Anda di halaman 1dari 5

PERSEPSI GURU BIOLOGI TERHADAP PEMBELAJARAN YANG

MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA


DI SMA SE KECAMATAN RAMBAH HILIR

Jeny Sari Tampubolon1), Nurul Afifah2), Ria Karno2)


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir
Pengaraian. Email: tampubolonjeny55@gmail.com
2
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian
Email: nurulafifah.upp@gmail.com; ria_karno@ymail.com

Abstract. This research to know the biology teacher’s perception towards learning detective critical
thinking abilities of High School in District Rambah Hilir. This research using descriptive. The
population of this research are all the biology teacher’s of High School in District Rambah Hilir. Use
saturated sample for take sampling that means all members of the population sampled the skors from
5 people. Techniques of collecting data uses questionnaire and dokumentation. The result of biology
teacher’s perception towards learning detective critical thinking abilities of High School 1 Rambah
Hilir students in District Rambah Hilir. The average value of the overall percentage 66,7% with
good criteria, the result of perception in Senior High School 2 Rambah Hilir, the average of
obtainable overall percentage 71,6% with good criteria. The result perception in Senior High School
3 Rambah Hilir the average of obtainable overall percentage is 59,4% with not good criteria.
Keywords : Questionnaire, Critical Thinking, Perception,

1. PENDAHULUAN memberikan kesempatan kepada siswa untuk


bertanya. Namun, sebagian besar siswa
Pendidikan pada hakikatnya adalah cenderung diam, mereka seperti enggan
usaha membudidayakan manusia atau berpikir dan malu mengemukakan
memanusiakan manusia, pendidikan sangat pendapatnya; (3) untuk pertanyaan guru tidak
strategis untuk mencerdaskan kehidupan perlu memberi pertanyaan yang dibuat dalam
bangsa, guna meningkatkan mutu bangsa kategori C4 (analisis) pertanyaan hanya
secara menyeluruh Saondi dan Suherman dibatasi sampai kategori C3 (penerapan).
(2012: 1). Kemampuan dan keterampilan yang Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
dimiliki seseorang tentu sesuai dengan tingkat penulis tertarik melakukan penelitian dengan
pendidikan yang diikutinya, semakin tinggi judul Persepsi guru biologi terhadap
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pembelajaran yang memberdayakan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Se
Hal ini menggambarkan bahwa fungsi Kecamatan Rambah Hilir.
pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan Hal ini juga didukung oleh penelitian
seseorang yang berpendidikan, dengan yang dilakukan oleh Fauziyah (2013: 77)
demikian dapat ditegaskan bahwa fungsi Namun demikian sesungguhnya kemampuan
pendidikan adalah membimbing siswa ke arah berpikir kritis dan kreatif pada dasarnya
suatu tujuan yang kita nilai tinggi dan dimiliki semua orang. Aktivitas guru yang
pendidikan yang baik adalah usaha yang mampu membangkitkan aktivitas dan mampu
berhasil membawa semua siswa kepada tujuan memancing kreatifitas siswa. Sehingga
itu (Sagala, 2010: 11). kegiatan belajar mengajar berlangsung
Berdasarkan observasi dan wawancara dinamis. Siswa yang aktif mendengar, berfikir,
dari beberapa guru di SMA Sekecamatan bertanya, menjawab, menanggapi pertanyaan
Rambah Hilir terdapat beberapa masalah yaitu merupakan indikator siswa yang aktif.
: (1) siswa kesulitan dalam menyelesaikan Tujuan penelitian ini adalah untuk
sosal-soal yang diberikan guru. Siswa mengetahui persepsi guru biologi terhadap
menyelesaiakan banyak soal tanpa pembelajaran yang memberdayakan
pemahaman yang mendalam, hal ini kemampuan berpikir kritis siwa SMA Se
menunjukkan bahwa masih rendahnya Kecamatan Rambah Hilir.
kemampuan berpikir kritis siwa dalam
pembelajaran Biologi; (2) pada saat
pembelajaran, guru kadangkala bertanya atau

1
2. METODE PENELITIAN SMAN Se Kecamatan Rambah Hilir
Jenis penelitian ini adalah penelitian menyatakan inferensi atau proses yang berasal
deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh kesimpulan logis dari premis-premis yang
guru biologi SMA di Kecamatan Rambah Hilir diketahui atau dianggap benar misalnya
Kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 5 penguasaan materi oleh guru sudah baik dan
orang. Sampel penelitian ini adalah seluruh guru mengajar pada bidangnya dan
guru biologi SMA Kecamatan Rambah Hilir mempunyai referensi bahan ajar yang lengkap
dengan teknik pengambilan sampel jenuh. serta melakukan persiapan mengajar yang
Menurut Lufri (2007: 88) sampel jenuh artinya matang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Nurasmah, Murniati dan Usman (2015: 164)
pada indikator inferensi guru harus memiliki
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tanggung jawab dan memahami kurikulum dan
Hasil penelitian tentang persepsi guru guru harus mampu mengembangkan sendiri
biologi terhadap pembelajaran yang KTSP. Penguasaan bahan pengajaran sangat
memberdayakan kemampuan berpikir kritis penting bagi guru biologi karena penguasaan
siswa di SMAN Se Kecamatan Rambah bahan pengajaran mempengaruhi secara
Hilir tergolong dengan kriteria baik. Hal ini langsung interaksi belajar mangajar dan
dapat dilihat dari hasil rekapitulasi data kualitas pengajaran yang dilaksanakan
persepsi guru di bawah ini: utamanya meteri yang diajarkan Mulyasa
Tabel 5. Data Angket Persepsi Guru Biologi di (2005: 40). Janawi (2011: 102) Guru harus
SMA Se Kecamatan Rambah Hilir menguasai the body of material untuk
Indikator Nama Sekolah Penilaian Kriteria
menguasai materi dengan baik dan melakukan
Guru (%) persiapan-persiapan mengajar, melakukan
pendekatan pembelajaran dengan baik, metode
Inferensi SMAN 1 Rambah Hilir 77,8% Baik
pembelajaran yang selalu disesuaikan dengan
SMAN 2 Rambah Hilir 75,0% Baik materi.
SMAN 3 Rambah Hilir 77,8% Baik

Rata-rata 76,8% Baik 3.2 Pengenalan Asumsi-asumsi


Mengenal SMAN 1Rambah Hilir 55,6% Kurang Baik
Persepsi guru di SMAN Se Kecamatan
asumsi- Rambah Hilir pada aspek pengenalan asumsi-
asumsi SMAN 2 Rambah Hilir 69,5% Baik
SMAN 3 Rambah Hilir 50,0% Kurang Baik asumsi dengan menggunakan 6 pernyataan
yang diberikan kepada semua guru Biologi di
Rata-rata 58,3% Kurang Baik
SMAN Se Kecamatan Rambah Hilir.
Deduksi SMAN 1Rambah Hilir 61,1% Baik Berdasarkan tabel 5 hasil rata-rata frekuensi
SMAN 2 Rambah Hilir 69,4% Baik pengenalan asumsi-asumsi diperoleh nilai
SMAN 3 Rambah Hilir 47,2% Kurang Baik sebesar 58,3% dengan kriteria kurang baik. Di
Rata-rata 59,2% Kurang Baik SMA N 2 Rambah Hilir hasil frekuensi
Interpretasi SMAN 1Rambah Hilir 72,2% Baik pengenalan asumsi-asumsi 69,5% dengan
kriteria baik. Hal ini dikarenakan pengenalan
SMAN 2 Rambah Hilir 75,0% Baik
SMAN 3 Rambah Hilir 66,7% Baik asumsi-asumsi guru biologi sudah cukup baik
misalnya guru menyajikan materi sesuai
Rata-rata 71,3% Baik
dengan RPP dan silabus, guru mengulang
Evaluasi SMAN 1 Rambah Hilir 66,6% Baik kembali pelajaran yang telah lewat dan
SMAN 2 Rambah Hilir 69,4% Baik
SMAN 3 Rambah Hilir 55,6% Kurang Baik dikaitkan dengan materi baru dan selalu
memberikan gambaran tentang materi yang
Rata-rata 63,8% Baik
akan diajarkan. Hal ini sejalan dengan
Rata-rata Keseluruhan 65,8% Baik pernyataan Novi, Sulistyarini dan Budjang (
3.1 Inferensi 2014: 7) guru menyampaikan materi sesuai
Persepsi guru di SMA Se Kecamatan dengan RPP dan silabus, berdasarkan
Rambah Hilir pada aspek inferensi dengan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, guru
menggunakan 6 pernyataan yang diberikan selalu memberi contoh yang relevan dengan
kepada semua guru Biologi di SMAN Se peristiwa-peristiwa disekitar siswa. Selain itu
Kecamatan Rambah Hilir. Berdasarkan tabel 5 guru juga menyampaikan materi secara
hasil rata-rata frekuensi inferensi sebesar bertingkat dari yang sudah diketahui (fakta)
76,8% dengan kriteria baik. Guru biologi

2
kepada yang tidak diketahui Novi, Sulistyarini tujuan pembelajaran. Penalaran deduksi dalam
dan Budjang ( 2014: 7). pembelajaran merupakan sebuah proses
Di SMA N 1 hasil frekuensi berpikir yang sistematis yang berlangsung
pengenalan asumsi-asumsi diperoleh nilai langkah demi langkah yang memerlukan
sebesar 55,6% dengan kriteria kurang baik dan pembuktian (Saefudin, 2012: 40-41).
SMA N 3 Rambah Hilir hasil frekuensi
pengenalan asumsi-asumsi diperoleh sebesar 3.4 Interpretasi
50% dengan kriteria kurang baik. Hal ini di Persepsi guru di SMAN Se Kecamatan
karenakan pengenalan asumsi-asumsi guru Rambah Hilir pada aspek interpretasi dengan
biologi kurang baik misal dalam pemahaman menggunakan 6 pernyataan yang diberikan
kurikulum KTSP dan penyampaian materi kepada semua guru Biologi di SMAN Se
ajar, guru tersebut tidak menyesuaikan dengan Kecamatan Rambah Hilir. Berdasarkan tabel 5
materi ajar dan kemampuan siswa sedangkan hasil rata-rata frekuensi interpretasi diperoleh
menurut Trisulaminah (2010: 2), menyatakan nilai sebesar 71,3% dengan kriteria baik. Hal
bahwa pengenalan asumsi-asumsi sangat ini di karena interpretasi guru di SMAN Se
penting dipahami oleh guru terutama pada Kecamatan Rambah Hilir cukup baik,
pemahaman kurikulum dan penyampaian misalnya guru selalu memberi kesempatan
bahan ajar dalam tanggung jawabnya sebagai kepada siswa untuk bertanya tentang materi
pendidik dan pengajar dalam menghantarkan yang kurang dimengerti dan guru selalu
siswa kepada pertumbuhan dan perkembangan memberi tugas rumah dan di koreksi bersama.
prestasinya secara optimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Angraini,
Sugita, Darwis (2013: 230), menyatakan
3.3 Deduksi bahwa untuk membangun interpretasi siswa,
Persepsi guru di SMAN Se Kecamatan diharapkan siswa sendiri yang memanipulasi
Rambah Hilir pada aspek deduksi dengan objek-objek konkrit tentang apa yang
menggunakan 6 pernyataan yang diberikan dipelajari, agar terbentuk pemahaman yang
kepada semua guru Biologi di SMAN Se bermakna pada dirinya. Sesuai dengan
Kecamatan Rambah Hilir. Berdasarkan tabel 5 penelitian Hayati (2015:4) penguasaan materi
hasil rata-rata frekuensi deduksi diperoleh nilai merupakan penguasaan terhadap pengetahuan
sebesar 59,2% dengan kriteria kurang baik Hal dan wawasan. Pada materi para guru sudah
ini disebabkan guru yang jarang melibatkan menguasai mata pelajaran terkait dengan
siswa dalam proses pembelajaran. Di SMA N struktur, konsep dan keilmuannya dan di
3 hasil frekuensi deduksi diperoleh nilai terapkan kepada siswa guna membangun
sebesar 47,2% dengan kriteria kurang baik. interpretasi siswa.
Hal ini dikarenakan guru biologi dalam
penyampaian materi ajar kurang memahami, 3.5 Evaluasi
kurangnya interaksi antara guru dan siswa dan Guru harus mengevaluasi hasil dari
guru biologi jarang memberikan kesimpulan di pembelajaran yang telah di pelajari dengan
akhir proses pembelajaran. Sedangkan Rifqoh baik, supaya hasil dari pembelajaran dapat
(2012: 24), menyatakan bahwa pealaran dalam diperoleh dengan baik. Berdasarkan tabel 5
mengelola interaksi pembelajaran, guru harus hasil rata-rata frekuensi evaluasi diperoleh
sudah menguasai bahan-bahan yang nilai sebesar 63,8% dengan kriteria baik. Hal
mendukung jalannya proses pembelajaran ini di karena evaluasi guru terhadap siswa
hingga akhir proses pembelajaran. sudah cukup baik. Misalnya guru menilai
Di SMA N 1 Rambah Hilir hasil siswa dengan menggunakan tiga ranah yaitu
frekuensi deduksi diperoleh nilai sebesar ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
61,1% dengan kriteria baik dan di SMA N 2 Di SMAN 1 hasil frekuensi evaluasi
Rambah Hilir hasil frekuensi deduksi diperoleh nilai sebesar 66,6% dengan kriteria
diperoleh nilai sebesar 69,4% dengan kriteria baik dan di SMAN 2 hasil frekuensi evaluasi
baik. Hal ini di karenakan deduksi atau diperoleh nilai sebesar 69,4% dengan kriteria
penalaran guru biologi cukup baik misalnya baik. Hal ini di karenakan evaluasi guru
guru biologi selalu melibatkan siswa untuk terhadap siswa sudah cukup baik misalnya
aktif dalam proses pembelajaran dan guru memberi penilaian yang formal pada
pembelajaran kelompok. Penalaran deduktif siswa dan guru memberikan kuis di akhir
salah satu kompetensi yang harus ada dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat

3
Tafsir (2012: 76) dimana guru sudah kriteria baik. Diperoleh rata-rata indikator 1)
melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan Inferensi sebesar 76,8%; 2) Pengenalan
yang telah dilakukan dalam proses asumsi-asumsi 58,3%; 3) Deduksi sebesar
pembelajaran. Tujuannya adalah untuk 59,2%; 4) Interpretasi sebesar 71,3% dan 5)
mengetahui efekivitas pembelajaran dan hasil Evaluasi sebesar 63,8%.
belajar siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah di tetapkan. Suyono 5. REFERENSI
dan Harianto (2011: 237), menyatakan bahwa Angraini. S G. D. Peningkatan Pemahaman
evaluasi terhadap siswa harus menggunakan Siswa pada Materi Volume dan Balok
tiga ranah untuk terciptanya kreativitas dan Menggunakan Alat Peraga di Kelas V
inovasi juga demokratisasi, sehingga efektif SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya
dalam mencapai pembelajaran. Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif
Di SMAN 3 hasil frekuensi evaluasi Tadulake Online 1(1) 2354-6149.
diperoleh nilai sebesar 55,6% dengan kriteria Fauziyah, I.N.L., Budi, U., Ch, H.E. 2013.
kurang baik. Karena evaluasi guru terhadap Proses Berfikir Kreatif dan Berfikir
siswa kurang baik, misalnya guru tidak Kritis Siswa Kelas X dalam
pernah memberikan kuis di akhir proses Memecahkan Masalah Geometri
pembelajaran dan penilaian guru pada siswa Berdasarkan Tahapan Wallas di
tidak secara formal. Pemberian nilai dilakukan Tinjau dari Adversity Quatient (AQ)
apabila seorang evaluator memberikan siswa. Jurnal Pendidikan Matematika
pertimbangannya mengenai evaluan tanpa Solusi 1(1): 77.
menghubungkannya dengan sesuatu yang Hasan, A.P, Lodang, H., Azis, A.A., Palennari,
bersifat dari luar. Jadi pertimbangan yang M. dan Ardiansyah, R. 2013. Analisis
diberikan sepenuhnya berdasarkan apa evaluan Kompetensi Profesional Guru Biologi
itu sendiri (Hasan, 2008: 14). Sekolah Menengah Atas Negeri Di
Dari hasil rata-rata indikator masing- Kota Semarang. Jurnal Bionature
masing dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 14(1): 25-32.
Hayati, N. 2015. Analisis Interpretasi Siswa
SMA Negeri dan Swasta Kabupaten
Pringsewu. Artikel Ilmiah 3(1): 14.

Janawi. 2011. Kompetensi Guru, Citra Guru


Profesional. Bandung: Alfabeta.
Lufri. 2007. Kiat Memahami Metodologi dan
Melakukan Penelitian. Padang:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Padang.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Gambar 1. Data hasil Rata-rata Indikator dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Persepsi Guru Biologi dalam Rosda Karya.
Pembelajaran yang Novi, N., Sulistyarini dan Gusti, B. 2014.
Memberdayakan Kemampuan Analisis Persepsi Guru Dalam
Berpikir Kritis Siswa di SMA Pembelajaran Sosiologi Di Kelas X
Se Kecamatan Rambah Hilir. SMA Adisucito Sungai Raya. Jlpp
Dari gambar di atas maka hasil dari 3(11): 1-14.
keseluruhan rata-rata indikator adalah 65,8% Nurasmah, Muriati dan Usman, N. 2015.
dengan kriteria baik. Profesionalisme Guru Dalam
Implementasi Kurikulum Tingkat
4. KESIMPILAN Satuan Pendidikan di SMKN 1
Hasil penelitian persepsi guru biologi Lhokseumawe. Jurnal Administrasi
terhadap pembelajaran yang memberdayakan Pendidikan 4(3): 14-23.
kemampuan berpikir kritis siswa Di SMAN Se Rifqoh, S. 2011. Pengaruh Persepsi Guru
Kecamatan Rambah Hilir menunjukkan nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
rata-rata dari keseluruhan 65,8% dengan IX MTs NU Kangkung Kabupaten

4
Kendal. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang.
Saefudin, A. A. 2012. Pengembangan
Pengembangan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI). Jurnal Al-Bidayah
4(1): 40-4.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saondi, O. dan Suherman, A. 2012. Etika


Profesi Keguruan. Bandung: Refika
Aditama.
Trisulaminah. 2010. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.

Anda mungkin juga menyukai