ii MODUL PELATIHAN
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A,B,C
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Pendidikan kesetaraan memiliki posisi yang strategis
dalam kerangka pendidikan nasional secara umum. Berpijak pada perkembangan dan arus perubahan
yang terjadi di masyarakat baik di ngkat lokal, nasional maupun global, pendidikan kesetaraan harus
berkontribusi pada kemampuan peserta didik dalam mengan sipasi, menghadapi atau adaptasi
serta menjawab tantangan baru selaras dengan perubahan tersebut. Dengan demikian Pendidikan
kesetaraan harus memuat aspek yang mendukung pada pemberdayaan dan kemandirian peserta didik.
Meski pendidikan kesetaraan memiliki karakteris k khusus, namun dalam pelaksanaannya hal
itu dak bisa dipisahkan dengan praktek pendidikan yang berlangsung di sekolah formal. Pendidikan
formal dan pendidikan non-formal atau pendidikan kesetaraan merupakan dua pilar pen ng untuk
mencapai kualitas pendidikan nasional. Keduanya merupakan lembaga pendidikan yang sama-sama
diorientasikan untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Meski keduanya dalam prakteknya
memiliki karakteris k yang berbeda, dan juga keduanya dilaksanakan dengan strategi dan cara yang
berbeda, namun kualitas lulusan dari keduanya diharapkan memiliki kualitas yang sama
Perbedaan itu pen ng diakui karena meski kedua jenis pendidikan ini memiliki misi yang sama, yaitu
sama-sama berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa, namun memiliki orientasi, strategi, mekanisme,
parktek dan sasaran yang berbeda. Pendidikan formal lebih diorientasikan kepada penciptaan kualitas
lulusan untuk bisa melanjutkan ngkat atau jenjang pendidikan yang lebih nggi. Penguasaan
pengetahuan disini lebih ditekankan dibanding penguasaan ketrampilan. Sementara itu, karena
tujuannya lebih kepada upaya mengatasi persoalan-persoalan dalam hidup, pendidikan kesetaraan
membutuhkan strategi khusus dalam proses pembelajaran yang menekankan pada keberdayaan
peserta didik yang dak atau kurang berdaya itu dalam menghadapi masalah dan menemukan jalan
keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapi. . Perbedaan ini membawa konsekuensi pada muatan
kurikulum dan pembelajaran yang berbeda pula dimiliki kedua jenis pendidikan tersebut.
Strategi khusus dalam pendidikan kesetaraan sebagai pemberdayaan, mesyaratkan penyelenggara
pendidikan kesetaraan, termasuk pendidiknya dapat menjangkau kebutuhan pembangunan kesadaran,
kemampuan memahami masalah-masalah dalam lingkungan, dan mengakomodasi kebutuhan yang
lebih personal. Untuk itu, pemahaman, visi, spirit, dan orientasi pendidikan kesetaraan sebagai
pendidikan yang menguatkan pemberdayaan menjadi landasan pen ng bagi penyelenggara, pendidik,
dan pemangku kepen ngan lainnya yang terkait dengan pendidikan kesetaraan.
Modul pela han bagi calon pela h kurikulum pendidikan kesetraan ini berupaya mengisi perspek f
pendidikan yang memberdayakan dengan harapan fasilitator memiliki perspek f yang sama dan dapat
mewujudkan peserta didik yang memiliki kecapakan hidup untuk mandiri dan tampil sebagai warga
yang ak f dan berkonstribusi bagi masyarakatnya.
Modul pela han ini berisi arah pendidikan kesetaraan yang memberikan landasan tujuan dan
iv MODUL PELATIHAN
maknanya sesuai dengan ruh Kurikulum 2013 dan pendidikan sepanjang hayat; analisis konteks dan
pemanfaatan hasilnya sebagai dasar pendidikan pemberdayaan dan merupakan muatan khusus dalam
struktur kurikulum, pengembangan dan pembelajaran berbasis modul, hingga ke penyusunan kerangka
penilaian hasil pembelajaran yang mencerminkan kompetensi peserta didik dari dimensi pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Selain itu, sebagai bagian dari arah perubahan global dan tuntutan adaptasi,
maka modul ini juga menyajikan satu bagian yang membahas pembelajaran berbasis teknologi
informasi atau dalam jaringan (daring).
Pengguna Modul
Pengguna modul ini adalah fasilitator dari lembaga-lembaga pemerintah, non pemerintah termasuk
organisasi berbasis masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) sebagai penyelenggara pendidikan kesetaraan.
Metode Belajar
In implementasi Kontekstualisasi Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan ini membutuhkan
par sipasi ak f dan krea vitas peserta didik dan fasilitator. Pen ng diingat bahwa peserta didik pada
pendidikan kesetaraan bukan saja mereka yang berada pada usia sekolah yang semes nya, namun bisa
juga mereka yang telah berusia dewasa (melewa usia semes nya pada jenjang pendidikan tertentu).
Bila peserta didik adalah kelompok usia matang, merupakan individu yang memiliki pengalaman,
perspek f dan pemikiran, yang bisa digunakan sebagai bahan diskusi dan belajar. Untuk itu proses
dan metode belajar harus dikemas sedemikian rupa fleksibel, dinamis, dialogis/interak f dan aplika f
pada kondisi peserta didik. Unsur aplika f menajdi pen ng dalam metode pembelajaran karena dalam
banyak kasus peserta didik pendidikan kesetaraan bukan hanya membutuhkan ijazah atau serr fikat
tamat belajar, namun juga keterampilan aplika f bagi pemecahan masalah dan perbaikan penghidupan
mereka.
Metode belajar kontekstual inilah yang harus menjadi fokus bagi pengguna modul. Meskipun
se ap materi dalam modul ini telah memberikan anjuran metode belajar tertentu, namun fasilitator
tetap harus memper mbangkan dinamika kelas, agar dak menimbulkan ke mpangan penyerapan
materi belajar saat proses belajar terjadi.
Metode belajar dalam konteks ini juga berar memepr mbangan proses penyajian materi, terkait
ketersediaan fasilitas yang ada. Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi fasilitas belajar bisa sangat beragam
bagi masing-masing penyelenggara.
vi MODUL PELATIHAN
MODUL 1
KONTEKSTUALISASI
PENDIDIKAN KESETARAAN
K urikulum dikembangkan sejalan dengan tantangan dan dinamika yang dihadapi oleh masyarakat
pada jamannya. Pengembangan kurikulum harus memper mbangkan karakteris k dan kesiapan
peserta didik, mengingat ngginya keragaman latar belakang keluarga dan masyarakat tempat tumbuh
kembang peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan
kesetaraan bahwa pendidikan kesetaraan diperuntukkan untuk mengatasi masalah putus sekolah, atau
droup-out, atau dislokasi peserta didik dari sekolah formal
karena berbagai sebab. Selain itu, pendidikan kesetaraan
juga diperlukan karena masalah keterbatasan akses, atau
ke dakbisaan mencapai harapan memasuki sekolah
formal, karena keterbatasan tempat atau ruang di sekolah
formal dalam menampung angkatan peserta didik yang
terus bertambah. Lebih dari itu, pendidikan kesetaraan
juga diperlukan sebagai penciptaan ruang krea f, atau
arena sosial atau arena publik yang krea f dan produk f,
atau sebagai pendidikan alterna f untuk menumbuhkan
kewirausahaan, keterampilan khusus, kecakapan hidup khusus
dalam bidang-bidang tertentu, dan kemampuan memasuki
dunia kerja.
Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan melakukan kontekstualisasi Kurikulum
2013 pendidikan formal melalui konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi
kata kerja operasional, dan rumusan kalimat. Kontekstualisasi tetap mengacu pada standar kompe-
tensi lulusan seper yang terdapat dalam pendidikan formal. Kurikulum 2013 memiliki dimensi pe-
ngetahuan, mela h keterampilan yang berorientasi pada pemahaman dan pengalaman sosial serta
prak k, dan memperkuat komitmen publik peserta didik melalui proyek-proyek keterlibatan sosial.
Gambaran tentang desain pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan yang mencakup strategi
pengembangan kurikulum, struktur kurikulum, dan kontekstualisasi kurikulum akan dijelaskan dalam
unit 1.1 sebagai bagian dari Modul 1.
Tujuan
Unit pertama dari Modul 1 Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan menargetkan peserta
pela han mampu:
• Memahami strategi pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan dengan memperha kan sa-
saran peserta didik dan permasalahannya, program prioritas yang dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan, dan proses pemberdayaan dalam pendidikan kesetaraan.
2 MODUL PELATIHAN
• Membedakan kelompok umum dan kelompok khusus dalam struktur kurikulum kesetaraan.
• Memahami prinsip dan strategi kontekstualisasi kurikulum pendidikan kesetaraan kelompok
umum.
Waktu
90 menit
Pokok Bahasan
Perlengkapan
• Bahan diskusi (suplemen 1.1.1 Ar kel Life Skill, cuplikan dari Kompas tanggal 25 Juni 2015)
• Bahan paparan (suplemen 1.1.2 Power Point Desain Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan
• Dokumen Kontekstualisasi Kurikulum 2013 (suplemen 1.1.3 Kontekstualisasi Kurikulum 2013 Pen-
didikan Kesetaraan Paket A, B, C)
• Bahan Materi pendukung (suplemen 1.1.4 Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Pendidikan Ke-
setaraan)
• LCD, Laptop
• Kertas plano, spidol, selo p
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
4 MODUL PELATIHAN
Suplemen 1.1.1
LIFE SKILL*
K eterampilan secara teknis, menurut pakar demografi Prof. Sri Moer ningsih Adioetomo,SE,
MA, Ph.D yang akrab dipanggil Toening, bisa dila h dalam pekerjaan, tetapi membentuk
so skill, life skill, atau behavioral skill butuh waktu lama, selain yang bersangkutan menyadari
dan mau berubah.
Di Jepang, misalnya, dimulai sejak kecil dan dikembangkan mulai dari keluarga. So skill
di perusahaan Jepang mencakup sikap dan etos kerja, keteli an, keterampilan, kebersihan,
kesegaran, kedisiplinan, bisa ditambah integritas, dan lain-lain.
Peneli an Emmanuela Grapello dan kawan-kawan (2011) menunjukkan kesenjangan skill
yang dibutuhkan pasar kerja sehingga menjelaskan sebagian alasan meningkatnya angka
pengangguran, khususnya di kalangan orang muda. Kesenjangan itu mencakup terutama
kemampuan berbahasa Inggris, kepemimpinan, solusi masalah, krea vitas, penghitungan yang
tepat, dan technical skill lainnya.
“Sampai sekarang 60 persen angkatan kerja kita masih berpendidikan rata-rata di bawah
SMP,” ujar Toening. Namun naiknya ngkat pendidikan tak berkaitan langsung dengan
meningkatnya produk vitas dan persaingan karena lemahnya skill.
Persoalan lain terkait orang muda (15-29 tahun) yang jumlahnya 69 juta adalah transisi dari
sekolah ke lapangan kerja (school to work transi on), yaitu jangka waktu antar ke luar sekolah
(lulus maupun putus sekolah) ke tempat kerja pertama, baik formal (kontrak, permanen),
maupun tempat kerja yang secara subyek f diterima.
Antara 60-70 persen pekerja saat ini masih terserap di sektor informal dengan upah minimal
tanpa jaminan kesejahteraan. Entah apa jadinya kalau dak ada intervensi.
*Dicuplik dari wawancara dengan Sri Moer ningsih Adioetomo, Lembaran Khusus Kompas 50
Tahun, Cendekiawan Berdedikasi, Kompas, Tanggal 25 Juni 2015.
Lembar Kerja
Penugasan:
1. Bacalah ar kel di atas, setelah itu diskusikan secara kelompok tentang:
• Bagaimana rancangan pendidikan yang menyiapkan SDM yang dapat berkompe si da-
lam pasar kerja di ngkat regional dan internasional;
• Bagaimana merancang proses pembelajaran yang akan menghasilkan pencapaian kom-
petensi SDM;
• Langkah-langkah apa yang Anda lakukan untuk menyiapkan SDM yang memiliki kom-
petensi menghadapi kemandirian di era global.
2. Tulislah hasil diskusi di kertas plano dan tempel di dinding/papan.
STRATEGI PENGEMBANGAN
DESAIN KURIKULUM 2013
PERMASALAHAN PESERTA DIDIK
PENDIDIKAN KESETARAAN
Putus sekolah dari sekolah formal
RASIONAL
SDM Beradab: Berpendidikan [berpengetahuan dan berketerampilan] dan Berbudaya [Berkarakter kuat]
STRUKTUR PROGRAM
Tujuan Pendidikan Nasional
(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003) PAKET A
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengetahuan berilmu
6 MODUL PELATIHAN
PAKET B KONTEKSTUALISASI KURIKULUM KELOMPOK
UMUM
PAKET C PRINSIP
Memuat mata pelajaran yang disusun mengacu pada Peraturan KD Pengetahuan KD Keterampilan
Mendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi 1. Mengidentifikasi
karakteristik ruang
1. Mengidentifikasi
keadaan
1. Menyajikan hasil
identifikasi
1. Mengomunikasikan
hasil identifikasi
Keterampilan dan
substansi yang
Konten dikembangkan oleh pusat dan pemanfaatan
sumber daya alam
alam/bentuk rupa
bumi di lingkungan
karakteristik ruang
dan pemanfaatan
dalam bentuk tabel
tentang kekayaan
diharapkan setara.
Perubahan redaksional
Merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan untuk semua peserta untuk kesejahteraan
masyarakat dari
kabupaten/
kota/provinsi
sumber daya alam
untuk kesejahteraan
alam yang ada di
dataran
dalam rumusan
kesetaraan agar tutor
didik tingkat
kota/kabupaten
setempat, serta
pemanfaatan
masyarakat dari
tingkat
rendah/dataran
tinggi/pesisir/pantai,
mudah dalam
memahami karakteristik
sampai tingkat kekayaan alamnya kota/kabupaten dan pemanfaatannya ruang dan konsep
provinsi. untuk kebutuhan sampai tingkat untuk kebutuhan kesejahteraan.
hidup sehari-hari dan provinsi. hidup sehari-hari
untuk meningkatkan dalam meningkatkan
pendapatan pendapatan
masyarakat. masyarakat di
kabupaten/kota/
provinsi setempat.
8 MODUL PELATIHAN
Suplemen 1.1.4
Pendahuluan
Mengiku data dari Badan Pusat Sta s k terkait ngkat pendidikan yang dak berbanding
lurus dengan ngkat keterserapan ke dunia kerja, ditunjukkan bahwa pada tahun 2015 peng-
angguran lulusan SMA sebesar 21,88% menempa posisi ter nggi kedua setelah lulusan SD
(24,15%) dari total 17.300.019 penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menganggur (Agus
Suwignyo dalam Kompas, 2018). Lebih lanjut Agus Suwignyo menegaskan kalau banyaknya
tenaga kerja pada kelompok lulusan SD dan SLA ini mungkin menjadi faktor mengapa peng-
angguran ter nggi dari kelompok penduduk dengan dua kategori pendidikan tersebut. Kondisi
itu bukan hanya karena mutu, tetapi juga karena keterbatasan akses dan keberlanjutan pendi-
dikan yang menjadi penyumbang bagi rendahnya daya saing bangsa.
Permasalahan putus sekolah, pengangguran, kemiskinan ini merupakan tantangan bagi pen-
didikan kesetaraan. Keberadaan pendidikan kesetaraan memiliki dua makna ke daksetaraan,
yaitu, pertama ke daksetaraan secara sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat, dan
kedua, ke daksetaraan dalam akses pada pendidikan. Dengan kondisi seper ini maka pen-
didikan kesetaraan dirancang dengan memperha kan kondisi-kondisi khusus dan varia f dari
peserta didik, keterkaitan dengan vokasi, memberikan legalitas akademis sehingga mampu
mengakses pada peluang pekerjaan dan peningkatan karir masa depan. Untuk itu, di bawah ini
akan dipaparkan rancangan atau desain kurikulum pendidikan kesetaraan dengan perspek f
pada strategi pemberdayaan dan tetap mengacu pada pengembangan Kurikulum 2013.
a
Ap
Bagaim
jar
ar
Belaj
Bela
ana
Belajar
Mengapa
mpilan
era
Sikap
Ket
Penge-
Pengetahuan Keterampilan Sikap tahuan
Pembelajaran K–S–A
Pemanfaatan A–S–K
10 MODUL PELATIHAN
Pencapaian kompetensi itu hanya dapat diperoleh bila ada koherensi kurikulum. Kurikulum
yang baik secara konten apabila dak disertai penger an dan kemampuan bagi aktornya untuk
menghidupinya dalam pengalaman juga dak akan dapat dijalankan. Konten yang paripurna,
keaktoran yang kompeten juga akan mengalami kesulitan apabila dak ditopang oleh jaminan
ins tusional yang selaras dengan jiwa dan paradigma kurikulum yang dimaksud. Dengan demi-
kian, konsistensi dan koherensi dalam kurikulum melipu beberapa dimensi dasar. Pertama, di-
mensi material yang melipu rentang tekstual elemen kurikulum mulai dari paradigma, konsep
dasar kurikulum hingga penjabaran kurikulum itu ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran.
Dimensi kedua adalah dimensi keagenan dan dimensi ins tusional dalam kurikulum. Dimensi
keagenan menyangkut pelaku atau aktor-aktor yang menghidupkan kurikulum itu dalam
pengalaman atau prak k, dalam hal ini guru atau pendidik dan peserta didik. Dimensi ke ga
menyangkut ins tusi yang mendukung supaya kurikulum itu bisa dihidupkan sebagai prak k
yakni sekolah atau satuan pendidikan (Robertus Robert, 2015). Hubungan 3 dimensi agar ter-
jaga konsistensi dan koherensi kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut.
Elemen
kurikulum dari
ide kurikulum, Guru/Tutor
desain peserta
kurikulum didik yang
sampai Satuan
menghidupkan
dokumen mata pendidikan
kurikulum
pelajaran sebagai
ins tusi yang
mendukung
kurikulum
hidup
Pendidik memiliki peran yang sangat pen ng dalam prak k pendidikan karena fungsinya
dalam menghidupi kurikulum. Oleh karena itu, pendidik idealnya mampu menciptakan ruang
pembelajaran yang kri s, emansipatoris, dan mendorong peserta didik bergairah dalam prak k
pengetahuan dengan terlibat dalam pemecahan masalah di masyarakat. Pendidikan yang hu-
manis akan terselenggara bila pendidik menjalankan fungsi dan perannya secara op mal seba-
gai agensi perubahan dalam proses transformasi dan peningkatan kualitas pendidikan.
12 MODUL PELATIHAN
PUSTAKA ACUAN
Cendekiawan Berdedikasi. 25 Juni 2015. Kompas, hlm. 33.
Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. Paud dan Dikmas, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Naskah Akademik Pendidikan Kesetaraan. Jakarta.
Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. Paud dan Dikmas, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Kontekstualisasi Kurikulum 2013 Pendidikan kesetaraan
Paket C Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2016. Inspirasi Pembelajaran dan Penilaian Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2016. Naskah Konsep Dasar Peneli an Profil Lulusan Pendidikan Dasar Terhadap Pembangunan
Manusia Dalam Rangka Kebijakan Kurikulum Masa Depan. Jakarta.
Robert, Robertus. 2015. Arah Perbaikan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta.
Suwignyo, Agus. 2 Mei 2018. Tantangan Pendidikan Kita. Kompas, hlm. 6.
P enyelenggaraan pendidikan untuk pelaksanaan kurikulum yang telah disusun harus mencapai
ngat efek fitas yang nggi. Ar nya pendidikan tersebut menjawab kebutuhan riil dari peserta
didik akan peningkatan aspek pengetahuan keterampilan dan perubahan sikap yang dikehendaki.
Untuk itu pen ng dilakukan pemetaan kondisi awal akan lembaga penyelenggara, calon peserta didik,
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan di sekitarnya.
Analisis sosial merupakan langkah yang pen ng untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan,
terutama bila ditujukan untuk peserta didik yang telah dewasa, dan diarahkan untuk pemberdayaan
dan kemandirian. Kondisi peserta didik sangat unik, mereka dipengaruhi oleh hidup, kondisi sosial
budaya di lingkungan masyarakatnya serta mengelola sumberdaya alam yang ada di sekitarnya.
Analisis kontekstual memberikan arah sesuai kebutuhan dan kekhasan kondisi peserta didik. Tidak
mungkin kelompok peserta didik dalam kelompok masyarakat pantai mendapatkan fasilitas dan desain
layanan pendidikan kesetaraan sebagaimana mereka yang berada di lingkungan pedesaan berbasis
pertanian, demikian halnya dengan kondisi pinggiran perkotaan.
Pengalaman hidup dan profil lain peserta didik berbasis gender juga pen ng diperha kan.
Perempuan dak bisa dianggap memiliki kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan hidup untuk
pemberdayaan yang sama dengan laki-laki. Peran dan pandangan tradisional lokal yang tumbuh di
masyarakat pen ng untuk diper mbangkan.
Analisis konteks sepenuhnya dipengaruhi oleh paradigma pendidikan yang digunakan. Dalam
konteks pendidikan kesetaraan ini, paradigma yang digunakan adalah pemberdayaan guna kemandirian.
Perlu diingat bahwa pendidikan pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang kompleks, dak bisa
hanya dimaknai sebagai keterampilan usaha secara ekonomi, namun juga bisa berar membangun
relasi sosial agar usaha produk f ekonomi menjadi berkelanjutan. Serta banyak sektor penghidupan
masyarakat lainnya.
Ada beragam metode dan piran untuk melakukan analisis konteks terkait Pendidikan kesetaraan.
Yang paling sering dan dianggap rela f mudah dilakukan adalah analisis SWOT atau Kekepan, dengan
melihat faktor internal penyelenggara, yakni kekuatan dan kelemahan, serta faktor ekternal, yakni
peluang dan ancaman.
Dari temuan ke empat faktor analisis tersebut, akan menjadi dasar penyusunan prioritas kegiatan
sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi, sebagai rencana aksi pendidikan kesetaraan yang efek f
sebagaimana yang diharapkan.
14 MODUL PELATIHAN
Tujuan
• Peserta memahami konsep analisis konteks, unsur yang dianalisis dan tahapan dalam melakukan
analisis konteks.
• Peserta mampu melakukan analisis dengan menggunakan SWOT/Kekepan untuk menentukan arah
kebutuhan pemberdayaan-keterampilan dan kekhasan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan.
• Peserta mampu menyusun rencana aksi berdasar hasil analisis SWOT untuk berjalannya penye-
lenggaraan pendidikan kesetaraan.
Waktu
180 menit
Pokok Bahasan
• Konsep, fungsi dan pen ngnya analisis konteks dalam pendidikan kesetaraan
• Analisis SWOT/Kekepan dan aspek yang dianalisis
• Rencana aksi dari hasil analisis
Perlengkapan
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
16 MODUL PELATIHAN
• Fasilitator menekankan bahwa analisis konteks guna menjawab tujuan pendidikan kesetaraan
untuk pemberdayaan dengan memper mbangkan kekhususan peserta didik.
• Dalam waktu 20 menit, fasilitator meminta peserta mendiskusikan dalam kelompok sebelumnya
hal berikut ini:
Kelompok 1: Apa yang bisa dilakukan untuk mengo malkan kekuatan (internal) dan meminimalisir
kelemahan (internal).
Kelompok 2: Apa yang bisa dilakukan untuk mengop malkan peluang (eksternal) dan meminimalisir
ancaman (eksternal).
• Fasiltator meminta dua pewakilan dari kelompok 1 dan kelompok 2 untuk presentasi hasilnya, dan
undang tanggapan dari kelompok-kelompok lainnya.
• Fasilitator mengajak peserta untuk mengambil kesimpulan mengenai temuan-temuan pada dua
faktor (internal dan eksternal) yang bisa dilakukan. Tekankan kesimpulan kembali pada kapasitas
kelembagaan dan pencapaian tujuan peserta didik secara op mal, sehingga kesenjangan
kelembagaan bisa dijawab dengan potensi eksternal yang bisa diakses, bukan dengan menurunkan
standar kualitas pendidikan bagi peserta didik.
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Apa itu?
A nalisis konteks adalah satu metode yang digunakan untuk menganalisis kondisi ber-
operasinya suatu organisasi/lembaga. Pada Pendidikan Kesetaraan, analisis konteks
berar melakukan iden fikasi kondisi riil kelembagaan penyelenggara dan hal lain dalam
lingkungannya yang mempengaruhi kegiatan Pendidikan tersebut agar tercapai tujuan Pen-
didikan yang menjawab kebutuhan peserta didik dalam pengembangan kapasitas pengetahuan,
keterampilan dan membangun sikap baru yang mandiri.
Analisis konteks bertujuan memas kan bahwa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan telah diiden fikasi dan diper mbangkan. Analisi konteks merupakan langkah awal
sebuah proses perencanaan. Namun sekali kita melaksanakan kegiatan, bisa jadi kita menemukan/
mengiden fikasi faktor baru yang belum terpikirkan sebelumnya. Inilah sebabnya, semes nya
analisis konteks dilakukan secara berkala dan diperbaharui sepanjang program. Ini memas kan
bahwa kegiatan yang dilakukan mampu beradaptasi pada perubahan sesuai kebutuhan.
Mungkin kita pernah mendengar tentang scanning lingkungan. Hal ini merupakan analisis
terkait namun lebih fokus pada lingkungan ekternal makro pada suatu organisasi/Lembaga.
Hasil analisis tersebut merupakan dasar pijakan untuk menentukan kedalaman dan keluasan
target-target yang ditetapkan, budaya yang akan dibangun, tujuan yang ingin dicapai, serta isi
dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan bermutu.
18 MODUL PELATIHAN
hidup mereka dan dak terlalu bias laki-laki.
Selain itu, sumberdaya alam dan lingkungan dimana peserta didik berasal juga sangat mem-
pengaruhi karakter dan kebutuhan. Misalnya kelompok peserta didik dari lingkungan pesisir
akan memiliki kebutuhan pendidikan pemberdayaan yang sangat berbeda dengan mereka yang
berada di perdesaan berbasis pertanian.
Pendidikan kesetaraan yang khas untuk pemberdayaan dan kemandirian peserta didik juga
perlu diwadahi adanya ruang-ruang apresia f dari masyarakat luas di beragam level. Untuk
itulah analisi konteks sangat pen ng dilakukan.
Analisis konteks juga membantu penyelenggara pendidikan mengiden fikasi unsur eksternal
yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung. Misalnya sumberdaya alam, bisa dijadikan bahan
belajar bagi peserta didik, juga menjadi lahan pembelajaran pemberdayaan untuk kemandirian
yang bermanfaat menjawab kebutuhan peserta. Dengan memanfaatkan sumberdaya alam
lokal, potensi kesinambungan bagi pemberdayaan peserta didik lebih terjamin, dibanding bila
bergantung pada unsur lain yang dak tersedia secara lokal.
Kelembagaan eksternal termasuk organisasi berbasis masyarakat dan dunia usaha/bisnis me-
rupakan potensi yang bisa diakses sebagai mitra dalam penyelenggaraan pendidikan kesataraan
sebagai narasumber alterna f termasuk potensi penggunaan lulusannya. Dengan demikian
muatan pendidikan kesetaraan selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan dunia usaha.
20 MODUL PELATIHAN
Suplemen 1.2.2
Diskusikan dalam kelompok “apa yang menjadi arah kebutuhan dan kekhasan penyelenggaraan
lembaga pendidikan kesetaraan”. Susunlah berdasarkan kondisi riil/fakta dengan menggunakan
instrumen Analisis SWOT/Kekepan
Instrumen SWOT/Kekepan
Faktor Internal
Unsur Kekuatan Kelemahan
Sumberdaya manusia (kompetensi, jumlah,
komitmen)
Fasilitas pembelajaran (jumlah, keragaman
dan kualitas)
Ketersediaan kurikulum (jenis dan kualitasnya)
Akses jejaring
dll
Faktor Internal
Unsur Peluang Tantangan
Sumberdaya manusia dari lingkungan sekitar
dan organisai lain yang relevan (keahlian,
jumlah, komitmen, pandangan, nilai,
Sumberdaya alam sekitar (sebagai sumber
belajar dan sebagai sumber pemberdayaan)
Pengetahuan peserta didik (jenis dan levelnya)
Keterampilan peserta didik (jenis dan
levelnya)
Sikap peserta didik untuk kemandirian
hidup
dll
Catatan:
Unsur-unsur di atas hanya beberapa contoh yang bisa dikembangkan menjadi lebih rinci.
Seja nya, semakin rinci temuan atau informasi yang diperoleh dalam proses iden fikasi SWOT
ini, akan semakin mendalam pengetahuan akan karakteris k yang bisa ditemukan sebagai dasar
penyusuna desain Pendidikan kesetaraan yang efek f dan menjawab kebutuhan peserta didik.
Diskusikan dalam kelompok untuk menyusun rencana aksi pelaksanaan penyelenggaraan pen-
didikan kesetaraan sesuai kebutuhan peserta didik dan kekhasan lembaga pendidikan kese-
taraan”. Susunlah berdasarkan kondisi hasil analisis konteks.
No Rencana Tujuan Indikator Waktu Penanggung
Kegiatan (2) Keberhasilan (4) Jawab
(1) (3) (5)
1
2
3
4 dst
Keterangan:
Kolom (1) diisi nama program atau kegiatan dengan op malisasi kekuatan dan peluang
Kolom (2) diisi deskripsi tujuan dari program atau kegiatan untuk menjawab kesenjangan
Kolom (3) diisi ukuran keberhasilan
Kolom (4) diisi durasi keterlaksanaan suatu program atau kegiatan
Kolom (5) diisi person yang bertanggungjawab tehadap keterlaksanaan program atau kegiatan
22 MODUL PELATIHAN
MODUL 2
PERANCANGAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KESETARAAN
Andrea Hirata
P embelajaran pada pendidikan kesetaraan dirancang agar dapat dilakukan secara mandiri oleh
peserta didik. Peserta didik belajar mandiri menggunakan modul pembelajaran kesetaraan. Hal ini
berangkat dari asumsi peserta didik harus dihargai dan diberdayakan dalam proses belajar mereka.
Pendidikan kesetaraan bersifat prak s, fleksibel, berjangka pendek dan berorientasi pada kompetensi.
Peserta didik sebagai subyek yang ak f yang ak f berpar sipa f sejak persiapan/perencanaan,
pelaksanaan, sampai mengevaluasi pembelajaran pendidikan kesetaraan yang tertuang dalam kontrak
belajar.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menekankan pada proses ilmiah melalui iden fikasi atau
pengamatan, mengumpulkan data, mengasosiasi, menganalisis dan mengkomunikasikan disini bisa
mengatasi kelemahan dihadapi dalam proses penandaan itu. Untuk itu, pendidikan kesetaraan diarah-
kan untuk mengatasi masalah-masalah dan tantangan nyata dalam kehidupan peserta didik.
Arah dan kebijakan kurikulum pendidikan kesetaraan yang mengacu pada arah pengembangan
kurikulum 2013 pada pendidikan formal. Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan
mengkontekstualisasi kurikulum pendidikan formal yang menjadi padanannya, kurikulum Paket A
mengacu pada kurikulum SD, kurikulum Paket B mengacu pada kurikulum SMP, dan kurikulum Paket
C mengacu pada Kurikulum SMA. Pengaturan pembelajaran pada pendidikan kesetaraan mengiku
kecepatan belajar peserta didik menggunakan sistem Satuan Kredit Kompetensi (SKK), selanjutnya
dijabarkan dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
24 MODUL PELATIHAN
UNIT 2.1
P eserta didik pendidikan kesetaraan memiliki kemampuan yang beragam dan berupaya dapat
dilayani pada pendidikan ini. Penerapan sistem SKK merupakan salah satu cara untuk melayani
peserta didik pendidikan kesetaran sesuai dengan kecepatan belajarnya. SKK menjadi acuan dalam
perencanaan proses pembelajaran untuk pengakuan pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
tanda penguasai satu mata pelajaran.
Pemerintah menentapkan target SKK untuk se ap jenjang pendidikan kesetaraan, Paket A, Paket
B, dan Paket C. Satuan pendidikan menjabarkan target SKK untuk se ap mata pelajaran dan semester
untuk ditawarkan kepada peserta didik. Peserta didik selanjutnya menentukan target SKK yang akan
dicapai sesuai dengan ketersediaan waktu dan kemampuannya.
Bagi satuan pendidikan menentukan beban SKK untuk se ap mata pelajaran se ap semester
sampai menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang krusial. Ada beberapa hal
yang menjadi dasar per mbangan dalam menentukan beban SKK untuk se ap mata pelajaran, antara
lain sarana dan prasarana yang tersedia, karakteris k peserta didik, dan tutor sebagai fasilitator.
Tujuan
Unit pertama modul ini membahas SKK dan implementasinya dalam pembelajaran. Setelah
mempelajari unit ini, peserta pela han diharapkan dapat:
• Meningkatkan pemahaman mengenai beban belajar Pendidikan Kesetaraan yang dinyatakan da-
lam sistem SKK.
• Mampu mengalokasikan SKK untuk se ap jenjang dalam mata pelajaran dan semester sesuai
dengan karakteris k satuan pendidikan dan peserta didik.
• Mampu menyusun jadwal pembelajaran menggunakan sistem SKK.
Waktu
90 menit
Perlengkapan
Kegiatan 1 15 menit
Curah Pendapat:
Fasilitator menanyakan kepada peserta pela han mengenai strategi pembelajaran yang selama ini di-
lakukan, misalnya:
• Apakah yang Anda ketahui mengenai SKK?
• pakah selama ini sistem SKK sudah dilaksanakan?
• Bagaimana mengimplementasikan sistem SKK yang Anda lakukan di satuan pendidikan?
• Apa yang menjadi kendala pelaksanaan sistem SKK?
• Bagaimana menurut Anda penerapan sistem SKK yang lebih baik?
Fasilitator selanjutnya memetakan pemahaman peserta pela han terhadap SKK, kendala pelaksanaan
SKK, dan strategi pelaksanaan SKK yang efek f menurut hasil curah pendapat.
Kegiatan 2
Pemaparan: 20 menit
• Minta peserta untuk memperha kan paparan fasilitator dan mencatat hal-hal yang pen ng.
• Paparan fasilitator mencakup pemaknaan dan penerapan sistem SKK dalam pembelajaran
pendidikan kesetaraan untuk mencapai kompetensi yang setara pendidikan formal padanannya.
• Fasilitator dapat memodifikasi paparan yang sudah ada atau dapat menyusun bahan paparan
sendiri berdasarkan struktur kurikulum pendidikan kesetaraan, standar proses, dan modul-modul
pembelajaran pendidikan kesetaraan yang sudah dihasilkan.
26 MODUL PELATIHAN
• Fasilitator memberikan penguatan mengenai beban belajar pendidikan kesetaraan yang ditetapkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk satu ngkatan/derajat. Alokasi beban belajar
dalam se ap mata pelajaran atau semester menjadi kewenangan satuan pendidikan. Satuan pen-
didikan dapat mengalokasikan beban belajar tersebut sesuai dengan karakteris k peserta didik
dan satuan pendidikan.
Kegiatan 3
Penugasan: 55 menit
Pada kegiatan ini, peserta diminta untuk membaca tahapan implementasi SKK yang tertulis pada
suplemen 2.1.4, sebelum melakukan penugasan. Penugasan ini, peserta pela han diminta untuk me-
nyusun alokasi beban belajar untuk se ap mata pelajaran dan semester sampai penyusunan jadwal
pembelajaran.
Tahapan untuk menyusun jadwal pembelajaran pada pendidikan kesetaraan menggunakan sistem
SKK mengiku tahapan berikut.
1. Mengiden fikasi kebutuhan beban belajar untuk se ap mata pelajaran.
Kebutuhan beban belajar didasarkan pada hasil analisis konteks atau visi, misi, dan tujuan satuan
pendidikan. Merujuk hasil analisis konteks dapat dipetakan minat peserta didik dan daya dukung
satuan pendidikan:
Tabel 1
Minat dan Daya Dukung terhadap Mata Pelajaran
(Merujuk pada hasil penugasan hasil kegiatan 3 dan 4 pada modul 1 unit 1.2)
2. Membagi total SKK dalam mata pelajaran untuk se ap ngkatan sesuai dengan kebutuhan beban
belajarnya. Dilanjutkan dengan pembagian dalam semester. Berikut adalah tabel Beban SKK yang
dibuat.
3. Mengalokasikan beban belajar dalam semester dengan jumlah modul dalam satu semester.
Tabel 3
Beban SKK per Modul untuk Mata Pelajaran … Tingkatan …
No Judul Modul Beban SKK Alokasi Waktu Alokasi Waktu Per Modul
Total*)
Keterangan: *) Total beban SKK sesuai dengan alokasi beban SKK mapel untuk satu ngkatan pada
tabel 2. Sedangkan total alokasi waktu adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
mempelajari modul.
4. Menentukan jumlah minimal dan maksimal SKK yang dapat diambil oleh peserta didik beserta
persyaratannya untuk se ap semester (lihat penjelasan pada suplemen 2.1.4.
5. Mengatur jadwal pelaksanaan tatap muka, tutorial, dan mandiri. Format pengaturan dapat melihat
pada suplemen 2.1.4.
28 MODUL PELATIHAN
Suplemen 2.1.1
30 MODUL PELATIHAN
Suplemen 2.1.2
32 MODUL PELATIHAN
No Mata Pelajaran Judul Modul Keterangan
58 IPA Paket B 3. Suhu, Kalor, dan Energi di Setara Kelas VII SMP
Sekitarku
59 IPA Paket B 4. Organisasi Kehidupan Setara Kelas VII SMP
60 IPA Paket B 5. Global Warming Setara Kelas VII SMP
61 Biologi Paket C 1. Biologi dan Peranannya dalam Setara Kelas X SMA
Kehidupan Manusia
62 Biologi Paket C 2. Kenali Kekayaan Haya Setara Kelas X SMA
Indonesia
63 Biologi Paket C 3. Mikroorganisme Bagi Kehidupan Setara Kelas X SMA
Manusia
64 Biologi Paket C 4. Menelusuri Keanekaragaman Setara Kelas X SMA
Haya sebagai Penyokong
Kehidupan Manusia
65 Biologi Paket C 5. Harmoni Alam Semesta Setara Kelas X SMA
66 Fisika Paket C 1. Safari ke Pulau Fisika Setara Kelas X SMA
67 Fisika Paket C 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Setara Kelas X SMA
Kita
68 Fisika Paket C 3. Tata Surya Setara Kelas X SMA
69 Fisika Paket C 4. Energi dalam Usaha Setara Kelas X SMA
70 Fisika Paket C 5. Antara Bersatu dan Berpisah Setara Kelas X SMA
71 Kimia Paket C 1. Kimia dalam Kehidupan Setara Kelas X SMA
72 Kimia Paket C 2. Keteraturan dalam Kimia Setara Kelas X SMA
73 Kimia Paket C 3. Pasangan Atom dan Sifatnya Setara Kelas X SMA
74 Kimia Paket C 4. Peranan Elektrolit dalam Tubuh Setara Kelas X SMA
75 Kimia Paket C 5. Kiat Menghitung Zat Kimia Setara Kelas X SMA
76 IPS Paket A 1. Tak Kenal Maka Tak Sayang Setara Kelas IV SD
77 IPS Paket A 2. Mendunia karena potensi lokal Setara Kelas IV SD
78 IPS Paket A 3. Karya Untuk Merah Pu h Setara Kelas IV SD
79 IPS Paket A 4. Beda Tapi Sama: Harmoni dalam Setara Kelas IV SD
Keberagaman
80 IPS Paket A 5. Teropong Waktu (Jejak Kerajaan Setara Kelas IV SD
Hindu, Buddha, dan Islam) di
Nusantara
81 IPS Paket B 1. Indonesia Kaya Setara Kelas VII SMP
82 IPS Paket B 2. Antara Aku dan Indonesia Setara Kelas VII SMP
83 IPS Paket B 3. Bersahabat Menuju Prestasi Setara Kelas VII SMP
84 IPS Paket B 4. Kebutuhan dan Peluangku untuk Setara Kelas VII SMP
Sejahtera
85 IPS Paket B 5. Cikal Bakal Kebudayaan Setara Kelas VII SMP
Masyarakat Indonesia
34 MODUL PELATIHAN
No Mata Pelajaran Judul Modul Keterangan
117 B Inggris Paket C 2. Thank You. I’m fla ered. Setara Kelas X SMA
118 B Inggris Paket C 3. Having Fun at Historical Places Setara Kelas X SMA
119 B Inggris Paket C 4. Making Announcements Setara Kelas X SMA
120 B Inggris Paket C 5. Let’s Sing a Song Setara Kelas X SMA
121 Seni Budaya Paket B 1. Inspirasi Alam Setara Kelas VII SMP
122 Seni Budaya Paket B 2. Simbol Kearifan Lokal: Ragam Setara Kelas VII SMP
Hias pada Bahan Buatan
123 Seni Budaya Paket B 3. Simbol Kearifan lokal: Pesona Setara Kelas VII SMP
Budaya Tradisi pada Bahan
Buatan
124 Seni Budaya Paket B 4. Warisan Budaya Tradisi pada Setara Kelas VII SMP
Bahan Alam, Kayu
125 Seni Budaya Paket B 5. Warisan Budaya Tradisi pada Setara Kelas VII SMP
Bahan Alam, Kulit
126 Seni Budaya Paket C 1. Keragaman Musik Tradisional Setara Kelas X SMA
127 Seni Budaya Paket C 2. Kehidupan Sosial Mendayu Setara Kelas X SMA
melalui Musik Tradisional
128 Seni Budaya Paket C 3. Musik adalah Hidupku Setara Kelas X SMA
129 Seni Budaya Paket C 4. Harmoni dalam Musik Tradisi Setara Kelas X SMA
130 Seni Budaya Paket C 5. Kolaborasi Pertunjukkan Musik Setara Kelas X SMA
131 Pendidikan Olahraga 1. Tim Kesebelasan (Sepakbola) Setara Kelas VII SMP
dan Rekreasi Paket B
132 Pendidikan Olahraga 2. Shu lecock/Kock Menari Indah Setara Kelas VII SMP
dan Rekreasi Paket B di Udara (Bulutangkis)
133 Pendidikan Olahraga 3. Sehat-Bugar untuk Tua-Muda Setara Kelas VII SMP
dan Rekreasi Paket B (Atle k jalan dan lari)
134 Pendidikan Olahraga 4. Lestarikan Pencak Silat (Seni Setara Kelas VII SMP
dan Rekreasi Paket B Bela Diri)
135 Pendidikan Olahraga 5. Bugar dan Sehat Setara Kelas VII SMP
dan Rekreasi Paket B
136 Pendidikan Olahraga 1. Aksi Cerdas Mencetak Gol Setara Kelas X SMA
dan Rekreasi Paket C (Sepakbola)
137 Pendidikan Olahraga 2. Raih Kemenangan (Bulutangkis) Setara Kelas X SMA
dan Rekreasi Paket C
138 Pendidikan Olahraga 3. Melesat cepat seper anak Setara Kelas X SMA
dan Rekreasi Paket C panah (Atle k jalan dan lari)
139 Pendidikan Olahraga 4 Serang dan Lindungi Diri (Seni Setara Kelas X SMA
dan Rekreasi Paket C Bela Diri)
140 Pendidikan Olahraga 5. Fit and Fun Setara Kelas X SMA
dan Rekreasi Paket C
36 MODUL PELATIHAN
Suplemen 2.1.3
Sistem Kredit
Kompetensi
(SKK)
Beban Belajar
SD kelas SD Kelas SMP Kelas SMP Kelas SMA Kelas SMA
Rendah/ Tinggi/ VII-VIII/ IX/ X-XI/ Kelas XII/
Paket A Paket A Paket B Paket B Paket C Paket C
Tingkatan 1 Tingkatan 2 Derajat 3 Derajat 4 Derajat 5 Derajat 6
Pendidikan formal
• Kelompok A 72 84 60 30 70 36
• Kelompok B 24 24 16 8 16 8
Total (Jam Pelajaran per Minggu) 96 108 76 38 86 44
Pendidikan Kesetaraan
• Kelompok Umum 71 82 56 27 56 29
• Kelompok Khusus 31 35 24 11 24 13
Total (SKK) 102 117 80 38 80 42
Pemaknaan SKK
Bobot kompetensi yang harus dicapai untuk setiap penjenjangan di
Pendidikan Kesetaraaan.
Penyetaraan SKK:
1 SKK = 1 jam tatap muka atau 2 jam tutorial atau 3 jam mandiri
1 jam tatap muka = 35 menit untuk Paket A, 40 menit untuk Paket B, 45
menit untuk Paket C
SKS disesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
Satuan pendidikan dapat menentukan sendiri beban SKK untuk setiap mata
pelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta
daya dukung satuan pendidikan.
S istem SKK (Satuan Kredit Kompetensi) menyatakan beban belajar pada pendidikan kese-
taraan yang menjadi pembeda dengan pendidikan formal. Melalui sistem ini, peserta didik
dilayani pada satuan pendidikan kesetaraan untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan ke-
cepatan belajarnya. Pemerintah hanya mengatur total beban belajar untuk se ap ngkatan.
Satuan pendidikan diberikan kesempatan untuk mendistribusikan beban belajar sesuai dengan
ngkat keluasan dan kerumitan pembelajaran, karakteri sik peserta didik dan kondisi satuan
pendidikan.
Pemaknaan SKK, dinyatakan 1 SKK = 1 jam tatap muka, atau 2 jam tutorial, atau 3 jam man-
diri. Alokasi waktu 1 jam tatap muka sama dengan 35 menit untuk Paket A, 40 menit untuk
Paket B, dan 45 menit untuk Paket C. Pencapaian SKK disesuaikan dengan kecepatan belajar
peserta didik pada masing-masing satuan Pendidikan. Untuk menjamin pencapaian modul
juga mencerminkan peningkatan kompetensi peserta didik, maka satuan pendidikan dapat
mengatur persyaratan pengambilan SKK. Persyaratan maksimum pengambilan SKK yang perlu
mendapatkan perha an agar memberikan waktu belajar yang cukup disamping ak vitas ke-
seharian peserta didik lainnya. Satuan pendidikan dapat mensyaratkan pengambilan SKK per
semeternya untuk peserta didik Paket A maksimal 25 SKK, peserta didik Paket B maksimal 30
SKK, dan peserta didik Paket C maksimal 30 SKK. Beban belajar yang diambil oleh peserta didik
akan menjadi salah satu hal yang tercatat pada kontrak belajar. Selain itu kontrak belajar juga
memuat kesepakatan belajar antara pendidik dan peserta didik terkait pembelajaran pada
pendidikan kesetaraan.
Pemaknaan beban belajar pada pendidikan kesetaraan dapat disandingkan dengan beban
belajar pada pendidikan formal untuk mengetahui kesetaraan beban belajarnya. Berikut adalah
beban belajar pada pendidikan kesetaraan dengan pendidikan formal padanannya.
Tabel 4
Perbandingan Beban Belajar Pendidikan Formal dan Pendidikan Kesetaraan
38 MODUL PELATIHAN
SD Kelas SD Kelas SMP Kelas SMP Kelas SMA Kelas SMA
Keterangan Rendah/ Tinggi/ VII-VIII/ IX/Paket B X-XI/ Kelas XII/
Paket A Paket A Paket B Tingkatan Paket C Paket C
Tingkatan 2 Tingkatan 2 Tingkatan 3 4 Tingkatan 5 Tingkatan
6
Pendidikan Kesetaraan
• Kelompok 71 82 56 27 56 29
Umum
• Kelompok 31 35 24 11 24 13
Khusus
Total (SKK) 102 117 80 38 80 42
Pada Program Paket C atau SMA, ada kelompok peminatan Matema ka dan Ilmu Alam,
Ilmu-Ilmu Sosial, Ilmu Bahasa dan Budaya. Pada struktur kurikulum di atas beban belajarnya
dimasukkan pada kelompok A atau kelompok umum.
Tahapan untuk menyusun jadwal pembelajaran pada pendidikan kesetaraan menggunakan
sistem SKK mengiku tahapan berikut.
1. Iden fikasi kebutuhan beban belajar untuk se ap mata pelajaran.
Kebutuhan beban belajar untuk se ap mata pelajaran dapat ditentukan berdasarkan ng-
kat keluasan dan kerumitan pembelajaran, karakteri sik peserta didik dan kondisi satuan
pendidikan. Data ini dapat diperoleh setelah satuan pendidikan melakukan analisis kon-
teks terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi pembelajaran di satuan pendidikan. Pe-
nentuan beban belajar untuk se ap mata pelajaran sangat dipengaruhi oleh visi, misi, dan
tujuan satuan pendidikan, serta hasil analisis konteks terkait daya dukung internal maupun
eksternal dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan.
Satuan pendidikan dimungkinkan untuk menetapkan beban belajar yang berbeda untuk
se ap mata pelajaran. Misalnya satuan pendidikan memfokuskan pada pengembangan
sains, maka mata pelajaran sains (matema ka, kelompok IPA) bisa mendapatkan beban be-
lajar yang lebih besar dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Satuan pendidikan karena
keterbatasannya belum mampu untuk melakukan analisis konteks/kebutuhan, satuan pen-
didikan dapat juga merujuk pada beban belajar pendidikan formal.
2. Membagi total SKK dalam mata pelajaran untuk se ap ngkatan sesuai dengan kebutuhan
beban belajarnya.
Sebagaimana dijelaskan pada point 1, satuan pendidikan seharusnya mengalokasikan be-
ban belajar untuk mata pelajaran pada se ap ngkatannya berdasarkan hasil analisis kon-
teks/kebutuhan. Karakteris k satuan pendidikan yang beragam akan menjadikan beban
belajar yang berbeda pada se ap satuan pendidikan.
Pada materi ini, akan dicontohkan bila satuan pendidikan menetapkan beban belajar se-
suai dengan pendidikan formal yang menjadi padanannya. Namun perlu diingat pengalo-
kasian ini hanya contoh. Satuan pendidikan seharusnya menetapkan beban belajar sesuai
dengan karakteris k se ap satuan pendidikan. Terpen ng yang perlu dipahami adalah cara
mengalokasikan beban belajar total untuk se ap ngkatan menjadi beban belajar untuk
se ap mata pelajaran.
Tabel 5
Model Pengalokasian Beban Belajar Paket B (dengan mengacu pada beban belajar SMP/MTs)
40 MODUL PELATIHAN
Keterangan:
*) Penghitungan beban belajar Pendidikan Agama dan Budi Peker Paket B ngkatan 3 didapat dari:
Beban belajar Pendidikan Agama dan Budi Peker SMP Kelas VII-VIII Total beban belajar
= × kelompok umum
Total beban belajar kelompok A SMP Kelas VII-VIII Paket B Tingkatan 3
= 6 × 56
60
= 5,6
= 6
Penghitungan beban belajar mata pelajaran lainnya pada Paket B ngkatan 3 mengiku
pola rumus di atas. Rumus ini juga dapat digunakan untuk menghitung beban belajar mata
pelajaran lainnya dengan mengacu pada beban belajar pendidikan formal untuk ngkatan
yang berbeda dengan menyesuaikan pembagi, penyebut, dan pengalinya.
3. Mengalokasikan beban belajar mata pelajaran untuk se ap ngkatan dalam semester.
Tahapan selanjutnya adalah mengalokasikan beban belajar kesetaraan untuk se ap mata
pelajaran pada se ap ngkatan dalam semester. Pengalokasian beban belajar dalam se ap
semester bisa dengan memperha kan ngkat kesulitan materi atau dapat pula dibuatkan
sama untuk se ap semesternya. Pendidik dapat menetapkan beban yang berbeda untuk
se ap semester, antara lain berdasarkan pengalaman profesionalnya, kesulitan materi,
dan agenda satuan pendidikan. Berikut adalah alokasi beban belajar se ap mata pelajaran
untuk se ap semesternya.
Tabel 6
Beban Belajar per Semester Paket B
4. Mengalokasikan beban belajar dalam semester dengan jumlah modul dalam satu
semester.
Karakteris k pembelajaran pendidikan kesetaraan adalah pembelajaran mandiri meng-
gunakan modul. Untuk itu pengaturan beban belajar juga harus dapat dialokasikan dalam
modul pembelajaran. Beban belajar se ap modul disesuaikan dengan ngkat kesulitan
modul. Berikut adalah contoh pengalokasian beban belajar ke se ap modul pembelajaran.
Tabel 7
Beban Belajar Mata Pelajaran Paket B Tingkatan 3
Beban belajar (SKK)
Tingkatan Semester Semester Semester Semester Jumlah
3 1 2 3 4 Modul
PPKn Paket B 6 2 1 2 1 11
Tabel 8
Pembagian beban belajar per modul untuk PPKn Tingkatan 3
42 MODUL PELATIHAN
Keterangan Beban SKK Alokasi Waktu Alokasi Waktu Per Modul
Modul 7
Modul 8 2 SKK 6 bulan 1,5 bulan
Modul 9
Modul 10
Modul 11 1 SKK 6 bulan 6 bulan
5. Menentukan jumlah minimal dan maksimal SKK yang dapat diambil oleh peserta didik
beserta persyaratannya untuk se ap semester.
Penentuan maksimal SKK merupakan hal yang krusial. Hal ini diperlukan agar peserta didik
mendapatkan cukup waktu untuk mempelajari modul dengan baik di sela-sela ak vitas
hariannya. Selain itu juga menghindari peserta didik hanya mempelajari soal-soal la han
semata agar dapat lulus ujian modul dikarenakan waktu belajar yang sedikit. Ini merupakan
salah satu upaya untuk menjamin pencapaian kompetensi yang diharapkan dari mempelajari
modul oleh peserta didik.
Percepatan melalui pendidikan kesetaraan dimungkinkan, hanya saja bila terlalu cepat
penyelesaian suatu jenjang akan menjadi pertanyaan apakah kesetaraan dengan formal
benar-benar tercapai. Mengenai penentuan minimal, dak menjadi prioritas karena dapat
disesuaikan dengan kemampuan belajar peserta didik. Satuan pendidikan dapat menentukan
batas minimal beban belajar peserta didik berdasarkan pengalaman mengelola program.
Merujuk kemampuan yang diharapkan untuk se ap jenjang pendidikan, maka beban
maksimal yang dapat diambil oleh peserta didik Paket A sebanyak 25 SKK, peserta didik
Paket B sebanyak 30 SKK, dan peserta didik Paket C sebanyak 30 SKK untuk se ap semester.
Satuan pendidikan dapat mensyaratkan aturan lainnya, misalnya seper komposisi mata
pelajaran umum dan khusus yang harus diambil atau dapat pula banyaknya mata pelajaran
yang dapat diambil. Menggunakan sistem SKK ini dimungkinkan peserta didik hanya
mengambil mata pelajaran sesuai dengan minatnya, misalnya hanya mengambil mata
pelajaran Matema ka untuk seluruh jenjang dalam satu semester. Hal ini perlu diatur
agar semua mata pelajaran yang sudah ditetapkan untuk se ap jenjang dikuasai, sebelum
pindah ke jenjang berikutnya.
PUSTAKA ACUAN
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2015. Naskah Akademik Pendidikan Kesetaraan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ib daiyah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2018. Dra Standar Proses Pendidikan Kesetaraan.
44 MODUL PELATIHAN
UNIT 2.2
K ementerian pendidikan menetapkan kurikulum yang berlaku untuk satuan pendidikan di seluruh
Indonesia. Satuan pendidikan diberikan hak untuk mengadaptasi kurikulum nasional tersebut sesuai
dengan konteks peserta didik, lokalitas, dan sumber daya yang tersedia di satuan pendidikannya. Ben-
tuk adaptasi kurikulum oleh satuan pendidikan akan terlihat dalam silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Adaptasi silabus dan RPP yang dilakukan oleh pendidik sangat tergantung pada ke-
yakinan pedagogis pendidik, penguasaan materi dan strategi
pembelajaran, tujuan dan budaya yang ingin dibangun
di satuan pendidikan serta kebijakan daerah (Barab
& Luehmann, 2003; Brown & Edleson, 2003;
Pinto, 2004; Squire, MaKinster, Barne ,
Luehmann, & Barab, 2003; Regan et.al,
2016).
Sebagai suatu siklus, rencana pem-
belajaran disusun mengiku 4 tahapan, yaitu:
1) perencanaan pelajaran dan penetapan tujuan dan
kolaborasi antar mata pelajaran; 2) pengamatan pelaksanaan
oleh rekan sejawat atau ahli lainnya; 3) melakukan diskusi
untuk menganalisis hasil pengamatan, mengumpulkan data
peserta didik, melakukan refleksi pembelajaran; dan 4) me-
lakukan revisi untuk memperbaiki pembelajaran dan pe-
netapan tujuan untuk siklus berikutnya (Curcio, 2002; Doig & Groves,
2011; Lewis, Perry, Foster, Hurd, & Fisher, 2011; Regan et.al, 2016). Rencana
pembelajaran sebagai suatu siklus karena rencana pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran akan selalu diperbaiki dan berkembang. Belajar mengajar adalah suatu proses
yang kompleks, dak semata mengajar sebagai penyampaian informasi dan mulai mengarahkan
mengembangkan hubungan yang kuat antara pengajaran yang dilakukan, pembelajaran peserta didik,
dan yang terpen ng adalah pembelajaran pendidik untuk mengajar (Nilsson, 2009). Silabus dan RPP
ini yang akan menjadi acuan bagi pendidik dalam mengimplementasikan kurikulum dalam proses
pembelajaran pendidikan kesetaraan.
Menjadi pembeda dengan pendidikan formal adalah beban belajar dalam silabus dan RPP
pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam SKK. Penentuan SKK dapat melihat kembali unit 2.1. beserta
hasil penugasannya. Penyusunan silabus dan RPP mengacu pada hasil analisis konteks (hasil kegiatan
3 dan 4 pada modul 1 unit 1.2) dan juga beban SKK yang telah ditentukan dengan harapan dapat
diterapkan dengan baik.
Unit kedua modul ini membahas rencana pembelajaran yang melipu silabus dan rencana pelak-
sanaan pembelajaran (RPP) sebagai kurikulum operasional di satuan pendidikan. Setelah mempelajari
unit ini, peserta pela han diharapkan dapat:
• Memahami hubungan antara kurikulum, silabus, dan RPP
• Memahami pen ngnya analisis konteks/kebutuhan sebagai dasar per mbangan untuk menyusun
silabus dan RPP
• Memahami tahapan penyusunan silabus dan RPP
• Mampu mengaitkan sistem SKK dan pembelajaran modul dalam penyusunan RPP
• Mampu menyusun RPP sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan sumber daya yang
tersedia
Waktu
180 menit
Pokok Bahasan
1. Penger an dan komponen Silabus dan RPP dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan
2. Prinsip-prinsip pengembangan Silabus dan RPP
3. Tahapan pengembangan Silabus dan RPP
Perlengkapan
Kegiatan 1
Pemaparan: 30 menit
• Minta peserta untuk memperha kan paparan fasilitator dan mencatat hal-hal yang pen ng.
• Paparan fasilitator mencakup pemaknaan silabus dan RPP, hubunan antara kurikulum, silabus,
dan RPP, dan implementasinya pada pembelajaran yang menerapkan sistem SKK untuk mencapai
kompetensi yang setara pendidikan formal padanannya.
46 MODUL PELATIHAN
• Fasilitator dapat memodifikasi paparan yang sudah ada atau dapat menyusun bahan paparan sendiri
berdasarkan kurikulum pendidikan kesetaraan, standar proses, dan modul-modul pembelajaran
pendidikan kesetaraan yang sudah dihasillkan.
• Fasilitator memberikan penguatan mengenai perencanaan pembelajaran pendidikan kesetaraan
yang menekankan pada pembelajaran mandiri. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pen-
didik harus dapat mengakomodasi kebutuhan dan kecepatan belajar peserta didik. Melalui rencana
pembelajaran yang disusun, pendidik merancang bagaimana memberikan layanan pembelajaran
yang op mal agar peserta didik mampu belajar mandiri dan cara untuk mengetahui capaian belajar
peserta didik.
Kegiatan 2
48 MODUL PELATIHAN
Suplemen 2.2.1
Kontekstulisasi
1 2
Rancangan pembelajaran yang baik memuat: Sebagai suatu siklus rencana pembelajaran
melalui tahapan:
Pengetahuan konten yang baik untuk menjelaskan fenomena
perencanaan pelajaran dan penetapan tujuan dan kolaborasi
kepada peserta didik dan untuk menghubungkan konsep-konsep
ilmiah ke dalam situasi sehari-hari. antar mata pelajaran;
Memiliki banyak eksperimen dan kegiatan. pengamatan pelaksanaan oleh rekan sejawat atau ahli lainnya;
Mengetahui tentang pengalaman awal peserta didik, melakukan diskusi untuk menganalisis hasil pengamatan,
pengorganisasi kelas/pembelajaran secara umum, dan mengumpulkan data peserta didik, melakukan refleksi
kebutuhan belajar peserta didik. pembelajaran; dan
Mengetahui cara melakukan refleksi diri. melakukan revisi untuk memperbaiki pembelajaran dan
(Nilsson, 2009)
penetapan tujuan untuk siklus berikutnya
(Curcio, 2002; Doig & Groves, 2011; Lewis, Perry, Foster, Hurd, & Fisher, 2011; Regan et.al, 2016)
3 4
Mata pelajaran
Derajat/Tingkatan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
5 6
7 8
Mengkaji Silabus
Melakukan Analisis Konteks Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Memetakan kebutuhan belajar peserta didik Mengidentifikasi Beban SKK untuk tingkatan, semester, modul
Menentukan tema-tema pembelajaran Menentukan Alokasi Waktu
Memetakan KD dalam tema pembelajaran Menentukan Tujuan
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran (Tatap Muka,
Merumuskan KD dalam Indikator Pencapaian KD
Tutorial, Mandiri, Daring)
Menyusun materi pokok Penjabaran Jenis Penilaian
Mengembangkan kegiatan pembelajaran Menentukan Sumber Belajar
9 10
P enyusunan RPP didasarkan pada kurikulum, silabus, dan hasil analisis konteks. Hasil ana-
lisis konteks yang dilakukan pada kegiatan 2 di modul 1 unit 1.2. Hasil analisis konteks yang
dilakukan oleh satuan pendidikan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan berdasarkan bebe-
rapa aspek. Aspek yang terkait langsung dengan pembelajaran (sebagaimana hasil kegiatan 3
pada modul 2 unit 2.1) menjadi dasar bagi pendidik untuk memodifikasi model silabus yang
dikembangkan pusat yang dilanjutkan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan penyusunan bahan ajar.
Contoh RPP berikut mengacu pada model modul yang disusun oleh Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan yang konteksnya masih bersifat nasional. Satuan
pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model RPP ini sesuai dengan konteks satuan
pendidikan dan peserta didik yang dilayani. Demikian pula dengan model modul dari Pusat,
dapat pula diadopsi dan/atau diadaptasi. Contoh ini hanya ingin menggambarkan perlunya
kesesuaian antara hasil analisis konteks, silabus, RPP, dan modul/bahan ajar yang digunakan.
a. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD), Modul, dan Strategi Pembelajaran
Tabel 1
Pemetaan Strategi Pembelajaran untuk KD dan Modul IPA Paket A setara Kelas IV SD
(sampel hanya KD s.d. Modul 3)
50 MODUL PELATIHAN
Modul Strategi Pembelajaran
Kompetensi Dasar Indikator ke- Tatap Muka Tutorial Mandiri SKK
4.1 Menyajikan • Menyajikan laporan
laporan hasil dengan disertai gambar
pengamatan hewan yang diama
tentang bentuk dan diberi nama bagian
dan fungsi nya dan fungsinya
bagian tubuh • Menyajikan laporan
hewan dan dengan disertai gambar
tumbuhan tumbuhan yang diama
dan diberi nama
bagian-bagiannya serta
fungsinya
3.2 Mendeskripsikan • Mendeskripsikan 2 V V V
siklus hidup urutan daur hidup
(urutan tahap hewan tertentu (misal,
perkembangan) kupu-kupu, nyamuk,
beberapa jenis dan kecoa secara
makhluk hidup sederhana.
serta mengaitkan • Membedakan
dengan upaya daur hidup hewan
pemutusan yang mengalami
siklus hidup metamorfosis
bagi hewan sempurna dengan
yang merugikan hewan yang
(misalnya dak mengalami
nyamuk dan metamorfosis
kecoa) dan upaya sempurna
pelestarian • Mendeskripsikan upaya
hewan dan pemutusan siklus hidup
tumbuhan hewan tertentu yang
langka. merugikan manusia
• Memberikan contoh
cara melestarikan
hewan dan tumbuhan
langka
52 MODUL PELATIHAN
Modul Strategi Pembelajaran
Kompetensi Dasar Indikator ke- Tatap Muka Tutorial Mandiri SKK
4.4 Menyajikan • Mempraktekkan cara
hasil percobaan menggerakkan benda
tentang • Melaporkan hasil
pengaruh gaya percobaan tentang
terhadap gerak pengaruh gaya
benda terhadap gerak benda
Tabel 2
Strategi Pembelajaran per Modul
C. Tujuan Pembelajaran:
1. Mendeskripsikan siklus hidup beberapa hewan yang ada di lingkungan sekitar.
2. Membedakan siklus hidup hewan yang dak mengalami metamorfis, mengalami
metamorfosis sempurna dan mengalami metamorfosis dak sempurna.
3. Menjelaskan cara memutus siklus hewan yang merugikan kehidupan manusia.
4. Membuat contoh skema siklus hidup beberapa jenis mahluk hidup yang ada di ling-
kungan sekitarnya.
5. Melakukan upaya melindungi hewan dan tumbuhan langka agar dak punah.
D. Materi Pembelajaran
• Semua hewan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus hidupnya;
• Siklus hidup adalah seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama
masa hidupnya. Se ap hewan memiliki tahapan siklus hidup yang berbeda-beda.
Siklus hidup insekta melalui berbagai tahapan yang dinamakan metamorfosis.
• Metamorfosis merupakan tahap perubahan bentuk yang dialami hewan sejak
menetas sampai dewasa
• Berdasarkan perubahan bentuk tubuhnya, siklus hidup hewan dibedakan menjadi
dua, yaitu: siklus hidup tanpa metamorfosis, misal ayam, kucing dan siklus hidup
dengan metamorfosis.
54 MODUL PELATIHAN
• Ada dua macam metamorfosis, yaitu:
1. Metamorfosis dak sempurna ( dak lengkap), contohnya: kecoa, belalang.
2. Metamorfosis sempurna, contohnya: kupu-kupu, nyamuk, dan lalat
• Semua insekta berkembangbiak mulai dari telur;.
• Tahapan metamorfosis dak sempurna: Telur → Nimfa (hewan muda) → Dewasa
• Tahapan metamorfosis sempurna : Telur → Larva → Kepompong (pupa) → Dewasa
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Tatap Muka Mandiri Tutorial
Modul 2 Unit 2.1
Tujuan Tatap Muka 1 Mandiri 1 s.d. 3 Tutorial 1
• Mendeskripsikan • Tutor memberikan • Peserta didik Peserta didik:
siklus hidup penjelasan tentang membaca Modul • Menyerahkan
beberapa hewan hal-hal yang perlu 2 Unit 2.1 tentang laporan hasil
yang ada di diperha kan “Bagaimana Siklus penugasan (Tugas
lingkungan sekitar. peserta Hidup Hewan Itu?” 2 atau Tugas 3 atau
• Membedakan didik dalam • Mengerjakan Tugas Tugas 4) sesuai
siklus hidup hewan pembelajaran IPA 1 pilihan peserta didik.
yang dak meng- dan membuat • Mengerjakan tugas • Menanyakan kepada
alami metamorfis, Kesepakatan dengan memilih Tutor tentang materi
mengalami Belajar, antara lain: salah 1 dari 3 Tugas yang sulit dipahami
metamorfosis a. Penilaian sikap, di modul yaitu ke ka mempelajari
sempurna dan pengetahuan Tugas 2 tentang Modul
mengalami me- dan keterampilan “Bagaimana
tamorfosis dadak yang diperoleh nyamuk tumbuh Tutor:
sempurna. dari hasil dan berkembang?” • Mengecek dan
• Menjelaskan cara penugasan atau Tugas memberikan umpan
memutus siklus dalam modul. 3: tentang balik tugas yang
hewan yang me- b. Waktu ‘Bagaimana lalat dikerjakan oleh
rugikan kehidupan penyelesaian tumbuh dan peserta didik
manusia. modul Berkembang” atau • Membahas materi
• Membuat contoh c. Kesepakatan Tugas 4: tentang ‘ yang dianggap sulit
skema siklus hidup tentang strategi Bagaimana Kecoa oleh peserta didik
beberapa jenis pembelajaran tumbuh dan
mahluk hidup yang (jumlah tutorial Berkembang?”
ada di lingkungan dan mandiri) • Mengerjakan
sekitarnya. d. Bentuk remedial. Soal La han (uji
kompetensi)
Alokasi Waktu :
1 x 4 JP x 35 menit
Modul 2 Unit 2.2
Tujuan Mandiri 4 s.d. 5 Tutorial 2
• Melakukan upaya • Peserta didik Peserta didik:
melindungi hewan membaca Modul 2 • Menanyakan kepada
dan tumbuhan Unit 2.2 tentang tutor tentang materi
langka agar dak “Bagimana Upaya yang sulit dipahami
punah. Pelestarian Hewan ke ka mempelajari
dan Tumbuhan” Modul
• Mengerjakan Tugas • Menyerahkan Tugas 2:
1 : tentang “Hewan
dan Tumbuhan Apa Tutor:
Saja Yang Termasuk • Mengecek dan
Tumbuhan memberikan umpan
Langka?” balik tugas yang
• Mengerjakan Tugas dikerjakan oleh
2. “ Membuat peserta didik
Poster Untuk • Membahas materi
Pelestarian Hewan yang dianggap sulit
dan Tumbuhan” oleh peserta didik
• Bila dak ada
Alokasi Waktu : peserta didik yang
2 x 6 JP x 35 menit mengalami kesulitan
dalam mempelajari
materi dalam modul
atau mengajukan
pertanyaan, maka
hendaknya tutor
perlu mengecek
penguasaan materi
dengan mengajukan
pertanyaan secara
lisan dan/atau
tertulis.
56 MODUL PELATIHAN
• Memberikan
penguatan tentang
materi yang dibahas
dalam modul.
• Memberikan mo vasi
Alokasi Waktu:
1 x 4 JP x 35 mnt
1 2 3 4
Waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini cukup lama. Oleh karena itu,
kegiatan ini merupakan penugasan di rumah, Anda diminta untuk membuat laporan
hasil penyelidikan secara tertulis dan melaporkan kepada Tutor Anda.
( ..................................... ) ( ..................................... )
58 MODUL PELATIHAN
Suplemen 2.2.3
P enyusunan RPP didasarkan pada kurikulum, silabus, dan hasil analisis konteks. Hasil ana-
lisis konteks yang dilakukan pada kegiatan 2 di modul 1 unit 1.2. Hasil analisis konteks yang
dilakukan oleh satuan pendidikan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan berdasarkan be-
berapa aspek. Aspek yang terkait langsung dengan pembelajaran (sebagaimana hasil kegiatan
3 pada modul 2 unit 2.1) menjadi dasar bagi pendidik untuk memodifikasi model silabus yang
dikembangkan pusat yang dilanjutkan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan penyusunan bahan ajar.
Contoh RPP berikut mengacu pada model modul yang disusun oleh Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan yang konteksnya masih bersifat nasional. Satuan pen-
didikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model RPP ini sesuai dengan konteks satuan
pendidikan dan peserta didik yang dilayani. Demikian pula dengan model modul dari Pusat,
dapat pula diadopsi dan/atau diadaptasi. Contoh ini hanya ingin menggambarkan perlunya ke-
sesuaian antara hasil analisis konteks, silabus, RPP, dan modul/bahan ajar yang digunakan.
Tabel 4
Pemetaan Strategi Pembelajaran untuk KD dan Modul PPKn Paket B
setara Kelas VII SMP (sampel hanya KD s.d. Modul 4)
60 MODUL PELATIHAN
bermasyarakat 2.3.2 Terlibat ak f dalam upaya
untuk mewujudkan menegakkan peraturan di
keadilan daerah tempat nggalnya.
3.3 Memahami 3.3.1 Menjelaskan macam-macam
norma-norma norma yang berlaku dalam
yang berlaku kehidupan bermasyarakat di
dalam kehidupan daerahnya.
bermasyarakat 3.3.2 Memberikan contoh penerapan
mencakup norma-norma dalam kehidupan
penger an, sehari-hari
contoh, dan sanksi 3.3.3 Menjelaskan sanksi terhadap
norma-norma pelanggaran norma-norma
untuk mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari
keadilan dalam 3.3.4 Menyimpulkan ar pen ng
kehidupan sehari- norma dalam mewujudkan
hari. keadilan.
4.3 Mengampanyekan 4.3.1 Membuat slogan tentang
perilaku sesuai ajakan untuk taat pada norma-
norma-norma norma yang berlaku.
yang berlaku 4.3.2 Memajang slogan yang telah
dalam kehidupan dibuatnya, di tempat/dinding
bermasyarakat yang terlihat oleh publik
untuk mewujudkan sebagai bentuk kampanye
keadilan perilaku sesuai norma.
Modul 1.5 Menghargai nilai 1.5.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang √ √
3 kesejarahan Maha Esa atas pengesahan
perumusan dan UUD Negara Republik Indonesia
pengesahan Tahun 1945 sebagai bentuk
Undang-Undang sikap beriman.
Dasar Negara 1.5.2 Meyakini nilai-nilai luhur
Republik Indonesia dalam sejarah perumusan
Tahun 1945 dan pengesahan UUD Negara
sebagai bentuk Republik Indonesia Tahun 1945
sikap beriman sebagai bentuk sikap beriman.
2.5 Mengembangkan 2.5.1 Menerima nilai-nilai luhur
sikap bertanggung dalam kesejarahan perumusan
jawab yang dan pengesahan UUD Negara
mendukung nilai Republik Indonesia Tahun 1945.
kesejarahan 2.5.2 Menampilkan perilaku
perumusan dan bertanggung jawab dalam
pengesahan kehidupan sehari-hari sebagai
Undang-Undang perwujudan nilai luhur
Dasar Republik kesejarahan perumusan dan
Indonesia Tahun pengesahan UUD Negara
1945 Republik Indonesia Tahun 1945
3.5 Menganalisis 3.5.1 Mendeskripsikan proses
proses sejarah, perumusan UUD Negara
ar pen ng, serta Republik Indonesia dalam
peran tokoh-tokoh Sidang Kedua BPUPKI.
dalam perumusan 3.5.2 Mendeskripsikan pengesahan
dan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia
Undang-undang Tahun 1945.
62 MODUL PELATIHAN
3.7.4 Memberikan contoh perilaku
toleran terhadap keberagaman
suku, agama, ras, dan
antargolongan
Modul 4.7 Mendemon- 4.7.1 Membuat rancangan simulasi
4 -strasikan tentang perilaku toleran
perilaku toleran terhadap adanya keberagaman
terhadap adanya suku, agam, ras, dan
keberagaman antargolongan dalam bingkai
suku, agama, ras Bhinneka Tunggal Ika.
dan antargolongan 4.7.2 Menyimulasikan perilaku
dalam bingkai toleran terhadap adanya
Bhinneka Tunggal keberagaman suku, agama,
Ika melalui ras, dan antargolongan dalam
simulasi bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Tabel 4
Strategi Pembelajaran per Modul
A. Kompetensi In
1. Menghargai dan menghaya ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong
64 MODUL PELATIHAN
4.1 Menyaji hasil analisis proses sejarah 4.1.1 Membuat laporan hasil telaah proses
perumusan dan penetapan Pancasila sejarah perumusan dan penetapan
sebagai Dasar Negara Pancasila sebagai Dasar Negara
4.1.2 Menyajikan hasil telaah proses sejarah
perumusan dan penetapan Pancasila
sebagai Dasar Negara
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menghorma te-
man yang berbeda agama.
2. Menunjukkan sikap tanggungjawab dengan menyelesaikan tugas-tugas dalam
mempelajari modul.
3. Menjelaskan pembentukan BPUPKI.
4. Membandingkan rumusan dasar negara yang diusulkan oleh para tokoh pendiri
negara.
5. Menjelaskan proses penetapan Pancasila sebagai dasar negara oleh PPKI
6. Menjelaskan perbedaan rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta dengan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
7. Menunjukkan nilai-nilai semangat dan komitmen para pendiri negara dalam peru-
musan/penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
8. Mengenali tokoh-tokoh pendiri negara dengan keteladannya.
9. Mengimplementasikan nilai-nilai semangat dan komitmen kebangsaan dalam ke-
hidupan sehari-hari.
D. Materi Pembelajaran
1. Proses sejarah perumusan dasar negara/pembetukan BPUPKI
2. Usulan dasar negara oleh tokoh-tokoh pendiri negara
3. Proses penetapan Pancasila sebagai dasar negara oleh PPKI
4. Nilai-nilai semangat dan komitmen para pendiri negara dalam perumusan/
penetapan Pancasila sebagai dasar negara.
E. Media dan Sumber Belajar
• Media: Gambar-gambar yang relevan
• Sumber Belajar:
Nanik Pudjowa . 2017. “Bangga Cinta Pancasila” Modul 1 PPKn Paket B. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD dan
Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
66 MODUL PELATIHAN
5. Membuat dan menyajikan dan dalam Pembukaan Tutor:
laporan hasil analisis rumusan Undang-Undang Dasar • Mengecek dan
dasar negara dalam Piagam Negara RI Tahun 1945) memberikan umpan
Jakarta dan dalam Pembukaan balik terhadap tugas
UUD Negara RI Tahun 1945 yang dikerjakan
peserta didik.
• Membahas materi
yang dianggap sulit
oleh peserta didik.
• Bila dak ada
peserta didik yang
mengalami kesulitan
dalam mempelajari
modul (mengajukan
pertanyaan),
tutor mengecek
penguasaan materi
dengan mengajukan
pertanyaan secara
lisan dan/atau tertulis.
• Memberikan
penguatan tentang
materi yang dibahas
dalam modul.
• Memberikan mo vasi
untuk mempelajari
modul secara mandiri.
68 MODUL PELATIHAN
• Soal Uraian:
1) Berapa kali BPUPKI mengadakan persidangan, dan kapan?
2) Mengapa dasar negara harus disusun sekuat mungkin?
3) Nilai-nilai apakah yang tercermin dalam sikap para tokoh ke ka berlangsungnya
proses perumusan/penetapan dasar negara yang dapat kita teladani?
4) Apakah hasil Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945?
2 ................
3 ................
4 ................
( ........................ ) ( ........................ )
70 MODUL PELATIHAN
Pustaka Acuan
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2018. Dra Standar Proses Pendidikan Kesetaraan.
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2018. Modul 2 Paket A Siklus Hidup Hewan dan Upaya
Pelestarian Hewan dan Tumbuhan (IPA) oleh Noor Indrastu .
Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2018. Modul 1 PPKn Paket B “Bangga Cinta Pancasila” oleh
Nanik Pudjowa .
Nilsson, Pernilla. (2009). From lesson plan to new comprehension: exploring student teachers’ pedagogical
reasoning in learning about teaching. European Journal of Teacher Educa on Vol. 32, No. 3, August 2009,
239–25, ISSN 0261-9768 print/ISSN 1469-5928 online, DOI: 10.1080/02619760802553048.
Regan, Kelley S, Anya S. Evmenova, Leigh Ann Kurz, Melissa D. Hughes, Donna Sacco, Soo Y. Ahn, Nichole
MacVi e, Kevin Good, Andrea Boykin, Jessica Schwartzer, and David S. Chirinos. (2016). Researchers
Apply Lesson Study: A Cycle of Lesson Planning, Implementa on, and Revision. Learning Disabili es Research
& Prac ce, 31(2), 113–122, DOI: 10.1111/ldrp.12101.
PENYELENGGARAAN MUATAN
KHUSUS PADA
PENDIDIKAN KESETARAAN
72 MODUL PELATIHAN
UNIT 3.1
Tujuan
Dalam upaya untuk mewujudkan capaian program pemberdayaan ditetapkan tujuan pembelajaran
modul. Diharapkan setelah sesi ini peserta dapat :
1. Memahami konsep program pemberdayaan pada pendidikan kesetaraan.
2. Mengiden fikasi potensi diri dan lingkungan pada kapasitas kelembagaan.
3. Membuat rencana aksi program pemberdayaan.
Waktu
90 menit
Pokok Bahasan
1. Konsep pemberdayaan
2. Iden fikasi potensi diri dan lingkungan
3. Rencana aksi program pemberdayaan
74 MODUL PELATIHAN
Perlengkapan
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
76 MODUL PELATIHAN
Kegiatan 4
Penutup : 10 MENIT
• Fasilitator meminta satu atau lebih peserta (disesuaikan dengan kondisi) untuk menyampaikan
hikmah pembelajaran dalam kegiatan yang sudah dilakukan.
• Fasilitator memberikan mo vasi kepada peserta agar senan asa terus belajar dan membuat inovasi
melalui perencanaan aksi program pemberdayaan dan secara nyata melakukan aksi pemberdayaan.
• Fasilitator menutup sesi ini dengan memberikan penguatan dan perspek f kebaruan pendidikan
kesetaraan dengan orientasi program pemberdayaan.
• Fasilitator mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dalam sesi ini dan membekali peserta
dengan materi ringkasan tentang Penyelenggaraan Program Pemberdayaan pada Pendidikan Ke-
setaraan (Suplemen 3.1.4) untuk pemahaman yang lebih jelas dengan dipelajari secara mandiri.
4 5
` Keberdayaan Individual
` Keberdayaan Relasional
` Keberdayaan Kolektif
78 MODUL PELATIHAN
` Keberdayaan untuk mengatasi masalah
` Keberdayaan untuk pengembangan
kreativitas
8 9
` Etos kemandirian dan kepentingan bersama atau ` Penilaian dilakukan secara partisipatif dengan
publik pelibatan semua pihak penyelenggara maupun
peserta didik.
` Aktualisasi diri dan kolektif yang aktif, inovatif, dan ` Penilaian bukan bersifat menghakimi, tapi
kreatif mengapresiasi proses perubahan yang dicapai.
` Aktualisasi diri dan kolektif untuk apresiasi dan ` Penilaian dilakukan dengan melihat secara
mengisiruang danpeluang publik komprehensif unsur perubahan yang
mengombinasikan, pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
` Penilaian pemberdayaan menekankan pada
kontekstual atau kondisi nyata dan pengalaman
peserta didik dan membangun cara pikir dan
tindakan yang baru.
10 11
• Penilaian langsung
¾ Menggunakan instrumen kuesioner atau
wawancara dan diskusi kelompok terfokus
• Penilaian tidak langsung
¾ Menggunakan instrumen observasi dan
unjuk karya atau unjuk kebolehan dalam
aspek performa
12
Tugas: Diskusikan potensi-potensi diri individu, kolek f dan lingkungan yang dimiliki oleh satuan
pendidikan/lembaga.
Suplemen 3.1.3
80 MODUL PELATIHAN
Suplemen 3.1.4
• Program pemberdayaan dalam pendidikan kesetaraan menjadi pen ng dan strategis dalam
meningkatkan keberdayaan warga belajar. Keberdayaan peserta didik, melipu dua bentuk
keberdayaan, yaitu keberdayaan individual dan kolek f. Hal itu mengacu pada penger an
pemberdayaan dan perlunya keduanya dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pelaksanaan
pendidikan kesetaraan.
• Bidang pemberdayaan melipu bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan alam
• Jenis pemberdayaan melipu :
1. Pemberdayaan sebagai kepemilikan daya atau kuasa untuk ber ndak, dalam ar ini
bersifat memusat dalam diri subjek atau individu yang mandiri atau pribadi-pribadi
yang otonom atau berdaulat dengan segala potensi dan kemampuan dalam ber ndak.
Keberdayaan dalam ar ini kita sebut keberdayaan individual.
2. Pemberdayaan berar kapasitas ber ndak dalam hubungannya dengan orang lain,
dalam ar dak hanya bersumber atau melekat pada individu mandiri atau berdaulat
seper pada keberdayaan dalam ar satu dimensi seper di atas, tetapi juga berdimensi
relasional; yaitu keberdayaan dalam hubungan dengan pihak lain, atau orang lain, dalam
kapasitas bekerjasama atau melakukan ndakan bersama. Keberdayaan dalam ar ini
kita sebut keberdayaan kolek f
• Bentuk keberdayaan :
1. Keberdayaan individual, dalam ar kapasitas individual dalam ber ndak diperlukan agar
peserta didik mampu dan berdaya mengembangkan diri sejalan dengan ngkat per-
kembangannya dan kemajuan berlangsung di masyarakat. Muatan pemberdayaan ini
diberikan baik dalam bentuk penguatan kapasitas diri maupun kemampuan mengenali
struktur sekitar yang menghambat pengembangan diri dan sekaligus yang memberi pe-
luang bagaimana menggunakannya, khususnya menggunakan kelembagaan yang ada,
bagi penguatan-penguatan kapasitas dalam pengembangan diri.
2. Keberdayaan relasional, diperlukan untuk berkontribusi pada masyarakat sekitar dan
dunia kerja. Keberdayaan dalam ar kapasitas ber ndak secara relasional ini ditentukan
bukan hanya oleh pribadi atau individu peserta didik, tetapi secara kon gen atau terbuka
ditentukan oleh momentum berlangsungnya relasi atau hubungan sosial sebagai hasil
dari ndakan kolek f.
3. Keberdayaan kolek f, bisa diar kan sebagai kemampuan membentuk keduanya, baik
mengembangkan diri maupun secara kolek f dalam ar nya yang progresif. Dalam prak-
tek pemberdayaan ini ditekankan pembentukan diri sekaligus struktur atau kelembagaan
2. Pengembangan diri dan kolek f untuk apresiasi diorientasikan pada kemampuan mem-
berikan penilaian atau apresiasi terhadap apa-apa yang dilakukan dan dihasilkan orang
lain yang bermanfaat baik pada diri sendiri maupun pada publik. Termasuk dalam ke-
mampuan apresiasi adalah memberikan pengakuan, penghargaan, memberi ar , dan
memberi dukungan terhadap kemanfaatan hasil karya atau kerja keras dan kebaikan
dihasilkan orang lain. Dalam kaitannya dengan lingkungan alam, apresiasi berar
mengakui dan menghargai keindahan, keanekaragaman dan kemanfaatan sumber daya
alam di lingkungan sekitar untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kebaikan publik.
Sementara itu, dalam kaitannya dengan lingkungan sosial, apresiasi bisa diwujudkan
dalam bentuk menghargai kearifan dan modalitas sosial dengan segala kemanfaatan
atau kemaslahatan yang ada bagi kehidupan publik, seper kepercayaan terhadap
orang lain, kepedulian, tanggungjawab, dan menjunjung nggi nilai kebersamaan..
82 MODUL PELATIHAN
• Menghargai • Pengakuan dan • Pengakuan dan
keanekaragaman, penghargaan secara penghargaan secara
keindahan, kolek f terhadap kolek f terhadap
kemanfaatan,dan kemanfaatan alam sekitar, kemanfaatan alam sekitar,
kecintaan lingkungan alam nilai sosial, keragaman dan nilaisosial, keragaman
sekitar. kelestarian budaya, dan dan kelestarian budaya,
• Mengakui pada nilai-nilai kemanfaatan sumber daya dan kemanfaatan sumber
kepedulian, tanggung ekonomi daya ekonomi
jawab, kebersamaan, dan
kekeluargaan.
• Menghargai nilai
keragaman dan kecintaan
budaya.
3. Pengembangan diri dan kolek f untuk mengisi ruang publik merupakan keberdayaan
ter nggi dari ngkatan pendidikan kesetaraan. Ruang publik dimaksud adalah tem-
pat dan ruang di dalamnya terdapat berbagai ak vitas sosial atau publik seper pem-
bentukan wacana pembangunan, ndakan atau praktek pembangunan, pertukaran, ko-
neksi, membangun tempat publik untuk ekspresi seper plaza, taman, panggung, dan
sumber daya publik lain. Sementara itu, mengisi ruang publik dimaksud adalah suatu
ndakan yang memberikan ar pada kehidupan publik seper melakukan unjuk ke-
bolehan dalam praktek pembangunan, penyampaian pesan, promosi, penegasan e ka,
melakukan penataan, mewujudkan keteraturan, memberikan kebermanfaatan bagi
publik, menciptakan keselarasan diantara warga, membuat keindahan warna-warni
yang memberikan semangat pencerahan dalam membangun dan menjalankan pem-
bangunan bangsa di ruang atau ranah publik.
.
PAKET A PAKET B PAKET C
• Mengenali ruang- • Presentasi diri di ruang • Unjuk kebolehan di ruang
ruang publik sebagai publik publik.
pengembangan diri • Memilih ruang publik untuk • •Merepresentasikan
• Menggunakan presentasi diri kepen ngan bersama di
ruang-ruang publik • Kemampuan merespon ruang publik.
secara kolek f untuk untuk presentasi • Mengkomunikasikan nilai
pengembangan diri kepen ngan publik kepen ngan bersama di
• Menata bersama ruang ruang publik.
publik untuk menghadirkan • Mempromosikan
kepen ngan publik. kemanfaatan ruang publik
untuk meningkatkan nilai
tambah.
• Menegosiasikan
kegunaan sumber daya
publik untuk kemanfaatan
bersama.
3. Aktualisasi diri dan kolek f untuk apresiasi dan mengisiruang danpeluang publik
PAKET A PAKET B PAKET C
Mengenali dan menggunakan Mempresentasikan Merepresentasikan
ruang publik secara kemampuan dalam kepen ngan bersama
individu dan kolek f untuk menata ruang publik untuk dan mempromosikan
pengembangan diri menghadirkan kepen ngan kemanfaatan ruang publik
publik
Pustaka Acuan
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2015. Naskah Akademik
Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2017. Panduan Penyelenggaraan
Muatan Pemberdayaan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
84 MODUL PELATIHAN
UNIT 3.2
Pada modul program muatan keterampilan diharapkan setelah sessi ini peserta pela han dapat:
• Memahami program keterampilan sebagai bagian dari pemberdayaan dan strateginya.
• Memiliki keterampilan menyusun program muatan keterampilan berdasarkan analisis konteks.
Waktu
180 menit
Pokok Bahasan
Perlengkapan
Kegiatan 1
86 MODUL PELATIHAN
• Fasilitator membagikan lembar kerja “bagan muatan keterampilan pada struktur kurikulum pen-
didikan kesetaraan” (Suplemen 3.2.1) kepada peserta pela han sebagai bahan diskusi dan menje-
laskan tugas yang tercantum.
• Peserta diminta menjawab pertanyaan yang ada pada Lembar Kerja (Suplemen 3.2.1). Sebelumnya,
peserta pela han dibagi dalam 8 kelompok dan diberi waktu diskusi 10 menit.
• Se ap kelompok menyampaikan hasil diskusi tentang pemahamannya/penafsirannya terhadap
“bagan muatan keterampilan pada struktur kurikulum pendidikan kesetaraan”.
• Fasiltator dan peserta pela han kemudian menyimpulkan tentang penyelenggaraan muatan
keterampilan, dilanjutkan dengan memaparkan bahan paparan “Konsep Program Muatan Kete-
rampilan” (Suplemen 3.2.2). Dengan paparan dari fasilitator diharapkan peserta pela han me-
miliki pemahaman secara utuh tentang kelompok khusus pendidikan kesetaraan untuk muatan
keterampilan dan kaitannya dengan muatan pemberdayaan.
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kerja kelompok prak k menyusun program muatan keterampilan dan presentasi : 45 menit
• Fasiltator menginformasikan bahwa peserta pela han akan mengerjakan kegiatan menyusun
program muatan keterampilan. Bagikan lembar kerja “Suplemen 3.2.4 Prak k menyusun program
muatan keterampilan” pada peserta pela han.
Suplemen 3.2.4 pengerjaannya dengan mengacu pada hasil kerja kelompok analisis
konteks dan hasil kerja kelompok rencana aksi program pemberdayaan sebelumnya.
Pengerjaan tugas kelompok “Prak k menyusun program keterampilan” merupakan
tugas lanjutan dari pembelajaran sessi sebelumnya.
• Peserta pela han diberi waktu selama 20 menit untuk bekerja kelompok dan dilanjutkan dengan
presentasi dengan sisa waktu yang tersedia.
• Fasilitator mendorong peserta pela han untuk memberikan masukkan terhadap hasil kerja
kelompok lain. Ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta pela h-
an terhadap materi yang diajarkan.
• Diakhir sessi fasilitator menyimpulkan materi muatan keterampilan secara keseluruhan unit 3.2.
dan memberikan penguatan pendidikan kesetaraan sebagai pemberdayaan secara psikis dan ke-
mampuan keterampilan khusus.
• Fasilitator mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dalam sesi ini dan membekali peserta
dengan materi tentang Penyelenggaraan Program Keterampilan pada Pendidikan Kesetaraan
(Suplemen 3.2.5) untuk pemahaman yang lebih jelas dengan dipelajari secara mandiri.
88 MODUL PELATIHAN
Suplemen 3.2.1
Perha kan bagan “Muatan Keterampilan pada Struktur Kurikulum Pendidikan Kesetaraan”
Jawablah pertanyaan berikut ini.
1. Dari melihat bagan tersebut, jelaskan kedudukan Muatan Keterampilan pada struktur kuri-
kulum?
2. Apa yang Anda pahami mengenai
• Pemberdayaan
• Keterampilan
• Keterampilan wajib
• Keterampilan pilihan
3. Bagaimana keterkaitan keterampilan dan pemberdayaan?
4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran untuk keterampilan wajib dan keterampilan pilihan?
Cukupkah waktunya?
5. Apa yang kamu pahami dengan keterampilan terser fikasi dan non ser fikasi.
Struktur Kurikulum
Kesetaraan
Keterampilan Keterampilan
Wajib Pilihan Perminatan Kelompok
Ilmu Bahasa dan
- Seni Budaya - Keterampilan Budaya: 4 Mata
- Pendidikan Terser fikasi Pelajaran
Olahraga dan - Keterampilan
Rekreasi non Ser fikasi
- Prakarya
Struktur
kurikulum
kesetaraan
Kelompok
Kelompok
Merupakan suatu kemampuan dan kapasitas yang Kelompok
umum
khusus
peminatan
( Paket A,B,C) (khusus Paket
diperoleh melalui usaha yang disengaja, sistematis dan C)
Keterampilan Peminatan
Keterampilan Kelompok ilmu
wajib
pilihan bahasa dan
- Senbud
-Tersertifikasi budaya:
-POR
-Non sertifikasi
-Prakarya 4 mata pelajaran
3 4
KETERAMPILAN WAJIB :
Mengembangkan keterampilan umum (generic skills dan membentuk 1. Sertifikasi : menyediakan tahapan uji kompetensi bagi peserta
karakter peserta didik memiliki rasa seni dan budaya, sehat jasmani didik oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK)
dan rohani, sportif, serta memiliki kecakapan okupasional dan
vokasional dalam memenuhi kebutuhan dan kemandirian, serta 2. Non sertifikasi : keterampilan yang diberikan dalam mendukung
untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
kemandirian hidup peserta didik sehari-hari yang bersifat
KETERAMPILAN PILIHAN/PEMINATAN : okupasional dan tidak diperlukan tahapan uji kompetensi.
Pendalaman kompetensi yang menuntut kemampuan intelektual dan
keahlian (generic skills dan vokasional) dengan persyaratan
prosedur, standar dan kriteria tertentu atau spesifik dalam
melaksanakan suatu tugas, pekerjaan, atau profesi dalam kehidupan
sehari-hari maupun sebagai modal dasar memasuki dunia usaha dan
dunia industri. Dikembangkan berdasarkan minat dan bakat peserta
didik serta potensi satuan pendidikan
5 6
7 8
90 MODUL PELATIHAN
Standar pendidikan adalah Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) s.d level III (untuk standar akademik) dan standar VI (untuk
Analisis
konteks untuk mengidentifikasi potensi, kebutuhan dan
standar profesional)
kapasitas peserta didik dan penyelenggara
Satuan Pendidikan Kesetaraan bermitra/bekerjasama dengan LPK
Penelaahanberbagai konteks yang ada pada suatu lembaga bersifat konsultatif, pengembangan, penyerahan wewenang
dalam rangka memperoleh pemahaman kondisi dan profil
keterampilan profesional
lembaga secara objektif (sumberdaya spt pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, kurikulum, sarana prasarana, LPK menyelenggarakan dengan model Diklat (worker student)
proses pembelajaran dan hasil kegiatan pembelajaran
Lulusan mendapat ijasah kelulusan dan untuk sertifikasi perlu ikut
uji sertifikasi oleh LSI
9 10
PELAKSANAAN
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
11 12
15 16
Video : h ps://www.youtube.com/watch?v=Ib3YWDCW_Rk
92 MODUL PELATIHAN
Suplemen 3.2.4
Tugas Kelompok:
Prak k menyusun program muatan keterampilan ini dimaksudkan agar tutor/pamong belajar
dapat memiliki kemampuan untuk menyusun suatu program.
Dalam membuat suatu program paling mudah dengan menggunakan 5W + 1 H
1. What : Apa keterampilan dan tujuannya?
2. Who : Siapa profil pesertanya?
3. Where : Dimana akan dilakukan?
4. When : Kapan program akan dilaksanakan? (musiman/berkala/berkelanjutan)
5. Why : Mengapa diperlukan? (melihat situasi pasar, keterampilan yang dimiliki dan keber-
manfaatan)
6. How : Bagaimana sumberdaya disiapkan baik internal dan eksternal.
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas perlu kepekaan dalam menganalisis hasil
kerja kelompok analisis kontek dan hasil kerja kelompok rencana aksi pada program muatan
pemberdayaan. Isilah pertanyaan tersebut pada format terlampir.
Alasan/ Waktu Sumber daya
Keterampilan Tujuan Rasional Peserta Tempat Pelaksanaan (internal-
eksternal)
Pendahuluan
Pendidikan kesetaraan dijalankan dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang terus
mengalami perubahan. Dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di masyarakat
dan melakukan perubahan sosial. Pendidikan kesetaraan dapat dipahami sebagai pendidikan
alterna f untuk memperbaiki kehidupan publik dari krea vitas dan produk vitas yang
dihasilkan. Dengan harapan, pendidikan kesetaraan dapat menjembatani kesenjangan antara
dunia pendidikan dan dunia kerja sehingga masyarakat berkembang menjadi lebih baik.
Memperha kan masalah dan tantangan dihadapi itu, pendidikan kesetaraan membutuhkan
strategi khusus dalam proses pembelajaran yang menekankan pada keberdayaan peserta didik
yang kurang berdaya dalam menghadapi masalah dan menemukan jalan keluar untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Oleh karenanya, salah satu program prioritas pada pendidikan kesetaraan
adalah adanya program khusus yang dalam struktur kurikulum pendidikan kesetaraan dikatakan
sebagai kelompok khusus. Kelompok khusus ini berupa program muatan pemberdayaan dan
program muatan keterampilan. Program khusus dimaksudkan untuk memberdayakan atau
memampukan peserta didik mengatasi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi yang dihadapi.
Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan peserta didik memiliki keberdayaan pribadi
dan perbaikan kehidupan publik sehingga menjadikannya mampu dalam pengembangan diri
dan berkontribusi pada lingkungan masyarakat sekitar, serta dunia kerja. In nya, peserta
didik memiliki kapasitas diri dalam mengatasi masalah, tumbuh krea vitas yang berguna
bagi produk vitas dan kemajuan publik. Pengembangan kapasitas diri untuk perbaikan dan
kemajuan publik/lingkungan masyarakat sekitarnya dilakukan melalui ga area pemberdayaan
yaitu:
1. Pengembangan diri dan kolek f untuk mengatasi masalah
2. Pengembangan diri dan kolek f untuk apresiasi
3. Pengembangan diri dan kolek f untuk mengisi ruang publik
Adapun dalam kaitannya dengan pemberdayaan program keterampilan ke ga area
pemberdayaan tersebut orientasi pendidikannya secara prak s menciptakan peserta didik yang
memiliki pengetahuan sekaligus memiliki kecakapan hidup dan keterampilan-keterampilan
khusus yang memberdayakan dan memandirikan agar dapat mengatasi masalah hidup yang di-
hadapi, mampu menciptakan perubahan sosial ekonomi, kesejahteraan bagi dirinya dan mam-
pu mengisi ruang publik untuk kemajuan masyarakat, dunia usaha, peluang kerja, atau ber
kembangnya kehidupan sosial dan ekonomi krea f secara nasional.
94 MODUL PELATIHAN
Konsep Pengembangan Muatan Keterampilan
Penger an Keterampilan merupakan suatu kemampuan dan kapasitas yang diperoleh me-
lalui usaha yang disengaja, sistema s dan berkelanjutan untuk secara lancar dan adap f me-
laksanakan ak vitas-ak vitas yang melibatkan ide-ide (keterampilan kogni f), ketrampilan tek-
nikal, dan keterampilan interpersonal. Muatan keterampilan dimaksudkan sebagai program-
program khusus sesuai karakteris k kelompok sasaran yang dihadapi. Muatan keterampilan ini
diberikan agar peserta didik terutama usia produk f memiliki keterampilan atau kecapakan hi-
dup untuk mandiri dan tampil sebagai warga yang ak f dan berkonstribusi bagi masyarakatnya.
Struktur Kurikulum
Kesetaraan
Keterampilan Keterampilan
Wajib Pilihan Perminatan Kelompok
Ilmu Bahasa dan
- Seni Budaya - Keterampilan Budaya: 4 Mata
- Pendidikan Terser fikasi Pelajaran
Olahraga dan - Keterampilan
Rekreasi non Ser fikasi
- Prakarya
96 MODUL PELATIHAN
pilan pilihan apabila satuan pendidikan nonformal tersebut mempunyai potensi sumber
daya sarana prasarana dan sumber daya pendidik yang mendukung penyelenggaraan ke-
terampilan pilihan.
2. Penyelenggaraan muatan keterampilan dengan mekanisme kemitraan (lembaga kursus
atau dunia usaha dunia industri)
Penyelenggaraan muatan keterampilan dapat dilakukan dengan kemitraan antara satuan
pendidikan nonformal penyelenggara kesetaraan dengan lembaga pendidikan dan dunia
usaha dunia industri untuk program keterampilan wajib dan keterampilan pilihan. Kemitraan
dilakukan apabila satuan pendidikan tersebut belum memiliki potensi sumber daya sarana
prasarana dan sumber daya pengajar yang op mal untuk mendukung penyelenggaraan
keterampilan wajib dan pilihan. Kemitraan dapat dilakukan dengan program magang
kerja di dunia industri dan dunia usaha atau proses pembeljaaran dilakukan di lembaga
pendidikan lain (mitra).
Strategi Penilaian
1. Ujian Teori (mengerjakan soal secara tertulis
2. Ujian Praktek (mempraktekkan keterampilan tertentu sesuai dengan instruksi tenaga pen-
didik)
3. Presentasi (mempaparkan hasil kerjanya secara lisan)
4. Penilaian magang, yang didapat dari perusahaan atau industri dimana peserta didik mela-
kukan magang. Penilaian melipu aspek kecakapan kerja, sikap, penampilan diri, kese-
lamatan kerja, dan penguasaan keterampilan.
Pustaka Acuan
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2015. Naskah Akademik Pendi-
dikan Kesetaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2017. Panduan Penyeleng-
garaan Muatan Keterampilan Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
98 MODUL PELATIHAN
MODUL 4
Tujuan
180 menit
Pokok Bahasan
Perlengkapan
1. Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi In dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah
2. Buku “Kontekstualisasi Kurikulum 2013 Pendidikan Kesetaraan Paket A Setara SD/MI, Paket B
Setara SMP/MTs, dan Paket C Setara SMA/MA, Kemdikbud, 2017”
3. Buku “Pedoman Pengembangan dan Pembelajaran Modul, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD Dikmas Kemdikbud, 2018”
4. Buku model silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Direktorat Pembinaan
Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD Dikmas Kemdikbud, 2017
5. Buku Model Modul Pendidikan Kesetaraan Paket A, B dan C, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD Dikmas Kemdikbud, 2017
6. Bahan Presentasi Pengembangan dan Strategi Pembelajaran Modul pada Pendidikan Kesetaraan,
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD Dikmas Kemdikbud, 2018
7. Kertas dan ATK, LCD, laptop/computer
8. Suplemen 4.1: Format analisis kurikulum, silabus dan RPP, modul, media, alat, dan sumber belajar
lainnya
9. Suplemen 4.2: Format analisis penyusunan kerangka modul
10. Suplemen 4.3: Format analisis model pengembangan modul
11. Suplemen 4.4: Format analisis praktek pembelajaran modul melalui tatap muka
12. Suplemen 4.5: Format analisis praktek pembelajaran modul melalui tutorial
13. Suplemen 4.6: Format analisis praktek pembelajaran mandiri
14. Suplemen 4.7: Bahan Presentasi “Pengembangan dan Strategi Pembelajaran Modul, Ditjen PAUD
Dikmas Kemdikbud, 2018”
15. Suplemen 4.8: Ringkasan Buku “Pedoman Pengembangan dan Pembelajaran Modul, Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD Dikmas Kemdikbud, 2018”
Analisis Modul
Kurikulum
Sekilas Kurikulum
Pendidikan Kesetaraan
Kegiatan 2
Kegiatan 3
Kegiatan 4
Kegiatan 5
Format analisis kurikulum, silabus dan RPP, modul, media, alat, dan sumber belajar lainnya
Kesesuaian dengan Media, Alat, dan Saran
Sumber Belajar Lain
No Komponen Modul KD Silabus RPP Sesuai Sesuai
Kurikulum dengan dengan
Peserta Satuan
Didik Pendidikan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Pengantar
2 Tujuan
3 Petunjuk
penggunaan
4 Tes/penilaian awal
5 Unit pembelajaran
a. Uraian
b. Tugas
c. Soal la han
6 Sarana, media, alat,
sumber belajar
7 Penilaian akhir dan
rubrik penilaian
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 dan 2 : jelas
• Kolom 3, 4, 5, 6, 7 : diisi dengan tanda ceklis (V) apabila sesuai dan tanda strip (-) jika -
dak sesuai
• Kolom 8 : diisi saran yang de l untuk memperbaiki komponen modul
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 : jelas
• Kolom 2 : diisi kelompok pasangan KD sikap, pengetahuan dan keterampilan
• Kolom 3 dan 4 : diisi tema dan subtema yang bersifat kontekstual, kekinian dan menarik
serta relevan dengan KD
• Kolom 5 : diisi rincian materi yang perlu diberikan dalam modul untuk mencapai KD
• Kolom 6 : diisi uraian/rincian tugas yang bisa dikerjakan dan sesuai kapasitas pe-
serta didik serta kontekstual untuk mendukung pencapaian KD
Suplemen 4.3
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 dan 2 : jelas
• Kolom 3 : diisi dengan tanda ceklis (V) jika lengkap dan tanda strip (-) jika dak
lengkap
• Kolom 4 : diisi saran yang rinci untuk ap aspek modul yang telah disusun
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 dan 2 : jelas
• Kolom 3 : diisi saran yang rinci untuk ap aspek pembelajaran yang dipraktekkan
Suplemen 4.5
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 dan 2 : jelas
• Kolom 3 : diisi saran yang rinci untuk ap aspek pembelajaran tutorial
Petunjuk pengisian:
• Kolom 1 dan 2 : jelas
• Kolom 3 : diisi saran yang rinci untuk ap aspek pembelajaran tutorial
Standar
Kompetensi Lulusan
Kurikulum Nasional:
Kompetensi In
Kompetensi dasar
Perencanaan Pembelajaran:
Kurikulum Daerah/ - Silabus
Muatan Lokal - Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
- Bahan Ajar: Buku Teks,
Modul, Lembar Kerja
Kurikulum Tingkat - Media, Alat Sarana dan
Satuan Pendidikan Prasarana Pembelajaran
Keterampilan Keterampilan
Wajib Pilihan Perminatan Kelompok
Ilmu Bahasa dan
- Seni Budaya - Keterampilan Budaya: 4 Mata
- Pendidikan Terser fikasi Pelajaran
Olahraga dan - Keterampilan
Rekreasi non Ser fikasi
- Prakarya
Penjelasan:
1. Kelompok umum memuat mata pelajaran yang disusun mengacu pada standar pen-
didikan formal sesuai Peraturan Mendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi
serta kontennya dikembangkan oleh pusat dan merupakan mata pelajaran yang wajib
diberikan untuk semua peserta didik.
2. Kelompok peminatan pada program paket C terbagi menjadi 3 pilihan, yaitu: Peminatan
Matema ka dan Ilmu Alam, Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu Bahasa
dan Budaya.
3. Kelompok khusus memuat mata pelajaran atau program yang dikembangkan daerah
atau satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteris k pendidikan kese-
taraan. yaitu
a. Program Pemberdayaan memuat kompetensi untuk menumbuhkan keberdayaan,
harga diri, percaya diri, sehingga peserta didik mampu mandiri dan berkreasi dalam
kehidupan bermasyarakat. Materi-materi untuk mencapai kompetensi melipu :
Pengembangan diri, pengembangan kapasitas, seni budaya dan prakarya, dan
Pendidikan Olahraga dan Rekreasi.
b. Program Keterampilan merupakan muatan yang memperha kan variasi potensi sumber
Silabus:
Garis Besar Kegiatan
Pembelajaran
RPP:
Rincian Ak fitas
Pembelajaran
Sumber
Belajar Lainnya
PENILAIAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KESETARAAN
KONSEP PENILAIAN
M endengar kata penilaian yang ada dibenak kita adalah serangkaian tes untuk mengukur
pembelajaran yang telah dilakukan. Ini dikarenakan penilaian selama ini iden k dengan tes atau
ulangan. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan penilaian? Apakah tujuan melakukan penilaian?
Apakah untuk melakukan penilaian harus melakukan serangkaian tes (tertulis)? Siapa yang berhak
melakukan penilaian? Bagaimana melakukan penilaian yang efek f? dan Bagaimana melaporkan hasil
penilaian?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan dijawab melalui bahasan dalam 3 unit dari modul Penilaian
Hasil Belajar, yaitu Konsep Penilaian, Menyusun dan Melaksanakan Penilaian, dan Pelaporan Hasil
Penilaian. Modul ini terkait dengan modul 2 “Perancangan Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan” dan
Modul 1 “Kontekstualisasi Pendidikan Kesetaraan”. Penilaian pada pendidikan kesetaraan diharapkan
dapat mengukur pembelajaraan pendidikan kesetaraan yang telah dilakukan sesuai dengan tuntutan
kurikulum dan tujuan pendidikan kesetaraan yang menjadi kebijakan nasional.
Penilaian pada pendidikan kesetaraan program
paket A, paket B, dan paket C dilakukan dimak-
sudkan untuk memas kan bahwa capaian
peserta didik se ap program sudah se-
suai dengan yang diharapkan. Untuk
itu, penilaian dijadikan sebagai
dasar bagi pendidik, satuan pen-
didikan, maupun pemerintah
memas kan hal itu. Sehingga
penilaian pada pendidikan ke-
setaraan harus disertai dengan
buk bahwa penilaian telah
dilakukan untuk mengukur
pembelajaran pendidikan ke-
setaraan yang telah dilakukan.
Oleh karena itu pemaham-
an tentang konsep penilaian
hasil belajar pada pendidikan
kesetaraan menjadi pen ng untuk diuraikan pada unit ini. Konsep penilaian hasil belajar terdiri atas
pembahasan penger an, pendekatan dan prinsip penilaian hasil belajar. Di samping dijelaskan kon-
septualisasi penilaian hasil belajar, juga akan dibahas kedudukan pen ng penilaian dalam pendidikan
kesetaraan.
Waktu
45 menit
Pokok Bahasan
Perlengkapan
a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.
c. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Kesetaraan.
d. Bahan tayang dan infokus
Kegiatan 1
Kegiatan
2
Diskusi: 20 menit
Fasilitator meminta peserta untuk membuka catatan hasil penugasan pada kegiatan 1. Selanjutnya
fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan pertanyaan berikut.
1. Mengapa perlu dilakukan penilaian pada pendidikan kesetaraan?
2. Apa yang menjadi kekhasan penilaian pada pendidikan kesetaraan?
Nilai
Pemerintah UN Tidak di SHUN
Menentukan
Kelulusan
P ada satuan pendidikan dasar dan menengah, termasuk Paket A, Paket B dan Paket C,
penilaian hasil belajar terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik (tutor) pada pendidikan kesetaraan dapat berupa
ulangan, ujian modul dan portofolio. Nilai ulangan dan ujian modul menjadi nilai semester
dan dituangkan dalam laporan hasil belajar semester. Nilai rata-rata rapor semester menjadi
nilai derajat kompetensi yang dicantumkan dalam kolom halaman belakang ijazah pendidikan
kesetaraan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sejak tahun pelajaran 2017/2018 dilaksanakan
dalam bentuk ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Hasil USBN menentukan kelulusan
peserta didik. Nilai USBN tercantum dalam halaman belakang ijazah.
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilaksanakan dalam bentuk ujian nasional. Hasil
ujian nasional dak menentukan kelulusan. Nilai ujian nasional dicantumkan dalam Ser fikat
Hasil Ujian Nasional (SHUN).
Fasilitator menayangkan contoh format ijazah pendidikan yang memuat nilai rata-rata rapor
(penilaian hasil belajar oleh pendidik), nilai UPK/ujian pendidikan kesetaraan yang memuat
nilai USBN ((penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan) dan SHUN yang memuat nilai ujian
nasional (penilaian hasil belajar oleh pemerintah).
C. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik Paket A, Paket B, dan Paket C didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut.
1. Sahih, berar penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Reliabel, berar penilaian didasarkan pada data yang konsisten.
3. Objek f, berar penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, dak dipe-
ngaruhi subjek vitas penilai.
4. Adil, berar penilaian dak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena ber-
kebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat is adat,
status sosial ekonomi, dan gender.
5. Terpadu, berar penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
6. Terbuka, berar prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepen ngan.
7. Menyeluruh dan berkesinambungan, berar penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk menilai
perkembangan kemampuan peserta didik.
8. Sistema s, berar penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengiku
langkah-langkah baku.
9. Beracuan kriteria, berar penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
10. Akuntabel, berar penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.
P engembangan kurikulum pendidikan kesetaraan mengacu pada konsep kurikulum 2013 pendidikan
formal yang menjadi padanannya. Kurikulum pendidikan kesetaraan disusun dan dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang telah dirumuskan pada
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Kesetaraan. Untuk itu penilaian pada pendidikan kesetaraan
juga harus dapat mengukur pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan setelah
melakukan pembelajaran dalam jaringan atau belajar mandiri.
Modul merupakan bahan ajar utama yang digunakan pada pendidikan kesetaraan. Bagaimana
pembelajaran bebasis modul ini dilakukan (dapat membaca modul 4. Pembelajaran Berbasis Modul)
akan menjadi dasar dalam penyusunan dan pelaksanaan penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan,
maupun pemerintah. Penilaian pada pendidikan kesetaraan dak bisa lepas dari modul yang berdampak
pada penetapan kriteria penilaian untuk se ap modul yang juga dikaitkan dengan kompetensi yang
ingin dicapai.
Umumnya penilaian yang dirancang dalam modul lebih menekankan pada aspek pengetahuan
dan keterampilan, sedangkan aspek sikap hanya menjadi penekanan pada mata pelajaran PPKn dan
Agama dan Budi Peker . Untuk itu pendidik perlu merancang bagaimana melakukan penilaian yang
komprehensif untuk semua aspek kompetensi yang diharapkan dengan melengkapi aspek penilaian
yang mungkin belum dirancang dalam modul pembelajaran. Terutama untuk penilaian sikap, mungkin
diperlukan rancangan dan strategi khusus agar potret perilaku peserta didik dapat dinilai dengan baik.
Tujuan
Waktu
105 menit
a. Teknik penilaian
b. Kriteria penilaian
c. Penilaian berbasis modul
Pokok Bahasan
Kegiatan 1
Catatan: KD 1 dan KD 2 khusus untuk mata pelajaran PPKn dan Agama dan Budi Peker
Kegiatan 2
A. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang melipu sikap spiritual dan
sosial. Penilaian sikap memiliki karakteris k yang berbeda dari penilaian pengetahuan
dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini,
penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budi peker dalam rangka
pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan proses pembelajaran.
1. Sikap Spiritual
Penilaian sikap spiritual (KI-1), antara lain: (1) ketaatan beribadah; (2) berperilaku
syukur; (3) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan; dan (4) toleransi da-
lam beribadah. Sikap spiritual tersebut dapat ditambah sesuai karakteris k satuan
pendidikan.
2. Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial (KI-2) melipu : (1) jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
ndakan, dan pekerjaan; (2) disiplin yaitu ndakan yang menunjukkan perilaku ter b
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; (3) tanggung jawab yaitu sikap dan
perilaku peserta didik untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha
Esa; (4) santunya itu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik; (5)
peduli yaitu sikap dan ndakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain
atau masyarakat yang membutuhkan; dan (6) percaya diri yaitu suatu keyakinan atas
kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan atau ndakan. Sikap sosial tersebut
dapat ditambah oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhan.
3. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap di satuan pendidikan nonformal dasar dilakukan oleh tutor pendidikan
kesetaraan kelas, tutor pendidikan kesetaraan mata pelajaran agama, dan tutor pen-
didikan kesetaraan muatan khusus (pemberdayaan dan keterampilan). Teknik penilaian
yang digunakan melipu : observasi, wawancara, catatan anekdot (anecdotal record),
catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan
teknik penilaian diri dan penilaian antar-teman dapat dilakukan dalam rangka pem-
binaan dan pembentukan karakter peserta didik, sehingga hasilnya dapat dijadikan se-
bagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
Dalam penilaian sikap, diasumsikan se ap peserta didik memiliki karakter dan perilaku
B. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik
yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai ngkatan
proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk men-
deteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses pembelajaran
(assessment for learning), dan penilaian sebagai alat untuk mengukur pencapaian dalam
proses pembelajaran (assessment of learning). Melalui penilaian tersebut diharapkan
peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, digunakan teknik
penilaian yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan,
C. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengiden fikasi karateris k kompetensi da-
sar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua
kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, atau portofolio.
Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteris k kompetensi keterampilan yang
hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan pe-
ngetahuan peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian keterampilan menggunakan angka
dengan rentang skor 0 sampai dengan 100 dan deskripsi. Teknik penilaian yang digunakan
sebagai berikut.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan
suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan atau mende-
monstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Pada penilaian ki-
nerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian ki-
nerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, sedangkan penilaian
kinerja yang menekankan pada proses disebut penilaian prak k (prak k). Penilaian
P enilaian dilakukan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepen ngan, antara
lain peserta didik untuk mengetahui pencapaian hasil belajarnya selama ini, pendidik untuk
mengetahui materi-materi yang sulit sehingga dapa mengubah strategi pembelajaran yang selanjutnya,
satuan pedidikan untuk mengetahui pencapaian program yang dilaksanakan dan pemerintah untuk
mengetahui pencapaian standar (8 Standar) oleh penyelenggara dan daerah dan mendapatkan potret
pelaksanaan secara nasional. Penilaian dak akan bermakna bila hasilnya dak dapat digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepen ngan.
Pelaporan hasil penilaian perlu mengiku kaidah tertentu agar semua pihak yang berkepen ngan
dapat membaca dan memahami hasil penilaian yang dilaporkan. Bagaimana menginformasikan hasil
penilaian agar mendapatkan pemahaman yang sama antara yang menyampaikan dan disampaikan
merupakan bahasan pada unit ini.
Tujuan
Waktu
30 menit
Pokok Bahasan
a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.
c. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Kesetaraan.
d. Bahan tayang dan infokus
Kegiatan 1
Diskusi: 20 menit
Peserta diminta untuk mendiskusikan mengenai
1. Informasi apa diperlukan oleh peserta didik mengenai hasil penilaian?
2. Bagaimana informasi tersebut disajikan sehingga dapat dipahami dengan baik?
3. Apakah model rapor saat ini sudah mengakomodasi hal itu? (lihat model raport yang dilampirka
pada bahan pela han).
Kegiatan 2
Refleksi: 10 menit
Peserta diminta untuk melakukan refleksi mengenai penilaian yang selama ini telah mereka lakukan:
1. Apakah mereka telah melakukan penilaian sesuai dengan materi yang telah diajarkan/dipelajari?
2. Apakah mereka melakukan penilaian secara adil dan objek f?
3. Apakah mereka melaporkan hasil penilaian yang sesungguhnya?
4. Apakah mereka menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran di masa
selanjutnya?
5. Setelah melakukan refleksi peserta pela han dapat membaca Suplemen 5.3. untuk memperkaya
pemahaman mengenai pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian.
FLEKSIBILITAS PENDIDIKAN
KESETARAAN MELALUI
PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN
K emajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam
kehidupan manusia. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah sedemikian pesat-
nya, yang berdampak pada mudahnya orang berjejaring sosial, dan mendapat akses informasi, serta
beinteraksi langsung tanpa batas ruang dan waktu. Dengan hadirnya teknologi dan internet, maka Ke-
menterian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan secara
fleksibel lintas ruang dan waktu dengan membuka akses menggunakan teknologi jaringan dan tek-
nologi komunikasi. Adanya Permendiknas No. 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses telah membuka
wawasan dan inovasi dalam mengimplementasikan gga ppola pembelajaran
p j
yaitu mandiri, tutorial dan tatap muka dengann konsep pembelajaran dalam
jaringan (e-learning).
Pembelajaran Pendidikan Kesetaran dalamlam jaringan merupakan
alterna f bagi satuan pendidikan untuk memberikan
erikan layanan pendidikan
pada masyarakat. Berbagai keuntungan diperoleh
roleh de-
ngan menyelenggarakan pembelajaran dalam lam
jaringan, namun demikian dak sedikit kele--
mahan pembelajaran dalam jaringan yang
menjadi tantangan bagi penyelenggara Pen-
didikan Kesetaraan dalam melaksanakan
pembelajaran dalam jaringan.
Konten pembelajaran yang lengkap, je-
las, dan menumbuhkan minat belajar
akan sangat disukai peserta didik sehingga
menjadikannya masyarakat yang cerdas, kaya
pengetahuan dan akhirnya akan berdaya
dengan pengembangan kompetensinya.
Dukungan pada perancangan desain pem-
belajaran dalam jaringan yang tepat akan aann
mampu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan
dan mampu membantu peserta didik untuk mencapai tujuan belajarnya. Perancangan desain
pembelajaran daring ini melipu : perencanaan, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
untuk memas kan pembelajaran daring memiliki kualitas baik, maka pengawasan harus dilakukan.
Pada Unit 6.1 difokuskan pada pemahaman dasar berkenaan dengan pembelajaran dalam jaringan
pada Pendidikan kesetaraan.
Pada modul 6.1. Penyelenggaraan Pembelajaran Dalam Jaringan peserta pela han mampu:
• Memahami penger an e-learning, keunggulan dan kelemahan e-learning.
• Memahami penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan mulai dari perencanaan dan pelak-
anaan pembelajarannya pada pendidikan kesetaraan.
• Memprak kkan pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan laptop dan akses internet.
Waktu
100 menit
Pokok Bahasan
• Konsep E-learning
• Perencanaan dan pelaksanaan pada penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan
Perlengkapan
• LCD, Laptop.
• Kertas plano, spidol, selo p.
• Modem/jaringan internet.
• Suplemen 6.1.1 bahan paparan “Desain pengembangan pembelajaran dalam jaringan pada
Pendidikan Kesetaraan”.
• Suplemen 6.1.2 Bahan Diskusi tentang proses pembelajaran moda daring dan kombinasi.
• Suplemen 6.1.3 Bahan prak k “Panduan penggunaan aplikasi pembelajaran dalam jaringan
(daring)”.
• Tutorial aplikasi pembelajaran:
h ps://www.youtube.com/playlist?list=PLTkkN4T3VSgX1FU8OMt8SMg7Vp4hLI1_V
• File Silabus dan bahan ajar modul sebagai bahan untuk prak k upload.
• Suplemen 6.1.4 Materi “Fleksibilitas pembelajaran daring pada pendidikan kesetaraan”.
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Paparan Desain Pengembangan Pembelajaran Dalam Jaringan dan diskusi kelompok: 35 menit
• Fasilitator memaparkan desain pengembangan pembelajaran dalam jaringan pada Pendidikan
Kesetaraan (Suplemen 6.1.1 Power Point), melipu konsep, prinsip-prinsip, proto pe model dan
langkah/tahapan pembelajaran dalam jaringan (daring). Waktu paparan selama 15 menit
• Fasilitator membuka ruang diskusi/tanya jawab tentang desain pengembangan pembelajaran
dalam jaringan pada Pendidikan Kesetaraan agar terbangun pemahaman pada peserta pela han.
• Fasilitator melanjutkan dengan tugas diskusi kelompok. Fasilitator membagi peserta pela han
dalam beberapa kelompok (idealnya se ap kelompok berjumlah maksimum 8 orang), membagi
bahan diskusi tentang Proses Pembelajaran Moda Daring dan Kombinasi (Suplemen 6.1.2) dan per-
lengkapan kerja untuk diskusi yaitu kertas plano, spidol dan selo p untuk se ap kelompok. Waktu
diskusi selama 10 menit.
• Fasilitator menugaskan se ap kelompok peserta pela han untuk membaca bahan diskusi, men-
diskusikan dalam kelompok apa jawabannya, dan berbagi tugas menuliskan jawabannya pada
kertas plano yang telah disediakan.
• Hasil diskusi ditulis di kertas plano dan ditempel di dinding/papan agar semua kelompok dapat
membaca hasil kerja masing-masing kelompok.
• Fasilitator mengajak peserta pela han untuk menyimpulkan dan diakhir fasilitator memberikan
penguatan tentang proses pembelajaran moda daring dan kombinasi pada peserta pela han.
Kegiatan 3
1 2
3 4
7 8
9 10
13 14
15 16
19 20
21 22
25 26
27 28
30
T eknologi internet merupakan salah satu produk perkembangan TIK yang sangat berperan
dalam pembelajaran. Saat ini hampir dapat dikatakan bahwa ketergantungan hidup manusia
terhadap internet cukup nggi. Internet telah bersinggungan dengan ak vitas pekerjaan, pro-
fesi, dan bahkan telah akrab menjadi keseharian banyak orang. Internet juga menjadi sumber
dan sekaligus media pembelajaran. Internet menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam
pencarian informasi yang berhubungan dengan berbagai hal termasuk materi/referensi pem-
belajaran.
Penggunaan internet dalam mendukung proses pembelajaran kini menjadi keniscayaan
bahkan sangat mungkin akan menjadi kebutuhan dan keharusan di masa depan. Is lah
e-learning bahkan sudah akrab kita dengar sejak lama untuk menamai proses pembelajaran
yang memanfaatkan medium internet ini.
Kini, sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan gaya hidup, e-learning dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja selama ada koneksi internet, dengan kata lain e-learning
merupakan pembelajaran yang dak dibatasi jarak, ruang, dan waktu.
Bagaimana
Cara Belajar WB
PENGELOLA PEMBINA
Pemanfaatan TIK
(Internet Online)
TUTOR
Administrasi pembelajaran
Modul/bahan ajar dan media pembelajaran
Ulangan harian, ujian tengah semester, dan
ujian akhir
Rangkaian langkah-langkah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evauasi yang didu-
kung oleh pengendalian mutu. Secara garis besar langkah pembelajaran dilakukan melalui
tahap-tahap:
1. Perencanaan Pembelajaran, penyiapan kurikulum yang melipu pemetaan SKK, silabus,
RPP, bahan ajar-modul, media ajar, dan perangkat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan Pembelajaran, menerapkan pola tatap muka melalui video conference, live
cha ng, tutorial melalui email, forum diskusi dan cha ng, dan pola pembelajaran mandiri.
3. Penilaian Pembelajaran, dilakukan melalui penugasan, ulangan, dan ujian akhir.
4. Pengendalian Mutu, yang dilakukan oleh Penilik di ngkat kecamatan sebagai pemantau,
penilai, dan pembimbing satuan dalam pencapaian standar nasional pendidikan yaitu
standar proses.
<ƵĂůŝĮŬĂƐŝĚĂŶ<ŽŵƉĞƚĞŶƐŝWd<
Pemetaan
SKKD Silabus Tatap Muka Tutorial Mandiri Penugasan Ulangan
>ĂƟŚĂŶ<ƵŝƐ
Media Ajar Bahan Ajar
Pengendalian
D. Peserta Didik
1. Kriteria peserta didik pendidikan kesetaraan program pembelajaran daring dan Kombi-
nasi. Berikut kriteria peserta didik yang dapat mengiku pendidikan kesetaraan program
pembelajaran daring dan kombinasi.
• Peserta didik yang lulusan formal dan nonformal SMP/MTs
• Peserta didik putus sekolah SMA/MA/SMK
• Pindah jalur dari pembelajaran konvensional ke dalam jaringan
• Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (waktu, geografi, sosial, persyaratan
kerja, hukum, dan keyakinan)
• Usia sekolah dan dewasa
2. Kewajiban
Aplikasi Pembelajaran
Syarat utama dari pembelajaran daring dan kombinasi adalah aplikasi yang berbasis inter-
net sebagai media pembelajaran. Fasilitas dalam aplikasi pembelajaran yang harus dimiliki di
masing-masing mode diantaranya adalah
1. Pembelajaran daring
Pada pembelajaran daring, segala ak fitas dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan
melalui jaringan internet. Kondisi ini mengakibatkan pembelajaran daring memerlukan
aplikasi yang rela f rumit dan dikembangkan secara custome sesuai dengan kebutuhan. Yang
perlu diperha kan jika akan mengembangkan pembelajaran daring, aplikasi pembelajaran
harus mampu memberikan pelayanan pada peserta didik dari sejak registrasi hingga peserta
didik selesai menempuh pendidikan kesetaraan. Berikut minimal fasilitas pada aplikasi yang
harus tersedia jika pembelajaran dilakukan secara daring.
• Fasilitas registrasi atau penda aran peserta didik
• Panduan pembelajaran
• Papan pengumuman
• Kalender akademik dan jadwal pembelajaran
• Media komunikasi: cha ng, forum diskusi, video conference
• Sistem pembelajaran
• Sistem penilaian
• Hasil capaian belajar
• Help Desk
2. Pembelajaran Kombinasi
Pembelajaran kombinasi dalam pelaksanaanya dapat lebih mudah karena pelaksanaan
pembelajaran dilakukan melalui jaringan internet dan hadir di satuan pendidikan. Fasilitasi
Pembelajaran Daring
Tes Kelayakan
Akademik Tatap
Mandiri Tutorial
Muka
Ujian Modul
USBN
Tujuan
Pada modul 6.2. Penyelenggaraan Penilaian pada Pembelajaran Dalam Jaringan peserta pela han
mampu:
• Memahami cara melakukan penilaian pada pembelajaran dalam jaringan
• Memprak kkan penilaian pembelajaran dalam jaringan dengan menggunakan laptop dan akses
internet.
Waktu
80 menit
Perlengkapan
• LCD, Laptop.
• Kertas plano, spidol, selo p.
• Modem/jaringan internet.
• Suplemen 6.2.1 bahan paparan “Penilaian pada Pembelajaran Dalam Jaringan Pendidikan
Kesetaraan”.
• File berbagai jenis soal untuk pembelajaran dalam jaringan.
• Aplikasi pembelajaran dan penilaian pada pembelajaran dalam jaringan kesetaraan.lms.seamolec.org
dan tutorial: h ps://www.youtube.com/playlist?list=PLTkkN4T3VSgX1FU8OMt8SMg7Vp4hLI1_V
• Suplemen 6.2.2 Materi “Penyelenggaraan Penilaian pada Pembelajaran Dalam Jaringan pada
Pendidikan Kesetaran”.
Kegiatan 1
Paparan “Penilaian pada pembelajaran dalam jaringan Pendidikan Kesetaraan” dan diskusi kelom-
pok: 25 menit
• Fasilitator memaparkan Penilaian pada pembelajaran dalam jaringan Pendidikan Kesetaraan
(suplemen 6.2.1 Power Point). Waktu untuk paparan selama 15 menit
• Fasilitator mengajak peserta pela han untuk menyimpulkan dan diakhir fasilitator memberikan
penguatan tentang penilaian pada pembelajaran dalam jaringan.
Kegiatan 3
P enilaian hasil belajar pada pembelajaran dalam jaringan (daring) merupakan proses untuk
melihat ketercapaian kompetensi peserta didik. Sistem modular yang diterapkan pada
Pendidikan Kesetaraan mengakibatkan penilaian hasil belajar dilaksanakan se ap akhir modul.
Dalam penilaian pembelajaran daring, penilaian modul awal merupakan prasyarat untuk da-
pat membuka modul selanjutnya. Hal ini mengakibatkan kecepatan peserta didik dalam me-
nyelesaikan pembelajarannya akan beragam. Berikut akan disampaikan mengenai sistem
penilaian pembelajaran daring yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan
sistem penilaian di satuan pendidikan masing-masing.
1. Tujuan Penilaian
b. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinam-
bungan.
c. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
2. Ranah Penilaian Hasil Belajar
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Sikap
Penjelasan mengenai ranah penilaian hasil belajar telah dibahas pada materi 5. Modul Pe-
nilaian Pendidikan Kesetaraan.
3. Alat Penilaian
a. Pengukuran Pengetahuan
Alat penilaian yang digunakan dalam pengukuran ranah pengetahuan dalam pembela-
jaran daring dan kombinasi ini adalah
1) Tes, bentuk tes yang digunakan diutamakan bentuk pilihan ganda.
2) Nontest, bentuk nontes yang digunakan adalah penugasan proyek.
b. Pengukuran Keterampilan
Alat penilaian untuk mengukur ranah keterampilan dalam pembelajaran daring dan
kombinasi ini diutamakan dalam bentuk:
a) Penilaian kinerja
b) Penilaian Proyek
c) Penilaian hasil magang, digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi pada