Laporan Praktikum Pembibitan
Laporan Praktikum Pembibitan
Oleh
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN
mesin tetas. Telur yang digunakan adalah telur tetas yang merupakan telur fertil
atau telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam
penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur
yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur.
dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam
jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi
blastoderm yang dierami oleh seekor induk ayam selama 21 hari sampai menjadi
Metode ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mendapatkan bibit yang bermutu, di mana ada 5 poin utama yang harus
Turning) dan kebersihan (Cleanliness) (Nurhadi dan Puspita, 2008). Pada ayam,
sumber pemanas berasal dari matahari, listrik, minyak tanah, gas ataupun batu
bara yang dapat dikombinasikan untuk memperoleh efisiensi biaya energi.
inseminasi buatan yang berfungsi untuk mentransfer semen jantan menuju betina
dengan kisaran jumlah ekor lebih dari 10.000 butir. Hasil penetasan yang
dilakukan dapat menjadi calon bibit untuk dipelihara secara berkelanjutan dengan
bobot dan daya berserta dari kehidupan embrio yang fertil. Berdasarkan latar
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
menentukan persentase fertilisasi, daya hidup embrio dan hasil penetasan serta
Manfaat yang diinginkan dari praktikum ini adalah para mahasiswa dan
Ayam Arab (Gallus turcicus) berasal dari ayam hutan dan merupakan
salah satu ayam buras yang sudah beradaptasi di Indonesia dan mampu
dikenal di masyarakat ada dua jenis yaitu ayam Arab putih (Silver) dan merah
(Gold). Ayam Arab Silver mempunyai ciri-ciri warna bulu putih bertotol-totol
hitam dan di bagian kaki terdapat pigmen berwarna hitam, sedangkan ayam Arab
Gold mempunyai ciri-ciri warna bulu merah keemasan dan bertotol-totol hitam di
bagian sayap (Yumna dkk., 2012). Ayam Arab mempunyai kemampuan adaptasi
dengan lingkungan tropik cukup baik dan sangat cocok untuk daerah beriklim
ayam tipe ringan dengan berat badan umur 52 minggu mencapai 2.035,60 ± 115,7
gram pada jantan dan 1.324,70 ± 106,47 gram pada betina. Ayam Arab
merupakan ayam tipe petelur yang memiliki ciri-ciri antara lain memiliki sifat
lincah, agak liar, tidak mengeram, daya seksual pada jantan tinggi, tingkat
efisiensi pakan yang tinggi, kemampuan memproduksi telur yang tinggi, dan
Konon julukan ayam Arab ini muncul karena adanya Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Sukabumi, Jawa Barat yang membawa ayam braekels
sepulangnya dari Arab Saudi. Oleh karenanya, kota Sukabumi dinyatakan sebagai
tempat awal penyebaran ayam Arab di Indonesia. Versi lain ada yang menyatakan
bahwa ayam Arab telah masuk ke Indonesia pertama kali tahun 1980 tepatnya di
kota Batu, Malang, Jawa Timur. Keunggulan ayam Arab antara lain (1) potensi
produksi telurnya mencapai 50-60 persen lebih banyak dibanding ayam kampung,
(2) konversi pakan rendah, (3) pejantan Arab mempunyai keunggulan mampu
mengawini ayam betina setiap 2-3 jam, (4) relatif lebih tahan penyakit, dan (5)
Ayam Arab memiliki karakteristik daging yang hampir sama dengan ayam
umumnya dipotong pada periode grower atau telah berumur 3 bulan dan telah
Ayam ini dapat disilangkan dengan ayam lokal lain untuk memperoleh
produksi telur yang lebih tinggi dengan kualitas daging yang lebih baik. Pada
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Gallus
(Jusriadi, 2014).
Produksi telur ayam Arab setara dengan ayam Leghorn, yaitu rata-rata bisa
mencapai 80-90% dari populasi yang dicapai dengan pakan hanya 80 g/ekor/hari.
Telur ayam Arab pertama kali dibawa ke Indonesia dan ditetaskan menggunakan
induk ayam Kampung yang sedang mengeram. Anak ayam hasil penetasan ini
dibesarkan dan diumbar di pekarangan rumah sehingga kawin dengan ayam lokal.
Ayam Arab mulai bertelur pertama pada umur 22 minggu dengan bobot 34,21
(Ankanegara, 2011).
lainnya. Kuning telur ayam Arab memiliki volume lebih besar, yaitu mencapai
53,2% dari bobot telur (Yunardi, 2012). Harga telur ayam Arab lebih murah
daripada telur ayam kampung. Ayam Arab yang dipelihara masyarakat pada
umumnya merupakan produk final stock dan seluruh hasil telurnya dimanfaatkan
Seleksi telur merupakan hal yang sangat penting dalam penetasan sebab
untuk menetaskan telur, perlu memilih telur yang ukurannya tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil dimana berat telur ayam Arab yang baik untuk ditetaskan
adalah 40 – 45 gram. Telur yang terlalu besar atau terlalu kecil menyebabkan
bakal embrio tidak berkembang dan dapat menurunkan fertilitas telur. Anak yang
dihasilkan dari penetasan telur sangat dipengaruhi oleh berat telur karena
mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral dan air yang dibutuhkan untuk
Pada tingkat peternak, telur yang akan ditetaskan umumnya memiliki lama
penyimpanan telur tetas yang berbeda karena telur tetas tidak langsung ditetaskan
didalam mesin tetas melainkan dikumpulkan sampai dengan jumlah yang cukup
untuk ditetaskan (Susanti dkk., 2015). Secara genetis, ayam Arab dan silangannya
jumlah dan kualitas. Penyediaan bibit ayam arab (DOC), seperti yang
dilaksanakan oleh peternak skala kecil, perlu ditingkatkan cara dan teknik dengan
yang cukup dan kontinyu, yang tidak kalah dengan perusahaan penetasan skala
besar. Memperoleh DOC ayam Arab yang unggul dalam jumlah dan kualiatas
yang diinginkan konsumen. Jika memperoleh DOC dalam jumlah yang cukup, hal
mesin tetas disamping ada juga peternak yang hobi menetaskan telur dengan cara
alami yang menggunakan induk sedang mengeram. Penetasan dengan
karena DOC yang dihasilkan dapat diperoleh secara massal pada saat yang
didasarkan seleksi mutu telur tetas (umur telur, berat telur, dan indeks bentuk
telur), stabilitas suhu dan kelembaban, sirkulasi udara dan ventilasi, perlakuan
emrio telur yang berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas.
pengeram. Laju perpindahan panas secara konduksi sebesar 13,75 Watt dan laju
2.4. Fertilitas
dengan lama perjalanan 30 menit untuk mencapai infundibulum apabila tidak ada
telur yang sudah terbentuk. Gerakan sperma ini dibantu oleh silia dari oviduct,
antiperistaltik otot dan motilitas sperma. Bila pejantan dan betina dikawinkan,
secara individu fertilitas yang cukup tinggi akan diperoleh setelah 2–3 hari
dalam kandang. Apabila pejantan diambil dari kelompok betina dalam kandang,
dalam waktu 5–6 hari setelah perkawinan terakhir fertilitasnya masih cukup baik,
setelah itu akan terus menurun. Selama 5–6 hari fertilitas masih cukup baik karena
(candling). Hal ini dikarenakan agar penoropongan dilakukan secara efektif dan
seragam telur yang ditetaskan di Perusahaan dalam jumlah yang banyak. Tanda
telur fertil bila dilihat dengan menggunakan alat peneropong (candling) akan
tampak perkembangan embrio di dalam telur tersebut yang bisa berupa bintik
hitam, atau seperti sarang lebah, dan pembuluh darah merah juga tampak jelas
(Hariani dkk., 2017). Cara melakukan peneropongan pada telur yang akan
difertilkan adalah pemegangan dalam posisi miring, di mana dalam telur tersebut
akan ditemukan kantung udara, kuning dan putih. Cahaya teropong ditempatkan
di ujung lampu. Penempatan pegang telur berlangsung antara ibu jari dan dua jari
pertama yang membantu pemutaran. Ketika melakukan ini, telur harus didiamkan
Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya tetas yaitu teknis pada waktu
memilih telur tetas atau seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot telur, keadaan
kerabang, warna kerabang dan lama penyimpanan) dan teknis operasional dari
petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi udara dan
pemutaran telur) serta faktor yang terletak pada induk yang digunakan sebagai
dini. Kematian embrio tidak terjadi secara merata selama masa pengeraman telur.
Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase pengeraman. Pada fase awal,
puncak kematian embrio terjadi hari keempat. Fase akhir, terjadi pada hari ke-16.
Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan keempat masa
pengeraman. Selain itu, penurunan daya tetas juga disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas, kerusakan mesin, sifat turun
temurun dari induk ayam yang daya produksi telurnya tinggi menjadi daya tetas
yang tinggi pula serta kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat
(Pasaribu, 2015).
karena bobot tetas yang tinggi akan meningkatkan daya hidup anak ayam. Bobot
tetas merupakan bobot anak ayam sesaat setelah menetas. Bobot tetas dipengaruhi
oleh bobot telur. Telur dengan bobot rata-rata atau sedang akan menetas lebih baik
dari pada telur yang berbobot kecil atau terlalu besar. Hal ini karena telur-telur
yang lebih besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk menetas dibandingkan
dengan telur-telur yang lebih kecil. Telur yang bobotnya kecil akan menghasilkan
anak ayam yang kecil pula pada saat menetas dibandingkan dengan telur yang
bobotnya berat. Telur yang berat akan mengandung nutrisi lebih banyak
dibandingkan dengan telur yang kecil. Penguapan yang tinggi terjadi apabila telur
ditetaskan pada suhu yang tinggi dan sebaliknya apabila suhu mesin tetas rendah
maka penguapan yang terjadi rendah. Penguapan air dan gas yang terjadi
menyebabkan bobot telur tetas menyusut, dan penyusutan ini dapat memengaruhi
Bobot telur dapat digunakan sebagai indikator bobot tetas. Bobot telur
yang lebih tinggi akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. Penyusutan
bobot telur merupakan perubahan yang nyata di dalam telur. Selain itu, air adalah
bagian terbesar dan unsur biologis di dalam telur yang sangat menentukan proses
dan metabolisme embrio, yaitu dengan adanya pertukaran gas vital oksigen dan
karbon dioksida serta penguapan air melalui kerabang telur (Lestari dkk., 2013).
Daya hidup embrio adalah kemampuan embrio untuk bertahan hidup pada
umur 14 hari setelah telur berada dalam mesin tetas. Telur yang embrionya masih
hidup ditandai dengan bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada
telur, sedangkan telur yang embrionya mati ditandai dengan tidak adanya bintik
atau benang darah merah yang mengelilingi telur (Indrawati dkk., 2015).
dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning
telur yang dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning
asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam
embrio ayam adalah suhu, keberhasilan gastrulasi dan kondisi lingkungan. Embrio
dan mineral yang sebelumnya disimpan dengan cara transport protein (Nasrun,
2016).
serta pembuangan zat sisa metabolisme sel. Peningkatan tersebut merangsang sel-
sel mesenkimal untuk menginduksi sel endotel menjadi jaringan pembuluh darah,
didapat dari albumin dalam telur untuk berkembang (Campbell et al., 2008 dalam
Kusumawati dkk., 2016). Kuning telur yang tersisa pada akhir inkubasi berfungsi
sebagai sumber nutrisi selama beberapa hari pasca tetas. Kandungan nutrisi dalam
telur dapat mempengaruhi kondisi ayam pasca tetas karena kandungan nutrisi
dalam sisa kuning telur digunakan untuk cadangan makanan setelah anak ayam
menetas. Sehari sebelum telur menetas atau kurang kebih pada hari ke-20
pengeramanan, yolk sac (kantong kuning telur) dan sisa kuning telur diserap dan
masuk ke dalam tubuh embrio yang sedang berkembang. Sisa kuning telur setelah
ayam menetas, digunakan untuk cadangan nutrisi bagi anak ayam beberapa hari
setelah menetas. Ayam pasca tetas mamiliki sisa kuning telur yang masih dapat
memenuhi kebutuhan energi sebanyak 50% dan protein 43% sehingga kekurangan
dipenuhi dari ransum. Sisa kuning telur dalam tubuh anak ayam terdiri dari 50%
air, 28% protein, 20% lemak dan 7% maternal. Sisa kuning telur bertahan dalam
tubuh ayam selama waktu 5 hari pasca tetas. Kuning telur juga merupakan
pertumbuhan yang relatif sama, bobot tetas yang dihasilkan agak berbeda. Ayam
kampung rataan bobot ayam setelah lahir berkisar 25-35 gram dan ayam broiler
embrio ayam menyebabkan angka kematian embrio lebih tinggi pada akhir
inkubasi. Tingkat kematian tinggi terjadi pada minggu kedua inkubasi embrio
normal dalam periode ini sangat rendah. Kelebihan serta kekurangan dapat
November 2018 sampai 23 November 2018 mulai pukul 16.00 sampai 17.30
d. Melakukan pembalikkan telur mulai hari ke-1 sampai menjelang masa kritis,
e. Melakukan candling pada hari ke-11 dan ke-14 untuk mengetahui fertilitas
g. Mengambil bibit ayam Arab yang berasal dari penetasan untuk pemeliharaan
Bobot tetas dilakukan dengan menimbang telur yang sudah menetas dan
Daya hidup embrio berasal dari telur-telur yang fertil dari umur 7 sampai
Hasil pengamatan tentang pembibitan ayam Arab dapat dilihat pada Tabel
4.1.
4.2 Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang disampaikan pada praktikum ini adalah belilah telur sebelum
mendingin.
DAFTAR PUSTAKA
Ankanegara, A.A. 2011. Fertilitas Telur Ayam Arab Hasil Inseminasi Buatan
Menggunakan Semen dari Frekuensi Penampungan Berbeda. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Pembibitan dan Penetasan. Fakultas Sains &
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin. Gowa
Apriasih, D.R. 2017. Pengaruh Kualitas Ransum Berbeda terhadap Bobot Relatif
Sisa Kuning Telur dan Profil Leukosit Ayam Kedu Pasca Tetas. Skripsi.
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang
Aswad, H. 2014. Disain Pengujian Kontrol Suhu untuk Penetasan Telur Unggas
Menggunakan Lampu Dimmer. Jurusan Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin. Gowa
Bahar, D. 2016. Mesin Tetas Telur Otomatis Sederhana. Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Danial, M. 2017. Lama Inkubasi dan Dimensi Tubuh Day Old Chick (DOC)
Ayam Kampung Hasil Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In
Ovo. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar
Hariani, F., M.A. Pagala dan R. Aka. 2017. Karakteristik Telur Tetas Parent Stock
Ayam Broiler yang Difumigasi dan Tanpa Fumigasi. JITRO Vol. 4(1)
Hartono. 2016. Pengaruh Sex Ratio Ayam Arab terhadap Fertilitas Telur, Daya
Tetas dan Normalitas DOC. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Mataram. Mataram
Jusriadi. 2014. Pengaruh Protein-Energi Ransum yang Berbeda terhadap Yolk dan
Albumen Telur Ayam Arab. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar
Kartika, A.A. 2016. Explorasi Preferensi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Ayam
Lokal di Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Wonosobo, Jawa Tengah.
Tesis. Program Studi Biosains Hewan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Kusumaningrum, E., I.D. Rahayu dan A. Puryatni. 2015. Efek Supresi Kurkumin
pada Organogenesis dan Morfogenesis Embrio Ayam Umur 48 Jam.
Majalah Kesehatan Brawijaya vol. 2(4)