Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dewasa ini merupakan hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia

karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari

pendidikan. Implementasi dan pengembangan kajian pendidikan juga harus disesuaikan

dengan kondisi serta situasi sosial yang ada di masyarakat. Sebab, pendidikan laksana

eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di

dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan

peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang

memiliki potensi kreatif dan inovatif. Pendidikan tidak hanya berperan menciptakan generasi

muda sebagai agent of change yang membawa perubahan, namun generasi muda harus bisa

menjadi agent of producer yang mampu menciptakan perubahan yang nyata. Pendidikan

harus bisa menjadi patron bukan hanya dalam hal pendidikan formal tapi yang dimaksud

adalah pendidikan yang mampu mengubah pola pikir anak bangsa dan pendidikan inovatif

yang mendorong kreativitas dan daya inovatif anak bangsa. Generasi muda sebagai agen

inovasi yang dapat memberikan kontribusi penting dan signifikan untuk menerapkan konsep-

konsep pembangunan berkelanjutan yang aplikatif.

Berdasarkan penjelasan diatas, tentunya setiap manusia ingin mendapatkan

pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas itu perlu membangun karakter,

memberi lingkungan yang suportif dan kondusif, kurikulum yang sesuai dengan

perkembangan zaman, akreditasi yang terpercaya, dan sarana prasarana yang memadai.

Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, kita tahu sendiri pendidikan di Indonesia itu

1
sangat minim sekali, seperti hal nya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah rusak di

berbagai daerah di Indonesia dan banyak memprihatinkan. Dalam hal ini kegiatan belajar

mengajar itu sungguh jauh dari tidak layaknya pembelajaran. Seperti halnya sarana dan

prasarana yang tidak memadai yaitu gedung kelas bocor, bangku sekolah rusak, dan lainnya.

Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat dalam

masalah minimnya pendidikan, di sebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana sekolah

dan pembelajaran yang tidak memadai saat ini. Padahal, apabila kita melihat dari penjelasan

diatas mengenai pendidikan yang berkualitas, tentunya jika pendidikan disusun dengan

secara sistematis dan rencana yang baik tentunya sesuai dengan tujuan ingin di capai,

terutama ini adalah salah satu tujuan dari SDGS (Sustainable Development Goals). Akan

tetapi dalam memanajemen sarana dan prasarana pendidikan terdapat kekurangan dalam

memanajemen yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik dalam

proses belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, saya berencana membuat program

“Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM)” yang bertujuan untuk memperbaiki sekolah-

sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai dengan mengadakan

kegiatan open donasi dan sosialisasi tentang GPIM sekaligus open donasi ke Perusahaan dan

instansi lainnya. Donasi yang telah dikumpulkan dan diberikan kepada sekolah-sekolah yang

membutuhkan. Hal ini bertujuan untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan

berkontribusi dalam target SDGS (Sustainable Development Goals) pada nomor 4.7.a yang

akan dicapai tentang Pendidikan Berkualitas.

2
1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, masalah yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana Gerakan Pendidikan Indonesia Maju Untuk

Mencapai Target Pendidikan Berkualitas Sustainable Development Goals (SDGs) ?

Adapun Ruang lingkup dari pembahasan masalah makalah ini adalah :

a. Apa mekanisme Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) Untuk Mencapai Target

Pendidikan Berkualitas Sustainable Development Goals (SDGs)?

b. Hal apa yang dilakukan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) kepada

Lembaga Pendidikan Untuk Mencapai Target Pendidikan Berkualitas Sustainable

Development Goals (SDGs)?

1.3 Tujuan

Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan untuk membahas mekanisme dan strategi

Gerakan Pendidikan Indonesia Maju Untuk Mencapai Target Pendidikan Berkualitas

Sustainable Development Goals (SDGs).

1.4 Manfaat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain,

pemerintah, perusahaan, tenaga pengajar, orang tua, masyarakat, pelajar/mahasiswa.

a. Bagi pemerintah karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi untuk menentukan kebijakan lebih lanjut terkait dengan upaya meningkatkan

kualitas pendidikan berdasarkan target yang ditentukan oleh SDGs Indonesia.

3
b. Bagi perusahaan karya tulis ilmiah ini diharapkan perusahaan dapat berkontribusi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

c. Bagi tenaga pengajar karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bahwa

peranan tenaga pengajar sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan.

d. Bagi para orang tua, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memacu orang tua untuk

memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

e. Bagi masyarakat, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman masyarakat

untuk ikut berpatisipasi dalam meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan

guna untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Selama penelusuran dari berbagai sumber, ditemukan beberapa karya tulis ilmiah

yang mempunyai keterkaitan dengan karya tulis ilmiah ini. Penelitian tentang Gerakan

Pendidikan Indonesia Maju Untuk Mencapai Target Pendidikan Berkualitas Sustainable

Development Goals (SDGs) pernah dilakukan oleh Muhammad Ancha Sitorus (2017) dalam

jurnalnya yang berjudul “Integrasi Pendidikan Kependudukan kedalam Kurikulum Dalam

Rangka Pencapaian Target Sustainable Development Golas (SDGs) di Indonesia”.

Adapun perbedaan antara jurnal dan makalah ini adalah Muhammad Ancha Sitorus

(2017) membahas pendidikan kependudukan yang terintegrasi dalam kurikulum. Sedangkan

disini akan membahas solusi atas kurangnya fasilitas Pendidikan Indonesia melalui Gerakan

Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) untuk mencapai target pendidikan berkualitas

Sustainable Development Goals (SDGs). Karya tulis ilmiah ini fokus pada objek sarana dan

prasarana pendidikan Indonesia dan solusinya melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju

(GPIM). Sedangkan Muhammad Ancha Sitorus (2017) fokus pada objek integrasi pendidikan

kependudukan dalam kurikulum. Persamaannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan

berdasarkan target SDGs mengenai pendidikan berkualitas.

Selanjutnya, Roy Eka Pribadi (2017) juga pernah melakukan penelitian melalui karya

ilmiah nya yang berjudul “Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam

Kondisi Pendidikan di Papua”. Roy Eka Pribadi membahas tentang hambatan dan

implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam meningkatkan pendidikan di

Papua, sedangkan disini secara khusus membahas tentang penyebab solusi atas kurangnya

sarana dan prasarana pendidikan Indonesia melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju

5
(GPIM) untuk mencapai target pendidikan berkualitas Sustainable Development Goals

(SDGs). Karya tulis ilmiah ini fokus pada objek sarana dan prasarana pendidikan Indonesia

dan solusinya melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM). Sedangkan Roy Eka

Pribadi (2017) fokus pada kondisi kualitas pendidikan di Papua serta hambatan dan

implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di Papua. Persamaannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan berdasarkan

target Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai pendidikan berkualitas.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

2.2.1.1. Definisi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Tim Perumus Penyusun Pedoman Pembukuan Media

Pendidikan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dibedakan sesuai

dengan fungsinya, yaitu:

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar

pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan

efisien.

Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun atau taman

sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana

pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan bahwa :

6
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi

lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang

tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,

ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,

tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan.

Dengan demikian perbedaan sarana pendidikan dan prasarana

pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu: sarana pendidikan untuk

memudahkan dalam penyampaian materi ajar, dalam artian segala macam

peralatan yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyampaian

dan menerima materi pelajaran. Sedangkan prasarana pendidikan untuk

memudahkan penyelenggaraan pendidikan dalam artian segala macam

peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid

untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.

Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan dapat dikelompokkan

dalam empat kelompok, yaitu: tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot

sekolah (site, building, equipment, and furniture).

7
2.2.1.2. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki perlengkapan yang dilengkapi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

lain, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang disiapkan dan dikembangkan.

Setiap unit pendidikan wajib memiliki prasarana yang mencakup lahan,

ruang kelas, ruang pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,

ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat wisata, tempat beribadah, tempat

bermain, tempat berkreasi, dan ruang / tempat lain yang dibutuhkan untuk

menunjang proses belajar yang teratur dan berkelanjutan.

Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

yang membahas tentang Standar Sarana dan Prasarana.

a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun

2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar /

Madrasah Ibtidaiyah (SD / MI), Sekolah Menengah Pertama / Madrasah

Tsanawiyah (SMP / MTs), dan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah

(SMA / MA).

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 Tahun

2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 33 Tahun

2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa.

8
2.2.2. Sustainable Development Goals (SDGS)

2.2.2.1. Definisi Sustainable Development Goals (SDGS)

Sustainable Development Goals (SDGS) merupakan sebuah program

pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan

169 target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. SDGs adalah

agenda pembangunan dunia yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia dan

planet bumi. SDGs ini diterbitkan pada tanggal 21 September 2015

menggantikan perogram sebelumnya yaitu MDGs (Millennium Development

Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang

disepakati oleh banyak negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB). Jadi kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan

situasi dunia yang sebelumnya menggunakan konsep MGDs sekarang diganti

dengan SDGs.

SDGs merupakan hasil dari proses yang bersifat partisipatif,

transparan, dan inklusif terhadap semua suara pemangku kepentingan dan

masyarakat selama 3 tahun lamanya. SDGs akan mewakili sebuah kesepakatan

yang belum pernah ada sebelumnya yang terkait dengan prioritas-prioritas

pembangunan berkelanjutan di antara 193 Negara Anggota.

2.2.2.2. Tujuan dan Target Sustainable Development Goals (SDGS) Mengenai

Pendidikan Berkualitas

Tujuannya adalah Memastikan pendidikan yang inklusif dan

berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi

semua.

9
Target :

1. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki

menyelesaikan pendidikan primer dan sekunder yang gratis, setara dan

berkualitas, yang mengarah pada hasil belajar yang relevan dan efektif.

2. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki

mendapat akses terhadap pengembangan masa kanak-kanak secara dini

yang berkualitas, juga pengasuhan dan pendidikan pra-dasar agar mereka

siap untuk masuk ke pendidikan dasar.

3. Pada tahun 2030, memastikan akses yang setara bagi semua perempuan

dan lakilaki terhadap pendidikan tinggi, teknis dan kejuruan yang

berkualitas dan terjangkau, termasuk universitas.

4. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan jumlah remaja dan

orang dewasa yang memiliki keahlian yang relevan, termasuk keahlian

teknis dan kejuruan, untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan

wirausaha.

5. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan

memastikan akses yang setara terhadap semua tingkatan pendidikan dan

training kejuruan bagi mereka yang rentan, termasuk yang memiliki

disabilitas, masyarakat adat dan anak-anak yang berada dalam situasi

rentan.

6. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua remaja dan sejumlah orang

dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, mencapai kemampuan baca-

tulis dan kemampuan berhitung.

10
7. Pada tahun 2030, memastikan bahwa mereka yang belajar mendapatkan

pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung

pembangunan yang berkelanjutan, termasuk antara lain, melalui

pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup yang

berkelanjutan, HAM, kesetaraan gender, mendukung budaya perdamaian

dan anti kekerasan, kependudukan global dan apresiasi terhadap

keberagaman budaya dan kontribusi budaya kepada pembangunan

berkelanjutan.

 Membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif

terhadap gender, anak dan disabilitas dan menyediakan lingkungan

belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua.

 Pada 2020, secara substansial memperbanyak jumlah beasiswa yang

tersedia untuk negara-negara berkembang, khususnya negara kurang

berkembang, negara berkemabng kepulauan kecil dan negara-negara

Afrika, untuk masuk ke pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan

dan teknologi informasi dan komunikasi, teknik, program teknik dan

sains, di negara-negara maju dan negara berkembang lainnya.

 Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan penyediaan guru-

guru yang berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional untuk

pelatihan guru di negaranegara berkembang, khususnya negara kurang

berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil.

11
2.2.3. Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM)

2.2.3.1. Definisi Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM)

Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) adalah sebuah gerakan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui perbaikan

kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Gerakan ini diluncurkan, dengan

latar belakang karena banyak masalah pendidikan masih dalam tahap

penyelesaian dan beberapa belum ditangani dengan tepat. Lebih dari 1,5 juta

remaja tidak bisa menyelesaikan pendidikan; sementara sekitar 13% keadaan

kelas di sekolah-sekolah berada dalam situasi memprihatinkan bahkan rusak;

lebih dari 54% guru di Indonesia tidak memiliki kualifikasi yang cukup

(Statistik Indonesia, 2012). Di sisi lain, Indonesia saat ini tergabung dalam

ekonomi G20. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pemerintah

membutuhkan bantuan berbagai pihak untuk memperbaiki sistem pendidikan

nasional, begitu juga dengan memberdayakannya secara efektif. Dengan

adanya gerakan ini, diharapkan membantu meningkatkan kualitas Pendidikan

Indonesia.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme Sustainable Development Goals (SDGs) Untuk Mencapai Target

Pendidikan Berkualitas Melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju

Salah satu penyebab terjadinya permasalahan sarana dan prasarana di Indonesia yaitu
pemerataan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan
berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala
penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan
berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan
terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan
pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia
untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa
disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang
sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak
dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai
kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi
bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi
dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan
pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti
pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan
pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan
pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah
pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.

13
Permasalahan pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal
ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu
masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga
pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah
terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia
sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas
dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan.
Pemberian sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan
setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini.Selain itu,dengan kata lain dalam melakasanakan fungsinya sebagai wahana
untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk
memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber
daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul
apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung
di dalam sistem pendidikan atau lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang tersedia.
Ada beberapa hal yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan, sebab-sebab tersebut
antara lain : Keadaan geografis yang heterogen sehingga sangat sulit untuk menjangkau
daerah-daerah tertentu.
Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di indonesia mulai SD hingga SMA/SMK, belum
melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada pendidikan dasar hingga kini layanan
pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium,
buku-buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah
Dasar (SD) baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71%
kategori standar minimal dan 44,84% dibawah standar pendidikan minimal. pada jenjang
SMP 28,41% dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi standar
pelayanan minimal. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan di indonesia tidak
terpenuhi sarana prasarananya.
14
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052
lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari
seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau
34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami
kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena
kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs,
SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium
tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.Permasalahan
sarana dan prasarana ini sering dijumpai pada daerah daerah yang terpencil atau pedalaman
,seperti pedalaman kalimantan.Biasanya keterbatasan sarana dan prasarana ini mulai dari
gedung sekolah yang ruangannya tidak layak dipakai untuk mendapatkan suasana belajar
yang nyaman dan kondusif (seperti gambar di bawah) dan hanya terdapat dua atau tiga kelas
saja,tidak terdapat ruangan lain seperti perpustakaan,laboraturium sarana-sarana olahraga,
sarana belajar seperti buku paket yang update serta sarana dan prasarana lainnya dan jumlah
guru yang sangat terbatas.
Situasi seperti itu juga terdapat di daerah perkotaan misalnya ada sekolah yang proses
belajar dan pembelajarannya di lakukan di bawah jembatan dan lain lain. Banyak lagi
permasalahan sarana dan prasarana sekolah di Indonesia seiring dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Misalnya adanya infocus di tiap kelas,jaringan internet atau wirless di
sekolah, ruangan kelas yang tidak layak dipakai.
Oleh karena itu, melalui Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) sebagai
mekanisme SDGs untuk mencapai tujuan dan target pendidikan berkualitas, GPIM
melakukan program-program yang telah direncanakan, yaitu program Open Donasi ke
perusahaan-perusahaan sekaligus sosialisasi dan seminar tentang pendidikan Indonesia. Tak
hanya itu, gerakan ini kami sosialisasikan ke sekolah sekaligus seminar dan open donasi (bagi
tenaga pengajar atau warga sekolah) yang ingin memberikan donasi ke sekolah-sekolah yang
membutuhkan.

15
3.2. Hal yang Dilakukan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) kepada

Lembaga Pendidikan untuk Mencapai Target Pendidikan Berkualitas Sustainable

Development Goals (SDGs) dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat

menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang

menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di dalam lingkungan sekolah. Tujuan

dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara

profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa

berlangsung efektif. Jadi secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan

adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan

dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci,

tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem


perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui
manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang
didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai
dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.

3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga


keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua
personel sekolah.

Sarana dan prasarana pendidikan, khususnya lahan, bangunan dan perlengkapan


sekolah seyogyanya menggambarkan program pendidikan atau kurikulum sekolah itu. Karena
bangunan dan perlengkapan sekolah tersebut diadakan dengan berlandaskan pada kurikulum
atau program pendidikan yang berlaku, sehingga dengan adanya kesesuaian itu
memungkinkan fasilitas yang ada benar-benar menunjang jalannya proses pendidikan.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah proses untuk menyelenggarakan dan
pengawasan dalam sarana prasarana pendidikan serta dalam pengadaan sarana-sarana

16
pendidikan yang ada di lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Sarana
dan prasarana pendidikan merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar, sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, Gerakan Pendidikan Indonesia
Maju (GPIM) melalui program seminar atau sosialisasi yang diadakan, mengadakan
pembinaan kepada lembaga pedidikan agar mengetahui hal yang harus dilakukan dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, diantaranya :

1. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Perencanaan sarana dan prasarana pendididkan merupakan pekerjaan yang komplek,
karena harus terintegrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional maupun lokal,
prencanaan ini merupakan sistem perencanaan terpadu dengan perencanaan pembangunan
tersebut. perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan tergantung pada jenis
program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan.

Program pendidikan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja akan
berbeda dengan program pendidikan yang berorientasi pada pemerataan kesempatan belajar,
dalam hal sarana dan prasarananya, karena itu dalam perencanaan kebutuhan tersebut tersebut
perlu dikaji sstem internal pendidikan dan aspek eksternalnya seperti masalah demographi,
ekonomi kebijakan-kebijakan yang ada. Kegagalan dalam tahap perencanaan ini akan
merupakan pemborosan. Prinsip-prinsip umum dalam perencanaan seperti komprehensif,
obyektif, fleksibel dan interdisiplin perlu diperhatikan.

2. Pengadaan Saran dan Prasarana Pendidikan


Untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Misalnya untuk pengadaan tanah dilakuakn dengan cara membeli, menerima hibah,
menerima hak pakai, menukar dan sebgainya. Dalam pengadaan gedung/bangunan dapat
dilakukan dengan cara membangun baru, memebeli, menyewa, menerima hibah, atau
menukar bangunan. Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot sekolah dapat dilkukan
dengan jalan membeli. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang
belum jadi. Dalam pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat
sendiri atau menerima bantuan dari instansi pemerintah dari luar Departemen Pendidikan
Nasional, badan-badan swasta, masyarakat, perorangan dan sebagainya.

Dalam pengadaan sarana diatas selain perlu diperhatikan segi kualitas dan kuantitas,
juga diperhatikan prosedur atau dasar hukum yang berlaku, sehingga sarana yang sudah ada
tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Misalnya dalam pembelian tanah perlu jelas

17
surat-surat tanah yang akan dibeli, demikian juga dengan akte jual belinya, demikian juga
kalau menerima hibah dari pihak lain supaya ada dasr hukumnya, sebaiknya dalam
pelaksanaanya dilakukan dengan Akte Notaris Pejabat pembuat akte tanah setempat.
Sedangkan untuk yang sifatnya hak pakai, seperti lahan hendaknya disertai dokumen serah
terima dari pihak yang memberikan hak pakai. Untuk sarana yang diperoleh melalui siswa
perlu juga dibuat surat perjanjian (kontrak) antar pihak penyewa dan pihak yang menyewakan
dan sebagainya.

Pada setiap sekolah seyogyanya ada petugas khusus yang melaksanakan tugas
berkaitan dengan urusan perlengkapan. Kegiatannya meliputi, menerima, menyimpan dan
mengeluarkan barang dari tempat penyimpanan barang/gudang. Barang atau sarana
pendidikan yang ada pada setiap sekolah banyak macamnya. Dalam menyimpan barang-
barang tersebut hendaknya diperhatikan sifat-sifat barang tersebut.

Dalam penyimpanan barang-barang juga perlu diperhatikan tempat penyimpanan


barang tersebut. gudang hendaknya ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau, fasilitas
pendukungnya, seperti : listrik, air, dan sebagainya. Gudang tersebut kondisnya harus baik.
Untuk terjaminnya pelaksanaaan peyimpanan barang atau sarana pendidikan perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3. Penggunaan atau Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penggunaan atau pemakaian sarana dan prasarana pendidikan disekolah merupakan


tanggungjawab kepala sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan
tersebut, bagi kepala sekolah yang mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana atau
petugas yang berhubungan dengan penanganan saran dan prasarana sekolah diberi tanggung
jawab untuk menyusun jadwal tersebut. yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana
dan prasarana adalah:

1. Penyusunan jadwal harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya

2. Hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas utama

3. Waktu atau jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun pelajaran

4. Penugasan atau penunjukan personil sesuai dengan dengan keahlian pada bidangnya

18
5. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antar kegiatan
intrakulikuler dengan ekstrakulikuler harus jelas

4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana merupakan penunjang untuk keaktifan proses belajar mengajar.
Barang-barang tersebut kondisinya tidak akan tetap, tetapi lama kelamaan akan mengarah
pada kerusakan, kehancuran bahkan kepunahan. Namun agar saran dan prasarana tersebut
tidak cepat rusak atau hancur diperlukan usaha pemeliharaan yang baik dari pihak
pemakainya. Pemeliharaan atau maintenanace merupakan suatu kegiatan yang kontinu untuk
mengusahakan agar sarana dan prasarana pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik dan
siap untuk dipergunakan.

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk dalam
keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan “building”,
“equipment”, serta “furniture”, termasuk penyediaan biaya bagi kepentingan perbaikan dan
pemugaran, serta penggantian. Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot
dan perlengkapan sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah dimulai semenjak hari
pertama gedung, perabot dan perlengkapan itu diterima dari pihak pemborong, penjual atau
pembeli sarana tersebut, kemudian disusul oleh proses kepunahan, meskipun pemeliharaan
yang baik telah dilakukan terhadapa sarana tersebut selama dipergunakan.\

5. Pengawasan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengawasan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pengamatan, pemeriksaan, dan


penilai terhadap pelaksanaan administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Hal ini
untuk menghindari penyimpangan, penggelapan, penyalahgunaan. Pengawasan dilakukan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan itu. Pengawasan harus
dilakukan secara objektif artinya pengawasan itu harus didasarkan pada bukti-bukti yang ada.
Apabila dari hasil pengawasan atau pemeriksaan ternyata terdapat kekurangan-kekurangan,
maka kepala sekolah wajib melakukan tindakantindakan perbaikan dan penyelesaian. Fungsi
kegiatan pengawasan adalah menentukan data-data yang terjadi penyebab adanya
penyimpangan dalam organisasi, data untuk meningkatkan pengembangan organisasi, dan
data mengenai hambatan yang ditemui oleh seluruh anggota organisasi.

19
6. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Inventarisasi adalah pernyataan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis,
tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapakan tercipta ketertiban, penghematan
keuangan, mempermudah pemeliharaan dan pengawasan sarana dan prasarana pendidikan
tersebut. Jadi invetasisasi merupakan kegiatan pencatatan dan penyusunan daftar milik negara
secara sistematis berdasarkan ketentuan pedoman yang berlaku.

7. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penghapusan barang inventaris merupakan kegiatan akhir dari siklus pengelolaan sarana dan
prasarana yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme tertentu, berdasarkan peraturan
dan ketentuan yang berlaku. Tujuan penghapusan sarana dan prasarana adalah untuk
membebaskan bendaharawan barang atau pengelola dari pertanggung jawaban administrasi
dan fisik atas barang milik negara yang berada di bawah atau pengurusannya sesuai dengan
ketentuan perundangan-perundangan yang berlaku.

Menurut (Syahril, 2004) “Secara umum sarana dan prasarana baru bisa diusulkan atau
dipertimbangkan untuk proses penghapusan apabila telah memenuhi atau telah memenuhi
salah satu persyaratan berikut :

1.Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan.

2.Perbaikan akan menelan biaya yang besar sehingga akan dapat memboroskan
penggunaan keuangan negara.

3.Secara teknis dan ekonomis kegunaan barang tidak seimbang dengan besarnya biaya
pemeliharaan.

4.Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini atau masa sekarang atau sudah
ketingggalan zaman.

5.Kelebihan persediaan, jika disimpan lebih lama akan bertambah rusak dan akhirnya tidak
dapat dipergunakan lagi.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pada bagian akhir karya tulis ilmiah ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari

pembahasan karya tulis ilmiah ini. Secara umum, penulis menyimpulkan pentingnya kita

berkontribusi khususnya di bidang pendidikan untuk mencapai target dan tujuan pendidikan

berkualitas oleh SDGs (Sustainable Development Goals) melalui Gerakan Pendidikan

Indonesia Maju (GPIM) yang ditawarkan penulis. Gerakan Pendidikan Indonesia Maju

(GPIM) memiliki mekanisme dan seminar sekaligus pembinaan mengenai pengelolaan sarana

dan prasana pendidikan kepada lembaga pendidikan.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia terutama di bidang sarana dan

prasarana, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan,

perusahan atau instansi dan Gerakan Pendidikan Indonesia Maju (GPIM) untuk

mencapai target Pendidikan Berkualitas Sustainable Development Goals (SDGs).

2. Pengelolaan organisasi ini juga harus menekankan pendekatan prosedur dan

disempurnakan dengan visi, misi, strategi dan program kerja agar dapat mencapai

visi, misi, dan target dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Muhammad Ancha (2017). Integrasi Pendidikan Kependudukan kedalam Kurikulum


Dalam Rangka Pencapaian Target Sustainable Development Golas (SDGs) di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 1(1).
20-24
Pribadi, Roy Eka (2017). Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
Kondisi Pendidikan di Papua. EJournal Ilmu Hubungan Internasional. 5(3). 917-922
https://www.padamu.net/pengertian-sarana-dan-prasarana-pendidikan
http://www.markijar.com/2017/12/pengertian-dan-17-tujuan-sdgs.html
http://bsnp-indonesia.org/standar-sarana-dan-prasarana/
https://www.researchgate.net/publication/324181394_Rendahnya_Kualitas_Sarana_Fisik_P
endidikan_di_Indonesia
Megasari, Rika (2014). Peningkatan Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Untuk
Meningkatan Kualitas Pembelajaran Di Smpn 5 Bukittinggi. Ejournal.unp.ac.id. 643-647

22

Anda mungkin juga menyukai