Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM I

Hari, Tanggal : Kamis, 21 Juli 2016


Judul : Pengamatan Sediaan Apus Darah Tepi
Tujuan : - Menentukan Estimasi Jumlah Leukosit
- Menentukan Estimasi Jumlah Trombosit
- Menentukan Morfologi Eritrosit
A. Dasar Teori

Pemeriksaan estimasi jumlah sel-sel darah merupakan pemeriksaan

yang dilakukan sebagai konfirmasi atas hasil pemeriksaan yang dilakukan

dengan peralatan Automatic Hematology Analyzer. Konfirmasi hasil

pemeriksaan dapat dilakukan terhadap hasil pemeriksaan leukosit dan

trombosit, akan tetapi estimasi jumlah tidak dapat digunakan sebagai nilai

absolut dari suatu hasil pemeriksaan namun hanya dapat menunjukkan

keadaan dimana jumlah sel darah Normal, Rendah atau

meningkat.Sedangkan morfologi sel darah merah dapat dievaluasi dari

bentuk sel , ukuran sel, warna sel, adanya benda asing/inklusi dan formasi

sel darah merah.

B. Prinsip

Estimasi jumlah leukosit diamati pada mikroskop dengan

perbesaran objektif 10x dan estimasi jumlah trombosit diamati pada

perbesaran objektif 100x dengan menghitung pada 5 lapangan pandang.

Rata-rata jumlah trombosit di kalikan 20.000 (Metode Barbara Brown).

Morfologi eritrosit dievaluasi menggunakan perbesaran objektif100x

dilihat kelainan bentuk, warna, ukuran, benda inklusi dan formasi sel

darah merah pada preparat apus.

C. Alat dan Bahan

1
1. Mikroskop

2. Preparat darah tepi Pansitopenia, AML dan Thallasemia

3. Oil Imercy

2
D. Hasil Praktikum

1. Preparat Darah Tepi Pansitopenia

1. Estimasi Jumlah Leukosit


(Perbesaran obj 10x)
LP I : 10 sel
LP II : 12 sel
LP III : 9 sel
LP IV : 8 sel
LP V : 8 sel
Total : 47 / 5 = 9
Nilai Normal : 20-30 sel
Kesimpulan : Estimasi
jumlah leukosit menurun
(Lekopenia)

2. Estimasi Jumlah Trombosit


(Perbesaran obj 100x)
LP I : -
LP II : -
LP III : -
LP IV : -
LP V : -
Total : 0
Nilai Normal : 8-20 sel
Kesimpulan : Estimasi
jumlah trombosit menurun
(Trombositopenia)

3
2. Preparat Darah Tepi AML (Akut Mieloblastik Leukemia)

1. Estimasi Jumlah Leukosit


(Perbesaran obj 10x)
LP I : >100 sel
LP II : >100 sel
LP III : >100 sel
LP IV : >100 sel
LP V : >100 sel
Total : >100 sel
Nilai Normal : 20-30 sel
Kesimpulan : Estimasi
jumlah leukosit meningkat
(Lekositosis)

2. Estimasi Jumlah Trombosit


(Perbesaran obj 100x)
LP I : 1
LP II : -
LP III : -
LP IV : -
LP V : -
Total : 1
Nilai Normal : 8-20 sel
Kesimpulan : Estimasi
jumlah trombosit menurun
(Trombositopenia)

4
3. Preparat Darah Tepi Thallasemia

Morfologi Eritrosit
 Anisositosis
(mikrositik)
 Hypokrom
 Poikilositosis

1. Target Cell
Bentuk bulat dengan
bagian tengah terdapat
konsentrasi hemoglobin
sehingga terlihat seperti
target

2. Stomatosit
Bentuk bulat dengan
bagian tengah seperti
mulut

3. Sferosit
 Ukuran lebih kecil
dari eritrosit
 Warna lebih gelap

5
4. Akantosit
 Bentuk ireguler
 Memiliki duri di
permukaan sel

5. Anulosit
Bentuk bulat dengan
daerah pucat melebar

6. Tear drop cell


Bentuk seperti tetesan air
mata dengan ujung yang
runcing

7. Sel Burr
 Bentuk ireguler
 Memilki tonjolan pada
dinding sel

8. Sel Cerutu

9. Sel Helmet
Fragmen eritrosit Bentuk
seperti helm
*ditemukan pada penderita
anemi, thalassemia

6
10. Basofilik Stipling
 Granula sitoplasma
halus tersebar merata
 Khas untuk thalassemi

11. Triangulosit
 Bagian dalam sel
berbentuk segitiga

12. Polikromasi
 Warna sel gelap tidak
merata

E. Kesimpulan

4. Pada penderita Pansitopenia terlihat estimasi jumlah lekosit menurun

(Lekopenia) dan estimasi jumlah trombosit juga menurun disebabkan

karena pansitopenia merupakan suatu keadaan dimana jumlah semua

jenis sel darah menurun, baik leukosit, eritrosit maupun trombosit.

Keadaan ini dapat disebabkan karena anemia aplastik, radiasi sinar

radioaktif, dll.

5. Pada penderita AML (Akut Mieloblastik Leukemia) terlihat jumlah

lekosit meningkat (Lekositosis) dan jumlah trombosit menurun

(Trombositopenia). Disebabkan karena AML merupakan keadaan

dimana proses pembelahan sel leukosit (granulosit), khususnya sel

7
blast dalam tubuh tidak terkendali sehingga tumbuh berlebihan dan

mengganggu proses pembelahan, pematangan, maupun produksi sel

lain seperti eritrosit dan trombosit, maka eritrosit dan trombosit

cenderung menurun.

6. Pada penderita Thalasemia terlihat kelainan ukuran, warna dan bentuk

eritrosit. Disebabkan karena Thalasemia merupakan kelainan

kuantitatif sintesis rantai globin sehingga sintesis hemoglobin menurun

(hypokrom) yang mengakibatkan anemia dan mikrositosis.

8
PRAKTIKUM II

Hari, Tanggal : Kamis, 28 Juli 2016


Judul : Pemeriksaan Preparat AML, CML, ALL, CLL
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran dan jenis sel darah putih
pada preparat AML, CML, ALL dan CLL
A. Dasar Teori

Leukemia merupakan penyakit ganas jaringan hemopoiesis. Ciri

utamanya adalah hambatan maturasi sel darah diikuti peningkatan

proliferasi. Proliferasi tidak se-efektif sel normal, tetapi berlangsung terus

menerus tanpa kendali.Akibat proliferasi yang terus menerus tersebut,

terjadi kenaikan jumlah satu atau beberapa jenis sel darah dalam sumsum

tulang, sirkulasi darah dan jaringan-jaringan tubuh. Terjadi hambatan

pembentukan sel darah lain, gangguan metabolisme serta gangguan

imunitas sumsum tulang. sirkulasi darah dan jaringan-jaringan tubuh.

B. Alat dan Bahan

1. Mikroskop

2. Preparat AML, CML, ALL, CLL

3. Oil Imercy

9
C. Hasil Pemeriksaan

a. Preparat AML (Akut


Myeloblastik Leukemia)
Dominan ditemukan sel
blast dari seri granulosit
1. Myeloblast
 Ukuran : besar
 Nukleoli : +
 Granula :
 Kromatin : halus merata
 Ratio inti sitoplasma :
tinggi / besar
 Sitoplasma : biru
abuabu

b. Preparat CML (Chronik


Myelositik Leukemia)
Dominan ditemukan sel
tua dari seri granulosit
1. Myeloblast
 Ukuran : besar
 Inti : besar hampir
menutupi sitoplasma 1
2. Neutrofil Myelosit
 Ukuran : besar 1 3
4
 Granula spesifik 3 2
3
neutrofil 2
 Inti bulat oval / gemuk
 Sitoplasma : biru muda
atau merah jambu
 Ratio inti sitoplasma
sedang
3. Neutrofil
Metamyelosit
 Inti sudah melekuk
 Sitoplasma pink
 Ratio inti sitoplasma
rendah
4. Neutrofil Batang
 Bentuk inti sangat
melekuk
 Sitoplasma merah muda

10
c. Preparat ALL (Akut
Limfoblastik Leukemia)
Dominan ditemukan sel 2
blast dari seri limfosit
1. Limfoblast
 Ukuran besar
 Nukleoli : 1-2
 Sitoplasma relatif
sedikit
 Inti bulat besar
3
 Kromatin tipis 1
2. Prolimfosit
 Ukuran besar
 Nukleoli : -
 Kromatin lebih kasar
3. Limfosit
 Ukuran lebih kecil
dari eritrosit
 Inti menutupi
sitoplasma
 Kromatin gelap
d. Preparat CLL (Chronik
Limfositik Leukemia)
Dominan ditemukan sel
limfosit tua
 Ukuran lebih kecil
dari eritrosit
 Inti menutupi
sitoplasma
 Kromatin gelap

D. Kesimpulan

1. AML (Akut Myeloblastik Leukemia)

- Dominan Sel Blas ( > 20% ). sering dijumpai bentuk blas atipik

dan sel tua (segmen) jumlahnya sedikit.

- Auer Rod spesifik untuk AML.

11
- AML diikuti trombositopenia dan anemia

- Sitokimia Sudan Black B (+) positif.

- Hiatus Lekemikus (+) positif.

2. CML (Chronik Myelositik Leukemia)

- Sel Blas sedikit ( < 5% )

- Tampak semua stadium seri granulosit ( Mieloblas, Promielosit,

Mielosit, Metamielosit, Staf, Segmen ).

- Hiatus Lekemikus (-) negatif.

- Jumlah lekosit absolut meningkat (100-500rb), Basofil dan

Eosinofil meningkat.

3. ALL (Akut Limfoblastik Leukemia)

- Sel blas dominan ( > 80 % ). Tampak semua stadium, dengan

bentuk tua sedikit. Kadang-kadang ditemukan mielosit dengan

jmlh sedikit.

4. CLL (Chronik Limfositik Leukemia)

- Jumlah Lekosit 50.000 - 200.000/mm3.Dominan ditemukan

bentuk tua (limposit >90%), Kadang-kadang monoton sel

tua.Beberapa keadaan limfoblas dengan multiple nukleoli. Dan

ditemukan banyak Smudge cell.

12
PRAKTIKUM III

Hari, Tanggal : Rabu, 10 Agustus 2016


Judul : Pembuatan Preparat Sum-Sum Tulang
A. Prinsip / Dasar

Terdapat dua macam preparat sumsum tulang yaitu Preparat tebar

(spread) dan Preparat tekan (squash).

Preparat spread yaitu preparat yang dibuat dengan cara meletakkan

hasil aspirasi berupa fragmen sumsum tulang diatas kaca obyek dan

kemudian digeser menggunakan kaca penebar (spreader). Pembuatannya

mirip dengan pembuatan sediaan apus darah tepi (SADT) atau blood film,

tetapi disini menggunakan bahan utama fragmen sumsum tulang.

Sedangkan preparat squash yaitu preparat yang dibuat dengan cara

meletakkan fragmen sumsum tulang hasil aspirasi diatas kaca obyek,

kemudian dengan kaca obyek yang lain ditekan sambil menggeser

sehingga tampak gambaran inti ditengah (core) dan daerah pinggir dari

fragmen sumsum tulang.

B. Alat dan Bahan

1. 4 buah kaca objek

2. Pipet tetes

3. Sampel sumsum tulang

C. Cara Kerja

1. Teteskan sampel sumsum tulaang di atas objek gelas untuk mencari

fragmen sumsum tulang

13
2. Fragmen sumsum tulang diambil kemudian diletakkan di atas objek

gelas yang lain kemudian digeser menggunakan kaca penebar

(spreader). Seperti pembuatan sediaan apus darah tepi. (Preparat

Spread)

3. Fragmen sumsum tulang diambil kemudian diletakkan diatas kaca

objek kemudian ditekan sambil menggeser hingga ujung kaca objek.

(Preparat Squash).

4. Keringkan. Preparat siap untuk di warnai.

5. Jika preparat akan disimpan, tidak langsung diwarnai maka diharuskan

untuk difiksasi terlebih dahulu,

D. Hasil Praktikum

E. Ksimpulan

1. Preparat spread digunakan untuk menilai sellularitas, hitung jenis sel

darah,hitung megakariosit,identifikasi sel, danestimasi trombosit.

2. Preparat squash digunakan untuk estimasi sellularitas dan estimasi

jenis sel.

14
PRAKTIKUM IV

Hari, Tanggal : 15-16 Agustus 2016


Judul :Pengecatan dan Pemeriksaan Preparat Sumsum
Tulang
A. Pengecatan Giemsa

1. Tujuan : Untuk melihat morfologi dan jenis sel darah, menilai

selularitas.

2. Prinsip

Pada pengecatan Giemsa dilakukan pengelompokan yang bersifat

asam yang akan mengikat zat warna dasar azure methylen blue seperti

asam nukleat, protein dari inti sel dan sitoplasma primitif. Dan

pengelompokan yang bersifat basa dari molekul Hb yang akan

mengikat zat warna yang bersifat asam dan terwarnai oleh eosin.

Granula dari netrofil tercat secara lemah dengan komplek azure.

Granula eosinofil mengandung derivate spermin termasuk kelompok

alkalis yang akan terwarnai kuat oleh komponen asam. Sedangkan

granula basofil mengandung heparin yang bersifat asam sehingga akan

mengikat komponen basa dari zat warna.

3. Alat dan Bahan

a. Preparat Sumsum tulang (spread dan squash)

b. Bak pewarnaan

c. Methanol

d. Reagen Buffer A (KH2 PO4 …….9,1 gr/ L)

e. Reagen Buffer B (Na2HPO4 . 2H2O 11,9 gr /L)

f. Giemsa Pekat

15
g. Mikroskop

h. Oil Imercy

4. Cara Kerja

a. Pembuatan Larutan Kerja

1) Siapkan campuran Buffer A + B,( 1 : 1) campuran ini tahan 3

hari.

2) Tambahkan ke dalam Buffer, Giemsa pekat dengan

perbandingan, Giemsa pekat 1 bagian : 7 bagian Buffer.

Campuran hanya tahan 1 hari.

b. Pengecatan

1) Preparat yang sudah kering difiksasi dengan methanol 5 – 10

menit.

2) Genangi dengan larutan kerja selama 20 – 30 menit.

3) Sisa cat dibuang, cuci dengan air mengalir hingga betul-betul

bersih.

4) Keringkan di udara, lalu mounting dengan EZ mount dan

ditutup deck glass.

5) Setelah kering periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran

objektif 100x.

c. Hasil Pengamatan

Menentukan selularitas

Interpretasi

16
Normoselluler Hyposelluler Hyperselluler
volume sel lemak sekitar Sebagian besar fragmen Hampir semua sel
25% dari volume sel merupakan sel lemak. lemak diganti oleh sel
darah. (Normal) hemopoeitik.

d. Hasil Pengamatan

Preparat Spread

Hyperselluler
 Tampak hampir tidak
terdapat sel lemak
karena tertutupi oleh
sel hemopoietik
 Peningkatan aktivitas
hemopoietik

Preparat Squash

Tampak fragmen yang


telah pecah

17
Metamegakaryosit
 sitoplasma granular
halus berwarna merah
jambu
 terjadi defragmentasi
menjadi trombosit.

e. Kesimpulan

Pada preparat sumsum tulang dengan pengecatan giemsa di

dapatkan gambaran hypersellularitas karena hampir tidak terlihat

lemak pada sel hemopoietik. Juga ditemukan seri trombopoietik

yaitu metamegakaryosit yang terdefragmentasi menjadi trombosit.

18
B. Pengecatan SBB (Sudan Black B)

1. Tujuan : Untuk melihat seri granulosit

2. Prinsip

Sudan Black B dalam ethanol akan mencat phospholipid yang

terdapat dalam lekosit (granulosit) berwarna coklat kehitaman.

3. Alat dan Bahan

a. Preparat sumsum tulang (spread)

b. Bak pewarnaan

c. Cawan Petri

d. Staining jar

e. Larutan A (Phenol12 gr, Ethanol 70% 25 ml

f. Larutan B (Na2HPO4 . 2H2O0,225 gr, Aquadest 75 ml)

g. Larutan C (Sudan Black B0,45 gr, Ethanol 70 % 150 ml)

h. Formalin

i. Aquades

j. Alkohol 70%

k. Safranin 1%

l. Mikroskop

m. Oil Imercy

4. Cara Kerja

a. Pembuatan larutan Kerja

 Campurkan larutan A + B (1 : 1)

 Tambahkan larutan C, 3 bagian

19
 Campuran ini harus netral atau sedikit alkalis

b. Pengecatan

 Preparat yang sudah kering difiksasi dengan uap formalin

dalam staning jar selama 5 – 10 menit.

 Cuci dengan aquadest, keringkan.

 Rendam preparat dengan larutan kerja dalam petri tertutup

selama 30 menit.

 Buang sisa cat, rendam dengan alcohol 70% selama 2 menit

sambil digoyang goyang.

 Cuci dengan air mengalir, lakukan counter stain dengan

safranin 1% selama 10-30 detik

 Cuci dengan air mengalir, keringkan (jangan di mounting).

 Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100x

20
5. Hasil Pengamatan

 Ditunjuk tanda panah biru


: Granula sel berwarna
cokelat kehitaman (SBB
+)
 Ditunjuk tanda panah
hitam : Sel transparan
(bukan seri granulosit),
SBB -

6. Kesimpulan

Pada preparat sumsum tulang dengan pengecatan Sudan Black B

(SBB) disimpulkan SBB + dikarenakan sel yang positif (berwarna

cokelat kehitaman) lebih mendominasi. SBB + terjadi pada kasus

keganasan seri granulosit.

21
C. Pengecatan Fe

1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya kandungan besi dalam fragmen

sumsum tulang

2. Prinsip

Ion Ferri dalam hemosiderin mengubah Ferrocyanida yang

berwarna kuning dan mudah larut dalam larutan asam menjadi suatu

endapan (presipitat) Ferri Ferrocyanida yang berwarna biru (Reaksi

Perl).

3. Alat dan Bahan

a. Preparat sumsum tulang (spread)

b. Staining jar

c. Waterbath

d. HCl 1 N

e. K Ferrocyanida 4 %

f. Methanol

g. HCL 20 %

h. Safranin 1%

Note :

 Pastikan alat-alat terbebas dari cemaran Fe dengan membilas

terlebih dahulu dengan HCl 20 %.

 Pengecatan Fe sebaiknya di dampingi dengan control

22
4. Cara Kerja

 Preparat yang sudah kering difiksasi dengan methanol 5 – 10

menit

 Tuangkan ½ bagian HCl 1 N ke dalam staining jar dan masukan

ke dalam water bath 560 C selama 10 menit

 Tambahkan ½ bagian K Ferrocyanida 4 % ke dalam staining jar

 Masukan preparat yang sudah difiksasi hingga terendam semua

 Biarkan selama 10 - 20 menit dalam water bath 560 C

 Bilas dengan air mengalir ½ - 1 menit

 Lakukan counter stain dengan safranin 1 % 10 – 30 detik

 Cuci dengan air mengalir dan keringkan

 Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10-100x

23
5. Hasil Pengamatan

- Perbesaran objektif
100x
- Partikel besi berwarna
biru tampakkecil kecil
dengan jumlah banyak
(3+)

Penilaian penyimpanan besi pada sumsum tulang ( Farhi DC dkk) :

0 : Tidak ada besi / negatif

1+ : Partikel besi terlihat kecil dengan objektif 100 x.

2+ : Partikel besi terlihat kecil dengan perbesaran kecil.

3+ : Partikel besi kecil kecil dengan jumlah banyak.

4+ : Partikel besi lebih besar sampai membentuk agregat.

5+ : Agregat bergerombol dari besi.

6+ :Agregat bergerombol besar menutupi gambaran selularitas.

6. Kesimpulan

Pada preparat sumsum tulang dengan pengecatan Fe ditemukan

banyak kandungan Fe kecil kecil dalam fragmen (3+). Kurangnya

kandungan besi pada sel darah biasa terjadi pada kasus anemia

defisiensi besi.

D. Pengecatan Lepehne

1. Tujuan : Untuk melihat bentuk seri eritrosit

24
2. Prinsip

Lepehne akan memberikan warna hijau terang pada sitoplasma

eritrosit karena adanya reaksi benzidine dan perhidrol.

3. Alat dan Bahan

a. Preparat sumsum tulang (spread)

b. Bak Pewarnaan

c. Reagent Lepehne (larutan benzidine 0,6% dalam ethanol 96%

sebanyak 2 ml, 0,5 ml perhidrol 30% dalam 4,5 ml ethanol 70%)

d. Methanol

e. Giemsa (larutan kerja)

f. Mikroskop

g. Oil Imercy

4. Cara Kerja

a. Preparat yang sudah kering difiksasi dengan methanol selama 5 –

10 menit.

b. Rendam dengan reagen lepehne selama 10 menit.

c. Cuci dan keringkan

d. Rendam dengan cat Giemsa (lar. kerja) 15 – 20 menit

e. Cuci dan keringkan

f. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100%

5. Hasil Pengamatan

Interpretasi :

25
 Lepehne akan memberikan warna hijau terang pada sitoplasma

seri eritrosit dan warna ungu dari giemsa pada inti.

1. Eritrosit tua sebagai


kontrol
2. Orthokromatik 1
eritroblast.
Ciri – ciri :
 Ukuran : besar 1 1
2
 Sitoplasma warna hijau 3
sama dengan eritrosit tua
 Warna inti : ungu
 Inti kecil piknotik
3. Bukan seri eritrosit.

6. Kesimpulan :

Pada sampel sumsum tulang yang di cat dengan Lepehne didapatkan

Lepehne + karena ditemukan seri eritropoietik yaitu orthokromatik erytroblast

meskipun gambaran inti masih ungu lemah yang disebabkan karena waktu

pewarnaan giemsa kurang lama. Lepehne + biasanya pada Eritroleukemia

(M6).

26
E. Pengecatan PAS

1. Tujuan : Untuk melihat seri limposit

2. Prinsip

Pengecatan PAS berguna untuk mengenali sel sel jajaran Limposit

yang mengandung Glicogen. Reaksi yang terjadi adalah Oksidasi

Glicogen oleh asam Periodat (Periodic Acid) menjadi Aldehida, dan

bereaksi dengan reagent Schiff yang menyusun warna merah.

3. Alat dan Bahan

a. Preparat sumsum tulang (spread)

b. Bak pewarnaan

c. Cawan Petri

d. Kristal Formalin

e. Larutan Periodic Acid

f. Larutan Schiff

g. Larutan Hematoxylin

h. Metanol

4. Cara Kerja

a. Preparat di fiksasi dengan uap formalin atau metanol5-10 menit.

b. Rendam dengan Periodic Acid selama 20-30 menit

c. Buang cat, cuci dengan air mengalir selama 5-10 menit, bilas

dengan aquadest.

d. Rendam dengan larutan Schiff selama 20-30 menit

27
e. Buang cat, cuci dengan air mengalir sampai betul betul bersih

selama 5-10 menit.

f. Rendam dengan Hematoxylin selama 10-15 menit

g. Buang cat, cuci dengan air mengalir selama 5-10 menit.

h. Keringkan. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran

objektif 100x

5. Hasil Pengamatan

Hasil :
PAS +
Terlihat granulasi merah tua
kasar pada sitoplasma
Limfoblas

Interpretasi :
PAS + apabila sitoplasma sel
limfopoietik berwarna merah

6. Kesimpulan :

Pada preparat sumsum tulang dengan pengecatan PAS ditemukan

PAS + yang biasanya terjadi pada penderita dengan B-lymphoblastic

leukaemia.

28

Anda mungkin juga menyukai