Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA

“KOAGULASI”

Nama Anggota Kelompok :

1. Nyoman Maesha Bramanda ( 31 )


2. Pande Luh Anjani Rajyaputri ( 32 )
3. Arya Pranayantara ( 33 )
4. Krishna Wahyuana Wedanta ( 34 )
5. Putu Wira Widiantara ( 35 )
6. Tjokorda Laksamana Putra Pemayun ( 36 )
PRAKTIKUM KIMIA
KOLOID – KOAGULASI

LATAR BELAKANG

Pada Perkembangan zaman yang semakin modern, Air merupakan kebutuhan pokok bagi

manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti keperluan rumah tangga, keperluan umum, keperluan

industri, kebutuhan pertanian dan sebagainya. Sumber air bersih yang digunakan terkadang tidak

memiliki kualitas yang telah ditetapkan, seperti memiliki kekeruhan yang tinggi. Kekeruhan merupakan

syarat fisik yang harus dipenuhi sebagai salah satu standar air bersih. Kekeruhan dalam air bersih dapat

diatasi dengan cara koagulasi flokulasi (Effendi, 2003).

Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid dan partikel tersuspensi termasuk

bakteri dan virus melalui penetralan muatan elektriknya untuk mengurangi gaya tolak menolak antar

partikel (Kawamura, 1992). Sedangkan menurut Hadi (1997), flokulasi didefinisikan sebagai proses

penggabungan partikel-partikel yang tidak stabil setelah proses koagulasi melalui proses pengadukan

lambat sehingga terbentuk gumpalan atau flok yang dapat diendapkan atau disaring pada proses

pengolahan selanjutnya. Secara umum koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid

sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebut juga penggumpalan.

Koagulasi terjadi karena dispersi koloid kehilangan kestabilan dalam yang mempertahankan partikel-

partikelnya untuk tetap tersebar di dalam mediumnya. Hal ini di sebabkan karena keduannya

mempunyai muatan yang berlawanan sehingga saling menetralkan. Keadaan ini mengakibatkan

penggabungan partikel-partikel koloid sehingga ukuran pertikelnya menjadi lebih besar hingga ukuran

suspensi. Dalam proses koagulasi flokulasi dibutuhkan koagulan untuk mendestabilisasi koloid dengan

menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid sehingga terbentuk inti flok yang dapat bergabung

satu sama lain membentuk flok dengan ukuran yang lebih besar sehingga mudah mengendap (Sawyer,

2003). Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

a. Elektroforesi : kalian telah mempelajari proses elektroforesis koloid. Dalam elektroforesis,

koloid diberi arus listrik sehingga partikel bergerak ke elektroda yang berlawanan muatannya. Hal ini
menyebabkan partikel menjadi netral dan akhirnya menggumpal serta mengendap di sekitar elektroda.

b. Pemanasan : Jika dipanaskan, koloid akan terkoagulasi karena energi partikelnya menjadi

lebih besar dan tumbukan antar partikel pun semakin meningkat. Sehingga partikel-partikel koloid

menggumpal dan akhirnya mengendap.

c. Penambahan elektrolit : Telah disebutkan di depan bahwa koloid ternyata dapat bermuatan.

Jika muatan tersebut dihilangkan, maka kestabilan akan berkurang dan menyebabkan penggumpalan.

Apabila ke dalam suatu koloid ditambahkan elektrolit, koloid tersebut dapat menyerap ion sehingga

akan terkoagulasi, misalnya koloid Fe(OH)3. Jika ditambahkan ion negatif seperti PO43–, maka koloid

Fe(OH)3 akan distabilkan oleh ion Fe3+ dengan cara teradsorpsi di permukaannya. Fe3+ di permukaan

itu akan terlepas dan membentuk FePO4. Akibatnya, koloid menjadi tidak stabil dan terkoagulasi.

d. Pencampuran dua macam koloid : Pencampuran dua koloid yang berlawanan muatan dapat

menyebabkan terjadinya koagulasi. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik listrik antara kedua

muatan koloid. Pada permukaan partikel koloid terjadi penyerapan ion. Penyerapan muatan ion ini akan

membuat partikel koloid bertambah besar, sehingga dapat mengendap. Misalnya, sol Fe(OH)3 yang

memiliki muatan positif akan mengendap bila dicampur dengan sol As2S3 yang bermuatan negatif.

ALAT DAN BAHAN

 ALAT

1. Susu kental manis


2. Santan
3. Cuka
4. Air jeruk nipis
5. Air hangat
6. Mayonnaise
 BAHAN

1. Gelas (transparan)
2. Pengaduk
3. Pisau

CARA KERJA
· Larutkan susu bubuk pada air dalam gelas
· Lalu di aduk-aduk susu bubuknya dalam gelas sehingga terlalut semua
· Lalu campurkan jeruk nipis yang banyak pada larutan susu
· Lalu di aduk lagi campuran susu dan jeruknya
· Sehinggal menghasilkan susunya menggumpal
· Akibat menggumpal karena terjadinya resturasi

HASIL PERCOBAAN

 PENGARUH PENAMBAHAN JERUK NIPIS TERHADAP SUSU :

1. Rasa menjadi sangat asam


2. Bau asam sangat dominan
3. Warna berubah menjadi kehijauan
4. Terbentuk gumpalan

PEMBAHASAN

Susu yang ditambahkan jeruk nipis akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi.
Perubahan yang terjadi diantaranya rasa asam yang dominan pada susu akibat penambahan jeruk yang
memiliki pH yang rendah yang dapat menurunkan pH susu, bau susu yang semula amis juga berubah
menjadi dominan asam setelah ditambah jeruk, warna dari campuaran susu dan jeruk juga berubah
kehijauan selain itu terbentu gumpalan akibat protein kaseinsusu yang terhidrolisis dan terdenaturasi akibat
pengaruh pH rendah dari jeruk. Susu juga memiliki rasa agak pahit. Hal ini telah sesuia dengan literature
yang menyatakan bahwa Asam mampu mengubah rasa dari susu hal ini dikarenakan asam dapat
menghidrolisis lemak dan protein kasein dalam susu sehingga memiliki rasa pahit.

KESIMPULAN

Dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa

1. Protein susu akan mengalami perubahan jika mendapat pengaruh pH asam


2. Pengaruh penambahan asam akan menyebabkan protein susu terhidrolisis dan terdenaturasi
sehingga membentuk gumpalan

Anda mungkin juga menyukai