur, dan
memantau keefektifan perubahan dengan menggunakan metode PDCA
Cycle.
4. Komunikasikan hasilnya.
Pengembangan kualitas tidak akan menjadi sebuah kebudayaan
apabila upaya quality improvement yang dilakukan tidak mempengaruhi
anggota dan siswa. Oleh karena itu ketika merancang dan menerapkan
Quality Improvemen, terlebih dahulu komunikasikan kebutuhan, prioritas,
tindakan, dan penting juga untuk share hasil dari proyek pengembangan
mutu ke keseluruhan anggota organisasi termasuk pelanggan.
5. Berkomitmen untuk terus melakukan evaluasi.
Pengembangankualitas adalah proses yang berkelanjutan. Jadi
dalam penerapan dan pelaksanaan quality improvement harus memiliki
fungsi tertinggi yaitu usaha dalam meningkatkan kinerja, meninjau
kembali efektivitas intervensi, dan secara teratur meminta masukan dari
semua pihak termasuk anggota maupun pelanggan ataupun siswa. Evaluasi
sangat dibutuhkan agar terciptanya kebudayaan continuous improvement.
Menurut Ishikawa dalam buku silabus Total Quality Management dari Rai
Technology University, ada tujuh alat pengukuran kualitas, yaitu : control
chart (grafik kontrol diciptakan oleh Walter A. Shewhart di tahun 1920. Alat-
alat ini terdiri dari kualitas grafik garis dilengkapi dengan batas maksimum dan
batas minimum yang menyediakan area kontrol), run chart (diagram
perjalanan yang menunjukan variasi ukuran sepanjang waktu), histogram
(untuk menunjukan variasi data pengukuran), scatter diagram (gambaran yang
menunjukan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam
variabel, pareto diagram (suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari
kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah), fishbone
diagram (cause and effect diagrams, diagram ini menunjukkan pemahaman
tentang tim pemecahan masalah dan menghasilkan penemuan secara aktif
tentang penyebab masalah, serta memberi petunjuk untuk pengumpulan
datanya) dan flowchart (menggambarkan urutan kegiatan secara grafis dalam
menyelesaikan tugas dan harus mencerminkan proses sebenarnya bukan apa
yang pemilik proses ingin hal itu terjadi)

Sedangkan menurut Nasution (2001 : 98-99), alat perbaikan kualitas


dibedakan menjadi dua piranti yaitu: piranti data numberik dan piranti data
verbal.

1. Piranti Data Numberik


Digunakan dalam mengolah data numerik atau data kuantitatif yaitu:
kertas periksa, pareto chart, histogram, diagram pencar dan diagram
perjalanan (run chart).
2. Piranti Data Verbal
Digunakan dalam mengolah data verbal atau data kualitatif yaitu: flow
chart, brainstorming, fishbone diagram, diagram gabungan, dan diagram
pohon.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga


Pendidikan
1. Konsep TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan Total Quality
Management in education/Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan adalah
suatu pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian mutu
pendidikan melalui pengembangan mutu komponen terkait.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan itu antara lain:
pertama perserta didik yaitu kesiapan motivasi belajarnya; kedua guru
yaitu kemampuan profesional, moral kerjanya, kemampuan personalnya,
dan kerjasamanya (kemampuan sosial); ketiga, Kurikulum yaitu
relevansinya dengan proses pembelajarannya; keempat dana, sarana dan
prasarana yaitu kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran; kelima masyarakat (orang tua, pengguna lulusan) yaitu
partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan di
sekolah. Dan lima komponen mutu inilah yang menjadi fokus perhatian
kepala sekolah (Depdiknas,2000:25)
Kemudian jika ditinjau dari prinsip-prinsip TQM yaitu Kepuasan
Pelanggan, Resfect terhadap setiap orang, Manajemen Berdasarkan Fakta
dan Perbaikan Berkesinambungan.
1. Fokus pada Kepuasan pelanggan
TQM keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan
pelanggannya, baik internal maupun eksternal. Dan sekolah bisa
dikatakan berhasil jika mampu memberikan produk sama atau melebihi
harapan pelanggan, yaitu jika peserta didik puas dengan produk
sekolah, antara lain puas dengan proses pembelajaran yang diterima,
puas dengan perlakuan dan keteladanan guru maupun kepala, puas
dengan fasilitas yang ada, sehingga merasakan kenyamanan belajar.
Kemudian juga orang tua puas dengan program yang ada, dan puas
dengan produk terhadap anaknya, walaupun tidak selalu harus bisa
diukur dengan angka, artinya tidak selalu dibidang akademik, tetapi
lebih pada perubahan sikap dan pembiasaan anaknya.
2. Respect Terhadap Setiap Orang
Sumber daya manusia memegang peran yang penting dalam
menentukan kualitas, maka perlu adanya pendidikan dan pelatihan
terhadap personalnya agar mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas terhadap peserta didik. Maka kepala sekolah atau pemimpin
penddikan harus mengambil langkah yaitu menetapkan tugas sesuai
kompetensi, melakukan tindakan untuk mendukung
Pengembangankompetensi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Dalam menjalankan organisasi yang menggunakan TQM, maka
segala pengambilan keputusan menggunakan fakta yang ada. Langkah-
langkah dalam manajemen berdasarkan fakta yaitu: a) telah membuat
Visi, Misi, Tujuan dan program. Hal ini penting untuk dijadikan acuan
atau petunjuk pengembangan sekolah kedepan. b). Pemimpin sekolah
mengkomunikasikan hal tersebut pada rapat sekolah bersama
yayasan.c). menanamkan pemahaman dan perilaku untuk selalu
melakukan perbaikan dan meyakinkan bahwa lembaga pendidikannya
melayani para siswa sebagai pelanggan primer, dan d)
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan sikap
disiplin, baik disiplin waktu, disiplin tindakan, disiplin kebersihan,
disiplin beribadah, disiplin belajar.
Pelaksanaan sistem manajemen yang dilakukan di sekolah ini
terkonsentrasikan pada pengelolaan dokumen, segala bentuk kegiatan
dan perencanaan terdokumentasikan dengan baik, sehingga
mempermudah dalam melakukan evaluasi keefektifannya.
4. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi
setiap lembaga. Perbaikan akan dapat dicapai dengan kerjasama
diantara yang ada didalamnya, dan berusaha mencari jalan keluar
setiap persoalan yang muncul. Adapun prosedur yang harus dilakukan
lembaga pendidikan yaitu:
a) Tanggung jawab terhadap perbaikan manajemen terletak pada
pimpinan,
b) Setiap ditemukan ketidak sesuaian dilakukan penyelidikan untuk
menemukan penyebabnya,
c) Mengadakan rapat koordinasi untuk menetapkan tindakan yang
diambil dan memastikan bahwa ketidaksesuaian tidak terulang
kembali

2. Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan


Sebelum mengimplementasikan TQM dalam meningkatkan mutu
pendidikan secara berkelanjutan dan terpadu, lembaga pendidikan harus
menempuh tiga tahapan sebagai berikut : a). Persiapan. Tahapan persiapan
adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum TQM
dikembangkan dan dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Beberapa
langkah yang dilakukan pihak madrasah adalah : membentuk tim yang
bertugas merumuskan model atau sistem yang akan dikembangkan untuk
implementasi TQM, membuat kebijakan berkaitan dengan komitmen
anggota madrasah untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada
semua guru, tenaga administrasi, karyawan, yayasan, orang tua murid
berkaitan dengan adanya perubahan, melakukan analisis faktor pendukung
dan penghambat organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap kepuasan
pelanggan. Selanjutnya b). Pengembangan sistem. Berdasarkan tahapan
persiapan, pengembangan sistem dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : peninjauan dan pengembangan model atau sistem yang ada melalui
penyusunan dokumen sistem kualitas, melakukan pelatihan dan sosialisasi
prosedur dan petunjuk kerja kepada tim-tim yang ditentukan secara tuntas,
dan melakukan penyiapan akhir baik sumber daya manusia maupun non
manusianya secara cermat dan akurat dalam rangka memasuki tahapan
implementasi TQM. c). Implementasi sistem. Tim mengumpulkan data dan
informasi dari pelanggan, melakukan tindakan koreksi dan pencegahan
sesuai dengan harapan pelanggan, dan mendiskusikan/melaksanakan rapat
pemimpin dan pelaksana sistem jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh
balikan yang ada untuk menghasilkan atau membuat modifikasi proses yang
diharapkan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Implementasi TQM berbasis quality improvement di lembaga
pendidikan terdiri dari lima pengembangan mutu yaitu:
a) Pengembangan Mutu Proses
Ada dua aspek dalam Pengembangan mutu proses yaitu
kurikulum dan proses pembelajarana.
1) Kurikulum
Menurut Edward Sallis (1993), lembaga pendidikan yang ingin
menerapkan MMT pendidikan harus mempunyai kurikulum
yang bermutu. Rancangan kurikulum mencakup tujuan masing-
masing program (mata pelajaran) dan spesifikasi masing-masing
program yang disusun sistematis. Proses perancangan
kurikulum tidak bisa lepas dari kebutuhan yang diperlukan oleh
pelanggan bahkan masukan-masukan pelanggan terhadap
kurikulum adalah bagian penting dalam sistem mutu
2) Proses pembelajaan
Ciri utama MMT dalam proses pendidikan adalah perhatiannya
yang fokus pada aktivitas utama pendidikan yaitu
pembelajaran.
Dalam MMT pendidikan, asumsi dasar yang dibangun dalam
pembelajaran adalah masing- masing pelajar mempunyai potensi
dan kemampuan masing-masing atau berbeda. Sehingga setiap
pembelajaran tidak bisa didekati dengan hanya satu strategi atau
metode. Oleh karena itu, lembaga pendidikan yang
menggunakan prosedur MMT harus secara serius menangkap isu
gaya (metode) dan kebutuhan pelajar. MMT menghendaki adanya
strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
Beberapa kriteria pembelajaran yang unggul (bermutu), yaitu:
Pertama meningkatkan peranan peserta didik; kedua mengembangkan
bahan ajar; ketiga pemanfaatan sumber belajar; keempat tugas dan
fungsi guru, kelima metode yang tepat; keenam keseimbangan
jasmani dan rohani; ketujuh 20 mengerti bukan menghafal; kedelapan
sumber belajar. (Syafaruddin, Irwan Nasution, 2005:152-153).
Pengembangan mutu pendidikan dalam perspektif Total Quality
Management bertujuan untuk memberi penekanan pada mutu peserta
didik. Itu tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi
yang substansial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagian
besar insitusi pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi,
penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktifitas pembelajaran.
Berdasarkan konsepsi diatas, maka pembelajaran yang bermutu
bukanlah pembelajaran yang secara khusus dirancang dan
dikembangkan hanya untuk siswa yang unggul saja, melainkan lebih
merupakan pembelajaran yang secara metodologis maupun psikologis
dapat membuat semua peserta didik mengalami belajar secara
maksimal dengan memperhatikan kapasitasnya masing-masing. Ada
tiga indikator proses pembelajaran yang bermutu yaitu pertama proses
pembelajaran yang dapat melayani semua peserta didik bukan hanya
pada sebagian peserta didik; kedua semua peserta didik mendapat
pengalaman belajar semaksimal mungkin; ketiga walaupun semua
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya
sangat bervariasi tergantung pada tingkat kemampuan peserta didik
yang bersangkutan.
b) Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM adalah faktor terpenting dan unik dalam suatu organisasi
dan merupakan asset penting dalam organisasi. Jika dalam dunia
industri SDM penting maka dunia pendidikan juga karena
pendidikan adalah aktivitas mendidik dan membina manusia untuk
mewujudkan manusia yang dicita-citakan.
Sumber daya manusia yang bermutu dalam mengelola lembaga
pendidikan harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) kuat aqidah,
ibadah dan mu’amalahnya; 2) menguasai seluk beluk pendidikan; 3)
menguasai dan menerapan manajemen yang baik, sehat, dan terbuka, 4)
berakhlakul karimah; 5) melaksanakan tugas dengan profesional; 6)
fokus pada tugas/jabatan yang diemban (usahakan tidak merangkap
jabatan); 7) tidak semata-mata mencari keuntungan materi, tapi lebih
ditekankan pada ibadah dan iklas karena Allah; 8) menjalin hubungan
yang baik dan harmonis secara internal maupun eksternal; 9) kuat dan
potensial dalam bidang SDM, manajemen, pembiayaan, sarana dan
prasarana serta fasilitas pendidikannya (Heri Jauhari Muchtar, 2005:
137).
c) Pengembangan Mutu Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu komponen penting
yang mempengaruhi mutu sekolah. Lingkungan yang positif
dan kondusif memberikan gambaran tentang baiknya mutu
sekolah. Semakin kondusif lingkungan, maka semakin
menunjang proses Pengembangan mutu sekolah. Lingkungan
menggambarkan nilai, sikap dan budaya yang dibanguun
masyarakat sekolah. Seperti penanaman budaya sholat berjama‟ah dan
sholat dhuha mencerminkankan lingkungan yang agamis.
Lingkungan pendidikan yang bermutu adalah lingkungan yang
saling mempengaruhi secara fisik yakni bersih, indah, aman, damai,
asri, dan secara sosial terbangun interaksi yang saling mendukung
untuk memotivasi belajar peserta didik dan motivasi para pendidik
untuk melaksanakan tugasnya dengan bersemangat dan ceria dalam
kerja, kemudian secara intelektual terbangun interaksi keilmuan yang
baik antar pipmpinan sekolah, guru, dan karyawan, serta peserta didik,
sehingga terbangun nilai-nilai yang baik yaitu moralitas pimpinan,
guru, karyawan, dan peserta didik semakin baik ditengah
masyarakatnya.
d) Pengembangan Mutu Pelayanan
Mengedepankan kualitas pelayanan pendidikan menjadi
komuitmen yang selalu dijaga oleh suatu lembaga pendidikan baik
terhadap peserta didik, orang tua/ wali, dinas-dinas terkait maupun
masyarakat secara luas. Dengan layanan baik tentu akan
menimbulkan kepercayaaan terhadap lembaga pendidikan tersebut.
Pelayanan di sekolah dalam konteks Pengembanganmutu Total
Quality Management (TQM) adalah semua perangkat sekolah dari
kepala sekolah, guru, karyawan, dan tenaga kebersihan serta keamanan,
harus benar-benar memiliki kultur pelayanan terbaik terhadap peserta
didik dan orang tua siswa, sehingga mereka puas, tidak saja diakhir
setelah putra-putrinya lulus, tetapi sejak awal mereka masuk ke
halaman sekolah, merasa nyaman, aman, terlindungi, terhargai, dan
terlayani oleh perangkat sekolah.
e) Pengembangan Mutu Output
Mutu sebuah lembaga pendidikan sangat ditentukan dari
output dari lembaga pendidikan tersebut. Secara umum, proses
Pengembangan mutu output sebenarnya sudah tercakup pada
penjelasan aspek pengembangan mutu diatas yaitu aspek proses,
lingkungan, pelayanan dan SDM. Semua upaya sistemik yang
dilakukan dalam empat aspek diatas mempunyai arah utama yang sama
yaitu mewujudkan output sekolah yang sesuai dengan cita-cita
sekolah dan harapan pelanggan lainnya.
B. Hambatan dalam Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di
Lembaga Pendidikan
Faktor hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan TQM :
Quality Improvement di Lembaga Pendidikan antara lain:
a) Kurang displinnya sebagian tenaga pendidik dalam menjalankan tugas
dan kewajiban
b) TQM : Quality Improvement yang diterapkan belum bisa diterima oleh
semua pihak dengan penuh kesadaran dalam memberikan pelayanan yang
terbaik dan maksimal terhadap pelanggan guna meningkatkan mutu
pendidikan.
C. Solusi dalam menghadapi Hambatan Pelaksanaan TQM : Quality
Improvement di Lembaga Pendidikan
Dalam menhadapi hambatan yang berkaitan dengan pengembangan
mutu atau mutu pendidikan, solusi yang tepat dilakukan diantaranya
adalah:
1) Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan
system study pada umumnya.
2) Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid serta buku
pedoman guru
3) Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada setiap
jenjang pendidikan
4) Penataran guru-guru dan dosen
5) Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan
sekolah atau di perguruan tinggi
Menurut Syafaruddin (2005) upaya untuk meningkatkan mutu atau
mutu pendidikan perlu dilakukan hal-hal berikut, yaitu:
1) Menyamakan komitmen mutu atau mutu oleh kepala sekolah, para
guru dan pihak terkait (stakeholders), mencakup: visi, misi, tujuan dan
sasaran,
2) Mengusahakan adanya program pengembangan mutu sekolah
(kurikulum/pengajaran, pembinaan siswa, pembinaan guru, keuangan,
saran dan prasarana, serta kerjasama dengan stakeholders sekolah,
meliputi jangka panjang dan jangka pendek
3). Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah,
4). Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif,
5) Ada standar mutu lulusan,
6) Jaringan kerjasama yang baik dan luas,
7) Penataan organisasi sekolah yang baik (tata kerja),
8) Menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif.
Dapat disimpulkan ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dalam meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: peserta didik,
pendidik, sarana dan prasarana serta lingkungan.
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai TQM :


Quality Improvement (Pengembangan Mutu), maka diperoleh kesimpulan yang
terdiri dari kesimpulan umum dan kesimpulan khusus dan rekomendasi.

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam
pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Menyadari hal
tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
pengembangan mutu kompetensi guru, pengadaan buku dan media
pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta
Pengembanganmutu manajemen sekolah. Meskipun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan mengindikasikan bahwa berbagai upaya
tersebut belum mununjukkan pengembangan yang berarti.
Dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan salah satu metode
pengembangan kualitas yang berkelanjutan dan secara terus menerus
dilakukan yaitu Total Quality Management/Manajemen Mutu Terpadu :
Quality Improvement
2. Kesimpulan Khusus
a) Definisi dari TQM/Manajemen Mutu Terpadu dan Quality
Improvement/Pengembangan Mutu
Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang
harus dilalui tingkat demi tingkat untuk dapat menerapkannya. Sedangkan
quality Improvement merupakan proses identifikasi indikator mutu dalam
pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil
dari indikator mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta
selalu berfokus dalam rangka pengembangan proses, sehingga tingkat
mutu dari hasil yang di capai akan meningkat
b) Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga
Pendidikan
Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu
dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya
kompetensi, baik intelektual maupun keterampilan serta kompetensi
sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut,
implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu
dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan setengah hati. Dengan
memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam organisasi,
pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini. Perlu
diketahui bahwa penekanan implementasi konsep MMTP ini adalah
pelanggan. Dalam MMTP, pelanggan merupakan raja atau yang
berkuasa, yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya.
Implementasi TQM berbasis quality improvement di lembaga
pendidikan terdiri dari lima pengembanganmutu yaitu : pengembangan
mutu proses, pengembangan mutu SDM, pengembangan mutu
lingkungan, pengembangan mutu layanan, dan pengembangan mutu
output
c) Hambatan dalam Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di
Lembaga Pendidikan
Hambatan dalam pelaksanaan TQM : Quality Improvement di
lembaga pendidikan adalah kurang displinnya sebagian tenaga pendidik
dalam menjalankan tugas dan kewajiban dan TQM : Quality
Improvement yang diterapkan belum bisa diterima oleh semua pihak.
d) Solusi dalam menghadapi Hambatan Pelaksanaan TQM : Quality
Improvement di Lembaga Pendidikan
Dalam menghadapi hambatan yang berkaitan dengan
pengembangan mutu atau mutu pendidikan, solusi yang tepat dilakukan
diantaranya adalah: pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian
pelajaran dan system study pada umumnya, pengadaan buku-buku
pelajaran pokok untuk murid serta buku pedoman guru, pengadaan alat-
alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada setiap jenjang
pendidikan, penataran guru-guru dan dosen, pengadaan buku bacaan
yang sehat dan bermutu melalui perpustakaan sekolah atau di perguruan
tinggi.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka rekomendasi
bagi pihak yang terkait di antaranya:
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan dalam meningkatkan sistem manajemen mutu yang
telah diterapkan, hendaknya mempunyai inovasi dan kreasi, selalu
berkoordinasi dan komunikasi kepada pihak-pihak terkait untuk
menganalisa menggunakan siklus Deming sehingga dalam menetapkan
kebijakan akan mendapat dukungan yang positif dari segala pihak.
2. Bagi Pemerintah
Diharapkan lebih intensif dalam memantau dan menganalisa
perkembangan lembaga pendidikan di setiap jenjang pendidikan.
3. Bagi Penulis Lainnya
Diharapkan dapat menambah salah satu objek penelitian di salah
satu lembaga pendidikan sebagai studi kasus agar isi makalah dapat
menjadi acuan dalam penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan
manajemen pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai