Anda di halaman 1dari 8

LiNGUA Vol. 9, No.

1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

MAJAS DALAM AL-QUR’AN


(KAJIAN TERHADAP AL-QUR’AN TERJEMAHAN JUZ 30)

Dwi Atmawati

Email: dwi_bbs@yahoo.co.id
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Alamat Korespondensi: Perum Permata Sendangmulyo Kav. 93, Tembalang, Semarang

Abstract: The language of the Quran raises specified senses to its readers, such as
sense of peacefulness and serenity. Even though the readers read it repeatedly, they or
their listeners have never been bored. Furthermore, they can feel the beauty of the holy
verses recitation. Because of that, the writer examines the beauty of 30th juz of the
Quran in Indonesian by studying the use of tropes. The study focuses on the tropes
because they imply a politeness and a beauty of language. This study uses stylistics
theory and structural method to analyze the data. In collecting data, the writer notes its
verses. The result of study shows that the Quran uses parallelism, imagery, metaphor,
euphemism, repetition, personification, tautology, antithesis, antonomasia, rhetorical,
and enumeration. Moreover, the writer finds that the most numerous type of trope is
parallelism. From the 37 surahs of the 30th juz, 36 surahs contain the tropes. There is
only Surah Al-Qadr that does not use the tropes.

Keywords: al-Quran, 30th juz, the beauty of the language, tropes.

PENDAHULUAN musim panas (al-syaif) digunakan sama


Al-Qur’an pada awalnya diturunkan banyak dengan frasa musim dingin (al-syitā), 1
dalam bahasa Arab. Dalam perkembangan kali. Selain antonim, tampak juga adanya
zaman, Al-Qur’an tersebut telah keseimbangan khusus, misalnya kata hari
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. (yaum) dinyatakan 365 kali. Hal itu sama
Salah satunya, Al-Qur’an telah diterjemahkan dengan jumlah hari dalam 1 tahun. Kata bulan
ke dalam bahasa Indonesia. Al-Qur’an (syahr/asyhur) dinyatakan 12 kali. Hal
merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah tersebut sama dengan jumlah bulan dalam 1
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. atau tahun (Paisak, 2003: 188—189). Hal itu
Rasulullah. Secara internal, ada tiga membuktikan bahwa kata-kata dalam Al-
kemukjizatan Al-Qur’an. Kemukjizatan Qur’an dipilih dan disusun secara sangat
tersebut mencakup: cermat, penuh perhitungan, dan dengan
(1) aspek kebahasaan, tingkat kecerdasan yang sangat tinggi.
(2) isyarat ilmiah, dan Bahasa dalam Al-Qur’an dapat
(3) berita-berita gaib (QS: Al-Isra). menimbulkan efek tertentu bagi pembacanya,
Shihab (1997) telah membahas seperti rasa tenteram dan tenang. Meskipun
kemukjizatan Al-Qur’an dalam hubungannya Al-Qur’an dibaca berulang-ulang, pembaca
dengan kandungan isyarat ilmiah. atau pendengarnya tidak merasa bosan.
Dari aspek kebahasaan, Al-Qur’an Bahkan, pendengarnya pun dapat merasakan
memperlihatkan adanya kekhususan, keindahan lantunan ayat-ayat suci tersebut.
misalnya penggunaan antonim yang seimbang. Menurut Tjokrowinoto, kitab suci Al-Qur’an
Kata hidup (al-hayāh) digunakan sama banyak itu sesuatu yang indah dan benar (le beau et le
dengan kata mati (al-maut), 145 kali. Frasa vrai) (2002: 147).

Dwi Atmawati | 1
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

Berkaitan dengan keindahan bahasa eufemisme, repetisi, personifikasi, tautologi,


yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut, antitese, antonomasia, retoris, enumerasi.
penulis merasa tertarik untuk mengkaji ada Mengingat keterbatasan jumlah
tidaknya penggunaan majas dalam Al-Qur’an. halaman, penulis tidak menyajikan semua
Majas menjadi fokus penelitian ini karena contoh majas yang terkandung dalam Al-
majas menyiratkan kesantunan dan Qur’an juz 30. Akan tetapi, penulis akan
keindahan dalam berbahasa. Dalam kajian ini menunjukkan ayat-ayat pada juz 30 yang
penulis menggunakan data Al-Qur’an mengandung beragam majas tersebut.
terjemahan berbahasa Indonesia juz 30. Perlu Selanjutnya, penulis menyajikan beberapa
diketahui bahwa Al-Qur’an terdiri atas 30 juz. contohnya saja. Berikut ini penulis sajikan
Penulis memilih juz 30 sebagai objek contoh-contoh majas yang terdapat dalam Al-
penelitian ini mengingat kecenderungan orang Qur’an terjemahan juz 30.
pada tahap awal belajar Al-Qur’an menghafal
surat-surat yang terdapat pada juz 30. Surat- 1. Paralelisme
surat tersebut relatif pendek sehingga lebih Paralelisme adalah pemakaian kata
mudah mempelajarinya dan menghafalnya. secara berulang pada ujaran yang sama bunyi,
tata bahasa, atau makna (Kridalaksana, 1984:
140). Majas paralelisme penulis temukan
METODE dalam Al-Qur’an (khusus juz 30 yang penulis
Untuk menjelaskan aspek keindahan kaji) pada surat An-Naba’‘Berita Besar’ (QS:
bahasa Al-Qur’an terjemahan berbahasa 78, ayat 4—5, 8—11, 12—14), An-Nāzi‘āt
Indonesia, penulis menitikberatkan pada ‘Malaikat-malaikat yang Mencabut’ (QS:79,
analisis stilistika. Pusat perhatian stilistika ayat 2—5), ‘Abasa ‘Ia Bermuka Masam’ (QS:
adalah style. Style merupakan cara yang 80, ayat 20—21, 23—24, dan 25— 27), At-
digunakan seorang pembicara atau penulis Takwīr ‘Menggulung’ (QS: 81, ayat 2—7, 10—
untuk menyatakan maksudnya dengan 13. dan 22—25), Al-Infiţār ‘Terbelah’ (QS: 82,
menggunakan bahasa sebagai sarana. Style ayat 2—4, 13—14, dan 17—18), Al-Muthāffifīn
dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. ‘Orang-orang yang Curang’ (QS: 83, ayat 30—
Gaya bahasa dapat ditemukan dalam ragam 31), Al-Insyiqāq ‘Terbelah’ (QS: 84, ayat 2—5,
bahasa lisan ataupun tulis, baik yang terdapat 13—14, 17—18), Al-Gāsyiyah ‘Hari
dalam karya sastra maupun nonsastra. Gaya Pembalasan’ (QS: 88, ayat 4—5, 12—13, 17—
bahasa mencakupi diksi atau pilihan leksikal, 20), Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89, ayat 18—20, 29—
struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima 30), Balad ‘Negeri’ (QS: 90, ayat 11—12), Asy-
(Sudjiman, 1993: 13). Syams ‘Matahari’ (QS: 91, ayat 2—4, 9—10),
Mengenai metode, penulis Adh-Dhuhā ‘Waktu Duha’ (QS: 93, ayat 6—8),
menggunakan metode struktural. Metode Alam Nasyrah ‘Kelapangan’ (QS: 94, ayat 5—
struktural digunakan untuk menganalisis gaya 6), At-Tīn ‘Buah Tin’ (QS: 95, ayat 1—3), Al-
bahasa surat-surat juz 30 yang terdapat dalam Zalzalah ‘Kegoncangan’ (QS: 99, ayat 7—8), Al-
Al-Qur’an terjemahan berbahasa Indonesia. ‘Ādiyāt ‘Kuda Perang yang Berlari Kencang’
Dengan kata lain, pembahasan dengan (QS: 100, ayat 2—3, 7—8, dan 9—10), Al-
menggunakan analisis sistem linguistik. Qāri’ah ‘Hari Kiamat’ (QS: 101, ayat 2—3), At-
Takaśur ‘Bermegah-megahan’ (QS: 102, ayat
DISKUSI DAN TEMUAN 3—4), Al-Mā‘ūn ‘Barang-barang yang Berguna’
Berikut ini penulis sajikan hasil (QS: 107, ayat 5—6), Al-Kāfirūn ‘Orang-orang
penelitian dan pembahasan mengenai ada Kafir’ (QS: 109, ayat 2—5), Al-Falaq ‘Waktu
tidaknya penggunaan majas pada ayat-ayat Subuh’ (QS: 113, ayat 3—5), An-Nās ‘Manusia’
suci Al-Qur’an terjemahan berbahasa (QS: 114, ayat 2—6).
Indonesia juz 30. Contoh:
Berdasarkan kajian pada Al-Qur’an (1) An-Naba’ ‘Berita Besar’ (QS: 78).
terjemahan juz 30 yang penulis lakukan Sekali-kali tidak; kelak mereka akan
diketahui bahwa bahasa dalam kitab tersebut mengetahui (ayat 4)
mengandung beragam majas. Ragam majas kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka
yang terdapat pada kitab tersebut yaitu: akan mengetahui (ayat 5)
paralelisme, perumpamaan, metafora,

2 | Majas Dalam Al-Qur’an


LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

Klausa kelak mereka akan mengetahui mengumpamakan keadaan manusia


digunakan secara berulang. Penggunaan seperti anai-anai. Ayat dan gunung-
kata secara berulang seperti tersebut gunung adalah seperti bulu yang
menunjukkan adanya pemanfaatan dihambur-hamburkan (ayat 5)
stilistika yang menggunakan majas mengumpamakan keadaan gunung
paralelisme. seperti bulu pada hari Kiamat. Jadi, pada
(2) ‘Abasa ‘Ia Bermuka Masam’ (QS: 80). ayat tersebut diketahui adanya
Kemudian Dia memudahkan jalannya perbandingan dua hal yang pada
(ayat 20) dan hakikatnya berlainan, tetapi dengan
kemudian Dia mematikannya dan sengaja dianggap sama. Perbandingan
memasukkannya ke dalam kubur (ayat yang seperti itu dinamakan majas
21) perumpamaan.
Kata-kata kemudian Dia digunakan secara (3) Al-Fīl ‘Gajah’ (QS: 105).
berulang dengan penyusunan yang Ayat lalu Dia menjadikan mereka seperti
sejajar. Hal tersebut menunjukkan daun-daun yang dimakan (ulat) (ayat 5)
pemakaian majas paralelisme. mengandung majas perumpamaan. Bagian
(3) Al-Infiţār ‘Terbelah’ (QS: 82). kalimat daun-daun yang dimakan (ulat)
Tahukah kamu apakah hari pembalasan merupakan majas perumpamaan. Dalam
itu? (ayat 17), konteks itu keadaan manusia
Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari diumpamakan seperti daun yang dimakan
pembalasan itu? (ayat 18). ulat.
Ayat Tahukah kamu apakah hari
pembalasan itu (ayat 17)—(ayat 18) 3. Metafora
digunakan secara berulang dan sejajar. Metafora adalah pemakaian kata atau
Hal tersebut menunjukkan mejas ungkapan lain untuk objek atau konsep lain
paralelisme. berdasarkan kias atau persamaan dalam objek
atau konsep itu (Kridalaksana, 1984:123).
2. Perumpamaan Majas metafora penulis temukan dalam Al-
Perumpamaan adalah perbandingan Qur’an (khusus juz 30 yang penulis kaji) pada
dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan surat An-Naba’ (QS: 78, ayat 13), Al-Fajr (QS:
dengan sengaja dianggap sama. Secara 89, ayat 30), Al-Bayyinah ‘Bukti’ (QS: 98, ayat
eksplisit biasanya digunakan kata, misalnya: 3), Al-‘Ādiyāt ‘Kuda Perang yang Berlari
seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana. Kencang’ (QS: 100, ayat 10).
Majas perumpamaan penulis temukan dalam Contoh:
Al-Qur’an (khusus juz 30 yang penulis kaji) (1) An-Naba’ ‘Berita Besar’, Surat ke-
pada surat An-Naba’ ‘Berita Besar’ (QS: 78, 78: 40 ayat.
ayat 10), Al-Qāri’ah ‘Hari Kiamat’ (QS: 101, Ayat dan Kami jadikan pelita yang amat
ayat 4—5), Al-Fīl ‘Gajah’ (QS: 105, ayat 5). terang (matahari) (ayat 13) mengandung
Contoh: majas metafora. Kata pelita digunakan
(1) An-Naba’ ‘Berita Besar’ (QS: 78). untuk menggantikan kata matahari. Jadi,
Ayat dan Kami jadikan malam sebagai ada persamaan sifat yang digantikan
pakaian (ayat 10) mengandung majas antara pelita dan matahari. Dengan
perbandingan yang berupa demikian, tampak perbandingan yang
perumpamaan, yakni malam sebagai dinyatakan secara implisit. Hal tersebut
pakaian. Pada ayat tersebut diketahui termasuk majas metafora.
bahwa ada perbandingan dua hal yang (2) Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89:30).
pada hakikatnya berlainan yang sengaja Pada ayat dan kaum Fir’aun yang
dianggap sama. Kata malam disebut mempunyai pasak-pasak (tentara yang
pakaian karena malam itu gelap menutup banyak) (ayat 10) mengandung majas
jagat sebagaimana pakaian menutupi metafora. Pasak dapat berarti potongan
tubuh manusia. kecil logam yang disisipkan pada alur
(2) Al-Qāri’ah ‘Hari Kiamat’ (QS: 101). yang terlipat di antara roda dan
Ayat Pada hari itu manusia adalah seperti sumbunya agar roda tersebut tidak
anai-anai yang bertebaran (ayat 4) berputar pada sumbunya; sepotong besi

Dwi Atmawati | 3
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

atau kayu tidak berkepala untuk (2) An-Nāzi‘āt ‘Malaikat-malaikat yang


menyatukan dua bagian. Jadi, pasak Mencabut’ (QS: 79).
dipakai untuk menjaga sesuatu agar stabil Ayat Adapun orang yang melampaui batas
atau seimbang. Pada ayat tersebut kata (ayat 37) mengandung majas eufemisme.
pasak-pasak digunakan untuk Kata-kata orang yang melampaui batas
menyatakan makna tentara yang banyak. digunakan untuk menyebut orang-orang
Hal itu berarti kata pasak memiliki kias yang takabur, lupa diri, durhaka, dan tidak
persamaan dengan tentara. Penggunaan tahu bersyukur. Ungkapan orang yang
kata atau ungkapan lain untuk objek atau melampaui batas lebih halus daripada
konsep lain berdasarkan kias atau takabur, lupa diri, durhaka, dan tidak tahu
persamaan dalam objek atau konsep bersyukur.
tersebut dinamakan metafora. (3) ‘Abasa ‘Ia Bermuka Masam’ (QS: 80).
(3) Al-Bayyinah ‘Bukti’ (QS: 98). Pada surat ‘Abasa ayat maka hendaklah
Ayat di dalamnya terdapat (isi) Kitab- manusia itu memperhatikan makanannya
kitab yang lurus (ayat 3) mengandung (ayat 24), penulis menemukan adanya
majas metafora. Kata-kata lurus memiliki majas eufemisme. Kata-kata
arti benar. Untuk menyebut kitab yang memperhatikan makanannya merupakan
mengandung ajaran-ajaran yang benar pilihan kata yang halus, lembut. Makna
digunakan kata lurus. Hal tersebut kata-kata tersebut sebenarnya peringatan
menunjukkan adanya persamaan supaya manusia menghindarkan diri dari
pemakaian kata untuk objek atau konsep nafkah yang haram.
lain berdasarkan kias atau persamaan
dalam objek atau konsep itu. Pemakaian 5. Repetisi
majas seperti termasuk metafora. Repetisi adalah mengulang-ulang bagian
kalimat atau sebuah kata untuk menekankan
4. Eufemisme maksud (Suroso, 1981: 37). Majas repetisi
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih penulis temukan dalam Al-Qur’an (khusus juz
halus sebagai pengganti ungkapan yang 30 yang penulis kaji) pada surat ‘Abasa ‘Ia
dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, Bermuka Masam’ (QS: 80, ayat 22), Al-Infiţār
atau yang tidak menyenangkan ‘Terbelah’ (QS: 82, ayat 20), Al-Burūj ‘Gugusan
(Djajasudarma, 1999: 20—22). Majas Bintang’ (QS: 85, ayat 10), Ath-Thāriq ‘Yang
eufemisme penulis temukan dalam Al-Qur’an datang di Malam Hari’ (QS: 86, ayat 17), Al-
(khusus juz 30 yang penulis kaji) pada surat Fajr ‘Fajar’ (QS: 89, ayat 23), Balad ‘Negeri’
An-Naba’ ‘Berita Besar’ (QS: 78, ayat 22), An- (QS: 90, ayat 17), Al-Alaq ‘Segumpal Darah’
Nāzi‘āt ‘Malaikat-malaikat yang Mencabut’ (QS: 96, ayat 19), Al-Bayyinah ‘Bukti’ (QS: 98,
(QS: 79, ayat 37), ‘Abasa ‘Ia Bermuka Masam’ ayat 6, 8), Al-‘Ādiyāt ‘Kuda Perang yang Berlari
(QS: 80, ayat 24), Al-Muthāffifīn ‘Orang-orang Kencang’ (QS: 100, ayat 11), Al Quraisy ‘Suku
yang Curang’ (QS: 83, ayat 12), Asy-Syams Quraisy’ (QS: 106, ayat 4), Al-Lahab ‘Gejolak
‘Matahari’ (QS: 91, ayat 11), Al-Alaq ‘Segumpal Api’ (QS: 111, ayat 1), Al-Ikhlās ‘Memurnikan
Darah’ (QS: 96, ayat 6). Keesaan Allah’ (QS: 112, ayat 3), Al-Falaq
Contoh: ‘Waktu Subuh’ (QS: 113, ayat 5), An-Nās
(1) An-Naba’ ‘Berita Besar’ (QS: 78). ‘Manusia’ (QS: 114, ayat 1).
Ayat lagi menjadi tempat kembali bagi Contoh:
orang-orang yang melampaui batas (ayat (1) Ath-Thāriq ‘Yang datang di Malam Hari’
22) mengandung majas eufemisme. Kata- (QS: 86).
kata orang-orang yang melampaui batas Penggunaan majas repetisi terdapat pada
digunakan untuk menyebut orang-orang ayat Karena itu beri tangguhlah orang-
yang takabur, lupa diri, durhaka, dan orang kafir itu yaitu beri tangguhlah
tidak tahu bersyukur. Ungkapan orang- mereka itu barang sebentar (ayat 17).
orang yang melampaui batas lebih halus Kata-kata beri tangguhlah dalam satu
daripada takabur, lupa diri, durhaka, dan kalimat digunakan secara berulang untuk
tidak tahu bersyukur. menekankan maksud. Oleh karena itu,
majas tersebut termasuk majas repetisi.

4 | Majas Dalam Al-Qur’an


LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

(2) Al-Alaq ‘Segumpal Darah’ (QS: 96). (3) Al-Kauśar ‘Nikmat yang Banyak’ (QS:
Pada ayat sekali-kali jangan, janganlah 108).
kamu patuh kepadanya; sujudlah dan Ayat Maka dirikanlah shalat karena
dekatlah (dirimu kepada Tuhan) (19) Tuhanmu dan berkorbanlah (ayat 2)
terdapat majas repetisi. Dalam satu mengandung majas personifikasi. Majas
kalimat, kata jangan, janganlah tersebut tampak pada bagian kalimat
digunakan secara berulang untuk dirikanlah shalat. Salat merupakan rukun
menekankan maksud. Majas seperti itu Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah
termasuk majas repetisi. Swt. yang wajib dilakukan oleh setiap
(3) Al-‘Ādiyāt ‘Kuda Perang yang Berlari muslim mukalaf dengan syarat rukun dan
Kencang’ (QS: 100). bacaan tertentu yang dimulai dengan
Ayat sesungguhnya Tuhan mereka pada takbir dan diakhiri dengan salam. Adapun
hari itu Maha Mengetahui keadaan kata diri (berdiri) berarti tegak bertumpu
mereka (ayat 11) mengandung majas pada kaki (tidak duduk atau berbaring).
repetisi. Kata mereka digunakan secara Kata salat diperlakukan seperti
berulang pada satu kalimat untuk sifat/sikap yang dimiliki manusia. Hal
menekankan maksud. Pengulangan tersebut merupakan majas personifikasi.
seperti itu termasuk majas repetisi. 7. Tautologi
Tautologi adalah majas yang
6. Personifikasi menggunakan kata yang memiliki kemiripan
Personifikasi adalah majas yang arti dalam suatu kalimat (Suroso, 1981: 41).
menggambarkan suatu benda mati seolah- Majas tautologi penulis temukan dalam Al-
olah hidup (Kridalaksana, 1984:154). Majas Qur’an (khusus juz 30 yang penulis kaji) pada
personifikasi penulis temukan dalam Al- surat Al-Insyiqāq ‘Terbelah’ (QS: 84, ayat 25),
Qur’an (khusus juz 30 yang penulis kaji) pada Al-Burūj ‘Gugusan Bintang’ (QS: 85, ayat 11),
surat At-Takwīr ‘Menggulung’ (QS: 81, ayat Al-Lail ‘Malam’ (QS: 92, ayat 18), At-Tīn ‘Buah
30), Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89, ayat 4), Asy-Syams Tin’ (QS: 95), Al-Alaq ‘Segumpal Darah’ (QS:
‘Matahari’ (QS: 91, ayat 2—4), Al-Lail 96, ayat 13), Al-Bayyinah ‘Bukti’ (QS: 98, ayat
‘Malam’‘Malam’ (QS: 92), Al-Kauśar ‘Nikmat 7), Al-‘Ạshr ‘Masa’ (QS: 103), Al-Humazah
yang Banyak’ (QS: 108, ayat 2). ‘Pengumpat’ (QS: 104, ayat 1).
Contoh: Contoh:
(1) At-Takwīr ‘Menggulung’ (QS: 81). (1) Al-Insyiqāq ‘Terbelah’ (QS: 84).
Majas personifikasi tampak pada ayat Majas tautologi tampak pada ayat Tetapi
demi malam apabila telah hampir orang-orang yang beriman dan beramal
meninggalkan gelapnya (ayat 30). Pada saleh, bagi mereka pahala yang tidak
ayat tersebut kata malam dikatakan putus-putusnya (ayat 25). Kata beriman
meninggalkan gelap padahal bumi dan beramal salih merupakan kata yang
berputar pada porosnya sehingga memiliki kemiripan arti. Majas yang
sebagian permukaan bumi terhalangi menggunakan kata yang memiliki
untuk memperoleh cahaya matahari. Hal kemiripan arti tersebut dinamakan
tersebut menyebabkan terjadinya siang tautologi.
dan malam. Kata malam merupakan benda (2) Al-Burūj ‘Gugusan Bintang’ (QS: 85).
tidak bernyawa yang dianggap memiliki Majas tautologi terdapat pada ayat Dan
sifat seperti manusia yang dapat mereka tidak menyiksa orang-orang
meninggalkan sesuatu. Itu merupakan mu’min itu melainkan karena orang-orang
majas personifikasi. mu’min itu beriman kepada Allah Yang
(2) Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89). Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (ayat 8),
Kata malam bila berlalu pada ayat dan Sesungguhnya orang-orang yang beriman
malam bila berlalu (ayat 4) mengandung dan mengerjakan amal-amal yang saleh
majas personifikasi. Kata malam bagi mereka surga yang mengalir di
merupakan benda tidak bernyawa yang bawahnya sungai-sungai, itulah
dianggap memiliki sifat seperti manusia keberuntungan yang besar (ayat 11).
yang dapat meninggalkan sesuatu. Kata mukmin dan beriman memiliki
kemiripan arti. Kata beriman dan

Dwi Atmawati | 5
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

mengerjakan amal-amal salih juga (3) Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89).


memiliki kemiripan arti. Majas seperti itu Penggunaan majas antitese terdapat pada
dinamakan tautologi. ayat dan yang genap dan yang ganjil (ayat
(3) Al-Humazah ‘Pengumpat’ (QS: 104). 3). Kata genap dan ganjil memiliki arti
Ayat Kecelakaanlah bagi setiap yang bertentangan. Penggunaan kata-kata
pengumpat lagi pencela (ayat 1) yang maknanya bertentangan seperti itu
mengandung majas tautologi. Pengumpat termasuk majas antitese.
dan pencela merupakan dua kata yang
bersinonim atau memiliki kemiripan arti. 9. Antonomasia
Penggunaan dua kata atau lebih yang Antonomasia adalah majas
memiliki kemiripan arti seperti tersebut perbandingan dengan menyebutkan nama lain
termasuk majas tautologi. terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat
menonjol yang dimilikinya; adjektiva yang
8. Antitese digunakan sebagai nama diri atau nama diri
Antitese adalah majas yang yang digunakan sebagai nama jenis. Majas
menggunakan kata-kata yang berlawanan antonomasia penulis temukan dalam Al-
artinya (Suroso, 1981: 38). Majas antitese Qur’an (khusus juz 30 yang penulis kaji) pada
penulis temukan dalam Al-Qur’an (khusus juz surat Al-Burūj ‘Gugusan Bintang’ (QS: 85, ayat
30 yang penulis kaji) pada surat Al-Burūj 14—15), An-Nashr ‘Pertolongan’ (QS: 110,
‘Gugusan Bintang’ (QS: 85, ayat 10), Ath- ayat 3).
Thāriq ‘Yang datang di Malam Hari’ (QS: 86, Contoh:
ayat 13), Al-A’lā ‘Yang Paling Tinggi’ (QS: 87, (1) Al-Burūj ‘Gugusan Bintang’ (QS: 85).
ayat 13), Al-Fajr ‘Fajar’ (QS: 89, ayat 3), Al-Lail Ayat (14)—(15) mengandung majas
‘Malam’, (QS: 92, ayat 3, 13), Adh-Dhuhā antonomasia. Ayat Dia-lah Yang Maha
‘Waktu Duha’ (QS: 93, ayat 4), Alam Nasyrah Pengampun lagi Maha Pengasih (ayat 14)
‘Kelapangan’ (QS: 94, ayat 5—6), Al Quraisy menggunakan frasa Yang Maha
‘Suku Quraisy’ (QS: 106, ayat 2). Pengampun lagi Maha Pengasih yang
Contoh: merupakan keterangan untuk mengganti
(1) Al-Burūj ‘Gugusan Bintang’ (QS: 85). hal yang diterangkan. Hal yang
Ayat Sesungguhnya orang-orang yang diterangkan tersebut adalah Allah. Ayat
mendatangkan cobaan kepada orang- yang mempunyai ‘Arsy, lagi Maha Mulia
orang yang mu’min laki-laki dan (ayat 15) juga menyatakan keterangan
perempuan kemudian mereka tidak sifat Allah sebagai pengganti yang
bertaubat, maka bagi mereka azab diterangkan (Allah).
Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) (2) An-Nashr ‘Pertolongan’ (QS: 110).
yang membakar (ayat 10) mengandung Ayat maka bertasbihlah dengan memuji
majas antitese. Kata-kata laki-laki dan Tuhanmu dan mohonlah mpun kepada-
perempuan merupakan dua hal yang Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
memiliki makna bertentangan. Kata yang Penerima taubat (ayat 3) mengandung
memiliki pertentangan makna seperti majas antonomasia. Frasa Maha Penerima
tersebut merupakan majas antitese. taubat merupakan sifat Allah yang
(2) Ath-Thāriq ‘Yang Datang di Malam Hari’ digunakan sebagai keterangan pengganti
(QS: 86). untuk menyebut Allah. Penggunaan
Penggunaan majas antitese terdapat pada bahasa seperti itu termasuk antonomasia.
ayat sesungguhnya Al Qur’an itu benar-
benar firman yang memisahkan antara 10. Retoris
yang hak dan yang batil (ayat 13). Kata- Retoris adalah Majas yang berupa
kata hak ‘baik; benar’ dan bathil ‘buruk; pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban
tidak benar’ merupakan dua hal yang karena jawabannya telah tersimpul pada
maknanya bertentangan. Penggunaan pertanyaannya (Suroso, 1981: 38). Majas
kata-kata yang maknanya bertentangan retoris penulis temukan dalam Al-Qur’an
seperti itu dinamakan antitese. (khusus juz 30 yang penulis kaji) pada surat
At-Tīn ‘Buah Tin’ (QS: 95, ayat 8).
Contoh:

6 | Majas Dalam Al-Qur’an


LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725

Ayat Bukankah Allah Hakim yang seadil- atas 37 surat, terdapat 36 surat yang
adilnya? (ayat 8) mengandung majas retoris. mengandung majas. Surat yang tidak
Ayat yang berupa pertanyaan tersebut tidak mengandung majas hanya ada 1, yakni Al-Qadr
memerlukan jawaban karena jawabannya (QS: 97).
sudah tersimpul pada pertanyaannya. Hal
tersebut termasuk majas retoris. SIMPULAN
Keindahan bahasa Al-Qur’an terjemahan
11. Enumerasi tampak pada penggunaan kata-kata yang
Enumerasi adalah majas yang mengandung gaya bahasa yang khas. Gaya
digunakan untuk menyatakan suatu peristiwa bahasa yang khas tersebut, antara lain terlihat
atau keadaan secara terpisah-pisah, bagian dalam penggunaan majas. Setelah penulis
demi bagian (Suroso, 1981: 40). Majas retoris melakukan penelitian dan penganalisisan
penulis temukan dalam Al-Qur’an (khusus juz pada juz 30 ayat-ayat suci Al-Qur’an
30 yang penulis kaji) pada surat Al-Qāri’ah terjemahan berbahasa Indonesia, penulis
‘Hari Kiamat’ (QS: 101, ayat 4—9). menyimpulkan sebagai berikut.
Contoh: Al-Qur’an tersebut menggunakan majas
Ayat Pada hari itu manusia adalah seperti paralelisme, perumpamaan, metafora,
anai-anai yang bertebaran (ayat 4), dan eufemisme, repetisi, personifikasi, tautologi,
gunung-gunung adalah seperti bulu yang antitese, antonomasia, retoris, enumerasi.
dihambur-hamburkan (ayat 5), Dan adapun Jenis majas yang paling banyak terdapat
orang-orang yang berat timbangan adalah majas paralelisme. Dari 37 surat yang
(kebaikan)nya (ayat 6), maka dia berada terdapat pada juz 30 itu, 36 surat
dalam kehidupan yang memuaskan (ayat 7), mengandung majas. Surat yang tidak
Dan adapun orang-orang yang ringan mengandung majas hanya ada 1, yakni surat
timbangan (kebaikan)nya (ayat 8), maka Al-Qadr (QS: 97).
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah Penelitian ini dapat dilanjutkan,
(ayat 9) mengandung majas enumerasi. Ayat misalnya dengan meneliti majas yang terdapat
4—9 menyatakan peristiwa atau keadaan isi dalam Al-Qur’an juz 1—29. Dengan meneliti
dunia (manusia, dan gunung-gunung) secara penggunaan majas dalam Al-Qur’an juz 1—29
terpisah, bagian demi bagian pada hari tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh
Kiamat. ragam majas yang lebih banyak.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui
bahwa dalam Al-Qur’an juz 30 yang terdiri

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an. 1914 H. Medinah Munawwarah: Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik
Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Rafika Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Paisak, Taufik. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ: antara Neurosains dan Al-Quran. Bandung: Mizan.

Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat Al-‘Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Ghaib. Bandung: Mizan.

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: PT Temprint.

Suroso. 1981. Ikhtisar Seni Sastra. Solo: Tiga Serangkai.

Dwi Atmawati | 7
Tjokrowinoto, Sardanto. 2002. “Bahasa dan Sastra Indonesia Mampu sebagai Media Transformasi
Sosial-Budaya, Politik, dan Ekonomi Bangsa dalam Kesejagadan Abad XXI.” Dalam
Sujarwanto dan Jabrohim. Editor. Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi
Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gama Media.

8 | Majas Dalam Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai