PENDAHULUAN
Pendidikan dewasa ini merupakan hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia
karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari
dengan kondisi serta situasi sosial yang ada di masyarakat. Sebab, pendidikan laksana
eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di
dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan
peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang
memiliki potensi kreatif dan inovatif. Pendidikan tidak hanya berperan menciptakan generasi
muda sebagai agent of change yang membawa perubahan, namun generasi muda harus bisa
menjadi agent of producer yang mampu menciptakan perubahan yang nyata. Pendidikan
harus bisa menjadi patron bukan hanya dalam hal pendidikan formal tapi yang dimaksud
adalah pendidikan yang mampu mengubah pola pikir anak bangsa dan pendidikan inovatif
yang mendorong kreativitas dan daya inovatif anak bangsa. Generasi muda sebagai agen
inovasi yang dapat memberikan kontribusi penting dan signifikan untuk menerapkan konsep-
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas itu perlu membangun karakter,
memberi lingkungan yang suportif dan kondusif, kurikulum yang sesuai dengan
perkembangan zaman, akreditasi yang terpercaya, dan sarana prasarana yang memadai.
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, kita tahu sendiri pendidikan di Indonesia itu
1
sangat minim sekali, seperti hal nya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah rusak di
berbagai daerah di Indonesia dan banyak memprihatinkan. Dalam hal ini kegiatan belajar
mengajar itu sungguh jauh dari tidak layaknya pembelajaran. Seperti halnya sarana dan
prasarana yang tidak memadai yaitu gedung kelas bocor, bangku sekolah rusak, dan lainnya.
Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat dalam
masalah minimnya pendidikan, di sebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana sekolah
dan pembelajaran yang tidak memadai saat ini. Padahal, apabila kita melihat dari penjelasan
diatas mengenai pendidikan yang berkualitas, tentunya jika pendidikan disusun dengan
secara sistematis dan rencana yang baik tentunya sesuai dengan tujuan ingin di capai,
terutama ini adalah salah satu tujuan dari SDGS (Sustainable Development Goals). Akan
tetapi dalam memanajemen sarana dan prasarana pendidikan terdapat kekurangan dalam
memanajemen yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik dalam
proses belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, saya berencana membuat program
“Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM)” yang bertujuan untuk memperbaiki sekolah-
sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai dengan mengadakan
kegiatan open donasi dan sosialisasi tentang GPIM sekaligus open donasi ke Perusahaan dan
instansi lainnya. Donasi yang telah dikumpulkan dan diberikan kepada sekolah-sekolah yang
membutuhkan. Hal ini bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan
berkontribusi dalam target SDGS (Sustainable Development Goals) pada nomor 4.7.a yang
2
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana Gerakan Pendidikan Indonesia Maju Untuk
a. Apa mekanisme Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) Untuk Mencapai Target
b. Hal apa yang dilakukan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) kepada
1.3 Tujuan
Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan untuk membahas mekanisme dan strategi
1.4 Manfaat
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain,
a. Bagi pemerintah karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi untuk menentukan kebijakan lebih lanjut terkait dengan upaya meningkatkan
3
b. Bagi perusahaan karya tulis ilmiah ini diharapkan perusahaan dapat berkontribusi untuk
c. Bagi tenaga pengajar karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bahwa
d. Bagi para orang tua, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memacu orang tua untuk
e. Bagi masyarakat, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman masyarakat
untuk ikut berpatisipasi dalam meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Selama penelusuran dari berbagai sumber, ditemukan beberapa karya tulis ilmiah
yang mempunyai keterkaitan dengan karya tulis ilmiah ini. Penelitian tentang Gerakan
Development Goals (SDGs) pernah dilakukan oleh Muhammad Ancha Sitorus (2017) dalam
Adapun perbedaan antara jurnal dan makalah ini adalah Muhammad Ancha Sitorus
disini akan membahas solusi atas kurangnya fasilitas Pendidikan Indonesia melalui Gerakan
Sustainable Development Goals (SDGs). Karya tulis ilmiah ini fokus pada objek sarana dan
prasarana pendidikan Indonesia dan solusinya melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju
(GPIM). Sedangkan Muhammad Ancha Sitorus (2017) fokus pada objek integrasi pendidikan
Selanjutnya, Roy Eka Pribadi (2017) juga pernah melakukan penelitian melalui karya
ilmiah nya yang berjudul “Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
Kondisi Pendidikan di Papua”. Roy Eka Pribadi membahas tentang hambatan dan
Papua, sedangkan disini secara khusus membahas tentang penyebab solusi atas kurangnya
sarana dan prasarana pendidikan Indonesia melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju
5
(GPIM) untuk mencapai target pendidikan berkualitas Sustainable Development Goals
(SDGs). Karya tulis ilmiah ini fokus pada objek sarana dan prasarana pendidikan Indonesia
dan solusinya melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM). Sedangkan Roy Eka
Pribadi (2017) fokus pada kondisi kualitas pendidikan di Papua serta hambatan dan
proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan
efisien.
6
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
berkelanjutan.
7
2.2.1.2. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
lain, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
ruang kelas, ruang pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat wisata, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang / tempat lain yang dibutuhkan untuk
(SMA / MA).
8
2.2.2. Sustainable Development Goals (SDGS)
169 target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. SDGs adalah
dengan SDGs.
Pendidikan Berkualitas
semua.
9
Target :
1. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki
berkualitas, yang mengarah pada hasil belajar yang relevan dan efektif.
2. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki
3. Pada tahun 2030, memastikan akses yang setara bagi semua perempuan
wirausaha.
rentan.
6. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua remaja dan sejumlah orang
10
7. Pada tahun 2030, memastikan bahwa mereka yang belajar mendapatkan
berkelanjutan.
belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua.
11
2.2.3. Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM)
penyelesaian dan beberapa belum ditangani dengan tepat. Lebih dari 1,5 juta
lebih dari 54% guru di Indonesia tidak memiliki kualifikasi yang cukup
(Statistik Indonesia, 2012). Di sisi lain, Indonesia saat ini tergabung dalam
Indonesia.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan sarana dan prasarana di Indonesia yaitu
pemerataan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan
berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala
penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan
berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan
terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan
pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa
disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang
sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak
dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai
kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi
bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi
dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan
pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti
pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan
pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan
pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah
pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
13
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal
ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu
masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas
dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.
Pemberian sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan
setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini.Selain itu,dengan kata lain dalam melakasanakan fungsinya sebagai wahana
untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk
memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber
daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul
apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung
di dalam sistem pendidikan atau lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang tersedia.
Ada beberapa hal yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan, sebab-sebab tersebut
antara lain : Keadaan geografis yang heterogen sehingga sangat sulit untuk menjangkau
daerah-daerah tertentu.
Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di indonesia mulai SD hingga SMA/SMK, belum
melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada pendidikan dasar hingga kini layanan
pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium,
buku-buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah
Dasar (SD) baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71%
kategori standar minimal dan 44,84% dibawah standar pendidikan minimal. pada jenjang
SMP 28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi standar
pelayanan minimal. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan di indonesia tidak
terpenuhi sarana prasarananya.
14
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052
lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari
seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau
34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami
kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena
kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs,
SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium
tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.Permasalahan
sarana dan prasarana ini sering dijumpai pada daerah daerah yang terpencil atau pedalaman
,seperti pedalaman kalimantan.Biasanya keterbatasan sarana dan prasarana ini mulai dari
gedung sekolah yang ruangannya tidak layak dipakai untuk mendapatkan suasana belajar
yang nyaman dan kondusif (seperti gambar di bawah) dan hanya terdapat dua atau tiga kelas
saja,tidak terdapat ruangan lain seperti perpustakaan,laboraturium sarana-sarana olahraga,
sarana belajar seperti buku paket yang update serta sarana dan prasarana lainnya dan jumlah
guru yang sangat terbatas.
Situasi seperti itu juga terdapat di daerah perkotaan misalnya ada sekolah yang proses
belajar dan pembelajarannya di lakukan di bawah jembatan dan lain lain. Banyak lagi
permasalahan sarana dan prasarana sekolah di Indonesia seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Misalnya adanya infocus di tiap kelas,jaringan internet atau wirless di
sekolah, ruangan kelas yang tidak layak dipakai.
Oleh karena itu, melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) sebagai
mekanisme SDGs untuk mencapai tujuan dan target pendidikan berkualitas, GPIM
melakukan program-program yang telah direncanakan, yaitu program Open Donasi ke
perusahaan-perusahaan sekaligus sosialisasi dan seminar tentang pendidikan Indonesia. Tak
hanya itu, gerakan ini kami sosialisasikan ke sekolah sekaligus seminar dan open donasi (bagi
tenaga pengajar atau warga sekolah) yang ingin memberikan donasi ke sekolah-sekolah yang
membutuhkan.
15
3.2. Hal yang Dilakukan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) kepada
Dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di dalam lingkungan sekolah. Tujuan
dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara
profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa
berlangsung efektif. Jadi secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan
dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci,
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.
16
pendidikan yang ada di lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Sarana
dan prasarana pendidikan merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar, sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, Gerakan Pendidikan Indonesia
Maju (GPIM) melalui program seminar atau sosialisasi yang diadakan, mengadakan
pembinaan kepada lembaga pedidikan agar mengetahui hal yang harus dilakukan dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, diantaranya :
Program pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja akan
berbeda dengan program pendidikan yang berorientasi pada pemerataan kesempatan belajar,
dalam hal sarana dan prasarananya, karena itu dalam perencanaan kebutuhan tersebut tersebut
perlu dikaji sstem internal pendidikan dan aspek eksternalnya seperti masalah demographi,
ekonomi kebijakan-kebijakan yang ada. Kegagalan dalam tahap perencanaan ini akan
merupakan pemborosan. Prinsip-prinsip umum dalam perencanaan seperti komprehensif,
obyektif, fleksibel dan interdisiplin perlu diperhatikan.
Dalam pengadaan sarana diatas selain perlu diperhatikan segi kualitas dan kuantitas,
juga diperhatikan prosedur atau dasar hukum yang berlaku, sehingga sarana yang sudah ada
tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Misalnya dalam pembelian tanah perlu jelas
17
surat-surat tanah yang akan dibeli, demikian juga dengan akte jual belinya, demikian juga
kalau menerima hibah dari pihak lain supaya ada dasr hukumnya, sebaiknya dalam
pelaksanaanya dilakukan dengan Akte Notaris Pejabat pembuat akte tanah setempat.
Sedangkan untuk yang sifatnya hak pakai, seperti lahan hendaknya disertai dokumen serah
terima dari pihak yang memberikan hak pakai. Untuk sarana yang diperoleh melalui siswa
perlu juga dibuat surat perjanjian (kontrak) antar pihak penyewa dan pihak yang menyewakan
dan sebagainya.
Pada setiap sekolah seyogyanya ada petugas khusus yang melaksanakan tugas
berkaitan dengan urusan perlengkapan. Kegiatannya meliputi, menerima, menyimpan dan
mengeluarkan barang dari tempat penyimpanan barang/gudang. Barang atau sarana
pendidikan yang ada pada setiap sekolah banyak macamnya. Dalam menyimpan barang-
barang tersebut hendaknya diperhatikan sifat-sifat barang tersebut.
3. Waktu atau jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun pelajaran
4. Penugasan atau penunjukan personil sesuai dengan dengan keahlian pada bidangnya
18
5. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antar kegiatan
intrakulikuler dengan ekstrakulikuler harus jelas
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk dalam
keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan “building”,
“equipment”, serta “furniture”, termasuk penyediaan biaya bagi kepentingan perbaikan dan
pemugaran, serta penggantian. Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot
dan perlengkapan sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah dimulai semenjak hari
pertama gedung, perabot dan perlengkapan itu diterima dari pihak pemborong, penjual atau
pembeli sarana tersebut, kemudian disusul oleh proses kepunahan, meskipun pemeliharaan
yang baik telah dilakukan terhadapa sarana tersebut selama dipergunakan.\
19
6. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi adalah pernyataan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis,
tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapakan tercipta ketertiban, penghematan
keuangan, mempermudah pemeliharaan dan pengawasan sarana dan prasarana pendidikan
tersebut. Jadi invetasisasi merupakan kegiatan pencatatan dan penyusunan daftar milik negara
secara sistematis berdasarkan ketentuan pedoman yang berlaku.
Penghapusan barang inventaris merupakan kegiatan akhir dari siklus pengelolaan sarana dan
prasarana yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme tertentu, berdasarkan peraturan
dan ketentuan yang berlaku. Tujuan penghapusan sarana dan prasarana adalah untuk
membebaskan bendaharawan barang atau pengelola dari pertanggung jawaban administrasi
dan fisik atas barang milik negara yang berada di bawah atau pengurusannya sesuai dengan
ketentuan perundangan-perundangan yang berlaku.
Menurut (Syahril, 2004) “Secara umum sarana dan prasarana baru bisa diusulkan atau
dipertimbangkan untuk proses penghapusan apabila telah memenuhi atau telah memenuhi
salah satu persyaratan berikut :
1.Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan.
2.Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga akan dapat memboroskan
penggunaan keuangan negara.
3.Secara teknis dan ekonomis kegunaan barang tidak seimbang dengan besarnya biaya
pemeliharaan.
4.Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini atau masa sekarang atau sudah
ketingggalan zaman.
5.Kelebihan persediaan, jika disimpan lebih lama akan bertambah rusak dan akhirnya tidak
dapat dipergunakan lagi.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada bagian akhir karya tulis ilmiah ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari
pembahasan karya tulis ilmiah ini. Secara umum, penulis menyimpulkan pentingnya kita
berkontribusi khususnya di bidang pendidikan untuk mencapai target dan tujuan pendidikan
Indonesia Maju (GPIM) yang ditawarkan penulis. Gerakan Pendidikan Indonesia Maju
(GPIM) memiliki mekanisme dan seminar sekaligus pembinaan mengenai pengelolaan sarana
4.2. Saran
sebagai berikut :
perusahan atau instansi dan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) untuk
disempurnakan dengan visi, misi, strategi dan program kerja agar dapat mencapai
21
DAFTAR PUSTAKA
22