Anda di halaman 1dari 14

Kitab Tafsir Tarjuman Al-

Mustafid

Oleh:
Taufik ruudyan mainakI
Biografi Abdurrauf Bin Ali Al-jawi Al-fansuri
Al-sinkili
Nama lengkapnya adalah ‘Abd al-Rauf bin ‘Ali al-Fanshuri al-Jawi. Ia
merupakan seorang Melayu dari Fansur, Singkil (Singkel) di wilayah pantai Barat Laut,
Aceh. Sebab itu pula kadang kala namanya ditambahkan ‘al-Singkili’ untuk
menunjukkan bahwa ia berasal dari Singkel. Tentang kapan ‘Abd al-Rauf lahir, tidak ada
data yang akurat untuk menjelaskan hal itu. Harun Nasution menyebut bahwa ia lahir
sekitar tahun 1001 H/ 1593 M. Pendapat lain menyebutkan bahwa ia dilahirkan di Suro,
sebuah desa pinggiran sungai Simpang Kanan, Singkil, sekitar tahun 1620 M. Namun
kedua pendapat tentang angka kelahirannya ini berbeda dengan pendapat kebanyakan
sarjana Barat, seumpama D.A. Rinkes, Anthony H. Johns, dan Peter Riddel. Menurut
Rinkes, ‘Abd al-Rauf diperkirakan lahir pada tahun 1024 H. atau 1615 M. Johns
sependapat dengan Rinkes tentang tahun kelahiran ‘Abd al-Rauf, ia juga menyebutkan
tahun wafat ‘Abd al- Rauf yakni pada 1693 M. Dengan memperhatikan data ini dapat
ditarik benang merah bahwa ‘Abd al-Rauf lahir di daerah Singkel, Aceh bagian Selatan,
pada rentang tahun 1593-1615-an atau pada akhir abad 16 dan awal abad 17 M
Karakteristik Tafsir Tarjuman Al-Mustafid

Tafsir Tarjuman al-Mustafid ini adalah tafsir tertua alias terawal yang
beredar di wilayah Melayu Indonesia, sebagai bukti dapat kita lihat bahwa edisi
tercetaknya kitab ini di kalangan komunitas Melayu Afrika Selatan. Riddel
mengatakan bahwa salinan paling awal yang sampai sekarang masih ada dari
Tarjuman al-Mustafid berasal dari abad ke 17 dan awal ke 18. Bahkan edisi-edisi
cetaknya diterbitkan di Singapura, Penang, Jakarta, Bombay dan juga di Timur
Tengah. Di Istanbul ia diterbitkan oleh Mathba’ah Al-‘Ustmaniyyah pada tahun
1302/1884 dan juga pada 1324/1906. Di Kairo diterbitkan oleh Sulaiman Al-
Maraghi, serta di Mekah di terbitkan oleh Al-Amiriyyah. Sedangkan edisi terakhir
diterbitkan di Jakarta pada tahun 1981. Hal ini menunjukkan karya tersebut masih
dipergunakan oleh kaum muslimin Melayu Indonesia.
Sumber Rujukan Penafsiran

Ada dua pendapat yang menjelaskan tentang sumber rujukan penulisan


Tarjuman al-Mustafid ini.
Pertama, pendapat Snouck Hurgronje yang diamini oleh Rinkes dan
Voorhoeve, menyebutkan bahwa Tarjumân al-Mustafid merupakan terjemahan dari
tafsir al-Baidhawi. Kemungkinan besar pendapat ini terpengaruh oleh judul yang
tertera pada cover kitab, yakni ‘Tarjuman al-Mustafid wa huwa al-Tarjamat al-
Jawiyah li al-Tafsir al-Yusamma Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil li al-Imam al-
Qadhi Nashr al-Din Abi Sa‘id ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn Muhammad al-Syairazi al-
Baidhawi’ (tafsir Tarjumân al-Mustafid adalah terjemahan berbahasa Jawi dari tafsir
yang dinamakan Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wîl karangan al-Baidhawi).
Meskipun pada akhirnya, Voorhoeve mengubah kesimpulannya dengan mengatakan
bahwa sumber-sumber Tarjumân al-Mustafid adalah berbagai tafsir berbahasa Arab.
Sumber Rujukan Penafsiran
Kedua, pendapat Peter Riddel dan Salman Harun, mereka menyatakan
bahwa tafsir Tarjumân al-Mustafid merupakan terjemahan dari tafsir al-Jalalain.
Alasan ini berdasarkan penelitian terhadap metode dan gaya penafsiran yang sama
persis dengan tafsir al-Jalalain. Namun, ‘Abd al-Rauf memperlihatkan
kreativitasnya dengan menambahkan dan mengurangi bagian-bagian tertentu dari
tafsir al-Jalalain. Hanya bagian tertentu saja ‘Abd al-Rauf memanfaatkan tafsir al-
Baidhawi dan al-Khazin. Misalnya menambah penjelasan tentang perbedaan qiraah
dan pembahasan kisah-kisah dan sebab turunnya ayat. Sedangkan yang dikurangi
adalah tidak memasukkan penjelasan tentang i‘rab dan analisis semantik.
Azyumardi Azra, memilih pendapat yang kedua ini dengan alasan bahwa silsilah
intelektual ‘Abd al-Rauf memiliki keterhubungan dengan Jalal al-Din al-Suyuthi
pengarang tafsir Jalalain, baik melalui al-Qusyasyi maupun al-Kurani, sehingga
besar kemungkinan ‘Abd al-Rauf lebih merujuk kepada tafsir Jalalain ketimbang
tafsir lainnya
Sumber Rujukan Penafsiran

Terlepas dari itu semua, dan dari literatur yang penulis dapatkan, ada lima
kitab tafsir yang menjadi rujukan ‘Abd al-Rauf dalam penulisan kitab Tarjuman al-
Mustafid ini, terutama ketika menafsirkan surah al-Fatihah dan surah al-Baqarah.
Pertama, Tafsir Baidhawi.
Kedua, Manafi’ al-Qur’an.
Ketiga, Tafsir al-Khazin.
Keempat, Tafsir Tsa‘labi.
Kelima, Tafsir Jalalain.
Sumber Rujukan Penafsiran

Tabel: Sumber Rujukan Tarjuman al-Mustafid

No Nama Kitab Halaman Jumlah

1 Tafsir Baidhawi 2, 3, 9, 9, 9 dan 11 6 kali

2 Manafi’ al-Qur’an 2 dan 3 2 kali

3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 17, 20, 23, 24, 29, 30, 32, 36,
3 Tafsir Khazin 21 kali
40, 41, 43 dan 44

4 Tafsir Tsa’labi 14 dan 17 2 kali

5 Tafsir Jalalain 17 1 kali

Jumlah 32 kali
Metode Penafsirannya

Tafsir Tarjuman al-Mustafid terlihat lebih ringkas bahkan hanya dua jilid
saja, lebih padat dan tidak bertele-tele dengan menguraikan penafsiran secara
panjang lebar. Hal serupa juga telah dipraktikkan oleh al-Mahalli dan al-Suyuthi
dalam karyanya tafsir al-Jalalain dan begitu pula dengan tafsir Taj al-Tafasir karya
al-Mirghani. Inilah yang disebut dengan tafsir yang menggunakan metode ijmali.
Kemudian ketika kita menelusuri dari sudut cara penafsiran yang menjelaskan
urutan ayat dan penjelasan aspek-aspek serta isi dari kandungan ayat, Tafsir
Tarjuman Al-Mustafid ini termasuk dalam tafsir metode tahlili.
Teknik Penafsiran

Mengenai teknik penulisan Tafsir Tarjuman al-Mustafid adalah


sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai sumber dari penulisannya
adalah ada beberapa tafsir yaitu Tafsir Baidhawi, Tafsir Jalalain dan Tafsir Al-
Khazin. Akan tetapi, Abdurrauf dalam menjelaskan tafsirnya itu tidak seluruhnya
mengikuti ketiga tafsir tersebut, Abdurrauf hanya mengambil ide pokok dan yang
dianggapnya penting. Sesuai dengan metode penulisannya, Tafsir Tarjuman al-
Mustafid memiliki bentuk dan teknik penulisannya tersendiri yang berbeda dengan
tafsir yang lainnya. Secara umum tafsir ini menerapkan metode tahlili yaitu
menafsirkan Al-Qur’an dengan menjelaskan aspek-aspek yang dikandung oleh ayat
yang ditafsirkan secara luas dan rinci, seperti penjelasan kosa kata, latar belakang
turunnya ayat (asbabun nuzul), nasikh-mansukh dan munasabat.
Corak Penafsiran
Abdurrauf As-Singkili dalam menjelaskan ayat-ayat Alquran tidak terpaku
hanya pada satu corak penafsiran. Abdurrauf menggunakan corak umum. Artinya,
penafsiran yang diberikan tidak mengacu pada satu corak tertentu, seperti fiqih,
filsafat, dan adabbil-ijtima’i. Namun tafsirnya mencakup berbagai corak sesuai
dengan kandungan ayat yang ditafsirkan. Jika sampai pada ayat yang membicarakan
hukum fiqih, beliau akan mengungkapkan hukum-hukum fiqih, dan jika sampai
pada ayat tentang teologi, pembahasan keyakinan tentang akidah mendapat porsi
yang cukup. dan jika sampai pada ayat yang menyebutkan tentang qishah, beliau
akan membahasnya dengan porsi yang cukup pula Hal ini disebabkan Abdurrauf
adalah seorang yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang baik ilmu fikih,
filsafat, mantiq, tauhid, sejarah, ilmu falak dan politik. Dengan keluasan ilmu yang
dimilikinya tidak aneh jika corak penafsiran yang diberikan bersifat umum,
walaupun Abdurrauf juga terkenal sebagai penyebar dan mursyid tarekat syattariah
namun corak penafsiran yang diberikan tidak terpengaruh pada satu bidang tertentu.
Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tarjuman
al-Mustafid

Setiap karya tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya, diantara


kelebihan tafsir Tarjuman al-Mustafid adalah:
1. Selalu memulai dengan kata Basmalah
2. Menjelaskan ayat-ayat secara berurutan dimulai dari surat al-Fatihah ditutup
dengan surat al-Nas.
3. Menjelaskan ayat-ayatnya dengan singkat padat dan mudah untuk dipahami,
serta cocok bagi semua usia.
4. Sebelum menjelaskan ayat-ayatnya terlebih dahulu memperkenalkan surat yang
akan dijelaskan. Seperti Nama surat, tempat turun, dan juga fadilah membaca
surat tersebut serta jumlah ayat dalam surat tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tarjuman
al-Mustafid

4. Penjelasan ayat terletak berdampingan dengan ayat, artinya penjelasan ayat dan
ayat terletak dalam satu halaman, sehingga mempermudahkan bagi pembaca.
5. Setiap penjelasan diberi kode tersendiri sesuai dengan penjelasan yang akan
dijelaskan, seperti menjelaskan tentang bacaan para imam qiraat kode yang
diberikan adalah kata ikhtilaf yang terletak di dalam kurung dan kata ‫وهللا أعلم‬
pada penutup penjelasan bacaan para imam qiraat tersebut. Penjelasan mengenai
sebab turun ayat biasanya diberi kode atau tanda dengan kata qisah dalam
kurung, dan lain sebagainya.
6. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawi.
Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tarjuman
al-Mustafid

Kekurangan dan kelemahan dari tafsir tersebut adalah:


1. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak menambah wawasan bagi
pembaca.
2. Tidak menjelaskan tentang sanad dan matan hadis ketika menjelaskan suatu
ayat.
3. Tidak menjelaskan tentang sanad dan matan hadis pada penjelasan asbabun
nuzul atau menjelaskan tentang yang lainnya.
Lebih dan kurangnya
saya undur diri.

Terima kasih
Atas perhatian dan kasihnya
selama ini.

Anda mungkin juga menyukai