Anda di halaman 1dari 3

Kisah Di Balik Kesuksesan Andanu Prasetya Pemilik Kedai Kopi

Minuman kopi susu memang menjadi salah satu minuman yang disukai oleh masyarakat.
Hampir semua orang pasti menyukainya. Salah satu usaha kopi susu yang kini sedang diminati
oleh masyarakat dan sedang berkembang pesat adalah Kedai Kopi Tuku. Coffee shop ini adalah
kedai yang pernah dikunjungi oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Ir. Joko Widodo bersama
dengan Ibu Negara Iriana serta anandanya Kaesang dan Kahiyang. Saat mengunjungi kedai kopi
tersebut, Jokowi memesan "Kopi Susu Tetangga" yang kemudian menjadi viral dan menjadi
salah satu menu yang paling laku di kedai tersebut. Kabarnya, kopi tetangga ini ide awalnya
dirancang untuk tetangga sekitar dengan harga yang dibuat lebih murah dengan menggunakan
jenis kopi Arabika asli Indonesia. Sejak didatangi oleh Jokowi, pemesanan kopi tuku semakin
ramai.
Kedai kopi Tuku yang terletak di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan, tak pernah sepi
dikunjungi pembeli. Bahkan, tak jarang, banyak pembeli yang rela mengantre lama demi
mendapatkan satu gelas kopi susu. Tokoh di balik suksesnya Kedai Kopi Tuku yang juga pendiri
kedai kopi tersebut adalah Andanu Prasetyo, seorang pria kelahiran 27 Juli 1989 dan alumni S1
Bisnis Universitas Prasetya Mulya angkatan 2007. Berawal dari tugas penelitian semasa kuliah
di Prasetiya Mulia Business School.
"Sekitar tahun 2010 atau pas aku kuliah semester 3 membuat riset tentang kopi. Seiring
berjalannya waktu, aku jadi ingin mendalami kafe atau kopi terus. Sampai di titik, aku pengin
lebih berkontribusi sama industri kopinya," kata Tyo.
Saat itu, Tyo sedang menjalankan bisnis distro bersama kakaknya. Tyo mengubah distro
yang dia dirikan di Cipete menjadi sebuah kafe yang diberi nama Toodz House. Bisnis tersebut
benar-benar dirintis dari bawah.
Awalnya, ia melakukan analisis terhadap konsumsi kopi masyarakat. Setelah melakukan
analisis dan mendapatkan fakta bahwa minat dan konsumsi masyarakat terhadap kopi, terutama
kopi local masih kurang, ia berpikir bahwa adanya komoditas kopi khas Indonesia atau kopi
local perlu dimafaatkan dan dikembangkan. Akhirnya, ia mulai merencanakan untuk membuka
usaha toko kopi yang menjual kopi local.
Pada suatu hari sekitar tahun 2015, ia melihat ada sebuah tempat yang kosong yang
terletak di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan. Akhirnya Tyo memberanikan diri untuk menyewa
tempat tersebut. Kemudian, ia membuka usaha kopinya di tempat tersebut. Ia mengubah
tampilan dan penataan dari tempat yang disewanya. Serta mempersiapkan minuman yang akan
dijualnya yaitu kopi. 90% minuman kopi yang dijual terbuat dari kopi local dan sisanya impor. Ia
menjualnya mulai dari harga Rp 18.000,00 saja.
Saat pembukaan Tuku, Tyo tidak melakukan pembukaan secara mewah seperti grand
opening café-café biasanya. Dia hanya menggelar syukuran sederhana dengan memotong nasi
tumpeng dan dihadiri oleh masyarakat sekitar.
Saat kedai Tuku dibuka, dia bekerja dibantu oleh dua karyawan. Setelah berjalan
beberapa waktu, semakin banyak pengunjung yang datang ke kedai Tuku. Kini, karyawannya
berjumlah 50 orang. Karyawan itu tersebar di kedai Cipete, Pasar Santa, Bintaro, dan head
quarter office di Antasari. Awalnya Tyo menargetkan bisa menjual ratusan gelas kopi susu setiap
harinya. Dan kini, usahanya semakin berkembang, dan bahkan dapat terjual sampai ribuan gelas.
"Alhamdulillah sekarang sudah terjual ribuan cup tiap harinya," ujar Tyo.
Kini, omzet usahanya sampai ratusan juta rupiah. Sungguh itu adalah jumlah yang besar
dari usaha kedai kopi.

Created by Nurul Ailia – 065


Sumber: Kompas.com

Anda mungkin juga menyukai