Anda di halaman 1dari 21

1

HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP


SEDERAJAT KECAMATAN RAMBAH SAMO

SKRIPSI

Oleh :

PEBRI RASMIANTI

NIM . 11133076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

KABUPATEN ROKAN HULU

2015
2

ABSTRACT
ABSTRAK
This study aims to identify any
Penelitian ini bertujuan untuk obstacles in learning science
mengetahui hambatan-hambatan teacher at junior high school
guru dalam pembelajaran IPA di equal of Rambah Samo District.
SMP sederajat se Kecamatan This research has been carried
Rambah Samo. Penelitian ini out in January. The method used
telah dilaksanakan pada bulan in this research is using
Januari. Metode yang digunakan qualitative descriptive method.
dalam penelitian ini adalah Population and sample in this
menggunakan metode deskriptif research is all science teacher in
kualitatif. Populasi dan sampel junior high school equivalent of
dalam penelitian ini adalah Rambah Samo District, with a
seluruh guru IPA yang ada di total sampling technique. The
SMP sederajat se Kecamatan results showed that the highest
Rambah Samo, dengan teknik value teachers' understanding of
total sampling. Hasil penelitian curriculum development with an
menunjukkan nilai tertinggi average value of 86.10% with a
yaitu pemahaman guru tentang very satisfying criteria. And the
pengembangan kurikulum lowest percentage contained in
dengan nilai rata-rata 86,10% the teachers' understanding of
dengan kriteria sangat the laboratory with an average of
memuaskan. Dan persentase 63.83%.
terendah terdapat pada
Keywords: Barriers, learning,
pemahaman guru tentang
science teacher.
laboratorium dengan rata-rata
63,83%.

Kata Kunci: Hambatan,


pembelajaran, Guru IPA.
3

BAB I Pembelajaran adalah proses


PENDAHULUAN
interaksi siswa dengan pendidik dan

1.1 Latar Belakang sumber belajar pada suatu

Pemerintah dan lingkungan belajar. Pembelajaran

penyelenggara pendidikan merupakan bantuan yang diberikan

melakukan perbaikan mutu pendidik agar dapat terjadi proses

pendidikan secara terus-menerus. memperoleh ilmu dan pengetahuan,

Hal ini diperlukan adanya upaya penguasaan kecakapan, pembentukan

untuk meningkatkan kualitas sikap dan kepribadian peserta didik

pendidikan, khususnya dimulai dari (Hardianto, 2012: 5-6). Pembelajaran

guru, karena guru sebagai pendidik merupakan peristiwa sehari-hari di

dibarisan terdepan yang tugas dan sekolah. Belajar merupakan hal yang

fungsinya berhubungan langsung kompleks. Kompleksitas belajar

dengan siswa, guru mempunyai tugas tersebut dapat dipandang dari dua

utama dalam pembelajaran di subjek, yaitu siswa dan dari guru

sekolah untuk menciptakan suasana (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 17).

belajar yang menyenangkan sehingga Berkaitan dengan kinerja guru,

berdampak positif dalam pencapaian wujud perilaku yang dimaksud

prestasi belajar siswa (Abdul, 2014: adalah kegiatan guru dalam proses

201). Pembelajaran merupakan suatu pembelajaran, yaitu bagaimana

sistem, yang terdiri atas berbagai seorang guru merencanakan

komponen yang saling berhubungan pembelajaran, melaksanakan

satu dengan yang lain. Komponen kegiatan pembelajran, dan menilai

tersebut meliputi: Tujuan, materi, hasil belajar (Rusman, 2012: 50).

metode, dan evaluasi. Keempat Berdasarkan wawancara dan

komponen pembelajaran tersebut observasi yang telah dilakukan

harus diperhatikan oleh guru dalam peneliti pada tanggal 3 Agustus 2015

memilih dan menentukan model- di SMP sederajat Kecamatan

model pembelajaran apa yang akan Rambah Samo masih ditemukan

digunakan dalam kegiatan beberapa hambatan khususnya dalam

pembelajaran (Rusman, 2012: 1). pembelajaran IPA, yaitu: (1) Dalam


4

pengembangan kurikulum; (2) Alat profesi guru disejajarkan dengan


dan sumber pembelajaran; (3) profesi lainnya sebagai tenaga
Mengevaluasi; (4) Metode dan profesional.
strategi pembelajaran; (5) Latar Mutu pendidikan akan selalu
belakang pendidikan guru IPA; (5) menarik perhatian masyarakat
Dalam menguasai labor. Indonesia karena masa depan bangsa
Febryana, Marmi dan Ferdy tergantung kepada pendidikan,
(2015: 31) Menyatakan penerapan terutama pada saat memasuki era
pembelajaran IPA terpadu di SMP globalisasi. Mutu pendidikan pada
saat ini masih mengalami beberapa umumnya dan prestasi belajar
kendala seperti guru–guru IPA SMP peserta didik di sekolah pada
yang masih berlatar belakang khususnya merupakan suatu proses
pendidikan berbeda-beda. Sehingga interaksi berbagai faktor seperti :
masih banyak guru yang merasa guru, siswa, kurikulum, buku,
kesulitan dalam melaksanakan laboratorium, metodologi
pembelajaran terpadu. Banyak guru pengajaran, pengaturan perundang –
yang belum dapat mengkaitkan dan undangan dibidang pendidikan, dan
memadukan materi ajar antar mata berbagai masukan serta kondisi
pelajaran. Karena guru yang selama proses lainnya (Rayuni, 2010: 72).
ini telah terbiasa mengajar satu mata Melihat latar belakang di atas
pelajaran tertentu diharuskan bisa peneliti tertarik untuk meneliti lebih
menguasai berbagai macam mata jauh mengenai “hambatan guru
pelajaran. Marasabessy (2012: 8) dalam pembelajaran IPA di SMP
menyatakan guru sebagai ujung sederajat Kecamatan Rambah
tombak mata pelajaran IPA Samo”.
merupakan subjek utama yang perlu
ditingkatkan profesionalnya, agar
kualitas pembelajaran meningkat.
Hal ini karena kemampuan
profesional guru telah resmi
dicanangkan oleh pemerintah bahwa
5

1.2 Rumusan Masalah peneliti, khususnya dalam


Rumusan masalah pada bidang penelitian.
penelitian ini adalah hambatan – 2. Bagi kepala sekolah, dapat
hambatan apa saja yang dihadapi mengetahui hambatan apa
guru SMP sederajat di Kecamatan sajakah yang di hadapi oleh
Rambah Samo pada pembelajaran guru.
IPA ? 3. Bagi guru, dapat dijadikan
1.3 Tujuan Penelitian sebagai evaluasi diri untuk
Tujuan penelitian ini adalah mengurangi hambatan yang ada
untuk mengetahui hambatan – pada sekolahnya masing –
hambatan guru dalam pembelajaran masing.
IPA di SMP sederajat Kecamatan 4. Bagi pembaca, menambah
Rambah Samo. pengalaman dan menambah
1.4 Batasan Masalah referensi/ rujukan untuk
Batasan masalah pada penelitian berikutnya.
penelitian ini adalah khususnya 1.6 Defenisi Operasional
dalam pengembangan kurikulum, 1. Hambatan adalah segala bentuk
alat dan sumber pembelajaran, kondisi yang tidak mendukung
evaluasi, metode dan strategi sehingga menyebabkan tidak
pembelajaran, latar belakang terlaksananya/ terselenggaranya
pendidikan guru IPA, laboratorium dengan baik suatu kegiatan yang
di SMP sederajat Kecamatan diinginkan.
Rambah Samo. 2. Guru adalah tenaga profesional
1.5 Manfaat Penelitian dibidang pendidikan yang
Berdasarkan tujuan penelitian tugasnya adalah mengajar.
di atas, maka hasil penelitian 3. Pembelajaran adalah
diharapkan bermanfaat sebagai proses interaksi peserta
berikut. didik dengan pendidik
1. Bagi penulis, untuk dan sumber belajar pada
meningkatkan wawasan berfikir suatu lingkungan belajar.
6

BAB II pendidikan di Amerika Serikat.


TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh

2.1 Pembelajaran aliran psikologi kognitif-wholistik,

Materi pembelajaran atau yang menempatkan peserta didik

bahan ajar (instructional materials) sebagai sumber dari kegiatan. Selain

adalah pengetahuan, keterampilan, itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh

dan sikap yang harus dipelajari siswa perkembangan teknologi yang

dalam rangka mencapai standar diasumsikan dapat mempermudah

kompetensi yang telah ditentukan peserta didik mempelajari segala

(Mudasir, 2013: 16). Pembelajaran sesuatu lewat berbagai macam media

adalah suatu kegiatan yang seperti bahan-bahan cetak, program

bertujuan. Tujuan ini harus searah televisi, media gambar, audio dan

dengan tujuan belajar siswa dan lain sebagainya, sehingga semua itu

kurikulum. Tujuan belajar pada mendorong terjadinya perubahan

siswa adalah mencapai peran guru dalam mengelola proses

perkembangan optimal, yang pembelajaran, dari guru sebagai

meliputi aspek kognitif, afektif, dan sumber belajar menjadi guru sebagai

psikomotorik. Dengan demikian fasilitator dalam proses pembelajaran

tujuan pembelajaran adalah agar (Sanjaya, 2005: 68).

siswa mencapai perkembangan Berdasarkan pengertian di

optimal dalam ketiga aspek tersebut. atas, maka dapat diidentifikasi ciri-

Untuk mencapai tujuan yang sama ciri pembelajaran, sebagai berikut:

itu, siswa melakukan kegiatan a. Pada proses pembelajaran guru

belajar, sedangkan guru melakukan harus menganggap siswa sebagai

pembelajaran. Kedua kegiatan individu yang mempunyai unsur–

tersebut saling melengkapi untuk unsur dinamis yang dapat

mencapai tujuan yang sama berkembang bila disediakan

(Kustandi dan Bambang, 2011: 6). kondisi yang menunjang.

Kata “Pembelajaran” adalah b. Pembelajaran lebih menekankan

terjemahan dari “Instruction’’ yang pada aktivitas siswa, karena yang

banyak dipakai dalam dunia belajar adalah siswa, bukan guru.


7

c. Pembelajaran merupakan mempelajari materi-materi pelajaran


upaya sadar dan sengaja. (Syah, 2010: 129).
d. Pembelajaran bukan Dari pendapat di atas dapat
kegiatan insidental tanpa disimpulkan bahwa pembelajaran
persiapan. merupakan suatu aktifitas atau proses
e. Pembelajaran merupakan belajar mengajar, yang diawali
pemberian bantuan yang dengan perencanaan dan diakhiri
memungkinkan siswa dapat dengan evaluasi dan didalamnya ada
belajar (Sudjana dan Ahmad, 2 subjek yaitu guru dan siswa.
2010: 2). 2.2 Hakekat Pendidikan
Menurut undang-undang IPA
tentang sistem pendidikan Nasional Hakekat ilmu pengetahuan
ketentuan umum pasal 1 alam (IPA) merupakan makna alam
pembelajaran adalah proses interaksi dan berbagai fenomena/ perilaku/
peserta didik dengan peserta didik karakteristik yang dikemas menjadi
dan sumber belajar pada suatu sekumpulan teori dan konsep melalui
lingkungan belajar (Rohayatun, serangkaian proses ilmiah yang
2011: 70). Secara global, faktor- dilakukan manusia. Teori maupun
faktor yang mempengaruhi belajar konsep yang terorganisir ini menjadi
siswa dapat dibedakan menjadi tiga sebuah inspirasi terciptanya
macam yaitu: (1) faktor internal teknologi yang dapat dimanfaatkan
(faktor dari dalam siswa), yakni bagi kehidupan manusia.
keadaan/ kondisi jasmani dan rohani Pembelajaran terpadu pada
siswa; (2) faktor eksternal (faktor hakikatnya merupakan suatu model
dari luar siswa), yakni kondisi pembelajaran yang memungkinkan
lingkungan di sekitar siswa; (3) siswa baik secara individual maupun
faktor pendekatan belajar (approach kelompok aktif mencari, menggali,
to learning), yakni jenis upaya dan menemukan konsep serta
belajar siswa yang meliputi strategi prinsip-prinsip secara holistik dan
dan metode yang digunakan siswa autentik (Thursinawati, 2012: 91).
untuk melakukan kegiatan
8

Ilmu pengetahuan alam keterkaitan. Melalui pembelajaran


(IPA) adalah pengetahuan yang terpadu siswa dapat memperoleh
diperoleh melalui pengumpulan data pengalaman langsung, sehingga
dengan eksperimen, pengamatan, dan dapat menambah kekuatan untuk
deduksi untuk menghasilkan tentang menerima, menyimpan, dan
sebuah gejala yang dapat dipercaya. memproduksi kesan–kesan tentang
Tujuan IPA di sekolah menengah hal–hal yang dipelajarinya. Dengan
pertama sederajat diantaranya agar demikian siswa terlatih untuk dapat
siswa memiliki kemampuan (1) menemukan sendiri berbagai konsep
mengembangkan pemahaman yang dipelajari. Keterpaduan dalam
tentang berbagai macam gejala alam, pembelajaran IPA dimaksudkan agar
konsep dan prinsip IPA yang pembelajaran IPA lebih bermakna,
bermanfaat dan dapat diterapkan efektif, dan efisien (Febryana,
dalam kehidupan sehari- hari; (2) Marmi, dan Ferdy, 2015: 31).
mengembangkan rasa ingin tahu,
2.3 Hambatan guru dalam
sikap positif, dan kesadaran terhadap
mengajar
adanya hubungan yang saling
Islamuddin (2012: 213)
mempengaruhi antara IPA,
menyatakan bahwa hambatan guru
lingkungan, teknologi, dan
yang terjadi di sekolah secara garis
masyarakat; (3) meningkatkan
besar, faktor-faktor penyebab
kesadaran untuk berperan serta
timbulnya kesulitan belajar terdiri
dalam memelihara, menjaga, dan
atas 2 macam.
melestarikan lingkungan serta
1. Faktor Intern siswa meliputi
sumber daya alami (Indriati, 2012:
gangguan atau kekurangan
193).
kemampuan pisiko-fisik siswa,
IPA terpadu merupakan
yakni :
sebuah mata pelajaran yang dikemas
a. Bersifat kognitif (ranah
dalam tema tertentu yang
cipta), antara lain seperti
didalamnya membahas perpaduan
rendahnya kapasitas/
materi-materi fisika, kimia, dan
inteligensi siswa.
biologi yang saling memiliki
9

b. Bersifat afektif (ranah rasa), Teori Medan ( Field Theory)


antara lain seperti labilnya dari Kurt Lewin mengemukakan
emosi dan sikap. bahwa siswa dalam situasi belajar
c. Bersifat psikomotor (ranah berada dalam suatu medan atau
karsa), antara lain seperti lapangan psikologis. Dalam situasi
terganggunya alat-alat indera belajar siswa menghadapi suatu
penglihatan dan indera tujuan yang ingin dicapai, tetapi
pendengaran (mata dan selalu terdapat hambatan yaitu
telinga). mempelajari bahan belajar, maka
2. Faktor ekstern siswa timbulah motif untuk mengatasi
Faktorn ekstern siswa meliputi hambatan itu yaitu dengan
semua situasi dan kondisi mempelajari bahan belajar tersebut.
lingkungan sekitar yang tidak Apabila hambatan itu telah diatasi,
mendukung aktifitas belajar artinya tujuan belajar telah tercapai,
siswa. maka ia akan masuk dalam medan
a. Lingkungan keluarga, baru dan tujuan baru, demikian
contohnya: keharmonisan seterusnya (Dimyati dan Mudjiono,
hubungan antara ayah dan 2013: 47).
ibu, dan rendahnya kehidupan Adapun karakteristik siswa
ekonomi keluarga. yang dapat mempengaruhi kegiatan
b. Lingkungan perkampungan/ belajar antara lain:
masyarakat, contohnya a. Latar belakang
wilayah terpencil (slum area), pengetahuan dan taraf
dan teman sepermainan yang pengetahuan.
nakal. b. Gaya belajar
c. Lingkungan sekolah, c. Usia kronologi
contohnya: kondisi dan letak d. Tingkat kematangan
gedung sekolah yang buruk e. Spektrum dan ruang
seperti dekat pasar, kondisi lingkup minat
guru serta alat-alat belajar f. Lingkungan sosial
yang berkualitas rendah. ekonomi
10

g. Hambatan-hambatan hambatan yang dialami rata-rata


lingkungan dan sebesar 33% dan termasuk pada
kebudayaan kategori hambatan sedang.
h. Inteligensia 2. Penelitian Subamia, Artawan,
i. Keselarasan dan attitude dan Wahyuni (2014) Sejumlah
j. Prestasi belajar kendala/hambatan yang dihadapi
k. Motivasi, dan lain- sekolah untuk melaksanakan tata
lain (Sardiman, kelola tata laksana laboratorium,
2012: 121). yaitu: keterbatasan ruang dan
2.4 Penelitian yang relevan fasilitas laboratorium,
keterbatasan alat-alat dan bahan-
1. Penelitian Esa (2013) dalam bahan praktikum,
skripsinya yang berjudul: ketidaktersediaan tenaga
Analisis Hambatan Proses laboran, belum ada SOP tata
Pembelajaran Biologi dan Cara kelola tata laksana laboratorium,
Pemecahannya dalam ketidakmampuan guru
Pelaksanaan KTSP bagu Guru mengelola pembelajaran sesuai
Kelas X SMA di Kabupaten dengan ketersediaan waktu
Sragen, menyimpulkan bahwa efektif, hambatan psikologis
dalam proses pembelajaran guru yang belum merasa puas
Biologi dan cara pemecahannya jika tidak banyak berceramah
dalam pelaksanaan KTSP bagi selama pembelajaran, tidak
Guru Kelas X SMA di adanya jaminan keselamatan dan
Kabupaten Sragen menunjukan kesehatan pekerja laboratorium,
adanya hambatan pada dan keterbatasan dana
penjabaran standar kompetensi, pendukung operasional.
alat dan bahan, sumber belajar,
organisasi waktu, penggunaan
metode pembelajaran,
mengidentifikasi siswa, dan
evaluasi. Secara keseluruhan
11

BAB III sekolah yang berjumlah 14 orang


METODE PENELITIAN
guru IPA. Berdasarkan rangking
teratas, menengah dan terendah hasil
3.1 Jenis Penelitian
UN 2014/ 2015. Sampel dalam
Jenis penelitian ini adalah
penelitian yaitu
deskriptif kualitatif, yaitu metode
Tabel 1. Sampel penelitian
penelitian yang digunakan untuk
No Nama Sampel Jumlah Guru IPA
meneliti pada kondisi obyek yang 1 SMP Negeri 2 Rambah Samo 1 Orang
2 SMP Negeri 1 Rambah Samo 4 Orang
3 SMP Negeri 3 Rambah Samo 2 Orang
alamiah, dimana peneliti adalah 4 SMP Negeri 5 Rambah Samo 1 Orang
5 SMP Negeri 4 Satu Atap 2 Orang
sebagai instrumen kunci. Metode 6
Rambah Samo
SMP Negeri 7 Rambah Samo 1 Orang
7 SMP Negeri 6 Satu Atap 1 Orang
kualitatif digunakan untuk Rambah Samo
8 MTs Sejahtera Bersama 1 Orang
mendapatkan data mendalam atau 9 MTs Darul Ulum 1 Orang
Jumlah 14 Orang
mengandung makna yang Sumber: Arsip UPTD Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kecamatan Rambah Samo
sebenarnya, data yang pasti dibalik Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2015

data yang tampak apa adanya dan 3.4 Teknik Pengumpulan

tidak di manipulasi (Sugiyono, 2013: Data


Teknik pengumpulan data
8)
dalam penelitian ini dengan
3.2 Waktu dan Tempat
menggunakan angket, merupakan
Penelitian
teknik pengumpulan data dengan
Penelitian ini telah
cara memberi seperangkat
dilaksanakan di SMP sederajat
pertanyaan atau pernyataan tertulis
Kecamatan Rambah Samo pada
kepada responden untuk dijawabnya
bulan Januari 2016.
(Sugiyono, 2010: 199).
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini 3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data
adalah seluruh guru IPA di SMP
dalam penelitian ini adalah berupa
sederajat Kecamatan Rambah Samo.
angket yang disebarkan kepada Guru
Teknik yang digunakan dalam
IPA se Kecamatan Rambah Samo
menentukan sampel penelitian adalah
sebagai responden. Pernyataan-
secara total sampling, yaitu semua
pernyataan yang terdapat pada
guru IPA di SMP sederajat
angket memuat tentang hambatan
Kecamatan Rambah Samo dari 9
12

guru dalam pembelajaran IPA di F = Frekuensi alternatif jawaban.


SMP sederajat Kecamatan Rambah N = Jumlah sampel.
Samo.
Tabel 2. Kisi-kisi angket penelitian Hasil analisis dikelompokkan
No Indikator Pernyataan Jumlah
Positif Negatif (-)
menurut persentase jawaban
(+)
1
2
Pengembangan kurikulum
Alat dan sumber pembelajaran
1,3,5
6,8
2,4
7,9
5 responden menjadi tolak ukur dalam
4
3 Evaluasi 10,11,12 13,14,15 6
4 Metode dan strategi 16,20 17,18,19 5 mengambil kesimpulan, adapun yang
pembelajaran
5 Latar belakang pendidikan 22,23 21,24 4
guru IPA menjadi tolak ukur adalah:
6 Labor 25,26,28 27,29,30 6

Sumber: Modifikasi Tabel 4. Rentang Presentase Tolak


Esa (2013: 34-36). Ukur Penelitian
Untuk mengetahui kriteria No Persentase Responden Tolak Ukur
1 76% - 100% Sangat
dalam penilaian angket, maka dapat 2 51%
Menghambat
-Menghambat
75%

dilihat dari tabel sebagai berikut : 3 25% - 50% Cukup


4 0% - 24% Menghambat
Kurang
Tabel 3. Kriteria Penilaian Angket Menghambat
Sumber: Hadi (2004: 229)
No Tindakan Yang Dilakukan Skor
Positif (+) Negatif (-)
1 Selalu 4 1
2 Jarang 3 2
3 Pernah 2 3
4 Tidak Pernah 1 4
Sumber : Sugiyono (2008: 135)

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu menghitung skor
yang diperoleh ke dalam bentuk
persentase. Menentukan besar
persentase alternatif jawaban
responden dengan menggunakan
rumus Sudijono (2009: 43) :

Keterangan:
P = Besar persentase alternatif
jawaban.
13

BAB IV yang berbeda. Persentase tertinggi


HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat pada indikator 1 yaitu

4.1 Hasil dan Pembahasan pemahaman guru tentang

Penelitian ini adalah pengembangan kurikulum dengan

penelitian yang melibatkan guru IPA rata-rata 86,10% dan persentase

sebagai subjek penelitian yang terendah pada indikator 6 yaitu

dilihat dari hambatan Guru dalam pemahaman guru tentang

pembelajaran IPA di SMP sederajat laboratorium dengan rata-rata

Kecamatan Rambah Samo yang 63,83%. Penjelasan perbedaan

berjumlah 14 orang. Penelitian ini persentase tersebut dapat dilihat pada

telah dilaksanakan pada bulan tabel berikut.

Januari di SMP Sederajat Kecamatan Tabel 5. Persentase angket pada

Rambah Samo dengan melakukan indikator pengembangan kurikulum


Indikator 1 Nomor Pernyataan Persentase Kriteria
pengisian angket dengan 6 indikator. Saya membeuat RPP
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat 1. sesuai dengan kondisi 93,00% Sangat
sekolah mengacukepada menghambat
pada grafik 1 berikut. silabus yang dibuat
2. pemerintah. 80,00% Sangat
Saya tidak mnghambat
90 86,10 % 80,50% mengembangkan
80 69,00% 69,20%65,50% kurikulum sesuai dengan
70 63,83% 3. prinsip pengembangan 87,50% Sangat
60 kurikulum. menghambat
50 Pengembangan
40 4. Saya menjadikan silabus 79,00% Sangat
kurikulum
30 sebagai pedoman dalam menghambat
20 perangkat pembelajaran.
10 5. Saya tidak menentukan 91,00% Sangat
0 tujuan pembelajaran yang menghambat
akan diajarkan sesuai
dengan kondisi sekolah.
Saya melaksanakan
pengembangan kurikulu
sesuai dengan metode
pembelajaran terbaru
Grafik 1. Hasil Persentase Rata-rata
86,10% Sangat
setiap Indikator Rata-rata
menghambat

Dari grafik hasil analisis data Dari Tabel 5 dilihat rata-rata

diatas dapat dilihat persentase rata- persentase pemahaman guru tentang

rata setiap indikator dengan kriteria pengembangan kurikulum sebesar


14

86,10% dengan kriteria sangat Tabel 6. Persentase angket pada


menghambat. Hal ini dapat dilihat indikator alat dan sumber
bahwa guru yang mengajar IPA pembelajaran.
dengan mengembangkan kurikulum
Indikator
Nomor Pernyataan Persentase
Kriteria
2
sudah sangat memuaskan dalam 6. Saya 70,00% Menghambat
menggunakan
memahami pengembangan 7. media
pembelajaran 54,00% Menghambat
kurikulum. Pernyataan tertinggi yang
terdapat pada pernyataan ke satu, bervariasi
8. Saya tidak 79,00% Sangat
yaitu dengan rata-rata persentase mampu Menghambat
menggunakan
semua Guru 93,00% dan pernyataan 9. media 73,00% Menghambat
pembelajaran
terendah terdapat pada pernyataan ke yang ada di
Alat dan
sekolah
4, yaitu dengan rata-rata persentase
sumber
Saya
pembelajaran
semua guru 79,00%. memanfaatkan
buku bacaan
Menurut Mudasir (2013: 76), yang ada
diperpustakaan
kurikulum pada semua jenjang dan sekolah.
Saya tidak
jenis pendidikan dikembangkan puas dengan
buku bacaan
dengan prinsip diversifikasi ssuai yang ada
dengan satuan pendidikan, potensi diperpustakaan
sekolah
daerah, dan peserta didik.
Rata-rata 69,00% Memuaskan
Pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik
Dari Tabel 6 dapat dilihat
yang akan dicapai kurikulum,
rata-rata persentase pada indikator
sumber dan isi dari kurikulum,
alat dan sumber pembelajaran
proses pembelajaran, posisi peserta
sebesar 69,00% dengan kriteria
didik, penilaian hasil belajar,
menghambat. Hal ini dapat dilihat
hubungan peserta didik dengan
bahwa guru yang mengajar IPA
masyarakat dan lingkungan alam
dengan alat dan sumber
disekitarnya.
pembelajaran Memuaskan
pernyataan tertinggi terdapat pada
pernyataan ke 8 yaitu dengan
15

persentase rata-rata semua guru Saya tidak


mampu
79,00%. Dan pernyataan terendah mengukur
kemampuan
terdapat pada pernyataan ke 7 siswa.
Saya tidak
dengan rata-rata 54,00%, hal ini mampu
dikarenakan guru tidak mampu memberikan
pertanyaan yang
menggunakan media pembeleajaran bervariasi sesuai
dengan inti
yang ada di sekolah. pembelajaran.
Saya tidak
Menurut Kustandi dan membagikan
hasil penilaian
Bambang (2011: 25) manfaat alat kepada siswa
dan sumber pembelajaran dapat setelah
pembelajaran
menarik perhatian siswa, sehingga selesai.
80,50% Sangat
dapat menumbuhkan motivasi Rata-rata
menghambat
belajar, bahan pelajaran kaan lebih
Dari tabel 7 diatas dapat
jelas maknanya sehingga dapat lebih
dilihat rata-rata persentase pada
dipahami oleh siswa dan
indikator evaluasi sebesar 80,50%,
memungkinkannya menguasai dan
dengan kriteria sangat menghambat.
mencapai tujuan pembelajaran.
Evaluasi memegang peranan yang

Tabel 7. Persentase angket pada sangat penting, sebab melalui

indikator evaluasi evaluasi guru dapat menentukan

Indikator apakah
Kriteria siswa yang sudah
Nomor Pernyataan Persentase
3
diajarkannya sudah memiliki
10. Saya melakukan 89,00% Sangat
evaluasi disetiap menghambat
kompetensi yang telah ditetapkan,
11. akhir
pembelajaran. 91,00% Sangatsehingga mereka layak diberikan
Sayamemberikan menghambat
12. pemahaman 80,00% Sangatprogram pembelajaran baru atau
kepada siswa menghambat
yang kurang malah sebaliknya siswa belum bisa
Evaluas 13. mapu pada 66,00% menghambat
mencapai standar minimal sehingga
i pembelajaran
14 tersebut. mereka perlu diberikan program
Saya 75,00% menghambat
menggunakan remedial ( Sanjaya, 2010: 32).
15. berbagai teknik
evaluasi dalam 82,00% Sangat
mengukur menghambat
kemampuan
siswa saya.
16

Tabel 8. Persentase angket pada dengan persentase 43,00% dengan


indikator metode dan strategi kriteria cukup menghambat.
pembelajaran
Metode ceramah merupakan
Indikator 4 Nomor Pernyataan Persentase Kriteria
16. Saya 73,00% metode
menghambat yang sampai saat ini sering
menggunakan
17. teknik 77,00% Sangatdigunakan oleh setiap guru, guru
mengajar menghambat
yang biasanya belum merasa puas
bervariasi.
18. Saya tidak 71,00%
manakala dalam proses pengelolaan
menghambat
mampu pembelajaran tidak melakukan
19. menggunakan 43,00% Cukup
teknik menghambat
ceramah (Sanjaya, 2010: 147).
20. mengajar 82,00% Sangat
yang dapat menghambat
meningkatkan Selain dari pembahasan
semangat
Pemahaman belajar siswa. diatas guru juga harus memahami
guru dalam Saya tidak
metode mampu
latar belakang pendidikan guru IPA
strategi menggunakan tersebut. Sebagaimana dari hasil
pembelajaran metode
pembelajaran analisis data skor jawaban responden
yang
bervariasi. diperoleh persentase rata- rata
Saya hanya
menggunakan tentang latar belakang pendidikan
metode
ceramah guru IPA sebesar 65,50% , dengan
Saya mampu kategori sangat menghambat. Untuk
meningkatkan
semangat lebih jelas dibahas dalam tabel 9 dan
belajar siswa
dengan pembahasan dibawah ini.
metode yang
diberikan.
Rata-rata 69,20% Tabel 9.
menghambat Persentase angket pada
indikator latar belakang pendidikan
Pada Tabel 8 dapat dilihat guru IPA.
persentase pada indikator metode
dan strategi pembelajaran sebesar
69,20% dengan kriteria menghambat.
Hasil penelitian bahwa guru hanya
menggunakan metode ceramah
17

Indikator Kriteria Selain dari


Nomor Pernyataan Persentase
5
21. Saya kesulitan 57,00% menghambat
pembahasan diatas
dalam guru juga harus
mengajarkan
22. IPA karna tidak 64,00% menghambat dapat menguasai
sesuai dengan
latar belakang laboratorium.
23. pendidikan saya. 75,00% menghambat
Saya mampu Sebagaimana dari
24. mengajarkan
IPA karena 66,00% menghambat
hasil analisis data
Latar sesuai dengan skor jawaban
belakang latar belakang
pendidikan pendidikan saya responden
guru IPA Saya belajar
terlebih dahulu diperoleh
sebelum
mengajarkannya persentase rata-rata
pada siswa.
Saya tidak dapat
pemahaman guru
mengembangkan terhadap
pelajaran karena
tidak sesuai laboratorium
dengan
pendidikan saya sebesar 63,83%,
Rata-rata 65,50% menghambat
dengan kategori
Berdasarkan tabel 9 menghambat. Untuk lebih jelas
persentase angket pada indikator dibahasa dalam tabel 10 dan
latar balakang pendidikan guru IPA pembahasan dibawah ini.
di atas persentase pernyataan
tertinggi terdapat pada nomor 23
yaitu 75,00%, dimana guru belajar
Tabel 10. Persentase angket pada
terlebih dahulu sebelum
indikator pemahaman
mengajarkannya kepada siswa.
guru tentang
Sedangkan pernyataan terendah yaitu
laboratorium.
terdapat pada nomor 21 yaitu
57,00%, hal ini dikarenakan guru
kesulitan dalam mengajarkan IPA
karena tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
18

Pe Krite sekolah. Sedangkan pernyataan


N
rs ria
Indikator 6
o
Pernyataan en terendah yaitu 59,00%, terdapat
m
ta pada pernyataan nomor 27. Hal
or
se
25 Saya merasa 71 meng ini dikarenakan guru tidak
. puas dengan alat ,0 hamb
dan bahan yang 0 at mampu menggunakan bahan
ada %
26 dilaboratorium dan alat yang ada di
. sekolah meng
Saya mampu 68 hamb
laboratorium.
27 mengembangkan ,0 at
. peralatan 0 Hambatan lain yang
laboratorium % meng
sederhana hamb terjadi yaitu konsep
28 Saya tidak 59 at
. mampu ,0 pembelajaran terpadu tidak
menggunakan 0
29 bahan dan alat % meng dapat tersampaikan dengan baik
Pemahaman
. yang ada hamb
guru tentang
dilaboratorium. at karena guru harus mengajar
laboratorium
30 Saya membuat 61 beberapa bidang studi dalam arti
. aturan untuk ,0 meng
keselamatan 0 hamb dikarenakan dalam
kerja di % at
laboratorium pembelajaran terpadu
Saya tidak 63 meng
menjelaskan ,0 hamb diharapkan peserta didik akan
cara kerja di 0 at
laboratorium % memperoleh pemahaman
Saya tidak terhadap konsep-konsep yang
menilai hasil 61
kerja siswa di ,0 akan mereka pelajari dengan
laboratorium 0
% melalui pengalaman langsung
63 Men dan menguhubungkannya
,8 gha
Rata-rata
3 mbat
dengan konsep lain yang sudah
% mereka pahami.
Berdasarkan tabel 10
persentase angket pada indikator
pemahaman guru tentang labor di
atas persentase pernyataan
tertinggi terdapat pada nomor 25
yaitu 71,00%, dimana guru
merasa puas dengan alat dan
bahan yang ada dilaboratorium
19

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Abdul, I. S. 2014. Profesionalisme


5.1 Kesimpulan
Guru dalam
Berdasarkan pembahasan Mengimplementasikan
Teknologi Informasi dan
sebelumnya, maka dapat peneliti
Komunikasi di Kabupaten
simpulkan bahwa, hambatan guru Nganjuk. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan 20(2): 200-
dalam pembelajaran IPA persentase
210.
tertinggi terdapat pada indikator
Abubakar, I. 2010. Peran Kepala
pengembangan kurikulum sebesar Sekolah Sebagai Motivator
86,10% masuk pada kategori sangat dalam Peningkatan
Profesionalisme Guru di MTs
menghambat dikarenakan guru Negeri Yogyakarta II. Skripsi.
merasa bingung dengan kurikulum Yogyakarta.
yang sering berganti-ganti, dan Budiastra, A. A. K. 2001. Sejauh
persentase terendah terdapat pada mana guru telah menguasai
konsep keterampilan proses
indikator laboratorium dengan dan sejauh mana
persentase sebesar 63,83% pada keterampilan proses tersebut
dilaksanakan dalam
kategori menghambat. pembelajaran IPA di Sekolah
5.2 Saran Dasar. Skripsi.Universitas
Terbuka
a. Guru hendaknya mengurangi
hambatan yang ada di sekolah Esa, A. M. 2013. Analisis Hambatan
Proses Pembelajaran Biologi
masing-masing agar dan Cara Pemecahannya
pembelajaran IPA berjalan dalam Pelaksanaan KTSP
bagi Guru kelas X SMA di
dengan lancar. Kabupaten Sragen. Skripsi.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat Universitas Negeri Semarang.

mengetahui hambatan apa saja Dimyati dan Mudjiono. 2013.


Belajar dan Pembelajaran.
yang ada di sekolah khususnya
Jakarta: PT Rineka Cipta.
di SMP sederajat Kecamatan
Febriyana, M., Marmi, S dan Ferdi,
Rambah Samo. S. R. 2015. Desain
Pembelajaran IPA Terpadu
pada Siswa SMP dengan
20

Topik Pemanasan Global. Pendidik (KTSP) pada


Jurnal Radiasi 6(1): 30-37. Pembelajaran Kewirausahaan
di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Hadi, S. 2004. Statistik jilid 2.
Skripsi. Universitas Riau.
Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. Rusman. 2012. Model-model
Hardianto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Pembelajaran. Rokan Hulu: Raja Grafindo Persada.
Universitas Pasir Pengaraian.

Islamuddin, H. 2011. Psikologi Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran


dalam Implementasi
Pendidikan. Yogyakarta: Kurikulum Berbasis
Pustaka Pelajar. Kompetensi. Jakarta: Prenada
Media Grup.
Kustandi, C dan Bambang, S. 2011. Sardiman. 2012. Interaksi dan
Media Pembelajaran. Bogor: Motivasi Belajar Mengajar.
Ghalia Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Marasabessy, A. 2012. Analisis
Pengelolaan Pembelajaran Subamia, I. D. P., Artawan, P
yang dilakukan oleh Guru dan Wahyuni, I.G.A.N.S.
yang Sudah Tersertifikasi dan 2014. Analisis Kebutuhan
yang Belum Tersertifikasi Tata Kelola Tata Laksana
pada Pembelajaran IPA di Laboratorium IPA SMP Di
kelas V Sekolah Dasar. Kabupaten Buleleng. Jurnal
Jurnal Penelitian Pendidikan Pendidikan Indonesia 3(2):
13(1): 7-13. 446-459.
Mudasir. 2013. Desain Sudjana, N dan Ahmad, R. 2010.
Pembelajaran. Air Molek Media Pengajaran. Bandung:
Indragiri Hulu: STAI Nurul Sinar Baru Algesindo.
Falah Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Rayuni, D. 2010. Manajemen
Bisnis. Bandung: Pusat
Pembelajaran di
Madrasah Aliyah Bahasa Depdiknas.
Negeri (MAN) 3
Palembang. Jurnal _______. 2013. Metode Penelitian
Ta’dib 15(1): 70-104. Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Rohayatun, U. 2011. Analisis
Pelaksanaan Prinsip
Kurikulum Tingkat Satuan
21

Syah, M. 2010. Psikologi


Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Thursinawati. 2012. Penerapan


Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk
Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Pemahaman
Hakikat Sains Siswa. Jurnal
Pendidikan 3(1): 83-99.

Anda mungkin juga menyukai