Anda di halaman 1dari 157

PENGARUH DESENTRALISASI DAN KARAKTERISTIK

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN


TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(Studi Pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung)

THE EFFECT OF DECENTRALIZATION AND CHARACTERISTICS


OF ACCOUNTING MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS
ON MANAGERIAL PERFORMANCE
(Studi on PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung)

Oleh :
Risna Nurani
41152025150196

SKRIPSI
untuk memenuhi syarat ujuan skripsi
guna memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2019
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas langlangbuana

maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipubliskan orang lain, kecuali secara tulisan dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya

bersedia menerima sanki akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan

peraturan yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Bandung, Mei 2019

Risna Nurani

ii
PENGARUH DESENTRALISASI DAN KARAKTERISTIK
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(Studi Pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung)

THE EFFECT OF DECENTRALIZATION AND CHARACTERISTICS


OF ACCOUNTING MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS
ON MANAGERIAL PERFORMANCE
(Studi on PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung)

Oleh :
Risna Nurani
41152025150196

PROPOSAL SKRIPSI
untuk memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi
ini telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal
seperti tertera di bawah ini

Bandung, ........................................

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

(NR. Ayke Nuraliati, S.E., Ak., M.Ak., CA) (Dedy Sudarmadi, S.E., M.M)

iii
ABSTRAK

Revolusi teknologi telah melnda segala aspek kehidipan manusia. Dalam dunia
bisnis khususnya, revolusi teknologi tersebut menyebabkan perubahan yang luar
biasa dalam persaingan, pemasaran dan pengelolan sumber daya manusia.
Perusahaan dituntun untuk memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang
dimiliki agar dapat memenangkan kompetisi dalam persaingan global.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang kepada manajer yang arahnya lebih
rendah. Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang
menghasilkan output dengan menggunakan input dan berbagai proses yang
diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh Desentralisasi dan Karakteristik sistem informasi
akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial pada PT. Greentextile Utama
Indonesia II Bandung. Populasi dalam penelitia ini adalah manajer dan jajaran staff
pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung yang berjumlah 133 karyawan.
Power analysis dipergunakan dalam menentukan minimum sampel, dengan tingkat
signifikan 5% dan R2=0,25, maka sampel minimum yang diambil adalah 33
responden Manajer dan Suvervisor PT. Greentextile Utama II Bandung. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan teknik pengumpulan data
menggunakan teknik Kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 1)
Desentralisasi berpengaruh sigifikan terhadap kinerja manajerial pada PT.
Greentextile Utama Indonesia II Bandung. 2) Karakteristik sistem informasi
akuntansi manajemen yang terdiri dari broad scope, timelines, aggregation, dan
integration berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada PT.
Greentextile Utama Indonesia II Bandung.

Kata kunci : Desentralisasi, Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi


Manajemen, dan Kinerja Manajerial

iv
ABSTRACT

The technological revolution has fulfilled all aspects of human life. In the business
world in particular, the technological revolution caused extraordinary changes in
competition, marketing and management of human resources. The company is
guided to make the most of its capabilities so that it can win competition in global
competition. Decentralization is delegation of authority to managers whose
direction is lower. Management accounting information systems are information
systems that produce output using inputs and various processes needed to meet
certain management objectives. This study was conducted to determine the effect
decentralizaton and characteristics of management accounting information system
on managerial performance in PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung. The
population in this study is the manajer and staff at PT. Greentextile Utama
Indonesia II Bandung, totaling 133 employees. Power analysis is used in
determinating the minimum sampel, with significant level of 5% and R2=0,25, the
minimum sampel taken is 33 respondent Manager and Suvervisors of PT.
Greentextile Utama II Bandung. The data used in this study are primary data and
data collection technique using questionnaire techniques.The results of this study
show that 1) Decentralization has a significant effect on managerial performance
at PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung. 2) Characteristics of
management accounting information systems consisting of broad scope, timelines,
aggregation, and integration have a significant effect on managerial performance
at PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung.

Keywords: Decentralization, Characteristics of Management Accounting


Information Systems, and Managerial Performance

v
KATA PENGENTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Desentralisasi Dan Karakeristik Sistem Informasi Akuntansi

Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Pada PT. Greentextile

Utama Indonesia II).”

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi,

Universitas Langlangbuana.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini karena adanya bimbingan,

bantuan, saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati

dan rasa hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih atas

segala bantuan yang telah diberikan. dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. R. AR. Harry Anwar, S.H., M.H., selaku rektor Universitas

Langlangbuana.

2. Bapak Dr. Gun Gunawan R, S.E., Ak., MM, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Langlangbuana.

3. Bapak Dr. Wawan Hermawan, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Langlangbuana.

vi
4. Ibu Nita Kanya, S.E., M.M., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Langlangbuana.

5. Ibu Tanty Sondari, S.E., M.M., Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Langlangbuana.

6. Ibu Mirna Nurwenda, S.E., M.Si., C.A., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Langlangbuana.

7. Ibu Uswatun Hasanah, S.E., M. M., selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Langlangbuana.

8. Bapak Dr. H. R. Hidayat E, S.E., Ak., S.IP., M.M., CA., AP., sekalu Dosen

wali.

9. NR. Ayke Nuraliati, S.E., Ak., M.Ak., CA selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing penyusunan dan memberi ilmunya yang sangat berharga

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Dedy Sudarmadi, S.E., M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing penyusunan dan memberi ilmunya yang sangat berharga

11. Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan do’a yang luar biasa dan tak

pernah terhenti, memberikan motivasi, kasih sayang dan saran untuk

keberhasilan penulis yang tak pernah putus.

12. Adik tersayang Ristiawati yang selalu meberikan semangat dan doa dalam

menyelasikan skripsi ini.

13. Seluruh Pimpinan, Staf dan Karyawan di PT. Greentextile Utama Indonesia II

Bandung yang telah memberi izin untuk memberikan data dan informasi, guna

melengkapi skripsi yang penulis buat.

vii
14. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan support, bimbingan, bantuan,

hiburan, dan beriringan dalam mencari sumber penyusunan skripsi.

15. Teman-teman seperjuangan jurusan akuntansi khususnya AK-B dan AK-C

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang banyak

memberikan bantuan untuk penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan

Mohon maaf atas kesalahan dalam pembuatan skripsi ini, akhir kata semoga

Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Mei 2019

Penulis,

Risna Nurani

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ................................................................ 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian .......................................... 10
1.3.1. Maksud Penelitian.................................................. 10
1.3.2. Tujuan Penelitian ................................................... 10
1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................... 11
1.4.1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan ......................... 11
1.4.2. Pemecahan Masalah ............................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN


HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka................................................................ 13
2.1.1. Desentralisasi ......................................................... 13
2.1.1.1. Alasan-Alasan Desentralisasi ................ 14
2.1.1.2. Dampak Desentralisasi .......................... 16
2.1.1.3. Penerapan Wewenang Terdesentralisasi 17
2.1.2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen ............... 19
2.1.2.1. Tujuan Sistem informasi Akuntansi
Manajemen ............................................................. 21
2.1.2.2. Informasi Akuntansi Manajemen ........... 22
2.1.2.3. Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen ............................................................. 23
2.1.3. Kinerja Manajerial ................................................. 25

ix
2.1.3.1. Tingkatan Dan Keterampilan Manajemen
............................................................................... 26
2.1.3.2. Fungsi-Fungsi Manajemen .................... 28
2.1.3.3. Pengukuran Kinerja Manajerial ............. 32
2.2. Penelitian Sebelumnya yang Relavan ................................ 33
2.3. Kerangka Pemikiran .......................................................... 35
2.3.1. Pengaruh desentralisasi terhadap kinerja manajerial
35
2.3.2. Pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi
manajemen terhadap kinerja manajerial ................ 37
2.4. Hipotesis Penelitian ........................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian ............................................................... 41
3.2. Operasionalisasi Variabel .................................................. 44
3.3. Sumber dan Cara Pengumpulan Data ................................ 49
3.3.1. Sumber Data .......................................................... 49
3.3.2. Cara Pengumpulan Data ........................................ 50
3.4. Teknik Penentuan Data ...................................................... 51
3.4.1. Populasi .................................................................. 51
3.4.2. Sampel .......................................................................
52
3.5. Uji Validtas dan Reliabilitas .............................................. 54
3.5.1. Uji Validitas ........................................................... 55
3.5.2. Uji Reliabilitas ....................................................... 56
3.6. Teknik Analisis Data ......................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian .................................................................. 73
4.1.1. Gambaran UmumUnit Analisis ............................. 73
4.1.1.1.Visi dan Misi Perusahaan .......................... 75
2.1.3.2. 4.1.1.2. Struktur Organisasi PT. Greentextile
Indonesia Utama II Bandung ................................. 76
4.1.1.3. ... Unit-unit Kerja dan Tugas Pokok pada PT.
Greentextile Utama Indonesia II Bandung ............ 76
4.1.2. Profil Responden.................................................... 83
4.1.3. Hasil Penelitian ...................................................... 85
4.1.3.1. Hasil Analisis Deskriptif ........................... 85

x
4.1.3.1.1.Analisis Deskriptif Implementasi
Desentralisasi ............................................. 86
4.1.3.1.2.Analisis Deskriftif Implementasi
Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen ................................................. 91
4.1.3.1.3. ...... Analisis Deskriftif Implementas
Kinerja Manajerial ..................................... 97
4.1.3.2. Hasil Penelitian Verifikatif ..................... 105
4.1.3.2.1.Pengaruh Desentralisasi Dan
Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial 105
4.1.3.2.2.Evaluasi Model Pengukuran ..... 109
4.1.3.2.3.Model Pengukukuran Desentralisasi
.................................................................. 109
4.1.3.2.4. ..... Model Pengukuran Karakteristik
Sistem Informasi Akuntansi Manajemen . 111
4.1.3.2.5.Model Pengukuran Kinerja
Manajerial ................................................ 113
4.1.3.2.6.Analisis Model Struktural ......... 116
4.1.3.2.6.1.Pengujian Collienearity
................................................... 116
4.1.3.2.6.2.Evaluasi Model
Struktural ................................... 117
4.1.3.3. Uji Hipotesis ........................................... 118
4.1.3.3.1.Hasil Pengujian Hipotesis 1 ...... 119
4.1.3.3.2.Hasil Pengujian Hipotesis 2 ...... 119
4.2. Pembahasan ..................................................................... 121
4.2.1. Gambaran Unit Analisis Berdasarkan Variabel
Penelitian ............................................................. 121
4.2.2. Pembahasan Hasil Verifikatif .............................. 122
4.2.3.1.Pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja
Manajerial ............................................................ 122
4.2.3.2.Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial
............................................................................. 126

xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................... 131
5.2. Saran ..................................................................................... 132
5.2.1. Saran Operasional ........................................................ 132
5.2.2. Saran Pengembangan Ilmu .......................................... 133
DAFTAR PUSTAKA .............................. 134
LAMPIRAN .............................. 139

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya Yang Relavan ................................................. 33


Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel .................................................................... 46
Tabel 3.2. Rating Scale Skor ................................................................................. 49
Tabel 4.1. Demografi Profil Perusahaan ............................................................... 83
Tabel 4.2. Pedoman Kategori Rata-rata Skor Tanggapan Responden .................. 85
Tabel 4.3. Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia
Utama II Bandung pada Desentralisasi ................................................................. 86
Tabel 4.4. R Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II
Bandung Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Delegaion .............................87
Tabel 4.5. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Aouthority ............................................. 88
Tabel 4.6. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Responsibility ....................................... 89
Tabel 4.7. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Accountability ....................................... 89
Tabel 4.8. Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia
Utama II Bandung pada Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen . 91
Tabel 4.9.Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Broad Scope.......................................... 93
Tabel 4.10. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Timelines ............................................... 94
Tabel 4.11. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Aggregation .......................................... 95
Tabel 4.12. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Integration ............................................ 96
Tabel 4.13. Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia
Utama II Bandung pada Kinerja Manajerial ......................................................... 97
Tabel 4.14. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Forecasting ........................................... 99
Tabel 4.15. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Planning termasuk Budgeting .............. 99
Tabel 4.16. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Organizing .......................................... 100
Tabel 4.17. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Staffing ................................................ 101
Tabel 4.18. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Directing ............................................. 101

xiii
Tabel 4.19. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Leading ............................................... 102
Tabel 4.20. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Coordinating....................................... 103
Tabel 4.21. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Motivating........................................... 104
Tabel 4.22. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Directing ............................................. 104
Tabel 4.23. Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Reporting ............................................ 105
Tabel 4.24.Hasil Perhitungan Nilai-Nilai Loading Factor ................................. 107
Tabel 4.25. Hasil Perhitungan Model Pengukuran Desentralisasi ...................... 110
Tabel 4.26. Cross Loading (Konstruk Desentralisasi) ........................................ 111
Tabel 4.27. Hasil Perhitunga Model Pengukuran Karakteristik Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen ........................................................................................ 112
Tabel 4.28. Cross Loading (Konstruk Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen)......................................................................................................... 113
Tabel 4.29.Hasil Perhitungan Model Pengukuran Kinerja Manajerial ............... 114
Tabel 4.30. Cross Loading (Konstruk Kinerja Manajerial) ................................ 116
Tabel 4.31. Penliaian Collinearity ...................................................................... 117
Tabel 4.32. Hasil Pengujian Hipotesisi ............................................................... 119

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model operasi sistem informasi akuntansi manajemen.................... 21


Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 39
Gambar 3.1. Tabel rekomendasi ukuran sampel PLS untuk kekuatan statistik 80%
............................................................................................................................... 54
Gambar 3.2. Contoh variabel laten dan variabel observed ................................... 60
Gambar 3.3. Diagram Jalur ................................................................................... 65
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung 76
Gambar 4.2. Diagram Jalur Loading factor ........................................................ 108
Gambar 4.3. Diagram Jalur Desentralisasi .......................................................... 110
Gambar 4.4. Diagram Jalur Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
............................................................................................................................. 112
Gambar 4.5. Diagram Jalur Kinerja Manajerial .................................................. 114
Gambar 4.6. Koefesien-Koefesien Standardized Model Struktural .................... 118

xv
DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 Tabulasi Data Kuesioner Desentralisasi ............................................... 1


Lampiran 2 Tabulasi Data Kuesioner Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen .............................................................................................................. 2
Lampiran 3 Tabulasi Data Kuesioner Kinerja Manajerial ...................................... 3
Lampiran 4 Construct Validity And Reliability....................................................... 4
Lampiran 5 Matriks Average Variance Extracted (Ave)......................................... 4
Lampiran 6 Cronbach’s Alpha ................................................................................ 5
Lampiran 7 Composite Reliability .......................................................................... 5
Lampiran 8 Discriminant Validity .......................................................................... 6
Lampiran 9 Loading Factor .................................................................................... 6
Lampiran 10 R Square ............................................................................................ 7
Lampiran 11 F Square ............................................................................................ 8
Lampiran 12 Total Effect ........................................................................................ 9
Lampiran 13 Outer Loading ................................................................................... 9
Lampiran 14 Kuesioner ......................................................................................... 10
Lampiran 15 Surat Dan Buku Bimbingan Skripsi ................................................ 15
Lampiran 16 Daftar Riwayat Hidup ...................................................................... 24

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja bersama dalam satu

struktur untuk mencapai tujuan bersama. Manajer dan karyawan merupakan pihak

yang sangat bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran serta target

organisasi baik secara individual atau bahkan secara kelompok. Kinerja manajer

dan kinerja karyawan sangat menentukan dalam keberhasilah organisasi tersebut

baik secara official maupun operative. Untuk mengukur seberapa besar dapat

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan merupakan aspek yang paling

utama dan penting dalam kinerja manajerial dan karyawan (Silalahi, 2015:408).

Umumnya, tujuan didirikannya sebuah perusahaan yaitu untuk menciptakan

dan menghasilkan kekayaan. Untuk mencapai dan menghasilkan kekayaan tersebut

perusahaan harus memiliki produk yang dapat dijual kepada masyarakat, sebagai

sumber pendapatan untuk perusahaan dan produk tersebut dapat berupa produk non

fisik (jasa) atau bahan mentah atau barang jadi yang siap dikonsumsi. Untuk

menghasilkan sebuah produk perusahaan memerlukan berbagai sumber daya yang

saling melengkapi dan menunjang, antara lain sumber daya manusia, sumber daya

modal dan sumberdaya lainnya. Semua sumber daya yang dimiliki diperusahaan

dikelola oleh tenaga profesional yang disebut dengan manajer atau exsekutif

perusahaan (Rudianto, 2013:186).

1
2

Pada dasarnya, kinerja merupakan hasil kerja secara total dan berkualitas

yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang telah diberikan. Tanggapan atau komentar yang diberikan oleh

mitra kerja merupakan salah satu sasaran informasi yang digunakan oleh karyawan

untuk mengetahui hasil kinerjanya. Namun, penilaian kinerja yang mengacu pada

suatu sistem informasi yang terstruktur, menilai, dan memengaruhi sifat, berkaitan

dengan pekerjaan, prilaku, dan hasil kerja serta termasuk absensi. Untuk

mengetahui seberapa ptoduktif seorang karyawan dan apakah mampu bekerja sama

atau lebih efektif dimasa yang akan datang merupakan fokus dari pnilain kinerja.

Salah satu hal terpenting dalam akuntansi manajemen adalah pengukuran kinerja

manajer. Dari hasil pengukuran tersebut akan menjadi input (masukan) untuk

mengevaluasi kinerja manajerial dan hasilnya akan dipergunakan sebagai dasar

untuk menentukan apakah manajer tersebut akan mendapatkan pernghargaan atau

hukuman (Sodikin et al, 2017:130).

Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh dengan cara instan, namun

harus dilakukan dengan kerja keras dan disiplin yang tinggi, baik secara jangka

pendek ataupun jangka panjang. Suatu kinerja yang sinergis tidak akan berjalan

maksimal jika pihak pemegang saham atau para komisaris perusahaan hanya

bertugas menerima keuntungan tanpa meperdulikan berbagai persoalan internal dan

external yang terjadi diperusahaan, dalam konteks manajemen moderen seperti saat

ini (Fahmi, 2016:176).


3

Fenomena mengenai kinerja manajerial yang dikutip dari Syahri (2018)

yang mengatakan bahwa di PT. Jusindo Sumber Perkasa membenarkan adanya

hukuman bari para karyawan jika tidak mencapai yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Menurutnya para karyawan tidak dapat mencapai target bisa terjadi

karena berbagai faktor diantaranya, target yang ditetapkan oleh perusahaan terlalu

tinggi, kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawan,

dan penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan kompetensinya.

Selanjutnya fenomena mengenai kinerja manajerial yang penulis kutip dari

Sukamdani (2018) yaitu mengenai ketidak setujuan para pengusaha mengenai

kebijakan pemerintah yang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pasalnya, tunjangan yang diberikan tidak seiring

dengan perbaikan layanan yang diberikan oleh para abdi neraga tersebut. Ketua

Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Jika pemerintah ingin memberikan

tunjangan kepada PNS, maka harus melihat dulu kinerja yang telah dicapai selama

ini. Sebab kinerja yang ditunjukan PNS selama ini masih jauh dari yang dihaparkan

oleh masyarakat.

Kemudian fenomena selanjutnya Alexander (2018) mengungkapkan bahwa

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII menghentikan sementara operasional

perusahaan, termasuk di antaranya lima pabrik kelapa sawit yang ada di Kalimantan

Barat. Dalam beberapa tahun ke belakang, PTPN XIII mencatatkan kinerja yang

terus memburuk.

Fenomena lain kinerja manajerial yang dikutip dari Diah (2018),

mengungkapkan bahwa tiga orang buruh dipecat secara sepihak (PHK) oleh
4

perusahaan garmen PT Shinhwa Bumi. Pemecatan dilakukan tanpa didahului surat

peringatan (SP) selain itu surat kontrak kerja selama setahun milik dia juga

disimpan perusahaan. Dia mengakui selama bekerja di PT Shinhwa Bumi terkait

upah gaji tidak ada kendala. Malah, sesuai dengan UMR dan tepat waktu. Meskipun

begitu, memang terkadang apabila tidak tercapai target diberlakukan lembur selama

dua-tiga jam tapi tanpa dibayar.

Sebagai respon terhadap ketatnya tekanan persaingan saat ini, banyak

perusahaan mengubah cara mengoprasikan usahanya. Akuntansi

pertanggungjawaban merupakan salah satu sistem yang dikembangkan oleh

perusahaan, yang pada sistem ini terjadi pemisahan yang jelas dan tegas antara

wewenang dan tanggungjawab diantara pusat-pusat pertanggungjawabannya.

Pembentukan wewenang dan tanggungjawab secara normal dapat timbul sebagai

konsukuensi alami dari fungsi manajemen (Salman dan Farid, 2016:104).

Umumnya, perusahaan diatur berdasarkan lini pertanggungjawaban. Bagan

organisasi tradisonal mengilustrasikan arus pertanggungjawaban dari direktur

utama ke direktur kemudian turun ke manajer tingkat atas kemudian ke manajer

tingkat menengah dan selanjutnya ke manajer tingkat yang lebih rendah lagi.

Sebagian perusahaan pada saat ini menggunakan hirarki mendatar yang lebih

menekankan kepada kerja tim. Struktur perusahaan tersebut sesuai dengan sistem

desentralisasi. Idealnya, sistem desentralisasi mencerminkan dukungan struktur

organisasi (Hansen dan Mowen, 2017:689).

Akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dari struktur organisasi

perusahaan. Wewenang dan tanggungjawab setiap divisi dapat dilihat dari stuktur
5

organisasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki struktur organisasi yang

sederhana, maka manajemen puncak mudah untuk melakukan pengendalin dan

evaluasi kinerja manajer yang diberi wewenang untuk mengelola anak perusahaan,

cabang atau divisi yang menerapkan sisten pertanggungjawaban atau desentralisasi

dan begitupun sebaliknya (Prawiranegoro dan Purwanti, 2013:203).

Manajer pusat pertanggungjawaban apapun hanya diukur kinerjanya saja,

dievaluasi keberhasilannya, dan diberi pernghargaan atau diberi hukuman apabila

melakukan kesalahan setelah diberi wewenang untuk mengambil keputusan. Pada

prinsipnya, seorang manajer pusat pertanggungjawaban hanya dimiliki jika terdapat

pendelegasian wewenang dari manajeremen puncakn. Pendelegasian wewenang

seperti itu disebut dengn desentralisasi. Pendelegasian ini bukanlah tanpa alasan,

desentralisai dilakukan karena terdapat kebutuhan agar para manajer pusat

pertanggungjawaban lebih responsif terhadap perubahan lingkungan masing-

masing (Sodikin, 2015:234).

Fenomena mengenai desentralisai yang dikutip dari Suryatmiko (2018)

mengenai penetapan status tersangka pada gubernur Aceh Irwadi Yusuf dan Bupati

Kabupaten Bener Meriah Rahmadi, yang menambah panjang deretan kepala derah

yang harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Desentralisasi yang sedemikian besar itu bisa menciptakan ladang korupsi yang

semakin luas karena tidak dibarengi dengan pengawasan yang kuat. Menurutnya,

sumber daya APIP (Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah) belum memiliki

kapasitas untuk mengawasi pelaksanaan pemerintah secara ketat.


6

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristianto dan Setiawan (2018)

yang meneliti mengenai keterpengaruhi kinerja manajerial oleh ketidak pastian

lingkungan dan desentralisasi (studi pada usaha ritel Lawson, Jakarta). Menunjukan

bahwa penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa sistem akuntansi manajemen

memediasi efek ketidak pastian lingkungan pada kinerja manajerial dan

desentralisasi secara langsung mempengaruhi kinerja manajerial tanpa mediasi.

Dalam setiap perusahaan bisnis, transaksi dan peristiwa ekonomi

berlangsung setiap hari baik transaksi penjualan, pembelian, pengeluaran dan

penerimaan kas, serta akusisi aset. Peristiwa tersebut timbul dari keputusan dan

tindakan manajemen, dan berdampak pada efesiensi operasional dan posisi

perusahaan. Sebagian besar transaksi dan peristiwa yang terjadi memiliki nilai uang

atau dapat diukur dan dinyatakan dalam nilai uang, karena memengaruhi operasi

dan posisi perusahaan maka perlu diukur, dicatat, dianalisis dan dilaporkan kepada

manajemen, sehingga manajemen dapat mengevaluasi perngaruh transaksi yang

terjadi pada perusahaan (Salman dan Farid, 2016:5).

Informaasi (information) merupakan data yang mengandung arti. Data

merupakan fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda, isyarat, suara, atau

bunyi yang mempersatukan suatu keadaan yang kemudian digunakan sebagai

masukan dala sisitem informasi. Untuk melaksanakan proses manajer seperti

perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan informasi sangat

diperlukan oleh manajer. Informasi tersebut dihasilkan oleh sistem informasi

akuntansi manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen berjalan melalui

proses yang berkenlanjutan tanpa henti. Tahap awal dimulai dari input data, lalu
7

kemudian memproses data, dan akhirnya menghasilkan laporan. Dalam mengambil

keputusan, manajer hasrus didasarkan oleh informasi yang disajikan dalam

laporan. Setelah informasi digunakan untuk pengambilan keputusan, manajer

mendapatkan umpan balik (feedback), adalah informasi mengenai seberapa baik

keputusan yang dijalankan dan apa tindakan korektif yang dibutuhkan. Infomasi

yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau mengkoreksi pelaksanaan

merupakan umpan balik yang dimaksud disini. Untuk memperbaiki tahapan proses

pengambilan keputusan selanjutnya dapat juga mempergunakan umpan balik

tersebut (Siregar et al, 2013:5).

Sistem informasi akuntansi manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria

formal yang menjelaskan sifat dari masukan, proses, dan bahkan keluaran. Kriteria

tersebut fleksibel dan lebih berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai oleh

manajemen. Dengan meningkatan kualitas, menghemat biaya produksi dan

mengurangi pemborosan merupakan salah satu perbaikan yang berkelanjutan yang

dilakukan oleh perusahhan dalam mencari cara untuk meningkatkan efesiensi dan

produktifitas aktifitas perusahaan secara keseluruhan (Hery, 2014:2).

Menurut Hansen dan Mowen (2013:3) mengungkapkan bahwa, terdapat tiga

tujuan utama dalam sistem informasi akuntansi manajemen yaitu sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi untuk perhitungan biaya jasa, produk, atau objek

lainnya yang ditentukan oleh manajemen.

2) Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian,

dan perbaikan berkelanjutan.

3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.


8

Ketiga tujuan tersebut menunjukan bahwa para manajer dan para pengguna

lainnya perlu memiliki akses dan mengetahui cara menggunakan informasi

akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen ini juga dapat membantu

dalam mengindentifikasi dan menyelesaikan masalah, serta mengevaluasi kinerja.

Informasi akuntansi digunakan dalam semua tahapan manajemen, termasuk

perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Selain itu, kebutuhan atas

informasi ini tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi juga

pada perusahaan perdagangan, perusahaan jasa dan perusahaan nirlaba.

Fenomena mengenai sistem informasi akuntansi manajemen yang dikutip

dari Aryanto (2016) menyatakan bahwa, bursa efek indoenasi telah memberikan

peringatan tertulis III dan denda Rp. 150 juta kepada perusahaan yang tercatat

terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 desember 2015

dan belum membayar denda atas keterlambatan penyempaian laporan keuangan.

Bursa melakukan suspensi apabila mulai hari ke-91 sejak berakhirnya batas waktu

penyampaian laporan keuangan perusahaan, tercatat tidak memenuhi kewajiban

tersebut. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 18 emiten yang belum

menyampaikan laporan keuangan auditan interim 30 September 2015 dan juga

belum membayar denda.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Melasari da Handayani (2018) yang

meneliti mengenai pengaruh desentralisasi dan karakteristik sistem informasi

akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial (studi pada UMKM Batik

Kampung Lawayen Surakarta). Sampel yang dipergunakan berjumlah 32 manajer

dengan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
9

Menunjukan hasil dari uji f bahwa desentralisasi dan karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

manajerial. Sedangkan hasil dari uji t menunjukan bahwa variabel desentralisasi

dan karakterisik sistem informasi akuntansi manajemen memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja manajerial

Berdasarkan penjelasan latar belakang penelitian diatas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan mengambil pokok bahasan:

“Pengaruh Desentrasilasi Dan Karakteristik Sistem Informasi

Akuntansi Manajemen Terhadpap Kinerja Manajerial Studi Pada PT

Greentextile Utama Indonesia II.”

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukan diatas, maka

perlu adanya batasan ruang lingkup untuk mempermudah permasalahan. Dalam

penelitian ini penulis merumuskan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan,

yaitu:

1) Seberapa besar pengaruh antara desentralisasi terhadap kinerja manajerial ?

2) Seberapa besar pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

terhadap kinerja manajerial ?


10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:38) yang menjelaskan mengenai maksud

penelitian sebagai berikut:

“Maksud penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dikembangkan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mnguji variabel-variabel

desentralisasi dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen terhdap

kinerja manajerial di PT. Greentextile Utaman Indonesia II Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Menurut Indrawan dan Yunawati (2014:38) yang menjelaskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

“Tujuan penelitian adalah capaian akhir yang ingin diraih oleh penelitian

setalah menyelesaikan suatu proses penelitian.”

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka dapat

disimpukan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara desentralisasi terhadap

kinerja manajerial pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung.

2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara karakteristik sistem

akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial pada PT. Greentextile

Utama Indonesia II Bandung.


11

1.4. Kegunaan Penelitian

Menurut Muliawan (2014:126) manfaat atau kegunaan penelitian adalah

sebagai berikut :

“Kegunaan penelitian adalah tujuan penelitian dari sudut pandang peneliti

sebagai manusia. Dengan kata lain tujuan penelitian bersifat subjektif.”

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

khususnya pada bahasan akuntansi manajemen.

1.4.1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Menurut Noor (2017:20) mengungkapkan bahwa tugas pengembangan dari

dilaksanakannya sebuah penelitian untuk untuk mengembangkandan

memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Kemudian dalam pengembangan

penelitian juga berguna untuk mengembangkan objek penelitian agar objek tersebut

memiliki kualitas yang lebih baik.

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna oleh berbagai

pihak yang berkepentingan agar dapat menambah pengetahuan, wawasan yang baru

serta dapat memberikan manfaat berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan

pemecahan masalah.

1.4.2. Pemecahan Masalah

Menurut Pribadi (2016:135) menjelaskan bahwa, metode pemecahan

masalah adalah sebuah objek yang bertujuan melatih peneliti agar memiliki
12

kemampuan dalam menentukan solusi yang diperlukan dalam mengatasi masalah

yang ada.

Dari hasil penelitian ini diharapkan data yang telah tersaji dapat

dipergunakan sebagai informasi dan masukan bagi perusahaan sehingga dapat

menentukan kebijakan selanjutnya yang berhubungan dengan desentralisasi,

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen dan kinerja manajerial.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Desentralisasi

Menurut Salman dan Farid (2016:104) mendefinisikan desentralisasi

sebagai berikut:

Organisasi yang terdesentralisasi adalah organisasi yang pengambilan


keputusannnya tidak hanya atau mutlak diserahkan kepada beberapa
eksekutif puncak saja, tetapi juga disebarkan kemanajemen pada berbagai
tingkatan sehingga manajemen pada tingkat yang lebih rendah dapat
mengambil beberapa keputusan penting yang berhubungan dengan lingkup
tanggungjawab mereka.

Kemudian Prawironegoro dan Purwanti (2013:233) menjelaskan bahwa

desentralisasi sebagai berikut:

“Desentrallisasi adalah pendelegasian atau pelimpahan wewenang untuk

mengambil keputusan dalam mengelola suatu organisasi, baik organisasi,

bisnis maupun organisasi pemerintahan.”

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2017:698) mendefinisikan

desentralisasi sebagai berikut:

“Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan

keputusan kepada manajemen dengan tingkatan yang lebih rendah didalam

sebuah perusahaan.”

13
14

Lebih lanjut Sodikin (2015:234) mengungkapkan desentralisasi sebagai

berikut:

“Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang kepada manajer yang

arahnya lebih rendah.”

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa desentralisasi

merupakan penyerahan atau pelimpahan wewenang kekuasaan yang dilakukan oleh

mannajemen puncak kepada manajemen yang lebih rendah dalam pengambilan

keputusan dalam sebuah perusahaan.

Kebanyakan perusahaan saat ini memilih berada diantara kedua ujung

rentang desentralisasi dan sentralisasi, dengan mayoritas cenderung kearah

desentralisasi. Dalam desentralisasi, pengambilan keputusan dapat diambil oleh

manajer atau karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Wewenang dalam bidang:

mengelola investasi, mencari laba, efesiensi biaya, dan wewenang dalam

meningkatkan penjualan merupakan wewenang umum yang sering diberikan oleh

manajemen puncak dan pemilik perusahaan (Salman dan Farid, 2016:104).

2.1.1.1. Alasan-Alasan Desentralisasi

Menurut Salman dan Farid (2016:105) mengungkapkan bahwa, pelaporan

segmental diperlukan dalam desentralisasi yang efektif. Setiap segmen

membutuhkan laporan sebagai tambahan pada pelaporan laba rugi perusahaan

secara keseluruhan. Banyak alasan mengapa manajemen menerapkan sistem

desentralisasi pada perusahaannya yaitu sebagai berikut:


15

1) Kemudahan terhadap pengumpulan dan pemanfaatan informasi lokal.


Kualitas keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia. Ketika
ukuran perusahaan yang mengalami pertumbuhan dan perusahaan beroprasi pada
wilayah dan pasar yang berbeda dan semakin luas, maka manajemen pusat
mungkin tidak akan memahami kondisi-kondisi lokal ditempat perusahaan.
Sebaliknya, manajemen pada jenjang yang lebih rendah mempunyai akses kepada
informasi, karena selama ini memang langsung terjun dan menangani persoalan
perusahaan xecara langsung. Akibatnya, manajer lokal mempunyai keunggulan
dalam membuat keputusan yang lebih baik.
2) Fokus manajemen pusat.
Dengan mendesentralisasikan sebagian keputusan operasinya, manajemen
pusat lebih fokus pada upaya perumusan rencana dan pengambilan keputusan
strategis. Manajemen pusat lebih menekankan pada aspek kelangsungan operasi
jangka panjang dibandingkan aktifitas operasi sehari-hari atau jangka pendek.
3) Melatih dan memotivasi manajer
Sistem desentralisasi memberikan dampak positif bagi manajer agar lebih
termotivasi dan terlatih. Perusahaan selalu membutuhkan manajer yang terlatih
untuk menggantikan manajer pada jenjang yang lebih tinggi. Manajer yang
dipromosikan adalah manajer yang menghasilkan keputusan terbaik. Manajer yang
menerima tanggungjawab yang lebih besar akan mampu memberikan keputusan
kerja yang lebih tinggi dan memotivasi untuk menjadi lebih baik. Dengan adanya
desentralisasi, inidiatif dan kreatifitas yang lebih tinggi dari manajemen level
rendah akan muncul.
4) Meningkatkan daya saing.
Pada perusahaan yang tersentralisasi, marjin laba secara keseluruhan mampu
menutupi ketidak efisienan berbagai divisi. Johnson dan Kaplan (1991)
mengungkapkan bahwa perusahaan yang tersentralisasi mempunyai dua hambatan
utama yaitu kompleksitas dan ketidak pedulian manajemen terhadap sasaran
pemilik (pemegang saham). Pada tahun 1920-an, perusahaan mengembangkan
sistem desentralisasi karena mempunyai dua hambatan tersebut. Keberhasilan
perusahaan yang menerapkan desentralisasi tergantung pada sistem akuntasi
manajemen yang dapat melakukab tigaa tugas yaitu:
(1) Memberikan insentif laba yang kaut bagi manajer,
(2) Melakukan audit internal untuk mengetahui kinerja divisi atau bagian
penyebabnya,
(3) Mengembangkan prosedur monitoring dan pengukuran untuk membantu
mengalokasikan aliran kas dan mengukur efektifitas penggunaan modal.
Dalam menerapkan tiga tugas ini dalam sistem desentralisasi, diharapkan
perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya diindustri tempat perusahaan
berada.
16

2.1.1.2. Dampak Desentralisasi

Menurut Sodikin (2015:234) mengungkapkan bahwa , desentralisasi

mempunyai keunggulan dan kelemahan bagi perusahaan yang melaksanakannya.

A) Keunggulan Desentralisasi

Menurut Sodikin (2015:234) mengungkapkan bahwa keunggulan-

keunggulan yang mungkin diperoleh dari desentralisasi adalah sebagai berikut:

(a) Keputusan operasi menjadi lebih cepat karena dilakukan oleh manajer
pelaksan,
(b) Kualitas keputusan menjadi lebih baik karena diambil oleh orang yang paling
mengetahui keadaan,
(c) Manajemen terus dapat lebih berkonsentrasi pada isu-isu kebijakan dan
perencanaan strategik karena keputusan-keputusan harian dilakukan oleh
manajer pelaksan,
(d) Nenotivasi manajer pelaksan untuk mencapai tujuan perusahaan karena
manajer pelaksan yang diberikan kebebasan mengambil keputusan terkait
dengan akibat dari keputusannya,
(e) Kaderisasi bagi para manajer pelaksana untuk mengelola seluruh aspek fungsi
mereka masing-masing,
(f) Menyediakan alat yang baik bagi manajemen terus untuk menilai potensi para
manajer pelaksan untuk naik ke jenjang manajemen lebih tinggi.

B) Kelemahan Desentralisasi

Menurut Sodikin (2015:235) menyungkapkan bahwa, desentralisasi juga

memiliki kelemahan yaitu sebagi berikut:

(a) Jika manajer pusat pertanggungjawaban tidak kompeten, desentralisasi


menyebabkan manajer tersebut tidak dapat dengan baik mengendalikan operasi
sesuai dengan kebijakan perusahaan.
(b) Diperusahaan-perusahaan besar, sulit mengukur kinerja seluruh pusat
pertanggungjawaban dengan sistem pengukuran yang sama. Sistem ini
meliputi periode pelaporan, metode-metode pelaporan, dan konsistensi
pengumpulan data.
(c) Desentralisasi mungkin menmbulkan suboptimization, yaitu keuntungan pusat
pertanggungjawaban tertentu yang merugikan perusahaan secara keseluruhan.
17

C) Cara menanggulangi kelemahan Desentralisasi

Terdapat beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

kelemahan-kelemahan desentralisasi, yaitu sebagai berikut:

(a) Sebagian keputusan saja yang didesentralisasikan


Tidak semua keputusan didesentralisasikan dan bahkan keputusan-keputusan
strategis tentu harus diputuskan. Sebagai contoh segala keputusan menyangkut
pertanggungjawaban asuransi yang menyangkut perusahaan secara keseluruhan
haruslah dilakukan pada tingkatan pusat atau korporat.
(b) Desentralisasi berdasarkan daerah (geographical desentralization).
Dalam perusahaan yang melakukan desentralisasi berdasarkan daerah,
manajemen puncak mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajemen
tingkat yang lebih rendah berdasarkan geografis.
(c) Desentralisasi berdasarkan laba (profit decentralization).
Dalam perusahaan yang mendelegasikan berdasarkan pusat laba, manajemen
puncak mendelegasikan wewenang kepada manajemen tingkat yang lebih
rendah berdasarkan pusat laba. Proses pembentukan unit perusahaan sebagai
pusat laba ini disebut dengan divisisionalitation. Senaljutnya dalam setiap pusat
laba pendelegasian wewenang dilakukan atas dasar fungsi.

2.1.1.3. Penerapan Wewenang Terdesentralisasi

Menurut Simamora (Nurmala, 2017) terdapat empat isilah kunci dalam

penerapan wewenang terdesentralisasi dan merupakan dimensi desentralisasi dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1) Delegasi

Delegas (delegation) adalah pembagian kebawah penugasan-penugasan dan

kekuasaan pengambilan keputusan terkait kepada manajer-manajer didalam sebuah

organisasi. Otoritas dan tanggung jawab hendaknya sejajar karena tidaklah masuk

akal meminta seorang manajer atas apa yang tidak berwenang terhadapnya. Selain

itu, tanggung jawab tidak pernah didelegasikan karena tanggungjawab akhir atas

aktivitas tugas yang dibebankan terletak pada manajer yang mendelegasikan


18

otoritas kepadanya. Dia harus memastikan bahwa manajer bawahnya menunaikan

tugas secara efesien dan efektif.

2) Wewenang

Wewenang/Otoritas (authority) merupakan hak untuk membuat keputusan-

keputusan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang diemban. Wewenang yang

benar-benar terpusat dianggap sudah usang karena ukuran dan kompleksitas

sebagaian besar organisasi bisnis. Manajer puncak tidaj mempunyai kecakapan,

informasi atau waktu untuk mengambil keputusan-keputusan yang luas

menyangkut masalah-masalah personalia, produksi, pemasaran, dan keuangan

secara benar dan tepat waktu. Akibatnya sebagian besar perusahaan telah menganut

beberapa bentuk wewenang terdesentralisasi yang selaras dengan kondisi-kondisi

internal dan ekternal mereka.

3) Tanggung Jawab

Tanggung jawab (responsibility) adalah kewajiban manajer untuk menerima

otoritas untuk mencapaian hasil yang dikehendaki.

4) Akuntabilitas

Akuntabilitas/Pertanggungjawaban (accountability) mengacu kepada

ukuran seberapa baik pencapaian hasil-hasil, dalam hal ini dipenuhi melalui laporan

kinerja berkala yang memperlihatkan kepada manajer yang mendelegasikan

wewenang mengenai apa yang terjadi.


19

2.1.2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Menurut Salman dan Farid (2016:104) menjelaskan mengenai sistem

informasi akuntansi manajemen sebagai berikut:

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang


menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan
berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu
manajemen.

Kemudian menurut Hansen dan Mowen (2013:4) mengungkapkan bahwa

sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses yang dideskripsikan


oleh aktivitas-aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan,
analisis, pelaporan, dan pengelolaan informasi mengenai peristiwa ekonomi
diproses untuk menghasilkan keluaran (output) yang memenuhi tujuan
sistem tersebut.

Lalu Herry (2014:2) menjelaskan sistem informasi akuntansi manajemen

sebagai berikut:

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang


menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan
melewati berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
spesifikasi manajemen.

Selanjutnya Siregar et al (2013) mendefinisikan sistem informasi akuntansi

manajemen adalah sebagai berikut:

“Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang

mentranformasikan input dengan menggunakan proses untuk menghasilkan

output yang dibutuhkan untuk mendukungbpengambilan keputusan “


20

Sedangkan menurut Handoko (Melasari dan Handayani, 2018:3) yang

mengungkpkan pengertian sistem informasi akuntansi manajemen adalah sebagai

berikut:

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah suatu mekanisme kontrol


organisasi, serta merupakan alat yang cukup efektif didalam menyediakan
informasi yang bermanfaat guna memprediksi konsekuensi yang mungkin
terjadi dari aktivitas yang biasa dilakukan.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen merupakan sistem informasi yang mengelola input

dan diproses sehingga menghasilkan output untuk mendukung pengembilan

keputusan yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan

tujuan perusahaan.

Siste informasi akuntansi manajemen (management accounting information

system) menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

tujuan manajemen tertentu. Menurut Siregar dkk (2013:5) mengungkapkan bahwa,

terdapat tiga kata penting dalam pengertian sistem informasi akuntansi manajemen

yaitu sebagai berikut:

1) Input
Input adalah data yang direkam dari peristiwa ekonomi yang terjadi
diperusahaan, contoh dari data yang diinput kedalam sistem informasi
akuntansi manajemen adalah jenis bahan, harga bahan, tarif upah, jam kerja,
jam lembur, jem mesin, pemakaian listrik, dan harga jual.
2) Proses
Proses adalah pengubahan data menjadi informasi. Contoh dari proses ini
adalah mengidentifikasi, mengukur, mengkumulasi, Menganalisis, dan
melaporkan. Proses dapat dilakukan baik secara manual maupun menggunakan
komputer.
3) Output
Output adalah infomasi yang dituangkan dalam laporan yang dihasilkan oleh
sistem informasi akuntansi manaemen. Contoh dari ouput laporan, seperi
21

laporan biaya produksi, laporan biaya aktivitas, laporan biaya departemen,


laporan biaya pembelian, laporan pemakaian bahan, laporan jam kerja
karyawan, laporan produksi, laporan gaji, laporan penjualan, dan lapotan
knerja.

Pengumpulan Laporan Khusus


Pengukuran Biaya Produksi
Penyimpanan Biaya Pelanggan
Analisis Anggaran
Kegiatan Ekonomi Pelaporan Laporan Kinerja
pengalokasian Komunikasi Pribadi
Masukan Proses Kaluaran

Pengguna

Gambar 2.1.
Model operasi sistem informasi akuntansi manajemen
(Sumber Hansen dan Mowen, 2013)

2.1.2.1.Tujuan Sistem informasi Akuntansi Manajemen

Menurut Syahrijal (2017:1) menjelaskan sistem informasi akuntansi

manajemen memiliki tiga tujuan umum yaitu sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi untuk perhitungan produk, jasa atau objek lainnya


yang dibutuhkan oleh mananjemen. Dalam hal ini manajemen diharapkan
memenuhi perhitungan biaya produk, jasa dan objek lainnya dengan tepat dan
akurat. Selain itu penelusuran biaya dan ukuran non keuangan bagi kinerja dari
waktu ke waktu.
2) Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian,
dan perbaikan berkelanjutan (continous improvement). Dalam hal ini para
manajer, eksekutif dan pekerja membutuhkan sebuah informasi yang dapat
mengidentifikasi berbagai masalah, seperti kelebihan dan kekurangan biaya
yang dianggarkan. Setelah masalah diketahui tindakan untuk mengidentifikasi
dan mengimplementasikan solusinya dapat diambil. Solusi yang diambil
bertujuan dengan komitmen perbaikan berkelanjutan. Perbaikan berkelanjutan
berarti mencari cara untuk meningkatkan efesiensi dan produktivitas dari
22

aktivitas dengan mengurangi pemborosan, meningkatkan kualitas, dan


mengurangi biaya.
3) Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Penganbilan keputusan
disini berkaitan dengan dua tujuan utama perusahaan misalnya, informasi biaya
produk, proses pelanggan, dan objek lainnya menjadi perhatian serius bagi
manajemen dan dalam hal ini mengidentifikasi masalah serta melalukan
alternatif solusinya.

2.1.2.2.Informasi Akuntansi Manajemen

Menurut Salman dan Farid (2016:9) mengungkapkan bahwa, informasi

akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal yaitu, objek informasi

(produk, departemen, aktivitas), alternatif yang akan dipilih, dan wewenang

manajer. Oleh karena itu, informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe

informasi yaitu sebagai berikut:

1) Informasi akuntansi penuh (Fullaccounting information)


Informasi akuntansi penuh mencakup informasi masa lalu maupun informasi
masa yang akan datang. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa
lalu, bermanfaat untuk pelaporan informasi keuangan kepada manajer puncak
dan pihak luar perusahaan, analisis menghasilkan laba, menjawab pernyataan
“berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi perusahaan?”, dan
pemenuhan harga jual. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa
yang akan datang bermanfaat untuk, penyusunan rencana atau program,
penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer internal, dan penentuan
harga jual yang diatur oleh pemerintah.
2) Informasi akuntansi diferensial (Differential accounting information)
Informasi akuntansi difrensial adalah taksiran perbedaan aktiva, pendapatan,
dan atau biaya dalam alternatif tindakan yang lain. Informasi ini memiliki dua
unsur pokok yaitu, informasi masa yang akan datang dan informasi yang
berbeda antara alternatif yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Infromasi
akuntansi jenis ini juga bisa diisttilahkan dengan informasi akuntasi variabel
(variable accounting information).
3) Informasi akuntansi pertanggungjawaban (Respontability accounting
information)
Informasi akuntasi pertanggungjawaban adalah informasi aktiva, pendapatan,
dan atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab atas
pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi ini merupakan informasi yang
penting dalam proses pengendalian manajemen, kerena informasi tersebut
23

menekankan pada hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang


bertanggungjawab terhadap perrencanaan dan pelaksanaan. Informasi
akuntansi pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk
menganalisis kinerja manajer dan juga untuk memotivasi para manajer dalam
melaksanaan rencana mereka yang dituangkan dalam anggaran. Pusat
pertanggungkjawaban terbagi menjadi pusat biaya (cost center), pusat
pendapatan (revenue center), pusat laba (profit center), dan pusat investasi
(invesment center).

2.1.2.3.Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Chanhell dan Morris (Handayani

dan Hariyati, 2014) menemukan bukti empiris mengenai karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat menurut persepsi para manajer

yaitu broad scope, timelines, aggregation, dan integration. Kriteria umum

mengenai karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang baik dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Broad Scope

Sistem informasi akuntansi manajemen yang bersifat broad scope adalah

infromasi yang memperhatikan focus, kuantifikasi, dan time horizon (faktor

ekonomi, teknologi, dan pasar). Informasi yang bersifat luas dibutuhkaan sangat

dibutuhkan oleh manajer. Oleh sebab itu, informasi yang memiliki karakteristik

broad scope sangat dibutuhkan oleh manajer. Informasi yang berasal dari dalam

dan luar peruasahaan dimiliki oleh dimensi fokus, infomasi keuangan atau non

keuangan berkaitan dengan simensi kuantifikasi, dan estimasi peristiwa yang akan

terjadi dimasa yang akan datang berkaitan dengan dimensi waktu atau time

horizon.
24

2) Timelines

Timelines menyatakan ketepatan waktu dalam memperoleh informasi

mengenai suatu kejadian. Frekuensi pelaporan dan kecepatan pelaporan

merupakan dimensi dari timelines. Seberapa sering informasi disediakan untuk

manajer berkaitan dengan dimensi frekuensi pelporan, sedangkan keceptan

pelaporan berkaitan dengan tenggang waktu antara kebutuhan informasi dengan

tersedianya informasi. Informasi yang tepat waktu dapat mempengaruhi

kemampuan manajer dalam merespon suatu peristiwa atau permasalahan yang ada.

Untuk menghadapi ketidak pastian lingkungan yang terjadi didalam perusahaan

manajer juga didukung oleh informasi ini.

3) Aggregation

Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas akan tetapi tetap

mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi menurut

fungsi, periode waktu, dan model keputusan. Menyediaka informasi yang

berkaitan dengan keputusan dari unit-unit bisnis lain merupakan dimensi dari

fungsi. Informasi yang telah dikumpulkan dan dihasilkan serta disusun menurut

fungsi dan jangka waktu yang berbeda-beda dapat mengurangi atau menghambat

waktu dalam pengambilan keputusan.

4) Integration

Informasi yang mencerminkan kompleksitas dan saling berkaitan antara

bagian satu dengan bagian yang lain. Adanya koordinasi antara segmen sub unit

satu dengan lainnya dalam perusahaan dicerminkan oleh informasi yang


25

terintegrasi. Koordinasi dalam mengendalikan pengambilan keputusan yang

beraneka ragam merupakan salah satu peran dari informasi yang terintegrasi.

Manfaat informasi yang terintegrasi dirasakan penting pada saat manajer

dihadapkan dengan situasi dimana manajer harus mengambil keputusan yang

mampu berdampak pada bagian atau sub unit lain. Seberapa banyak kebutuhan

informasi karakeristik integrasi dari sistem informasi akuntansi manajemen

tergantung dari seberapa banyak jumlah segmen dan unit bisnis organisasi tersebut.

2.1.3. Kinerja Manajerial

Menurut Silalahi (2015:408) menjelaskan mengenai kinerja manajer adalah

sebagai berikut:

Kinerja manajer adalah satu ukuran tentang bagaimana manajer secara


efektif melaksanakan tugas-tugas dan secara efisien menggunakan sumber-
sumber untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional memalui pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen.

Selanjutnya Rudianto (2013:1186) menngungkapkan bahwa kinerja

manajerial itu adalah sebagai berikut:

“Kinerja mnajer adalah kemampuan para manajer untuk mengelola seluruh

sumber daya yang dimiliki perusahaan demi memperoleh laba usaha jangka

pendek maupun angkanjang.”

Kemudian menurut Mahoney et. Al. (Nuraida, 2017:34) mengungkapkan

yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah sebagai berikut:


26

“Kinerja manajerial adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan

kegiatan manajerialnya, seperti, perencanaan, investigasi, koordinasi,

evaluasi, supervisi, dan pengaturan staff (representasi).”

Sedangkan menurut Mulyadi dan Johny (Kristianto dan Setiawan, 2018)

menyatakan kinerja manajerial adalah sebagai berikut:

“Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam

kegiatan – kegiatan manajerial seperti perencanaan, investigasi, koordinasi,

pengaturan staf dan negosiasi”

Dari penjelasan beberapa adli diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

manajerial merupakan hasil yang dicapai oleh mananjemen dalam menjalankan

aktivitas-aktivitas manajerial secara keseluruhan dalam mencapai tujuan

perusahaan.

2.1.3.1.Tingkatan Dan Keterampilan Manajemen

Menurut Salam (2014:38) mengungkapkan bahwa manajer adalah orang-

orang yang melaksanakan manajerial. Manajer diklasifikasikan menjadi tiga

tingkatan pada sebuah perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1) Top Management (Manajemen Level Atas)


Top management atau manajemen tingkat atas atau yang sering disebut juga
dengan sebutan executive officer atau to-manajer, memiliki tugas
merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh dari top management adalah CEO
(Chief Excecutive Officer) dan CFO (Chief Financial Officer).
2) Middle Management (Manajemen Level Menengah
Middle management atua manajemen level menengah bertugas sebagai
penghubug antara manajemen puncak dan manajemen lini pertama, misalnya
kepala bagian atau kepala departemen.
27

3) Lower Management (Manajemen Level Bawah)


Lower management atau manajemen lini pertama (first-line management)
adalah manajemen yang memimpin dan mengawsi tenaga-tenaga operasional
perusahaan. Manajemen ini juga dikenal dengan istilah manajejem operasional
seperti supervisor, kepala seksi, dan mandor.

Menurut Griffin (Salam, 2014:38) menjelaskan bahwa terdapat lima

keterampilan yang harus dimiliki manajer untuk dapat menjalankan manajemen

yang baik.

1) Keterampilan Konsepual (Conseptional Skills)


Manajer yang berada ditingkatan atas atau top management harus memiliki
keterampilan untuk membuat konsep, Ide, dan gagasan demi kemajuan
perusahaannya. Keterampilan tersebut disebut dengan keterampilan konseptual
(conceptional skills). Gagasan, ide dan konsep yang telah direncanakan
kemudian harus dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk menciptakan
gagasan atau konsepnya. Keterampilan konseptual juga sering disebut dengan
keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2) Keterampilan Komunikasi atau Kemanusian (Human Skills)
Selain keterampilan konseptual, manajer juga harus memiliki keterampilan
berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain yang sering
juga disebut dengan keterampilan manausia atau human skill. Keterampilan ini
sangat diperlukan baik pada manajemen tingkat atas, tingkat menengah
maupun tingkat bawah. Komunikasi yang pesuatif harus selalu diciptakan oleh
manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan demikian akan
membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian para karyawan akan
bersikap terbuka kepada atasannya.
3) Keterampilan Teknis (Technical Skills)
Keterampilan ketiga yang harus dimiliki manajer yang juga meupakan bekal
bagi seorang manajer adalah keterampilan teknikal atau technical skill.
Keterampilan teknis ini pada umumnya merupakan bekal untuk manajer pada
tingkatan yang lebih rendah atau manajemen tingkat bawah. Keterampilan ini
juga merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
contohnya kemampuan untuk menjalankan program komputer, memperbaiki
mesin, dan keterampilan teknis lainnya.
4) Keterampilan Manajemen Waktu
Kemampuan manajemen waktu menunjukan kemampuan seorang manajer
dalam menggunakan waktu yang dimiliki oleh manajer dengan sebaik-baiknya
dan bijaksana.
5) Keterampilan Membuat Keputusan (Desition Making skills)
Yang termasuk kedalam kemampuan ini adalah kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkan
28

masalah. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi


seorang manajer, terutama bagi kelompok manajemen tingkat atas (top
management). Griffin mengajukan tiga langkah dalam membuat keputusan
adalah sebagai berikut:
(1) Seorang manajer harus menjelaskan masakah dan mencari alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi.
(2) Manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih satu dari
beberapa alternatif yang dianggap paling baik.
(3) Manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah dipilih lalu
kemudian mengawasi dan mengevaluasi alternatif yang telah dipilih tersebut.

2.1.3.2.Fungsi-Fungsi Manajemen

Menurut Firmansyah dan Mahardika (2018:8) mengungkapkan fungsi

manajemen mengandung arti bahwa dari berbagai elemen dasar yang ada serta

proses manajemen yang menjadi sebuah patokan bagi manajer untuk melaksanakan

tugasnya. Pada hakekatnya fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

1) Forecasting

Forecasting adalah kegiatan meramalkan, memproyeksikan atau

mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum

suatu rancana yang lebih pasti dilakukan.

2) Planning termasuk Budgeting

Fungsi planning termasuk budgeting yang dimaksudkan fungsi manajemen

adalah dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai organisasi, menetapkan

peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman pelaksanaan tugas, menetapkan

urutan-urutan pelaksanaan yang harus ditaati, menetapkan iktisar biaya yang

diperlukan dan pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh dan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.


29

3) Organizing

Dengan organizing dimaksud pengelompokan kegiatan yang diperlukan

yaitu penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit

yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antar

masing-masing unit. Organisasi ini juga dapat dirumuskan sebagai keseluruhan

aktivitas menejemen dalam mengelompokan orang-orang serta tugas, fungsi,

wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan tercapainya tujuan

yang telah ditentukan terlebih dahulu.

4) Staffing atau Asembling Resource

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan

personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan

sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna yang maksimal

kepada organisasi

5) Directing atau Commanding

Directing atau disebut juga commanding merupakan fungsi manajemen

yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran-saran, perintah-

perintah atau intruksi-intruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-

masing bawahan tersebut. Directing atau commanding juga berfungsi

mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar dapat efektif

merealisasikan tujuan yang ditetapkan sebelumnya


30

6) Leading

Leading merupakan salah satu fungsi manajemen yang dirumuskan sebagai

pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang

bertindak. Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu: mengambil keputusan,

mangadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan,

memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka

bertindak, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta

memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan supaya dapat terampil dalam

usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

7) Coordinating

Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi

manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,

percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hunbungkan,

menyatupadukan, dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga

terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan

organisasi. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan cara

memberikan instruksi, perintah, mengadakan pertemuan dan memberi penjelasan,

bimbingan atau nasehat, dan mengadakan coaching dan teguran.

8) Motivating

Motivating atau pendorong kegiatan merupakan salah satu fungsi

manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan doromgan kepada bawahan,

agar bawahan melakukan kegiatan suka rela, sesuai apa yang dikehendaki oleh
31

atasan. Pemberian inspirasi semangat dan dorongan ini ditujukan agar bawahan

lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugasnya sehingga mereka lebih berdaya

guna dan berhasil guna.

9) Controlling

Controlling atau pengawasan sering juga disebut dengan pengendalian

adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan

sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan

bahwa dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang

sudah ditetapkan semula. Dalam pelaksanaan kegiatan kontroling, atasan

mengadakan pemeriksaan, mencocokan serta mengusahakan agar kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta

tujuan yang ingin dicapai.

10) Reporting

Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa

penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan

mengenai segala hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada

manajemen tingkat atas baik secara lisan maupun tulisan sehingga yang menerima

laporan dapat memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan tugas orang yang

memberi laporan.
32

2.1.3.3.Pengukuran Kinerja Manajerial

Menurut Samryn (2012:266) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja

merupakan aktivitas manajerial yang bertujuan untuk mendorong implementasi

strategis. Sistem pengukuran kinerja ini merupakan mekanisme yang meningkatkan

kecenderungan organisasi untuk mengimplementasikan straeginya dengan sukses.

Oleh karena itu, para manajer akan memilih ukuran yang terbaik sebagai referensi

stategis dalam menjalankan aktivitasnya.

Penerapan sistem perencanaan ini meliputi empat langkah utama yang

meliputu penetapan strategi, penetapan ukuran strategi, pengintegrasian ukuran

kedalam sistem manajemen, dan riview ukuran dan hasil pelaksanaannya. Ukuran

kinerja yang baik bersifat komprehensif dan meliputi ukuran-ukuranfinansial dan

non finansial. Oleh karena itu, ukuran kinerja sebaiknya memenuhi persyaratan

umum yaitu sebagai berikut:

1) Relavan dengan sasaran-sasaran atau target-target perusahaan. Sasaran


perusahaan ditetapkan berdasarkan sasaran dan target perusahaan. Para
manajer yang terlibat dalam bisnis menjalankan aktivitasnya. Ukuran kinerja
yang fair tentu saja harus relavan dengan apa yang dilakukan oleh pihak yang
dinillai kinerjanya.
2) Dapat dipengaruhi oleh tindakan manajer. Dalam menjalankan terdapat faktor-
faktor yang dapat dikendalikan dan tang tidak dapat dikendalikan oleh manajer.
Kinerja yang relavan dinilai harus berdasarkan atas apa yang terjadi dengan
aktivitas manajer atau dengan kata lain yang layak dinilai adalah segala sesuatu
yang berada atau terjadi dibawah kendali manajer yang bersangkutan.
3) Objektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Penlinaian yang baik juga
memiliki objektifitas yang tinggi. Penilaian yang tidak objektif senderung akan
menimbulkan dampak yang negatif.
4) Dapat dimengerti oleh para manajer. apabila mamajer mengetahui kriteria
penilaian atas dirinya, maka penilaian tersebut akan mendorongnya melakukan
tugas secara optimal. Mencakup aspek penting dari kinerja tanpa menimbulkan
konflik dengan pihak lain.
5) Dapat digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan kepada manajer.
33

6) Dapat digunakan secara reguler dan berkelanjutan. Penggunaan standar


penilaian seperti ini akan merangsang konsistensi keaktifan para manajer dan
memudahkan mereka untuk memprediksinya, serta menilai kinerja sendiri
untuk memperbaiki kinerjanya sebelum mendapatkan penilaian final dari pihak
lain.
7) Memperhatikan keseimbangan jangka pendek maupun jangka panjang.
8) Pengukuran kinerja selalu bertitik tolak pada tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumya oleh para manajer perusahaan.

2.2. Penelitian Sebelumnya yang Relavan

Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan penelitian-penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang ada kaitannya dengan

penelitian yang akan dilakukan. Untuk melihat hasil penelitian sebelumnya yang

relavan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1.
Penelitian Sebelumnya Yang Relavan

Nama Penulis
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan Tahun
1 Ingkiriwang Pengaruh Desentralisasi Dan Sistem Meneliti pengaruh Lokasi Hasil analisis menunjukan bahwa
(2013) Akuntansi Manajemen Terhadap desentralisasi, penelitian desentralisasi berpengaruh terhadap
Kinerja Manar Dealer di Manado sistem akuntansi berbeda kinerja manajerial sedangkan sistem
Jurnal EMBA, Volume 1, No. 3, Juni manajemen dan akuntansi manajemen tidak
2013 : 818-825, ISSN : 2303-1174 kinerja manajerial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja peusahaan.
2 Nainggolan Pengaruh Karakteristik Sistem Meneliti pngaruh Tidak meneliti Hasil penelitian menemukan bahwa
(2015) Informasi Akuntansi karakteristik kinerja karakteristik broad scope,
Manajemen Terhadap Kinerja sistem informasi organisasi, aggregation, integration, dan
Organisasi Dengan Tingkat akuntansi desentralisasi timelines berpengaruh terhadap
Desentralisasi Sebagai Variabel manajemen dan sebagai variabel kinerja organisasi. Namun secara
Moderating desentralisasi moderating dan parsial desentralisasi tidak
Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, lokasi penelitian memoderasi hubungan anara
Volume 15, No. 1, Maret 2015, ISSN berbeda karakteristik sistem informasi
: 1693-7597 akuntansi, namin secara simultan
desentralisasi meoderasi pengaruh
sistem informasi akuntansi
manajemen terhadap kinerja
manajerial.
3 Suryani (2013) Pengaruh Penggunaan Informasi Meneliti Tidak meneliti Kualitas informasi akuntansi
Akuntansi Manajemen Dan Desentralisasi dan Penggunaan manajemen dan desentralisasi secara
Desentralisasi Terhadap Kinerja kinerja manajerial informasi simultan berpengaruh terhadap
Manajerial (Survey pada Dealer akuntansi kinerja manajerial di main dealer
Mobil Kota Jambi) manajemen dan mobil di kota Jambi.
e-Jurnak Binar Akuntansi, Volume 2, lokasi penelitian
No.1, Januari 2013, ISSN : 2303-1522 berbeda
34

Nama Penulis
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan Tahun
4 Irawati dan Pengaruh Karakteristik Sistem Meneliti mengenai Tidak meneliti Hasil penelitian ini menunjukan
Ardianshah Informasi Akuntansi Manajemen pengaruh mengenai bahwa karakteristik sistem informasi
(2018) Terhadap Kinerja Manajerial Dengan karakteristik desentralisasi akuntansi manajemen berpengaruh
Desentralisasi sebagai variabel sistem informasi sebagai variabel terhadap kinerja manajerial, namun
moderating (Jurnal Akuntansi & akuntansi moderating dan setelah dimoderasi oleh
Keuangan, Volume 9, No. 1, Maret manajemen, lokasi penelitian desentralisasi interaksi antara
2018, ISSN : 2087-2054) desentralisasi dan berbeda karakteristik sistem infromasi
kinerja manajerial akuntansi manajemen, kinerja
manajerial tidak berpengaruh
signifikan.
5 Lempes et al Desentralisasi dan Sistem Akuntansi Meneliti Lokasi Menunjukan hasil bahwa
(2014) Manajemen terhadap Kinerja desentalisasi, penelitian desentralisasi tidak berpengaruh
Manajerial pada PT. Sinar Galesong sistem akuntamsi berbeda terhadap kinerja manajerial
Manado (Jurnal EMBA, Volume 2, manajemen dan sebaliknya sistem akuntansi
No. 1, Maret 2014, ISSN : 2303-1174) kinerja manajerial manajemen berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial
6 Cahyaningrum Pengaruh karakteristik informasi Meneliti mengenai Tidak meneliti Hasil penelitian ini menunjukan
dan Suprapti akuntansi dan Desentralisasi, sistem informasi mengenai bahwa karakteristik informasi
(2016) Terhadap Kinerja Manajerial Studi akuntansi strategi bisnis akuntansi yang relavan, andal,
Pada Palang Merah Indonesia manajemen, dan lokasi lengkap, tepat waktu memiliki
Provinsi Jawa Tengah) (Jurnal Ilmiah desentralisasi dan penelitian dampak yang positif dan signifikan
UNTAG semarang, Volume 5, No. 2, kinerja manajerial berbeda terhadap kinerja manajerial,
2016, ISSN : 2302-2752) sedangkan karakteristik informasi
akuntansi yang dapat dimengerti dan
yang dapat diverifikasi tidak
memengaruhi kinerja manajerial.
Desentralisasi berpengaruh positif
dan signifikan berdampak pada
kinerja manajerial di palang merah
indonesia di provinsi Jawa Tengah.
7 Ayu dan Dahen Pengaruh Karakteristik Sistem Meneliti Tidak meneliti, Hasil penelitian karakteristik sistem
(2014) Informasi Akuntansi Manajemen karakteristik desentralisasi informasi akuntansi manajemen
Terhadap Kinerja Manajerial (Studi sistem informasi dan lokasi yang terdiri dari broad scope,
pada PT. Bank BPR kabupaten Tanah akuntansi penelitian timelines, aggregation dan
Datar) (Jurnal Of Economic and manajemen dan berbeda integration berpengaruh terhadap
Economc Education Volume 3, No. kinerja manajerial kinerja manajerial.
1 (89-94), ISSN : 2302-1590, E-ISSN
: 2460-190X)
8 Kristianto dan Keterpengaruhi Kinerja manajerial Meneliti mengenai Tidak meneliti Menunjukan hasil bahwa sistem
Setiawan (2018) Oleh Ketidakpastian Lingkungan dan desentralisasi, dan mengenai akuntansi manajemen memediasi
Desentralisasi (Studi pada Usaha kinerja manajerial ketidakpastian efek ketidak pastian lingkungan
Retel Lawson Jakarta) (Journal Of lingkungan dan pada kinerja manajerial dan
Business & Applled Management lokasi penelitian desentralisasi secara langsung
Volume 11, No. 2, 5 September, 2018, berbeda mempengaruhi kinerja manajerial
p-ISSN : 1979-9543, e-ISSN : 2621- tanda mediasi.
2757)
9 Melasari dan Pengaruh Desentralisasi Dan Sistem Meneliti mengenai Lokasi Hasil penelitian ini menunjukan
Handayani (2018) Akuntansi Manajemen Terhadap desentralisasi, penelitian desentralisasi dan sistem akuntansi
Kinerja Manajerial Pada PT. Sinar sistem akuntansi berbeda manajemen secara simultan dan
Mas Kempas Jaya (Jurnal Akuntansi manajemen dan secara parsial berpengaruh
dan Keuangan Volume 7, No. 2, Juli- kinerja manajerial signifikan terhadap kinerja
Desember 2018, E-ISSN : 2598-7372, manajerial
ISSN : 2089-6255)
10 Handayani dan Pengaruh Karakteristik Sistem Meneliti Tidak meneliti Hasil penelitian ini menunjukan
Hariyati (2014) Informasi Akuntansi Manajemen: karakteristik desentralisasi bahwa karakteristik broad scope,
Broad Scope, Timelines, Aggregation informasi dan lokasi timelines, aggregation, dan
dan Integration Terhadap Kinerja akuntansi penelitian integration berpengaruh terhadap
Manajerial UMKM (studi pada manajemen dan berbeda kinerja manajerial.
UMKM didesa Wedoro, Kab. kinerja manajerial
Sidoarjo) (Jurnal Akuntansi Akrual,
Volume 5, No. 2, Maret
2014:204:221, e-ISSN : 2502-6380)
35

2.3. Kerangka Pemikiran

Menurut Firdaus dan Zamzam (2018:76) mengungkapkan pengertian dari

kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

Kerangka pemikiran merupakan logika teoritis penelitian yang didukung


dengan teori-teori yang kuat serta dukungan hasil penelitian sebelumnya
yang relavan. Kerangka pemikiran akan menjadi pokok bahasan setalah
penelitian mendapatkan data empiris.

Kemudian Sugiyono (2017:91) menjelaskan mengenai kerangka pemikiran

adalah sebagai berikut:

Kerangka pemikiran merpakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah penting, untuk menunjukan suatu arah dari penyusunan agar dapat
memperoleh gambaran yang lebih jelas.

2.3.1. Pengaruh desentralisasi terhadap kinerja manajerial

Penelitian yang telah dilakukan oleh Cahyaningrum (2016) mengenai

pengaruh karakteristik informasi akuntansi dan desentralisasi terhadap kinerja

manajerial. Menunjukan hasil bahwa Desentralisasi berpengaruh positif dan

signifikan berdampak pada kinerja manajerial di palang merah indonesia di provinsi

Jawa Tengah. Desentralisasi dalam bentuk pendistribusian otoritas pada

manajemen yang lebih rendah ini sangat diperlukan karena semakin kompleksnya

kondisi administratif, tugas, dan tanggung jawab. Dengan pendelegasian wewenang

maka akan membantu meringankan beban manajemen yang lebih tinggi.

Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Ingkiriwang (2013),

yang meneliti mengenai pengaruh desentralisasi dan sistem akuntansi manajemen

terhadap kinerja manajeial Dealer di Manado. Hasil analisis yang diperoleh melalui
36

regresi linier berganda meunjukan bahawa variabel desentralisasi berpengaruh

terhadap kinerja manajerial. Desentralisasi berpengaruh positif terhadap kinerja

organisasi sementara pengambilan keputusan yang tersentralisasi lebih efektif.

Bagaimanapun, desentralisasi yang dilengkapi dengan karakteristik informasi

sistem akuntansi manajemen yang lingkupnya luas akan lebih efektif untuk

perbaikan kinerja manajer.

Lebih lanjut penelitian yang telah dilakukan oleh Suryani (2013) yang

membahas mengenai pengaruh penggunaan informasi akuntansi manajemen dan

desentralisasi terhadap kinerja manajerial. Menunjukan hasil bahwa desentralisasi

berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Pengaruh yang ditimbulkan adalah

positif, semakin tinggi desentralisasi maka akan semakin meningkatkan kinerja

manajerial. Desentralisasi memberikan para manajer tanggung jawab dan kontrol

yang lebih besar dari aktivitasnya, dan akses lebih besar dari tipe informasi yang

diperlukan. Maka semakin tinggi desentralisasi diterapkan maka akan semakin

meningkatkan kinerja manajerial, karena desentralisasi memiliki implikasi

pencapaian secara keseluruhan untuk meningkatkan kinerja manajerial.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa persaingan bisnis yang semakin ketat

dihadapi perusahaan saat ini menuntut untuk meningkatkan efesiensi dan

efektivitas kinerja manajerial. Manajer memerlukan dukungan informasi sebagai

masukan sebelum menentukan keputusan, sehingga kebijakannya diharapkan akan


37

berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Adanya desentralisasi sebagian

besar dapat meningkatkan kinerja manajerial.

2.3.2. Pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

terhadap kinerja manajerial

Penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani dan Haryati (2014) yang

meneliti mengenai pengaruh sistem informasi akuntansi manajemen: broad scope,

timelines, agreggation dan integration terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Manajemen Sistem Informasi Akuntansi adalah broadscope,

ketepatan waktu, terintegrasi, dan efek agregat bepengaruh pada Kinerja Manajerial

diukur menggunakan instrumen penilaian-diri yang tercermin dalam empat

indikator, yaitu peningkatan pendapatan, penghematan biaya, peningkatan

kepuasan pelanggan dan peningkatan pemanfaatan aset. Ini menunjukkan bahwa

meskipun UKM adalah tipe bisnis yang tidak hebat, tetapi masih membutuhkan

berbagai informasi, tepat waktu, terintegrasi dan komprehensif yang dapat

membantu manajer dalam membuat keputusan berdasarkan informasi yang

berdampak pada peningkatan kinerja manajerial terkait dengan biaya terkait

efisiensi namun tetap mempertimbangkan kepuasan pelanggan sehingga

meningkatkan pendapatan UKM di Indonesia kondisi lingkungan yang tidak

menentu.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Dehan (2014) yang

meneliti mengenai Pengaruh Karateristik sistem informasi akuntansi manajemen


38

terhadap kinerja manajerial studi empiris pada PT. Bank perkreditan rakyat di

kabupaten tanah datar. Menunjukan hasil bahwa karakteristik sistem informasi

akuntansi manajemen yang terdiri dari broad scope, agregation. Timelines, dan

integration memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial, dan sisanya

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari broad scope, agreggation, timelines

dan integration. Karakteristik informasi yang tersedia tersebut akan menjadi efektif

apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan organisasi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lempas et al (2014) yang

meneliti mengenai desentralisasi dan sistem informasi akuntansi manajemen

terhadap kinerja manajerial pada PT. Sinar Galesong Prima Manado. Sampel dalam

penelitian tersebt berjumlah 50 responden dan data yang digunakan asalah data

kualitatif dengan metode analisis regresi linier berganda dan diuji dengan Model A

klasik menunjukan hasil analisis bahwa desentralisasi tidak berpengaruh terhadap

kinerja manajerial sedangkan sebaliknya terjadi pada sistem akuntansi manajemen

berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Manajemen sebaiknya

menerapkan sisten akuntansi manajemen secara tepat mengingat tugas-tugas

perusahaan semakin kompleks sehingga dapat membantu meningkatkan kinerja

perusahaan. Hal ini menunjukan sistem akuntansi manajemen memegang peranan

penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah organisasi. Terutama dalam

proses perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik


39

sistem informaasi akuntansi manajemen yang terdiri dari broad scope, timelines,

aggregation, dan integration berpengaruh tergadap kinerja manajerial. Meskipun

tingkat hubungan atau pengaruhnya bervariasi tergantung pada kebutuhan

perusahaan dalam mencapai kinerja mereka yang efesien dan efektif.

1. Cahyaningrum (2016)
Desentralisasi (X1) : 2. Suryani (2013)
3. Ingkiriwang (2013)
1. Prawiranegoro dan 4. Irawati dan Ardianshah
Purwanti (2013)
2. Hansen dan Mowen (2017)
3. Salman dan Farid (2016)
4. Simamora (2013)
5. Sodikin (2015)
Kinerja Manajerial (Y) :

1. Silalahi (2014)
2. Rudianto (2013)
3. Mahoney et al (Nuraida,
2017)
4. Salam (2014)
5. Samryn (2013)
Sistem Informasi Akuntansi 6. Mulyadi dan Johny
Manajemen (X2) : (dalam kristianto dan
Setiawan, 2018)
1. Salman dan Farid (2016) 7. Firmansyah dan
2. Herry (2014) Mahardika (2018)
3. Siregar et al (2013)
4. Hansen dan Mowen (2013)
5. Syahrijal (2017)
1. Chanell dan Morris (Handayani
dan Hariyati, 2014)
2. Ayu dan Dehan (2014)
3. Lempas et al (2014)
4. Handayani dan Haryati (2014)

Gambar 2.2.
Kerangka Pemikin
40

2.4. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:64) mendifinisikan hipotesis adalah sebagai

berikut:

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,


dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan, jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang
empiris dengan data.

Sedangkan Indrawan dan Yaniawati (2014:42) mengungkapkan mengenai

hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis merupakan pernyataan sementara (tentative) yang menjadi


jembatan antara teori yang dibangundalam merumuskan kerangka
pemikiran dengan pengamatan lapangan dan ataupun sebaliknya, dengan
demikian hipotesis ini memberikan arah pada penelitian yang harus
dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan ketrangka pemikiran yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 = Terdapat pengaruh antara desentralisasi terhadap kinerja manajerial

H2 = Terdapat pengaruh antara karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen terhadap kinerja manajerial


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Menurut Burgin (2017:97) menjelaskan bahwa desain penelitian adalah

sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian

yang akan dilaksanakan.”

Kemudian Murhanto dan Ambarita (2016:26) menyatakan bahwa desain

penelitian adalah sebagai berikut:

Desain penelitian adalah sebuah peta jalan bagi seorang peneliti yang
menuntun berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat yang
dimulai dari perancangan, prosedur, penggunaan metode, pelaksanaan
penelitian, hingga pelaporan hasil dan penarikan kesimpulan.

Sedangkan menurut Nazir (2014:71) menjelaskan mengenai desain

penelitian sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian.”

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa desain

penelitian merupakan strategi yang dipilih oleh penelitian untuk menyatukan secara

menyeluruh komponen riset dengan cara logis dan sistematis untuk membahas dan

menganalisis apa yang menjadi fokus penelitian.

Lebih lanjut Nazir (2014:71) menyatakan bahwa dalam esain penelitian

mencakup proses-proses sebagai berikut:

41
42

1) Identifikasi masalah penelitian,


2) Pemililihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-
hubungan dengan penelitian sebelumnya,
3) Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari
tujuan, luas jangkauan (Scope), dan hipotesis untuk diuji,
4) Membangan penyelidikan atau percobaan,
5) Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-variabel,
6) Memilih prosedur dan teknik sampling yang akan digunakan,
7) Menyusun alat serta teknik untuk pengumpulan data,
8) Membuat cording, serta mengadakan editing atau prosessing data,
9) Menganalisa serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi
serta interfensi statistik,
10) Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi
data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan serta
menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Menurut Sugiyono (2017:2) mendefinisikan metode penelitian sebagai

berikut:

“Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.”

Sedangkan Sugiarto (2015:45) menjelaskan mengenai metode penelitian

adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian adalah bagian yang berisi atau bagian-bagian

pelaksanaan penelitian.”

Kemudian Siyoto dan Sodikin (2015:99) mengungkapkan mengenai metode

penelitian adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan suatu teknik atau prosedur untuk

mwngumpulkan dan menganalisis data.”

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpukan bahwa metode

penelitian merupakan proses atau cara yang dipilih secara spesifik untuk
43

memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dalam melakukan

penelitian.

Metode kuantitatif dengan pendekatan deskriftif dan verifikatif yang penulis

gunakan dalam penelitian ini , karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah

hubungan serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual,

mengenai fakta-fakta serta pengaruh antar variabel yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2017:8) menjelaskan mengenai metode penelitian

kuantitatid adalah sebagai berikut:

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada


fisafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.

Kemudian menurut Indrawan dan Yaniawati (2014:51) mengungkapkan

bahwa penellitian kuantitaf adalah sebagai berikut:

Metode penelitian kuantitafif adalah suatu bentuk penelitian ilmiah yang


mengkaji suatu permasalahan dari suatu fenomena, serta melihat
kemungkinan kaitan atau hubungan-hubungannya antar variabel dalam
permasalahan yang ditetapkan.

Menurut Nazir (2014:43) ang menjelaskan mengenai metode deskriftif

adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suati sistem pemikiran, ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang.”

Tujuan penelitian deskriptif ini untuk membuat deskripsi, gambaran,

ataupun lukisan serta sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat, serta hungan antar fenomena yang diselidiki.


44

Menurut Sugiyono (2017) mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagi

berikut:

“Metode verifikatif diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap

populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesisi yang

telah ditetapkan.”

Metode deskriptif dan verifikatif ini merupakan metode yang bertujuan

untuk mengetahui sifat serta hubungan yang telah mendalam antara dua variabel

atau lebih dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk

memperoleh data yang sesuai dengan masalah. Metode deskriptif dan verifikatif

dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

variabel desentralisasi, karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen dan

kinerja manajerial pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Menurut Swarjana (2015:49) mendefinisikn operasional variabel adalag

sebagai berikut:

“Operasional variabel adalah definisi terhadap variabel berdasarkan konsep

teori namun bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat diukur atau

bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun peneliti lainnya.”

Kemudian Sugiyono (2017:38) menjelaskan mengenai pengertian variabel

penelitian sebagai berikut:


45

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sedangkan Bungin (2014:70) menjelaskan bahwa variabel penelitian

adalah :

Variabel penelitian adalah sebuah fenomena yang berubah-ubah dengan


demikian bisa jadi tidak ada suatu peristiwa dialam ini yang tidak dapat
disebut variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu
bagaimana bentuk variasi fenomena tersebut.

Variabel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah variabel

independen dan variabel dependen dengan penjelasan sebagi berikut:

1) Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2017:39) menjelaskan mengenai variabel indepensen
sebagai berikut:
“Variabel independen atau varabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen atau variabel bebas.”

Varibel independen atau variabel bebas yang bersimbuol (X) dalam

penelitian ini adalah variabel desentralisasi dan variabel karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen.

2) Variabel dependen
Menurut Sugiono (2017:39) menjelaskan mengenai variabel dependen
adalah sebagai berikut:
“Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel independen atau variabel bebas.”

Variabel dependen atau variabel terkait yang bersimbol (Y) dalam

ppenelitian ini adalah kinerja manajerial.


46

Terdapat tiga variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel

desentralisasi, karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen dan kinerja

manajerial, dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Item


Delegasi - Tingkat penugasan pekerjaan Ordinal 1
- Tingkat kekuasan pengambilan keputusan 2
(Simamora (Nurmala, 2017)
Desentralisasi (X1) Desentralisasi adalah Wewenang - Tingkat membat keputusan (Simamora Ordinal 3
praktik pendelegasian (Nurmala, 2017)
1. Prawiranegoro dan wewenang pengembilan Tanggung - Tingkat kewajiban manajer menerima Odinal 4
Purwanti (2013) keputusan kepada jawab sebuah tanggung jawab (Simamora
2. Hansen dan Mowen manajemen dengan (Nurmala, 2017)
(2017) tingkat yang lebih rendah Akuntabilitas - Tingkat ukuran pencapaian hasil melalui Ordinal 5
3. Salman dan Farid didalam sebuah laporan kinerja yang berkala
(2016) perusahan (Hansen dan - Tingkat mendapatkan respon yang lebih 6
4. Sodkin (2015) Mowen, 2017) cepat dan efektif
- Tingkat mendapatkan informasi untuk
membuat keputusan yang optimis 7
- Meningkatkan produktivitas kerja dann
motivasi (Simamora (Nurmala, 2017) 8
Broad Scope - Informasi berasal dari dalam dan luar Ordinal 9
perusahaan
- Informasi keuangan dan non keuangan 10
- Estimasi peristiwa yang akan terjadi dimasa
Karakteristik sistem yang akan datang (Chanhell dan Morris
informasi akuntansi Sistem informasi (Nuraida, 2017:45) 11
manajemen (X2) akuntansi manajemen
adalah sistem informasi Timlines - Berkaitan dengan kecepaan waktu Ordinal 12
yang mengtransformasi penyampaian
1. Salman dan farid input menggunakan - Frekuensi pelaporan (Chanhell dan Morris 13
(2016) proses untuk (Nuraida, 2017:45)
2. Siregar et al (2013) menghasilkan output
3. Herry (2014) yang dibutuhkan untuk Aggregation - Informasi berbentuk lebih ringkas Ordinal 14
4. Hamsen dan Mowen pengambilan keputusan - Berkaitan dengan keputuasn dari unit bisnis 15
(2013) (Siregar et al, 2013) lain
5. Syahrijal et al (2017) - Mengurangi atau menghambat waktu 16
pengambilan keputuasn (Chanhell dan
Morriss (Nuraida, 2017:45)
Integration - Kompeksitas dan saling berkaitan dengan Ordinal 17
bagian lain
- Informasi terintegrasi (Chanhell dan Morris 18
(Nuraida, 2017:45)
Forecasting - Menaksirkan kemungkinan sebelum Ordinal 19
rencana dilakukan (Firmansyah dan
Mahardika, 2018:8)
Planning - Menetapkan tujuan dan peraturan Ordinal 20
termasuk pelaksanaan tugas
Budgeting
47

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Item


Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah - Menetapkan ikhtisar biaya yang 21
(Y) kemampuan para manajer dibutuhkan(Firmansyah dan Mahardika,
untuk mengelola seluruh 2018:8)
sumber daya yang Organizing - Menetapkan susunan organisasi beserta Ordinal 22
1. Silalahi (2015) dimiliki perusahaan demi tugas dan fungsinya (Firmansyah dan
2. Rudianto (2013) memperoleh laba usaha Mahardika, 2018:8)
3. Mahonet et al jangka pendek
(Nuraida, 2017) maupunjangka panjang Staffing atau - menyusunan personalia pada suatu Ordinal 23
4. Salam (2014) (Rudianti, 2013) Asembling organisasi (Firmansyah dan Mahardika,
5. Samryn (2012) Resource 2018:8)
6. Mulyadi dan
Johny (dalam Directing - memberikan bimbingan, saran, kepada Ordinal 24
kristianto dan karyawan
Setiawan, - mengkoordinasikan kegiatan (Firmansyah
2018) dan Mahardika, 2018:8) 25
7. Firmansyah Leading - memimpin karyawan Ordinal 26
dan - mengadakan komunikasi dengan 27
Mahardika karyawan (Firmansyah dan Mahardika,
(2018) 2018:8)
Coordinating - kerja sama yang terarah untuk mencapai Ordinal 28
tujuan
- mengadakan pertemuan dan memberi 29
penjelasan, bimbingan atau nasehat, dan
mengadakan coaching dan teguran
(Firmansyah dan Mahardika, 2018:8)
Motivating - memberi inspirasi, semangat dan Ordinal 30
dorongan kepada karyawan (Firmansyah
dan Mahardika, 2018:8)
Controlling - mengadakan penilaian dan koreksi Ordinal 31
(Firmansyah dan Mahardika, 2018:8)

Reporting - penyampaian perkembanan hasil kegiatan Ordinal 32


(Firmansyah dan Mahardika, 2018:8)

Skala pengukuran ordinal dipergunakan dalam penelitian ini untuk

mengukur semua variabel. Skala pengukuran ordinal ini tidak memberikan nilai

absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan urutan (ranking) saja terhadap

setiap variabel indikaornya (Nazir, 2014:14).

Menurut Sudaryono (2015:60) menjelaskan mengenai skala pengukuran

ordinal adalah sebagai berikut:

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari
jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang lebih rendah dan atau
sebaliknya, jadi skala ordinal ini memungkinkan pengukuran orang atau
objek sesuai dengan banyak atau kuantitas karakteristik yang dimilikinya.
48

Kemudian Noor (2014:126) menjelaskan mengenai skala ordinal adalah

sebagai berikut :

“Skala ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik

berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.”

Sedangkan menurut Nazir (2014:114) mengungkapkan mengenai skala

ordinal sebagai berikut:

“Skala ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut

mengandung pengertian tingkatan.”

Berdasarkan pengertian skala ordinal diatas, dapat disimpulkan bahwa skala

pengukuran ordinal merupakan skala yang mengurutkan tingkat yang paling tinggi

ke tingkat yang paling rendah dengan karakteristik yang dimiliki objek atau

individu tertentu berbeda. Tujuan dari penggunaan pengukuran skala ini adalah

untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban responden. Instrumen

pengukuran dalam bentuk kuesioner berskala ordinal ini digunakan untuk

mengukur variabel-variabel yang akan diteliti apakah memenuhi pernyataan-

pernyataan rating scale.

Menurut Sugiyono (2017:97) mendefinisikan rating scale adalah sebagai

berikut:

“Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.”

Sedangkan Nazir (2014:193) mengungkapkan mengenai rating scale ini

adalah sebagai berikut:


49

“Rating scale adalah pemberian penilaian angka pada suatu kontimun

dimana individu atau objek akan ditempatkan.”

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rating scale

merupakan alat pengumpul data dari jawaban-jawaban responden yang dicatat

secara bertingkat. Sugiyono (2017:98) berpendapat bahwa yang paling penting bagi

penyusunan instrumen dengan rating scale harus dapat mengartikan setiap angka

yang diberikan pada alternatif jawaban setiap intrumen. Rating scale ini lebih

fleksibel dan tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi juga bisa mengukur

persepsi responden terhadap fenomena yang ada.

Tabel 3.2.
Rating Scale Skor
(Sumber Sugiyono)

Skore Kategori
5 Sangat Setuju Sangat Baik Selalu
4 Setuju Baik Sering
3 Ragu-Ragu Cukup Baik Kadang-Kadang
2 Tidak Setuju Kurang Baik Hampir Tidak Pernah
1 Sangat Tidak Setuju Tidak Baik Tidak Pernah

3.3. Sumber dan Cara Pengumpulan Data

3.3.1. Sumber Data

Jika dilihat dari sumber datanya, sumber data dibagi menjadi dua yaitu

sumber data primer dan sumber data skunder. Menurut Sugiyono (2017:225)

yang menjelaskan mengenai data primer dan data skunder sebagai berikut:
50

“Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpulan data.”

“Data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data.”

Penulis memerlukan data yang relavan dalam penelitian ini untuk dapat

menganalisis masalah-masalah yang sedang penulis bahas. Sumber data yang

digunakan dalam penelitin ini adalah sumber data primer. Penjelasan mengenai

sumber data yang di ungkapkan oleh Sugiyono di perjelas oleh Nazir (2014:37)

sebagai berikut:

“Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau

saksi utama dari kejadian yang lalu.”

Kemudian Abdillah dan Jugiyanto (2015:49) mengungkapkan bahwa data

primer sebagai berikut:

Data primer adalah data yang belum diolah oleh pihak tertentu untuk
kepentingan tertentu, dan juga menunjukan keaslian informasi yang terkandung
dalam data tersebut. Pada umunya data primer bersumber dari sumber primer, yaitu
data berada pada pihak utama yang memiliki data tersebut.

3.3.2. Cara Pengumpulan Data

Tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling stategis dalam penelitian.

Penelitian tidak akan mendapatkan data relavan tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data yang akan dipergunakan. Observasi, wawancara, dan kuesioner

(angket) adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dapat dalam pengumpulan

data. Nazir (2014:137) menjelaskan mengenai ketiga cara tersebut sebagai berikut:
51

1) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian


ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan masalah yang harus
diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan julah respondennya sedikit atau kecil
2) Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk menjawabnya. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
3) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri-ciri
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan
kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan objek manusia tetapi juga
objek-objek alam yang lain.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner

(angket), dengan skala pengukuran yang digunakan yaitu rating scale. Penjelasan

mengenai kuesioner yang telah dungkapkan oleh Sogyono diatas dipertegas oleh

pernyataan dari Suharsaputra (2014:271) yang menyatakan bahwa:

Angket atau kuesioner merupkan metode penelitian yang harus dijawab


responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu peroalan,
sebaiknya pernyataan dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti serta dengan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas.

Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat

ukur yang baik. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dipergunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua

fenomena ini disebut dengan variabel penelitian (Sugiyono:2017:102).

3.4. Teknik Penentuan Data

3.4.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) menjelaskan mengenai populasi sebagai

berikut:
52

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Bukan hanya orang yang dapat dijadikan populasi tetapi juga objek dan

benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

objek atau subjek yang diteliti, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik atau sifat

yang dimiliki oleh subjek atau objek penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang

penulis ambil adalah manajer dan jajaran staff pada PT. Greentextile Utama

Indonesia II Bandung yang berjumlah 133 karyawan.

3.4.2. Sampel

Langkah selanjutnya setelah menentukan populasi dari penelitian adalah

menentukan sampel penelitian dan teknik sampling yaitu teknik untuk menentukan

besarnya sampel yang akan diambil untuk melakukan penelitian.

Menurut Sugiyono (2017:81) menjelaskan mengenai sampel adalah sebagai

berikut:

Sampel adalah sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang


digunakan untuk penelitian, jika populasi besar maka penelitian tidak
mungkin mengampil semua untuk penelitian karena terbatasnya dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM) dengan penaksiran Partial Least Square (PLS) untuk menuji hipotesis

penelitian. Teknik analisis statistik ini dipergunakan karena terdapat hubungan

kusal antar variabel dan setiap variabelnya tidak teramati. Menurut Hair et al
53

(2017:) ukuran yang dipergunakan untuk sampel minimal dalam SEM-PLS dapat

ditentukan dengan menggunakan dua cara yaitu sebagau berikut:

1) Rule Of Thumb

Untuk menentukan sampel dengan menggunakan rule of thumb adalah

ukuran sampel harus 10 kali jumlah maksimum panah menunjukan variabel laten

dalam model jalur PLS.

2) Power Anaysis

Untuk menentukan sampel dengan menggunakan power analysis juga

didasarkan oleh model dengan anak panah yang paling paling banyak. Beberapa

ukuran sampel minimum yang dapat diambil untuk SEM-PLS adalah dengan

berbagai tingkatan signifikan dan R2.

Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan power analysis untuk

menentukan minimum sampel, dengan tingkat signifikannya 5% dan R2 = 0,25

dengan asumsi level statistik kekuatan yang umum digunakan adalah 80%, maka

sampel minimal yang diambil adalah sebanyak 33 responden Manajer dan

Suvervisor PT. Greentextile Utama II Bandung dan hasil tersebut didapat dari tabel

rekomendasi ukuran sampel sebagai berikut:


54

Gambar 3.1.
Tabel rekomendasi ukuran sampel PLS untuk kekuatan statistik 80%
(Sumber Hair et al, 2017:26)

3.5. Uji Validtas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas merupakan alat pengumpulan data yang

dilakukan untuk mengetahui keabsahan (valid) dan kehandalan (reliabel) kuesioner

sebagai instrumen dalam pengumpulan data (Sugiyono, 2017). Menurut Nazir

(2014:117) mengungkapkan bahwa jika uji validitas dan reliabilitas tidak diketahui,

maka akibatnya akan menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupundalam

memberikan alasan terhadap hubungan antar variabel. Bahkan secara luas validitas

dan reliabilitas dapat mencakup seluruh proses pengumpulan data sejak konsep

disiapkan sampai pada sata siap untuk dianalisis.


55

3.5.1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2017:267) mengungkapkan mengenai uju validitas

sebagai berikut:

“Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.”

Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data

yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian. jika penelitian membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang

terjadi pada objek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Uji validitas

menunjukan sejauh mana alat ukur itu dapat mngukur variabel yang akan diukur.

Uji ini digunakan untuk mengetahui kuesioner dapat mengungkapkan data-data

yang pada variabel penelitian secara tepat.

Untuk menguji validitas dapat dihitung korelasi antara masing-masing

pertanyaan skor total dengan teknik korelasi Product moment dari pearson:

n X i Yi   X i  Yi 
rxy 
n X i
2 2

  X i  n Yi 2   Yi 
2

Keterangan :

rxy = Koefesin korelasi pearson product moment

n = Jumlah responden

ΣX = Jumlah skor X

ΣY = Jumlah skor Y
56

ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dan Y

(Sumber Sugiyono, 2017:183)

Setelah menghitung rhitung, selanjutnya dibandingkan dengan rtabel

dengan taraf signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel maka instrumen penelitian valid, dan

sebaliknya jika rhitung < rtabel maka instrumen penelitian tidak valid.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017:268) mengungkakan bahwa reliabilitas berkenaan

dengan derajat konsitensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam panangan

positivistic (kuantitatif) suatu data dinyatakan relibel apabila dua atau lebih

penelitian dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau penelilitian

sama dalam waktu yang berbeda tetapi menghasilkan data yang sama, atau

sekelompok data jika dipecah menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda.

Menurut Nazir (2014:117) menjelaskan bahwa “Reliabilitas adalah

ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat penguku.” Untuk mencari

reliabilitas, maka pertama kali dicari korelasi antara kedua hasil ukuran tersebut

dengan menggunakan koefesien korelasi spearman. Dari angka tersebut dicari

koefesiensi reliabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2
r
1 

Keterangan :

ρ = Koefesien korelasi spearman


57

r = koefesien reliabilitas

(Sumber Nazir, 2014:174)

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan dua

jenis analisis untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari penelitian

ini, yaitu sebagai berikut:

1) Metode analisis deskriptif. Metode analisis ini dilakukan untuk menjelaskan

karakteristik variabel yang diteliti sehingga mendukung pemecahan masalah

untuk memperoleh data secara operasional.

2) Meode analisis menggunakan permodelan stuctural atau Structural Equation

Model (SEM) untuk dapat menjawab rumusan masalah dan menjawab

hipotesis.

Menurut Wright et al (Abdillah dan Jugitono, 2015:140) menjelaskan

mengenai Structural Equation Model (SEM) adalah sebagai berikut:

“Structural equation model (SEM) adalah suatu teknik statistik untuk

menguji dan mengestimasi hubungan kausal dengan mengintegrasi analisis

faktor dan analisis jalur.”

Lebih lanjut Abdilah dan Jugiyono menjelaskan bahwa:

“Structural Equation Model (SEM) adalah perkembangan dari General

linier model (GLM) dengan regresi berganda sebagai bagian utamanya.”

Model Structural equation model (SEM) ini lebih andal dan kokoh

dibandingkan dengan teknik regresi ketika memodelkan interaksi, non linieritas,


58

error pengukuran, korelasi error terms, dan korelasi antar variabel laten yang akan

diukur oleh indikator berganda. SEM juga dapat dipergunakan sebagai alternatif

analisis jalur dan analisis data runtunan watu (time series) yang berbasis konvarian.

Terdapat dua pendekatan untuk memperkirakan Stuctural Equation Model (SEM)

yaitu Convariance Based Structural Equation Model (CB-SEM) dan Partial Least

Square Structural Equation Model (PLS-SEM). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekata Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-

SEM) untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis.

Menurut Abdillah dan Jugiyono (2015:164) menjelaskan mengenai Partial

Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) adalah sebagai berikut:

Partial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) adalah analisis


persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat
melakukan pengujuian model pengukuran sekaligus pengujian model
struktural.

Sedangkan Ghozali (2017:3) mengungkapkan mengenai PLS-SEM ini

adalah sebagai berikut:

Patrial Least Square Structural Equation Model (PLS-SEM) atau sering


disebut juga dengan Patial Least Square Path Model (PLS-PM) merupakan
metode alternatif untuk model persamaan struktural (SEM) yaitu untuk
menguji secara simultan hubungan antara konstruk laten dalam hubungan
linier ataupun non linier dengan banyak indikator baik berbentuk mode A
(reflektif), mode B (formatif) dan atau mode M (MIMIC).

Dalam SEM ada yang dinakan dengan variabel laten, Abdillah dan Jugiyono

(2015:1141) menjelaskan mengenai pengertian variabe laten sebagai berikut:

Variabel laten adalah variabel yang dibentuk atau direfleksikan atau


dibentuk oleh hubungan antar indikator atau parameter dan diestimasikan.
Indikator atau parameter yang diestimasikan biasanya dicerminkan oleh
item-item data dalam instrumen penelitian (kuesioner).
59

Sedangkan Ghozali (2017:12) menjelaskan bahwa varibel laten dalam SEM

dapat berupa variabel eksogen, variabel endogen, variabel moderating dan atau

variabel intervening.

 Variabel eksogen merupakan tipe variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lain dan disimbolkan dengan ζ dan di baca KSI.
 Variabel moderating merupakan tipe variabel yang memperkuat dan atau
meperlemah hubungan antara dua variabel dann disimbolkan dengan μ.
 Variabel endogen dan variabel intervening merupakan tipe variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain baik dipengaruhi secara langsung (direct)
ataupun dipengaruhi secara tidak langsung (indirect) dan disimbimbolkan
dengan η dan dibaca ETA.

Kemudian Sujarweni (2018:125) menambahkan bahwa dalam SEM

terdapat variabel laten dan manifes sebagai berikut:

 Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali
dengan satu atau lebih variabel manifest. Variabel yang memiliki data primer
atau data kualitatif. Contohnya variabel motivasi adalah variabel laten.
 Variabel manifes (indikator) adalah variabel yang digunakan untuk
menjelaskan atau mengukur sebuah variabel laten dan dalam satu variabel laten
terdiri dari beberapa variabel manifes.

Selanjutnya Ghozali (2017:12) menjelaskan bahwa variabel observed

merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung atau variabel yang

menjelaskan variabel laten untuk diukur. Variabel observed juba sering disebut

dengan istilah variabel manifest, indikator, item, atau variabel teramati (tangibles).

Variabel observed juga dapat berupa variabel independen, variabel dependen,

variabel moderating ataupun variabel intervening, walaupun hal tersebut jarang

terjadi. Untuk lebih jelas berikut merupakan gambar dari contoh variabel laten dan

variabel observed adalah sebagai berikut:


60

Variabel Laten Variabel Observed


x1 x2 x3 X4 X5 X6

ROA EPS
komitmen kepuasan
organisasi kerja

Gambar 3.2.
Contoh variabel laten dan variabel observed
(Sumber Ghozali, 2017)

Menurut Ghozali (2017:13) menjeaskan bahwa, dalam analisis PLS-SEM

terdiri dari dua sub model yaitu modep pengukuran (Measurment model) atau

sering disebut juga dengan outer model dan model stuctural (Structural model) atau

sering juga disebut dengan inner model.

1) Model pengukuran (Measurment model atau Outer model)

Model ini menujukan bagaimana variabel manifest atau variabel observed

membentuk variabel laten untuk di ukur.

2) Model structural (Structural model atau Inner model)

Model ini menunjukan hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel laten

atau kontruk berdasarkan pada substantive theory.

Tujuan dilakukannya pengukuran model adalah untuk menguji reliabilitas

dan validitas item indikator yang membentuk konstruk. Sedangkan untuk struktural

model dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel atau konstruk dalam

model persamaan. Dalam SEM terdapat beberapa tahapan prosedur dan tahapan-

tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:


61

1) Spesifikasi model

Dalam tahapan ini berkaitan dengan pembentukan awal model persamaan

struktural sebelum dilakukannya estimasi. Model awal ini diformulasikan

berdasarkan dengan teori atau penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Langkah-langkah dalam memproses model yang dikehendaki diantaranya adalah

sebagai berikut:

(1) Spesifikasi model pengukuran

Dalam langkah ini terlebih dahulu harus mendefinisikan variabel-variabel

laten yang ada didalam penelitian ini yaitu: Desentralisasi (DS), Karakteristik

sistem informasi akuntansi manajemen (KSIAM), dan Kinerja manajerial (KM)

yang berbentuk reflektif.

 Untuk variabel Desentralisasi (DS) dengan model pengukuran berbentuk

reflektif pada order pertama yang terdiri dari Delegation (DELEG), Authority

(AOUTHO), Responsibility (RESPON), dan Accountability (ACCOUN).

Dengan persamaan pengukuran yang menyatakan hubungan kausalitas antara

dimensi dengan variabel laten (penelitian) sebagai berikut (Hair et al 2017:64):

X 1  11 *  1  1
X 2  21 *  1   2
X 3  31 *  1   3
X 4  41 *  1   4

Dimana :

ζ1 = Variabel Desentralisasi

X1 = Dimensi Delegation
62

X2 = Dimendi Authority

X3 = Dimensi Responsibility

X4 = Dimensi Accountability

δ = Kekeliruan Pengukuran

λ = Loading Factor

 Untuk variabel Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (KSIAM)

dengan model pengukuran berbentuk relatif pada order pertama yang terdiri dari

Broad Scope (BRSC), Timelines (TMLNS), Aggregation (AGGRT), dan

Integration (INTGR). Dengan persamaan pengukuran yang menyatakan

hubungan kausalitas antara dimensi dengan variabel laten (penelitian) sebagai

berikut:

X 5  62 *  2   5
X 6  72 *  2   6
X 7 82 *  2   7
X 8  92* 2   8

Dimana :

ζ2 = Variabel Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

X5 = Dimensi Broad scope

X6 = Dimensi Timelines

X7 = Dimensi Aggregation

X8 = Dimensi Integration

δ = Kekeliruan Pengukuran

λ = Loading Factor
63

 Untuk variabel Kinerja manajerial (KM) dengan model pengukuran berbentuk

reflektif pada order pertama yang tersiri dari Forecasting (FOREC), Planning

termasuk Budgeting (PLANBDG), Organizing (ORGNZ), Staffing (STAFF),

Directing (DIREC), Leading (LEAD), Coordiniting (COORD), Motivating

(MOTIV), Controlling (CTRL) dan Reporting (REPORT). Dengan persamaan

pengukuran yang menyatakan hubungan kausalitas antara dimensi dengan

variabel laten (penelitian) sebagai berikut:

Y1  y11 *  1   1
Y2  y 21 *  1   2
Y3  y 31 *  1   3
Y4  y 41 *  1   4
Y5  y 51 *  1   5
Y6  y 61 *  1   6
Y7  y 71 *  1   7
Y8  y 81 *  1   8
Y9  y 91 *  1   9
Y10  y101 *  1   10

Dimana :

η = Variabel Kinerja Manajerial

Y1 = Dimensi Forecasting

Y2 =Dimensi Planning termasuk Budgeting

Y3 = Dimensi Organizing

Y4 = Dimensi Staffing atau Asembling Resource

Y5 = Dimensi Diricting atau Commanding

Y6 = Dimensi Leading
64

Y7 = Dimensi Coordinating

Y8 = Dimensi Motivating

Y9 = Dimensi Controlling

Y10 = Dimensi Reporting

ζ = Kekeliruan Pengukuran

λy = Loading Factor

(2) Spesifikasi model structural

Inner model atau yang bisa disebut juga dengan inner relation structural

model dan substantive theory yaitu menggambarkan hubungan antara variabel laten

berdasarkan pada substantive theory. Dalam penelitian ini model struktural (inner

model), yang dipakai untuk menguji hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut

(Hair et al 2017:63):

 KM dipengaruhi oleh DS dan KSIAM

Sehingga didalam penelitian ini spesifikasi diatas dapat dirumuskan sebagai

berikut:

  11 *  1  12 *  2  1
Dimana :

ζ1 = Variabel Desentralisasi

ζ2 = Variabel Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

η = Variabel Kinerja Manajerial

δ = Kekeliruan Pengukuran

(3) Gambar path diagram dari model spesifikasi diatas yang merupakan kombinasi

dari model pengukuran dan model strukturral sebagai berikut:


65

FOREC (Y )
1

DELEG (X ) PLANBDG (Y )
1 2

AUTHO (X ) ORGAN (Y )
2 3

DS
RESPON (X ) STAFF(Y )
3
4

ACOUNTA (X )
4 DIREC(Y )
5

KM LEAD (Y )
6

BRSC (X )
5

COORD (Y )
7

TMLNS (X )
6

KSIAM MOTIV (Y )
8

AGGRT (X )
7
CONTROL (Y )
9

INTGR (X )
8
REPORT (Y )
10

Gambar 3.3.
Diagram Jalur

Dimana :

ζ1 = Variabel Desentralisasi

ζ2 = Variabel Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

η = Variabel Kinerja manajerial

X1 = Dimensi Delegation

X2 = Dimendi Authority

X3 = Dimensi Responsibility

X4 = Dimensi Accountability

X5 = Dimensi Broad scope

X6 = Dimensi Timelines

X7 = Dimensi Aggregation

X8 = Dimensi Integration

Y1 = Dimensi Forecasting
66

Y2 =Dimensi Planning termasuk Budgeting

Y3 = Dimensi Organizing

Y4 = Dimensi Staffing atau Asembling Resource

Y5 = Dimensi Diricting atau Commanding

Y6 = Dimensi Leading

Y7 = Dimensi Coordinating

Y8 = Dimensi Motivating

Y9 = Dimensi Controlling

Y10 = Dimensi Reporting

Dalam model ini, dimensi-dimensi difungsikan sebagai indikator, nilai

untuk dimensi tersebut merupakan skor variabel laten yang dihitung berdasarkan

variabel-variabel manifes yang saling berkaitan.

2) Estimasi (Estimation)

Dalam model ini, terdapat dua pendekatan yang sering dipergunakan yaitu

LISREL dan PLS. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan PLS

karena sampel dalam penelitian ini relatif kecil yaitu berjumlah 33 responden

Manajer dan Suvervisor yang ada di PT. Greentrxtile Utama Indonesia II.

Prinsip-prinsip dari estimasi parameter dengan pendekatan PLS yaitu

sebagai beriku:

(1) Metode didasarkan pada regresi sederhana dan berganda,

(2) Estimasi model dilakukan melalui estimasi skor variabel-variabel laten,

(3) Estimasi tersebut dikerjakan dengan bantuan alogaritma iteratif,


67

(4) Ketika skor sudah diperoleh, taksir koefesien-koefisien model inner melalui

regresi berganda klasik (OLS),

(5) Loading dapat diperoleh dengan skor variabel laten.

 Alogaritma

Tahapan ke-1 = Menentukan bobot inisial Wjk

Tahapan ke-2 = Mengestimasikan skor variabel laten dengan bobot Wjk

Tahapan ke-3 = Mengestimasikan ulang skor variabel laten dengan

memperhatikan inner model

Tahapan ke-4 = menghitung ulang bobot (outer weight) dengan

memperhatikan indikator fomatif dan reflektif

Ulangi tahapan ke-2 sampai tahapan ke-4 dampai diperoleh Wjk yang

konvergen.

Ada tiga pilihan untuk memdapatkan bobot inner model (eij) adalah sebagai

berikut:

(a) Skema Centroid

(b) Skema Faktor

(c) Skema Path

Estimasi persamaan-persamaan struktural melalui regresi berganda

(ordinary least square) selanjutnya loading didapat dari skor variabel laten.

3) Evaluasi model

Kriteria Goodness of Fit tunggal tidak tersedia dalam SEM-PLS. Statistik

fit dalam SEMM-PLS berfokus pada ketidaksesuaian antara observed (kasus

variabel manifest) atau ketidakpastian nilai-nilai pendekatan (kasus variabel laten)


68

dari variabel-variabel dependen dan nilai taksiran oleh model dalam persamaan.

Evaluasi hasil model pengukuran dan struktural dalam SEM-PLS ditempuh melalui

kriteria evaluasi non parametrik dan prosedur bootsrapping.dalam proses tersebut

meliputi dua tahapan yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model

struktural.

(1) Evaluasi model pengukuran

Evaluasi model ini ditempuh melalui evaluasi reliabilitas dan validitas dari

ukuran-ukuran konstruk. Dalam evaluasi tersebut dibedakan menjadi konstruk yang

diukur secara reflektif dan formatif. Kedua pendekatan tersebut dilandasi oleh

konsep yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dari ukuran-ukuran

evaluasi yang berbeda pula.

 Untuk model pengukuran reflektif meliputi:

a) Internal consistency (Composite reliability)

Internal consistency atau composite reliability merupakan ukuran

reliabilitas berdasarkan evaluasi item tes terhadap konstruk yang sama. Untuk

mengukur internal consistency menggunakan composite reliability (CR) dengan

rumus sebagai berikut (Hair et al, 2017:111) :

pc 
 l  i i
2

 l    var e 
i i
2
i i

b) Convergent validity (Average variance extaced-AVE)

Convergent validity merupkan validitas yang terbukti bila skor yang

diperoleh dua instrumen yang mengukur konsep sama, atau mengukur konsep

dengan model berbeda memiliki korelasi tinggi. Untuk mengukur convergent


69

validity menggunakan AVE menggunakan rumus sebagai berikut (Hair et al,

2017:112):


2

AVE 
I

   V var  
2
I I i

c) Discriminant validity (cross loading)

Discriminant validity dari model reflektif dievaluasi melalui cross loading

lalu dibandingkan dengan nilai AVE dengan kuadrat nilai korelasi antar konstruk.

Untuk cross loading adalah membandingkan korelasi indikator dengan

konstruknya dan juga konstruk dari blok lain. Jika korelasi antara indikator dengan

konstraknya lebih tinggi dari korelasi dan blok mereka lebih baik blok lainnya.

Ukuran discriminant validity lainnya adalah bahwa nilai akar AVE harus lebih

tinggi dari korelasi antara konstrak dengan konstrak lainnya atau nilai AVE lebih

tinggi dari pada kuadrat korrelasi antara konstrak (Hair et al, 2017:115).

 Sedangkan untuk evaluasi pada model struktur meliputi :

a) Collinearity assesment

Menurut Hair at al (2017:194) yang mengungkapkan bahwa sebelum

menjelaskan analisis ini, terlebih dahulu diperlukan untuk melakukan evaluasi

model struktural collinearity. Alasannya adalah estimasi koefisien jalur dalam

model structural berlandaskan pada regresi OLS dari setiap variabel laten endogen

atas konstran –konstran yang berhubungan terhadapnya. Dalam uji regresi

berganda, estimasi koefisiensi jalur akan bisa bila terdapat tingkat collinearity yang

signifikan diantara konstrak_konstrak prediktirnya. Untuk mengevaluasi variance


70

inflation factor (VIF), dalam konteks PLS-SEM, nilai toleransi 0,02 atau kurang

dari nilai VIP 5 atau lebih menunjukan terdapat problem collinearity.

b) Structural model path coefficients

Hair et al (2017:195) menjelaskan bahwa setelah menjalankan alogaritma

PLS-SEM, estimasi diperoleh untuk hubungan model structural (Koefesien path)

yang mewakili hubungan hipotesis antar konstruk. Koefesien jalur memiliki nilai

standar – 1 dan + 1. Jika nilai koefesien jalur mendekati + 1 maka mempunyai

hubungan yang kuat, positif dan sigifikan secara statistik, begitu juga sebaliknya

jika nilai koefesien jalur mendekati – 1 maka mempunyai hubungan yang negatif

dan tidak signifikan. Semakin dekat perkiraan koefesien mendekati 0 maka semakin

lemah hubungan kinstruk. Estimasi dari nilai koefesiensi path bisa menggunakan

bootstrap atau dengan empirical t – value.

Nilai kritis yang umumnyadigunakan untuk penguji dua sisi atau two tailed

adalah sebagai berikut:

 1,65 dengan taraf signifikan 10%

 1.96 dengan taraf signifikan 5%

 2,75 dengan taraf signifikan 1%

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah desentralisasi dan

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja

manajerial dan diuji menggunakan pengujian hipotesis yang termasuk dalam model

struktural. Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis dan diuji menggunakan

statistik uji t – student. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika p – value lebih

kecil dari α. Perhitungan dari nilai-nilai t melalui bootstrapping.


71

Hipotesis 1

Desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Uji hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 :ϒ11 = 0 Desentralisasi tidak berpengaruhterhadap kinerja manajerial

H1 : ϒ11 ≠ 0 desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial Statistik uji

yang dipergunakan adalah :

 11
t
Se 11 

Hipotesis 2

Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja

manjerial

Uji hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : ϒ11 = 0 Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen tidak

berpengaruh terhadap kinerja mnajerial

H0 : ϒ11 ≠ 0 karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh

terhadap kinerja manajerial

Statistik uji yang dipergunakan adalah :

 12
t
Se 12 

c) Coefficients of determination (R2 value)

Menurut Hair et al (2017:198) mengungkapkan bahwa, ukuran yang paling

umumnya dipergunakan untuk mengevaluasi struktur model adalah dengan


72

koefesiensi determinasi ( nilai R2). Koefesien ini merupakan ukuran dari akurasi

model prediksi dan dihitung sebagai kuadrat korelasi antara endogen konstruk

aktual dan nilai-nilai prediksi. Nilai R2 berkisar dari 0 sampai 1, dengan tingkat

lebih tinggi menunjukan bahwa akurasi prediksi yang lebih tinggi juga. Rule of

thumb nilai R2 adalah sebagai berikut:

 0,75 = Substancial

 0,50 = Moderate

 0,25 = Week

d) Effect size (f2)

Selain meng evaluasi nilai-nilai R2 dari semua konstruk endogen perubahan

R2 ketika membuat konstruk eksogen tersebut apakah konstruk memiliki dampak

substantive pada kontruks endogen. Langkah tersebut disebut dengan effect size (f2)

dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

R 2 included  R 2 excluded
f 
2

1 R 2 included
Adapun rule of thumb untuk effect size adalah f2 0,02 , 0,15 dan 0,35 menunjukan

masing-masing efek konstruk kecil, sedang atau besar pada konstruk endogen

(Hair et al, 2017:201).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran UmumUnit Analisis

Perusahaan yang diberinama PT. Greentextile Indoensia Utama II Bandung

(PT. GIU II Bandung) merupakan perusahaan yang telah berdiri sejak bulan

Februari 2014 merupakan cabang kedua yang telah didirikan di Indonesia yang

terletak di Bandung Selatan tepatnya berdada di JL. Raya Banjaran Km 16.5 Desa

Batukarut. Cabang pertama yang telah berdiri sejak tahun 2011 silam yaitu PT.

Greentextile Indonesia Utama I (PT. GIU I) terletak di Kawasan Berikat Nusantara

(KBN) Bekasi. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

manafaktur, khususnya dalam memproduksi pakaian jadi. Adidas, Justice,

Massimo Duti, Forever 21, Target, Jack Nicklaus merupakan beberapa brand

pakaian ternama yang di produksi di PT. GIU II Bandung ini. Semua brand pakaian

yang di produksi di PT. GIU II Bandung. Untuk dapat menghasilkan produk yang

berkualitas tentunya perusahaan ini juga didukung oleh teknologi yang canggih

termasuk mesin-mesin produksi yang di impor langsung dari negara seperti Korea

dan Jepang.

PT. GIU II Bandung telah mengalami kemajuan dari awal didirikan sampai

saat ini tetap menjadi main buyer brand-brand tersebut yang mampu

mempertahankan kualitas dan kinerja perusahaannya. Tercatat sekitar 1.847

karyawan telah bergabung menjadi bagian dari perusahaan ini. Perusahaan ini juga

73
74

menjadi salah satu perusahaan yang telah banyak memberikan lapangan

pekerjaan serta memberikan penghasilan bagi warga sekitar dengan sebagian warga

yang telah di pekerjakan oleh PT. GIU II Bandung dan juga warga lainnya bisa

berjualan disekitar jalan area menuju pabrik. Namun, untuk dapat bekerja di PT.

GIU II Bandung ini harus melewati beberapa tahapan seleksi, karena pihak

perusahaan menginginkan lebih banyak karyawan yang cukup berpengalaman di

bidang garment. Proses seleksi ini dinilai tidak hanya dari segi pendidikan saja akan

tetapi juga kemapuan yang dimiliki calon karyawan pun juga diperhitungkan untuk

dapat bergabung dengan perusahaan. Maka dari itu banyak yang beranggapan

bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang cukup maju di daerah Bandung

Selatan.

PT. GIU II Bandung dikenal dengan perusahaan yang memiliki komitmen

tinggi sehingga banyak perusahaan sejenis menganggap perusahaan ini adalah

pesaing yang sangat kuat. Perusahaan ini juga memiliki pangsa pasar yang luas

yang telah mampu mengekpor produknya kebeberapa negara seperti Amerika,

Eropa, Australisa dan Korea. Setiap minggu perusahaan memiliki jadwal

pengiriman atau jadwal expor yang teratur kebeberapa negara tersebut sesuai

dengan Explant order yang telah dibuat oleh markering penjualan keberbagai

negara pemesan tersebut.


75

2.1.3.1.4.1.1.1.Visi dan Misi Perusahaan

A. Visi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung

Meningkatkan kehidupan yang baik khususnya dalam dunia fashion,

melalui pemberian pakaian dengan lifestyle yang indah.

B. Misi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung

Kami percaya

 Setiap individu bersemangat untuk mendorong kita menuju keunggulan

 Inovasi dan ide yang merupakan bahan bakar utama untuk pertumbuhan

kemajuan perusahaan kami

 Kami harus selalu berusaha menjadi lebih baik untuk menghasilkan

kesempurnaan dalam kualitas

 Kami memiliki kekuatan untuk mendengarkan.


76

2.1.3.2.4.1.1.2. Struktur Organisasi PT. Greentextile Indonesia Utama II

Bandung

Presiden Direktur

General Manajer

Manajer Keuangan dan Marketing Manajer Manajer Produksi


SDM

Suvervisor Suvervisor Suvervisor

HRD Marketing Leader Produksi

Accounting Purchasing Administrasi Produksi

Inventory Exim Produksi

Iinformation and
Technology

Gambar 4.1.
Struktur Organisasi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung

4.1.1.3.Unit-unit Kerja dan Tugas Pokok pada PT. Greentextile Utama

Indonesia II Bandung

1) Presiden Direktur

(a) Memutuskan dan menentukan peraturan dan kebijakan tertinggi perusahaan

(b) Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan perusahaan

(c) Bertanggung jawab atas kerugian yang dihadapi perusahaan termasuk juga

keuntungan perusahaan
77

(d) Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan dan

pembelanjaan kekayaan perusahaan

(e) Bertindak sebagai perwakilan perusahaan dalam hubungannya dengan dunia

luar perusahaan

(f) Menetapkan strategi-strategi strategis untuk mencapakai visi dan misi

perusahaan

(g) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan di perusahaan, mulai

bidang administrasi, kepegawaian hingga pengadaan barang.

(h) Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan

2) Direktur

(a) Memimpin perusahaan dan menjadi motivator bagi karyawannya

(b) Mengelola operasional harian perusahaan

(c) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan mengalisis

semua aktivitas bisnis perusahaan

(d) Merencanakan, mengelola dan mengawasi proses penganggaran di

perusahaan

(e) Merencanakan dan mengontrol kebijakan perusahaan agar dapat berjalan

dengan maksimal

(f) Memastikan setiap departemen melakukan strategi perusahaan dengan efektif

dan optimal

(g) Mengelola anggaran keuangan perusahaan

(h) Memutuskan dan membuat kebijakan untuk kemajuan perusaahan

(i) Membuat prosedur dan standar perusahaan


78

(j) Membuat keputusan penting dalam hal investasi, integrasi, aliansi dan

divestasi

(k) Merencanakan dan mengeksekusi rencana startegis perusahaan jangka

menengah dan jangka panjang untuk kemajuan perusahaan

(l) Menghadiri pertemuan, seminar, konferensi maupun pelatihan

3) General Manager

(a) Menetukan arah tujuan perusahaan dalam jangka panjang pada bidang

operasional dan menjabarkan dalam pelaksanaan jangka pendek

(b) Membuat kebijakan-kebijakan operasional untuk merealisasikan tujuan

jangka pendek

(c) Melakukan koordinasi dan memberiakan wewenang khusus, serta meminta

pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja harian.

4) Marketing Manajer

(a) Bertanggungjawab dalam mengontrol dan membina bagian seluruh karyawan

dibagian pemasaran

(b) Menetapkan tujuan dan sasaran jalannya operasional perusahaan khususnya

dalam penjualan dan pemasaran produk

(c) Menerima laporan mengenai jalannya proses produksi apabila terdapat

kekurangan bahan atau aksesoris maka manajer marketing yang akan

mengambil keputusan

5) Manajer Produksi

(a) Membuat perencanaan dan jadwal proses produksi


79

(b) Mengawasi proses produksi agar kualitas, kuantitas dan waktunya sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat

(c) Bertanggung jawab mengatur manajemen gudang agar tidak terjadi kelebihan

atau kekurangan persediaan bahan baku, bahan penolong maupuan produk

yang sudah jadi di gudang

(d) Bertanggung jawab mengatur manajemen alat agar fasilitas produksi berfungsi

sebagaimana mestinya dan beroperasi dengan lancar

(e) Membuat laporan secara berkala mengenai kegiatan di bagiannya

(f) Bertanggung jawab pada peningkatan keterampilan dan keahlian karyawan

yang berada di bawah tanggung jawabnya

(g) Memberikan penilaian dan sanksi jika karyawan di bawah tanggung jawabnya

melakukan kesalahan dan pelanggaran

6) Suvervisor

(a) Membuat perencanaan dan permintaan semua kebutuhan untuk proses

produksi

(b) Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua tugas bawahannya agar

sesuai perencanaan, prosedur dan standar kerja perusahaan

(c) Bertanggung jawab pada dalam pencapaian target produksi dan kualitas

standar hasil produksi

(d) Memberi bimbingan pada bawahan agar bawahan dapat meningkatkan

kemampuannya dan melakukan penilaian kinerja bawahan

(e) Memimpin dan mengawasi proses pelaksanaan produksi agar sesuai dengan

standar perusahaan
80

7) HRD

(a) Bertugas membantu proses seleksi penerimaan karyawan dimulai dari proses

penyeleksian administrasi, psikotes, wawancara hingga training.

(b) Merekap laporan hitungan absen staf dan karyawan setiap hasinya untuk

menghasilkan data hitungan gaji karyawan

(c) Menerima seluruh laporan atau comeplain dari karyawan dan membantu

menyelesaikan masalah yang dihadapi karyawan tersebut

8) Accounting

(a) Bertugas mencatat seluruh kegiatan keuangan masuk dan keluar setiap

harinya untuk direkap dan dilaporkan kepada seluruh manajer khususnya

direktur perusahaan.

(b) Melakukan proses pembayaran terhadap supplier bahan dan acsesoris dan

melakukan penagihan kepada perusahaan yang bekerjasama

(c) Membantu untuk merekap data gaji karyawan untuk disetorkan melalui bank

setiap akhir bulan untuk mengaji karyawan

9) Inventory

(a) Mengecek stok awal barang, barang datang, barang retur, barang yang terjual,

dan saldo akhir.

(b) Mengecek tertib administrasi, seperti kelengkapan surat jalan dan surat retur

(c) Bertanggungjawab mengarsipkan laporan kerahasian perusahaan


81

10) Information and Technology

(a) merawat software/hardware/komputer yang ada di perusahaan, melakukan

perbaikan jika ada yang rusak, memastikan semua hardware dan komputer

berfungsi optimal, mengevaluasi dan meningkatkan kinerja sistem IT

(b) Memeriksa setiap jaringan yang ada di perusahaan

11) Marketing

(a) Bertanggungjawab dalam pelaksanaan penyelesaian produksi, dimulai proses

kedatangan bahan baku hingga proses peengiriman barang yang sudah

menjadi pakaian untuk dapat diekpor kenegara lain

(b) Mengecek lapangan untuk melihat dan memeriksa hasil produksi dan

melaporkan kepada manajer marketing setiap harinya.

(c) Melakukan kontroling setiap hari kepada adm untuk mendapatkan laporan

mengenai seluruh proses produksi agar terhindar dari masalah yang tidak

diinginkan seperti: terdapat kekurangan barang ketika akan ekxpor

12) Purchasing

(a) Mengelola kebijakan purchasing dan memastikan semua pembelian sesuai

dengan kebijakan tersebut.

(b) Memilih supplier yang akan berhubungan dengan perusahaan dan

berkomunikasi dengan resmi dengan supplier tersebut.

(c) Mengelola Service Level Agreements (SLA) di antara supplier dan

perusahaan.

(d) Merekrut staf, mengadakan pelatihan, dan tugas manajerial lainnya.


82

(e) Berhubungan dengan departemen lainnya, seperti departemen akuntansi,

manufaktur, dan persediaan barang.

13) Exim

(a) Melakukan proses administrasi kepada bea cukai terhadap barang datang dan

keluar

(b) Membantu menyelesaikan dokumen proses ekpor dan impor barang

(c) Membantumembuat kontrak perjanjian denga perusahaan lain seperti: ketika

melakukan kerjasama proses printing sablon

14) Leader Produksi

(a) Memimpin karyawan produksi dalam melakukan pengerjaan kegiatan

produksi agar meminimalkan tingkat kesalahan

(b) Setiap leader peline melakukan technical meeting pagi sebelum masuk dan

sebelum pulang guna untuk memberikan masukan dan sharing terhadap

karyawan

15) Admisistrasi Prosuksi

(a) Memberikan laporan harian setiap kegiatan dimulai dari potong bahan, jahit

dan proses packing barang khususnya kepada leader dan manajer produksi

(b) Mencatat proses permintaan masuk dan keluaran barang didalam perusahaan

yang terjadi disetiap departemen

(c) Memberikan kebutuhan yang diperlukan oleh line produksi seperti bahan dan

aksesoris.

16) Produksi

(a) Melakukan pekerjaan yang diinstruksikan oleh leader dan manajer produksi
83

(b) Melakukan pekerjaan dengan teliti dan harus memenuhi target yang

ditetapkan oleh perusahaan perharinya

(c) Diharuskan bekerjasama baik dengan team perline agar mencapai target yang

harus dicapai, karena jika target perhari tercapai maka setiap minggu akan

mendapatkan bonus gaji yang diberikan pihak perusahaan.

4.1.2. Profil Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah staff PT. Greentextile Utama

Indonesia II Bandung. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

mengantarkan langsung kuesioner kepada responden yang bekerja di PT.

Greentextile Utama Indonesia II Bandung yang telah terpilih menjadi sampel yang

telah dijelaskna pada bab metode penelitian. Sampel dalam penelitian ini berjumlah

33 responden dan pengembalian kuesioner yang disebar 100% diterima kembali

oleh peneliti.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui kuesioner yang

diberikan kepada Staff PT Greentextile Utama Indonesia Utama II, maka dapat

diketahui karakteristik setiap karyawan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, dan masa jabatan yang akan diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1.
Demografi Profil Perusahaan

Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin :
Laki-Laki 12 36,36%
Perempuan 21 63,64%
Total 33 100%
Umur :
<30 Tahun 21 63,64%
84

Frekuensi Persentase
31-40 Tahun 11 33,33%
41-50 Tahun 1 3,03%
>50 Tahun
Total 33 100%
Pendidikan Terakhir :
SMA 7 21,21%
D3 11 33,33%
S1 14 42,42%
S2 1 3,03%
Total 33 100%
Masa Kerja :
<1 Tahun 3 9,09%
1-3 Tahun 18 54,55%
>4 Tahun 12 36,36%
Total 33 100%

Berdasarkan tabel 4.1. diatas terlihat bahwa menurut karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin menunjukan hasil bahwa responden berjenis

kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 12 : 21 atau sekitar

36,36% : 63,64%. Selanjutnya karakteristik berdasarkan umur responden yang

mendominasi dalam penyebaran kuesioner pada interval umur kurang dari 30

(<30) tahun sekitar 21 responden atau dengan jumlah persentase sebesar 63.64%.

Selanjutnya pada karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir dapat terlihat

bahwa sebanyak 15 responden atau dengan persentase sebesar 42,42% memiliki

jenjang pendidikan S1. Kemudian karakteristik berdasarkan masa kerja rata-rata

responden memiliki masa kerja antara rentang waktu 1 – 3 tahun masa kerja dengan

jumlah responden 18 responden atau dengan persentases sebesar 54,55%.


85

4.1.3. Hasil Penelitian

4.1.3.1.Hasil Analisis Deskriptif

Interetasi data hasil tanggapan responden yang diperoleh dapat digunakan

untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden ini

dapat diketahui bagaimana kondisi dari setiap variabel indikator yang sedang

diteliti. Agar lebih dalam mengintepretasikan variabel yang sedang diteliti,

dilakukan kategorisasi terhadap tanggapan responden berdasarkan rata-rata skor

tanggapan responde. Prinsip kategori rata-rata skor tanggapan responden atau

interval , yaitu berdasarkan jumlah skor maksimum dan skor minimum dibagi

dengan jumlah kategori atau kelas yang diinginkan dapat dihitung menggunakan

rumus kriterium sturgess sebagai berikut (Mangkuatmojo, 2015:43):

Interval / rentang skor kategori = skore maksium – skore minimum


Jumlah kategori/kelas

Tabel 4.2.
Pedoman Kategori Rata-rata Skor Tanggapan Responden

Skore Tanggapan Kategori


Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Tidak Mencakup/Tidak
1,00 – 1,80
Lengkap/Tidak Mampu/Tidak Baik
Tidak Setuju/Kadang-Kadang/Kurang Mencakup/Kurang
1,81 – 2,60
Lengkap/Kurang Mampu/Kurang Baik
Netral/Ragu-Ragu/Cukup Mencakup/Cukup Lengkap/Cukup
2,61 – 3,40
Mampu/Cukup
3,41 – 4,20 Setuju/Sering/Mencakup/Lengkap/Mampu/Baik
Sangat Setuju/Selalu/Sangat Mencakup/Sangat Lengkap/Sangat
4,21 – 5,00
Mampu/Sangat Baik
86

4.1.3.1.1. Analisis Deskriptif Implementasi Desentralisasi

Desentralisasi diukur melalui empat dimensi dan dioperasionalisasikan

menjadi delapan indikator. Berikut rekapitulasi distribusi desentralisasi pada PT.

Greentextile Indonesia Utama II Bandung.

Tabel 4.3.
Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II
Bandung pada Desentralisasi

Distribusi Tanggapan Mean


No Indikator Kategori
5 4 3 2 1 Score
Dimensi Delegation
Diperusahaan ini penugasan pekerjaan
1 disesuaikan dengan tingkatan atau 45,45% 36,36% 15,15% 3,03% 0,00% 4,24 Sangat Baik
jabatannya
Diperusahaan ini dalam pengambilan
2 keputusan disesuaikan dengan tingkat 42,42% 45,45% 12,12% 0,00% 0,00% 4,30 Sangat Baik
jabatan
Total 4,29 Sangat Baik
Dimensi Authority
Diperusahaan ini manajer memiliki
wewenang untuk membuat segala
3 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan perusahaan
Total 4,21 Sangat Baik
Dimensi Responsibility
Menurut Bapak/ibu, Manajer wajib
4 menerima ttanggungjawab terhadap 36,36% 57,58% 6,06% 0,00% 0,00% 4,30 Sangat Baik
kelangsungan perusahaan
Total 4,30 Sangat Baik
Dimensi Acountability
Selama ini diperusahaan tempat Bapak/Ibu
bekerja dalam mengukur tingkat
5 27,27% 63,64% 9,09% 0,00% 0,00% 4,18 Baik
pencapaian hasil ditentukan oleh pelaporan
kinerja atau evaluasi staf secara berkala
Selama ini bapak/ibu mendapatkan respon
6 yang cepat, tepat dan efektif dalam 27,27% 60,61% 12,12% 0,00% 0,00% 4,15 Baik
mendapatkan laporan
Dengan mendapatkan informasi yang baik,
7 Bapak/ibu membuat keputusan yang 18,18% 69,70% 12,12% 0,00% 0,00% 4,06 Baik
optimis atau meyakinkan
Dengan adanya tanggung jawab, akan akan
8 meningkatkan kinerja dan memotivasi agar 30,30% 57,58% 9,09% 3,03% 0,00% 4,15 Baik
lebih baik dalam bekerja
Total 4,14 Baik
Grand Mean 4,23 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa hasil dari perhitungan total

skor rata-rata secara keseluruhan (Grand mean) dari variabel desentralisasi sebesar

4,23 berada antara interval 4,21 – 5,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
87

desentralisasi pada PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung dikategorikan

sangat baik.

Grand mean sebesar 4,28 dengan ekuivalen 84,62%. Artinya bahwa

pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan dengan

baik, karena dinyatakan dalam dimensi delegaion, aoutority, responsibility dan

acuntability yang menunjang implementasi desentralisasi telah dilaksanakan sesuai

dengan prosedur yang telah diditerapkan oleh perusahaan tersebut. Tetapi apabila

dibandingkan dengan skor ideal (100%) ternyata implementasi desentralisasi masih

menghadapi kendala. Gap antara skor ideal 100% dengan skor aktual 84,62%

menunjukan nilai sebesar 14,38% (100% - 84,62%). Seharusnya gap ini dapat

diminimalisir sehingga kondisi dilapangan mengenai implementasi desentralisasi

ini berada pada level 100% yaitu skor optimal desentralisasi. Kendala yang

dihadapi oleh PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung dalam hal

desentralisasi ini dikarenakan masih ada step approval yang panjang dalam

pengambilan suatu keputusan. Gap ini merupakan bentuk kuantifikasi atas kondisi

aktual implementasi desentralisasi, sehingga diharapkan bisa berkurang agar

tercapai kondisi ideal yang diharapkan yaitu desentralisasi sangat memadai (semua

responden menjawab skala 5).

1) Dimensi Delegation

Tabel 4.4.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Delegaion

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Diperusahaan ini F 15 12 5 1 0
1 penugasan pekerjaan 4,24 84,85% 15,15% Sangat Baik
% 45,45% 36,36% 15,15% 3,03% 0,00%
88

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
disesuaikan dengan
tingkatan atau jabatannya
Diperusahaan ini dalam
F 14 15 4 0 0
pengambilan keputusan
2 disesuaikan dengan tingkat 4,30 86,06% 13,94% Sangat Baik
jabatan % 42,42% 45,45% 12,12% 0,00% 0,00%

Dimensi delegation terdiri dari dua indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.4.) menunjukan bahwa sebagian besar

karyawan PT. Greentexile Indonesia Utama II Bandung (45,45%) menyatakan

diperusahaan ini penugasan pekerjaan disesuaikan dengan tingkatan atau

jabatannya. Namun masih terdapat kendala 15,15% (100% - 84,85%) dalam

penugasan pekerjaan karyawan. Selanjutnya sebagian besar karyawan PT.

Greentextile Indonesia Utama II Bandung (45,45%) menyatakan diperusahaan ini

dalam pengambilan keputusan disesuaikan dengan tingkat jabatan. Namun masih

terdapat kendala sebesar 13,94% (100% - 86,06%) dikaenakan beberapa keputusan

yang tidak disesuaikan dengan jabatan karyawan.

2) Dimensi Aouthority

Tabel 4.5.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Aouthority

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SB B CB KB TB Score Aktual
Diperusahaan ini manajer
memiliki wewenang untuk F 12 16 5 0 0
membuat segala Sangat
1 keputusan-keputusan yang 4,21 84,24% 15,76%
Baik
berkaitan dengan % 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00%
perusahaan

Dimensi authority/wewenang terdiri dari satu indikator. Berdasarkan

rekapitulasi distribusi tanggapan responden (tabel 4.5.) diatas menunjukan bahwa

diperusahaan manajer memiliki wewenang untuk membuat segala keputusan-


89

keputusan yang berkaitan dengan perusahaan, hal ini dibuktikan oleh sebagian

besar karyawan (48,48%) menjawab sering dengan pernyataan tersebut. Namun

masih terdapat gap sebesar 15,76% (100% - 84,24%) dalam penerapannya.

3) Dimensi Responsibility/tanggungjawab

Tabel 4.6.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Responsibility

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SB B CB KB TB Score Aktual
Menurut Bapak/ibu, Manajer
wajib menerima F 12 19 2 0 0 Sanga
1 4,30 86,06% 13,94%
ttanggungjawab terhadap Baik
kelangsungan perusahaan % 36,36% 57,58% 6,06% 0,00% 0,00%

Dimensi tanggung jawab terdiri dari satu indikator. Berdasarkan distribusi

tanggapan responden (tabel 4.6.) diatas menunjukan bahwa manajer wajib

menerima tanggung jawab terhadap kelangsungan perusahaan, hal ini dibuktikan

dengan sebagian besar karyawan (57,58%) menjawab setuju dengan pernyataan

tersebut. Namun masih terdapat gap sebesar 13,94% (100% - 86,06%) dalam

penerapannya.

4) Dimensi Acccuntability/ pertanggungjawaban

Tabel 4.7.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Accountability

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SB B CB KB TB Score Aktual
Selama ini diperusahaan tempat
Bapak/Ibu bekerja dalam F 9 21 3 0 0
mengukur tingkat pencapaian
1 hasil ditentukan oleh pelaporan 4,18 83,64% 16,36% Baik
kinerja atau evaluasi staf secara
berkala % 27,27% 63,64% 9,09% 0,00% 0,00%

Selama ini bapak/ibu


2 mendapatkan respon yang F 9 20 4 0 0 4,15 83,03% 16,97% Baik
90

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SB B CB KB TB Score Aktual
cepat, tepat dan efektif dalam
mendapatkan laporan % 27,27% 60,61% 12,12% 0,00% 0,00%

Dengan mendapatkan informasi


yang baik, Bapak/ibu membuat F 6 23 4 0 0
3 4,06 81,21% 18,79% Baik
keputusan yang optimis atau
meyakinkan % 21,21% 69,70% 12,12% 0,00% 0,00%
Dengan adanya tanggung jawab, F 10 19 3 1 0
akan akan meningkatkan kinerja
4 4,15 83,03% 16,97% Baik
dan memotivasi agar lebih baik % 30,30% 57,58% 9,09% 3,03% 0,00%
dalam bekerja

Dimensi akuntabilitas terdiri dari empat indikator. Berdasarkan hasil

rekapitulasi distribusi tanggapan diatas (tabel 4.7.) dapat diketahui bahwa sebagian

besar karyawan (63,64%) menyatakan diperusahaan tersebut sering mengukur

tingkat pencapaian hasil ditentukan oleh pelaporan kinerja atau evaluasi staf secara

berkala. Meskipun masih terdapat kendala 16,36% (100% - 83,64%) dalam

penerapannya. Kemudian sebagian besar karyawan (60,61%) menyatakan bahwa

mereka sering mendapatkan respon yang lebih cepat, tepat dan efektif dalam

mendapatkan laporan dan memiliki kendala sebesar 16,97% (100% - 83,03%)

dalam penerapannya pernyataan tersebut. Selanjutnya sebagian besar karyawan

(69,70%) sering mendapatkan informasi yang baik, dan akan membantu pembuatan

keputusan yang optimis/ meyakinkan, namun masih terdapat gap sebesar 18,79%

(100% - 81,21%) dalam pelaksanaanya. Lalu sebagian karyawan (57,58%)

menyatakan setuju dengan adanya tanggung jawab, akan meningkatkan kinerja dan

memotivasi untuk lebih baik dalam bekerja dan masih memiliki kendala sebesar

16,97% (100% - 83,03%) dalam pelaksanaannya.


91

4.1.3.1.2. Analisis Deskriftif Implementasi Karakteristik Sistem Informasi

Akuntansi Manajemen

Karakterisrik sistem informasi akuntansi manajemen diukur melalui empat

dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi sepuluh indikator. Berikut rekapitulasi

distribusi karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen pada PT.

Greentextile Indonesia Utama II Bandung:

Tabel 4.8.
Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II
Bandung pada Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Distribusi Tanggapan Mean


No Indikator Kategori
5 4 3 2 1 Score

Dimensi Broad Sope


Informasi yang dibutuhkan dan disajikan
1 berkenaan dengan informasi yang berasal dari 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
dalam perusahaan maupun luar perusahaan
Informasi yang dibutuhkan dan disajikan
2 berkenaan dengan informasi yang berasal dari 30,30% 51,52% 18,18% 0,00% 0,00% 4,12 Baik
dalam perusahaan maupun luar perusahaan
Selama ini penyelesaian laporan dilakukan
3 secara sitematis dan tepat waktu 27,27% 54,55% 18,18% 0,00% 0,00% 4,09 Baik
Total 4,14 Baik
Dimensi Timelines
Penyerahan laporan tepat waktSelama ini
informasi yang diperlukan disediakan tepat
4 waktu dan memberikan jangka waktu apabila 33,33% 48,48% 15,15% 3,03% 0,00% 4,12 Baik
laporan belum selesai sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan
5 Pemecatan dan pengangkatan karyawan 42,42% 36,36% 21,21% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
Total 4,17 Baik
Dimensi Aggregation
Informasi yang dibutuhkan dan disajikan
6 30,30% 57,58% 12,12% 0,00% 0,00% 4,18 Baik
dilaporkan secara lengkap dan mudah dipahami
Informasi yang berikan perusahaan selama ini
selalu meliputi berbagai informasi dari
7 30,30% 57,58% 9,09% 3,03% 0,00% 4,15 Baik
beberapa divisi pendukung seperti informasi
dari bagian keuangan, operasional, dan SDM
Informasi yang berikan perusahaan selama ini
selalu meliputi berbagai informasi dari
8 33,33% 54,55% 12,12% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
beberapa divisi pendukung seperti informasi
dari bagian keuangan, operasional, dan SDM
Total 4,18 Baik
Dimensi Integration
Informasi yang dibutuhkan dan disajikan
mencerminkan kompleksitas dan dan saling
9 30,30% 51,52% 18,18% 0,00% 0,00% 4,12 Baik
berkaitan antara bagian satu dengan bagian
yang lainnya
92

Distribusi Tanggapan Mean


No Indikator Kategori
5 4 3 2 1 Score
Selama ini informasi yang disediakan
terintegrasi (pembauran informasi dari setiap
10 unit sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh) 21,21% 51,52% 27,27% 0,00% 0,00% 3,94 Baik
dan mampu dijadikan sebagai alat koordinasi
dalam pengambilan keputusan
Total 4,03 Baik
Grand Mean 4,13 Baik

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan skor total

rata-rata secara keseluruhan (grand mean) dari variabel karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen sebesar 4,13 berada antara interval 3,41 - 4,20.

Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa karakteristik sistem informasi

akuntansi manajemen pada PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung

dikategorikan baik.

Grand mean sebesar 4,14 dengan ekuivalen 82,60%. Artinya implementasi

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen pada PT. Greentextile

Indonesia Utama II Bandung sudah berjalan dengan baik yang didukung oleh broad

scope, timelines, aggregation, dan integration yang menunjang karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen telah dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan

oleh perusahaan. Tetapi apabila dibandingkan dengan skor ideal (100%) ternyata

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen masih memiliki kendala/gap.

Gap antara skor ideal dengan skor aktual menujukan nilai sebesar 82,60%

menunjukan nilai sebesar 17,40% (100% - 82,60%). Seharusnya gap ini dapat

diminimalisir sehingga kondisi yang berada dilapangan mengenai karakterisrik

sistem informasi akuntansi manajemen ini berada pada level 100% yaitu skor

optimal dalam dimensi karakteristik sistem informasi akutansi manajemen.

Kendala yang dihadapai oleh PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung


93

mengenai karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen ini dikarenakan

perusahaan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan

oleh para karyawan. Gap ini merupakan bentuk kuantifikasi atas kondisi aktual

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen, sehingga diharapkan dapat

berkurang agar tercapai kondisi ideal yang diharapkan yaitu karakteristik sistem

informasi akuntansi manajemen sangat baik (semua responden menjawab skala 5).

1) Dimensi Broad Scope

Tabel 4.9.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Broad Scope

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Informasi yang dibutuhkan
dan disajikan berkenaan F 12 16 5 0 0
dengan informasi yang
1 4,21 84,24% 15,76% Sangat Baik
berasal dari dalam
perusahaan maupun luar % 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00%
perusahaan
Selama ini penyediaan
informasi yang diperlukan F 10 17 6 0 0
baik keuangan maupun non
2 keuangan yang dibutuhkan 4,12 82,42% 17,58% Baik
selalu tersediakan yaitu
berupa laporan harian, % 30,30% 51,52% 18,18% 0,00% 0,00%
mingguan dan bulanan
Informasi yang dibutuhkan
dan disajikan mancakup F 9 18 6 0 0
informasi yang berkenaan
3 4,09 81,82% 18,18% Baik
dengan rencana dan peristiwa
yang akan terjadi dimasa % 27,27% 54,55% 18,18% 0,00% 0,00%
yang akan datang.

Dimensi broad scope terdiri dari tiga indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.9.) menunjukan bahwa sebagian besar

karyawan (48,48%) menyatakan dilingkunag responden mudah mendapatkan

Informasi yang berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Namun

masih terdapat gap sebesar 15.76% (100% - 84,24%) dalam penerapan pernyataan

tersebut. Kemudian sebagian karyawan (51,52%) menyatakan bahwa selama ini


94

informasi yang dibutuhkan baik berupa laporan keuangan ataupun non keuangan

selalu tersedia seperti laporan harian, mingguan, dan bulanan. Meskipun masih

terdapat gap sebesar 17,58% (100% - 82,42%). Selanjutnya sebagian besar

karyawan (54,55%) menyatakan bahwa Informasi yang dibutuhkan dan disajikan

sering mancakup informasi yang berkenaan dengan rencana dan peristiwa yang

akan terjadi dimasa yang akan datang dan terdapat gap sebesar 18,18% (100% -

81,82%) dalam penerapannya.

2) Dimensi Timelines

Tabel 4.10.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Timelines

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Selama ini informasi yang
diperlukan disediakan F 11 16 5 1 0
tepat waktu dan
memberikan jangka waktu
1 4,12 82,42% 17,58% Baik
apabila laporan belum
selesai sesuai dengan % 33,33% 48,48% 15,15% 3,03% 0,00%
aturan yang telah
ditetapkan
Selama ini penyelesaian F 14 12 7 0 0
2 laporan dilakukan secara 4,21 84,24% 15,76% Sangat Baik
sitematis dan tepat waktu % 42,42% 36,36% 21,21% 0,00% 0,00%

Dimensi timelines terdiri dari dua indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.10.) menujukan bahwa sebagian besar

karyawan (48,48%) menjawab mampu untuk menyediakan informasi dengan tepat

waktu dan memberikan tenggang waktu bila laporan beum selesai sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan perusahaan. Namun terdapat gap sebesar 17,58%

(100% - 832,42%) dalam penerapan tersebut. Selanjutnya sebagian besar karyawan

(42,42%) menjawab selalu menyelesaikan laporan secara sistematis dan tepat


95

waktu. Akan tetapi masih terdapat sebesar 15,76% (100% - 84,24%) kendala dalam

penyusunan laporan tersebut.

3) Dimensi Aggregation

Tabel 4.11.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Aggregation

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Informasi yang dibutuhkan dan F 7 19 6 1 0
1 disajikan dilaporkan secara 3,97 79,40% 20,60% Baik
lengkap dan mudah dipahami % 21,21% 57,58% 18,18% 3,03% 0%
Informasi yang berikan
perusahaan selama ini selalu F 9 17 5 1 1
meliputi berbagai informasi dari
2 3,97 79,40% 20,60% Baik
beberapa divisi pendukung
seperti informasi dari bagian % 27,27% 51,52% 15,15% 3,03% 3,03%
keuangan, operasional, dan SDM
Selama ini informasi yang F 8 20 5 0 0
tersedia bermanfaat sebagai
3 4,09 81,80% 18,20% Baik
pertimbangan pengambilan % 24,24% 60,61% 15,15% 0% 0%
keputusan

Dimensi aggregation terdiri dari tiga indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.11.) menunjukan bahwa sebagian besar

karyawan (57,58%) dalam informasi yang disediakan oleh perusahaan dilaporkan

secara lengkap dan mudah untuk dipahami. Namun masih terdapat gap sebesar

16,36% (100% - 83,64%) dalam pelaporan ini dikarenakan masih ada laporan yang

disajikan secara rumit. Kemudian sebagian karyawan (57,58%) mengungkapkan

bahwa Informasi yang disajikan perusahaan selama ini sering meliputi berbagai

informasi dari beberapa divisi pendukung seperti informasi dari bagian keuangan,

operasional, dan SDM. Akan tetapi masih terdapat gap sebesar 16,97% (100% -

83,03%) dalam pengaplikasiannya. Selanjutnya sebagian karyawan (54,55%)

menjawab setuju bahwa informasi yang tersedia bermanfaat sebagai pertimbangan


96

pengambilan keputusan, dan masih terdapat gap sebesar 15,76% (100% - 84,24%)

dalam penerapannya.

4) Dimensi Integration

Tabel 4.12.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Integration

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Informasi yang dibutuhkan dan
disajikan mencerminkan F 10 17 6 0 0
1 kompleksitas dan saling berkaitan 4,12 82,42% 17,58% Baik
antara bagian satu dengan bagian % 30,30% 51,52% 18,18% 0,00% 0,00%
yang lainnya
Selama ini informasi yang
disediakan terintegrasi
F 7 17 9 0 0
(pembauran informasi dari setiap
2 unit sehingga menjadi satu 3,94 78,79% 21,21% Baik
kesatuan yang utuh) dan mampu
dijadikan sebagai alat koordinasi % 21,21% 51,52% 27,27% 0,00% 0,00%
dalam pengambilan keputusan

Dimensi integration terdiri dari dua indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.12.) menunjukan sebagian besar

karyawan (51,52%) mengatakan setuju bahwa Informasi yang dibutuhkan dan

disajikan mencerminkan kompleksitas dan saling berkaitan antara bagian satu

dengan bagian yang lainnya. Namun terdapat gap sebesar 17,58% (100% - 82,42%)

dalam penerapannya. Selanjutnya sebagian besar karyawan (51,52%)

megungkapkan bahwa selama ini informasi yang disediakan oleh perusahaan

terintegrasi (pembauran informasi dari setiap unit sehingga menjadi satu kesatuan

yang utuh) dan mampu dijadikan sebagai alat koordinasi dalam pengambilan

keputusan. Akan tetapi masih terdapat kendala sebesar 21,21% (100% - 78,79%)

dalam penerapannya.
97

4.1.3.1.3. Analisis Deskriftif Implementas Kinerja Manajerial

Kinerja manajerial diukur melalui 10 dimensi dan dioperasionalisasikan

menjadi 14 indikator. Berikut rekapitulasi distribusi kinerja manajerial pada PT.

Greentextile Indonesia Utama II Bandung:

Tabel 4.13.
Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II
Bandung pada Kinerja Manajerial

Distribusi Tanggapan Mean


No Indikator Kategori
5 4 3 2 1 Score
Dimensi Forecasting
Selama ini Bapak/Ibu melakukan penaksiran
terhadap berbagai kemungkinan yang akan
1 30,30% 57,58% 12,12% 0,00% 0,00% 4,18 Baik
terjadi sebelum suatu rancangan yang lebuh
pasti dilakukan.
Total 4,18 Baik
Dimensi Planning termasuk bugeting
Menetapkan tujuan perusahaan dan
menetapkan peraturan serta pedoman
2 42,42% 36,36% 21,21% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
pelaksanaan tugas serta urutan pelaksanaan
yang harus di taati oleh karyawan

3 Menetukan perencanaan biaya yang akan 45,45% 36,36% 18,18% 0,00% 0,00% 4,27 Sanga Baik
diperlukan oleh perusahaan
Total 4,24 Sangat Baik
Dimensi Organizing
Mengatur dan mengarahkan tugas setiap
4 27,27% 51,52% 21,21% 0,00% 0,00% 4,06 Baik
karyawan sesuai dengan struktur organisasi
Total 4,06 Baik
Dimensi Staffing
Ikut berperan dalam menghitung kebutuhan
pegawai; merekrut, mewawancarai, dan
5 42,42% 42,42% 15,15% 0,00% 0,00% 4, 27 Sangat Baik
memilih pegawai baru;menempatkan,
mempromosikan dan memutasi pegawai.
Total 4,27 Sangat Baik
Dimensi Directing
Ikut berperan dalam memberi bimbingan,
6 saran perintah atau intruksi kepada karyawan 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00% 4,21 Sangat Baik
dalam melaksanakan tugasnya
Mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai
bagian/divisi perusahaan agar dapat efektif
7 36,36% 36,36% 27,27% 0,00% 0,00% 4,09 Baik
dalam merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya
Total 4,15 Sangat Baik
Dimensi Leading
Memberikan pengarahan kepada karyawan
8 agar memiliki kreatifitas dan inovasi 54,55% 24,24% 21,21% 0,00% 0,00% 4,33 Sangat Baik
Melakukan komunikasi dengan karyawan
9 untuk menyelaraskan visi dan misi yang dingin 45,45% 24,24% 30,30% 0,00% 0,00% 4,15 Baik
dicapai bersama.
Total 4,24 Sangat Baik
Dimensi Coordinating
Berperan dalam berkoordinasi dengan divisi
lain, untuk menyesuaikan program kerja
10 sehingga laporan yang dibuat bermanfaat bagi 33,33% 51,52% 15,15% 0,00% 0,00% 4,18 Baik
perusahaan.
98

Distribusi Tanggapan Mean


No Indikator Kategori
5 4 3 2 1 Score
Memberikan instruksi, perintah, mengadakan
pertemuan dan memberi penjelasan,
11 48,48% 39,39% 9,09% 3,03% 0,00% 4,33 Sangat Baik
bimbingan atau nasehat, dan mengadakan
coaching dan teguran kepada karyawan
Total 4,26 Sangat Baik
Dimensi Motivating
Memberikan inspirasi, semangat dan
12 36,36% 48,48% 12,12% 3,03% 0,00% 4,18 Baik
doromgan kepada karyawan
Total 4,18 Baik
Dimensi Controlling
Melakukan penilaian dan koreksi terhadap
13 39,39% 45,45% 12,12% 3,03% 0,00% 4,21 Sangat Baik
hasil kerja karyawan
Total 4,21 Sangat Baik
Dimensi Reporting
Menyampaikan perkembanga dan hasil tugas
14 36,36% 39,39% 24,24% 0,00% 0,00% 4,12 Baik
karyawan
Total 4,12 Baik
Grand Mean 4,19 Baik

Berdasarkan tabel (4.13) diatas dapat dilihat bahwa perhitungan total skor

rata-rata secara keseluruhan (grand mean) dari variabel kinerja manajerial sebesar

4,19 berada pada interval 3,41 – 4,20. Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa

kinerja manajerial PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung dikategorikan

baik.

Grand mean sebesar 4,19 ekuivalen dengan 83,85%. Artinya bahwa kinerja

manajerial pada PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung sudah berjalan

dengan baik karena didukung forecasting, planning termasuk budgeting,

organizing, staffing, directing, leading, coordinating, motivating controlling, dan

reporting yang menunjang kinerja manajerial tersebut telah dilakukan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh PT. Greentextile Indonesia Utama II

Bandung. Tetapi apabila dibandingkan dengan skor ideal (100%) ternyata kinerja

manajerial masih menghadapi kendala. Gap antara skor ideal (100%) dengan skor

aktual sebesar 83,85% menunjukan nilai sebesar 16,15% (100% - 83,85%).

Seharusnya gap ini dapat diminimalisir sehingga kondisi dilapangan mengenai


99

kinerja manajerial berada pada level 100% yaitu skor optimal kinerja manajerial.

Gap ini merupakan bentuk kuantifikasi atas kondisi aktual kinerja manajerial,

sehingga diharapkan bisa berkurang agar tecapai kondisi ideal yang diharapkan

yaitu kinerja manajerial sangat baik (semua reponden menjawab skala 5).

1) Dimensi Forecasting

Tabel 4.14.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Forecasting

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Selama ini Bapak/Ibu melakukan
penaksiran terhadap berbagai F 10 19 4 0 0
1 kemungkinan yang akan terjadi 4,18 83,64% 16,36% Baik
sebelum suatu rancangan yang % 30,30% 57,58% 12,12% 0,00% 0,00%
lebuh pasti dilakukan.

Dimensi forecasting terdiri dari sati indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.14.) menunjukan bahwa sebagian besar

manajer (57,58%) dalam melakukan penaksiran terhadap berbagai kemungkinan

yang akan terjadi sebelum suatu rancangan yang lebih pasti dilakukan sudah sesuai

dengan prosedur yang ada, akan tetapi masih terdapat kendala sebesar 16,36%

(100% - 83,64%) dalam melakukan standar tersebut.

2) Dimensi Planning termasuk Budgeting

Tabel 4.15.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung
Untuk Setiap Butir Pernyataan Dimensi Planning termasuk Budgeting
Hasil Kategori Mean % Score
Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Menetapkan tujuan perusahaan F 14 12 7 0 0
dan menetapkan peraturan serta
1 pedoman pelaksanaan tugas serta 4,21 84,24% 15,76% Sangat Baik
urutan pelaksanaan yang harus di % 42,42% 36,36% 21,21% 0,00% 0,00%
taati oleh karyawan
Menetukan perencanaan biaya F 15 12 6 0 0
2 yang akan diperlukan oleh 4,27 85,45% 14,55% Sangat Baik
perusahaan % 45,45% 36,36% 18,18% 0,00% 0,00%
100

Dimensi planning termasuk budgeting terdiri dari dua indikator.

Berdasarkan rekapitulasi distribusi tanggapan responden (tabel 4.15.) menunjukan

bahwa sebagian besar manajer (42,42%) menyatakan diperusahaan ini manajer

menetapkan tujuan perusahaan dan menetapkan peraturan serta pedoman

pelaksanaan tugas serta urutan pelaksanaan yang harus di taati oleh karyawan.

Namun masih terdapat gap sebesar 15,76% (100% - 84,24%) dalam menetapkan

perencanaan dan peraturan yang harus ditaati oleh karyawan. Selanjutnya sebagain

besar manajer (45,45%) menyatakan sangat setuju bahwa manajer juga menetapkan

perencanaan biaya yang akan diperlukan oleh perusahaan. Akan tetapi masih

terdapat gap sebesar 14,55% (100% - 85,45%) dalam penerapan perencanaannya.

3) Dimensi Organizing

Tabel 4.16.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Organizing

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Mengatur dan mengarahkan F 9 17 7 0 0
1 tugas setiap karyawan sesuai 4,06 81,21% 18,79% Baik
dengan struktur organisasi % 27,27% 51,52% 21,21% 0,00% 0,00%

Dimensi organizing terdiri dari satu indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.16.) menunjukan bahwa sebagian besar

manajer (51,52%) dalam mengatur dan mengarahkan tugas setiap karyawan sesuai

dengan struktur organisasi sudah seuai dengan peraturan perusahaan yang telah

ditetapkan perushaan. Namun terdapat kendala dalam penerapannya sebesar

18,79% (100% - 81,21%).


101

4) Dimensi Staffing

Tabel 4.17.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Staffing

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
1 Ikut berperan dalam menghitung
kebutuhan pegawai; merekrut, F 14 14 5 0 0
mewawancarai, dan memilih
pegawai baru;menempatkan, 4,27 85,45% 14,55% Sangat Baik
mempromosikan dan memutasi % 42,42% 42,42% 15,15% 0,00% 0,00%
pegawai.

Dimensi staffing terdiri dari sati indikatoor. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.17.) menunjukan bahwa sebagian besar

manajer (42,42%) ikut berperan dalam menghitung kebutuhan pegawai; merekrut,

mewawancarai, dan memilih pegawai baru;menempatkan, mempromosikan dan

memutasi pegawai. Namun masih terdapat gap sebesar 14,55% (100% - 85,45%)

dalam pelaksanaannya.

5) Dimensi Directing

Tabel 4.18.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Directing

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Ikut berperan dalam memberi
F 12 16 5 0 0
bimbingan, saran perintah atau
1 intruksi kepada karyawan 4,21 84,24% 15,76% Sangat Baik
dalam melaksanakan tugasnya % 36,36% 48,48% 15,15% 0,00% 0,00%
Mengkoordinasikan kegiatan
dari berbagai bagian/divisi F 12 12 9 0 0
perusahaan agar dapat efektif
2 4,09 81,82% 18,18% Baik
dalam merealisasikan tujuan
yang telah ditetapkan % 36,36% 36,36% 27,27% 0,00% 0,00%
sebelumnya

Dimensi directing terdiri dua indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.18.) menunjukan bahwa sebagian karyawan


102

(48,48%) manajer ikut serta dalam memberi bimbingan, saran perintah atau intruksi

kepada karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Namun masih terdapat gap

sebesar 15,76% (100% - 84,24%). Selanjutnya sebagian manajer (48,48%)

menjawab setuju bahwa manajer mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai

bagian/divisi perusahaan agar dapat efektif dalam merealisasikan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tetapi masih terapat kendala dalam pelaksanaannya

sebesar 18,18% (100% - 81,82%)

6) Dimensi Leading

Tabel 4.19.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Leading

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
1 Memberikan pengarahan F 18 8 7 0 0
kepada karyawan agar
4,33 86,67% 13,33% Sangat Baik
memiliki kreatifitas dan % 54,55% 24,24% 21,21% 0,00% 0,00%
inovasi
Melakukan komunikasi
F 15 8 10 0 0
dengan karyawan untuk
2 menyelaraskan visi dan misi 4,15 83,03% 16,97% Baik
yang dingin dicapai bersama. % 45,45% 24,24% 30,30% 0,00% 0,00%

Dimensi leading terdiri dari 2 indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan resonden (tabel 4.19.) menunjukan bahwa sebagian besar

manajer (54,55%) sangat setuju bahwa telah memberikan pengarahan kepada

karyawan agar memiliki kreatifitas dan inovasi. Namun masih terdapat kendala

dalam pemberian penghargaan ini sebesar 13,33% (100% - 86,67%). Selanjutnya

sebagian manajer (45,45%) menjawab sangat setuju bahwa manajer telah

melakukan komunikasi dengan karyawan untuk menyelaraskan visi dan misi yang

dingin dicapai bersama. Tetapi masih terdapat gap sebesar 16,97% (100% -

83,03%) dalam melakukan komunikasi dengan karyawan.


103

7) Dimensi Coordinating

Tabel 4.20.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Coordinating

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Berperan dalam berkoordinasi
dengan divisi lain, untuk F 11 17 5 0 0
1 menyesuaikan program kerja 4,18 83,64% 16,36% Baik
sehingga laporan yang dibuat % 33,33% 51,52% 15,15% 0,00% 0,00%
bermanfaat bagi perusahaan.
Memberikan instruksi, perintah,
mengadakan pertemuan dan F 16 13 3 0 0
memberi penjelasan, bimbingan
2 4,33 86,67% 13,33% Sangat Baik
atau nasehat, dan mengadakan
coaching dan teguran kepada % 48,48% 39,39% 9,09% 0,00% 0,00%
karyawan

Dimensi coordinating terdiri dari dua indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.20.) menunjukan hasil sebagian besar

manajer (51,52%) mengatakan setuju bahwa manajer berperan dalam berkoordinasi

dengan divisi lain, untuk menyesuaikan program kerja sehingga laporan yang

dibuat bermanfaat bagi perusahaan. Namun terdapat gap sebesar 16,36% (100% -

83,64%) dalam pelaksanaan koordinasi dengan divisi lain. Kemudian sebagian

besar manajer (48,48%) memberikan jawaban setuju bahwa manajer memberikan

instruksi, perintah, mengadakan pertemuan dan memberi penjelasan, bimbingan

atau nasehat, dan mengadakan coaching dan teguran kepada karyawan. Akan tetapi

masih ada kendala sebesar 13,33% (100% - 86,67%) dalam penerapannya.


104

8) Dimensi Motivating

Tabel 4.21.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Motivating

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Memberikan inspirasi, semangat F 12 16 4 1 0
1 dan doromgan kepada karyawan 4,18 83,64% 16,36% Baik
% 36,36% 48,48% 12,12% 3,03% 0,00%

Dimensi motivating terdiri dari satu indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.21.) menunjukan hasil bahwa sebagian

besar manajer (48,48%) memberikan tanggapan sering memberikan inspirasi,

semangat dan doromgan kepada karyawan. Namun terdapat gap sebesar 16,36%

(100% - 83,64%) dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada

karyawan.

9) Dimensi Controlling

Tabel 4.22.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Directing

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Melakukan penilaian dan F 13 15 4 1 0
1 koreksi terhadap hasil kerja 4,21 84,24% 15,76% Sangat Baik
karyawan % 39,39% 45,45% 12,12% 3,03% 0,00%

Dimensi controlling terdiri dari satu indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.22.) menunjukan hasil sebagian besar

manajer (45,45%) menjawab setuju atas pernyataan bahwa manajer melakukan

penilaian dan koreksi terhadap hasil kerja karyawan. Namun terdapat gap sebesar

15,76% (100% - 84,24%) dalam melakukan penilaian dan hasil korekai hasil

kinerja karyawan.
105

10) Dimensi Reporting

Tabel 4.23.
Rekapitulasi Distribusi PT. Greentextile Indonesia Utama II Bandung Untuk
Setiap Butir Pernyataan Dimensi Reporting

Hasil Kategori Mean % Score


Pernyataan Gap Kategori
SS S RR KK TP Score Aktual
Menyampaikan perkembanga dan F 12 13 8 0 0
1 hasil tugas karyawan 4,12 82,42% 17,58% Baik
% 36,36% 39,39% 24,24% 0,00% 0,00%

Dimensi reporting terdiri dari satu indikator. Berdasarkan rekapitulasi

distribusi tanggapan responden (tabel 4.23.) menunjukan hasil sebagian besar

manajer (39,39%) menjawab setuju atas pernyataan bahwa manajer menyampaikan

perkembangan dan hasil tugas karyawan. Namun terdapat gap sebesar 17,58%

(100% - 82,42%) dalam melakukan penyampaian perkembangan dan hasil tugas

karyawan.

4.1.3.2.Hasil Penelitian Verifikatif

Selain menggunakan analisis deskriptif dalam penelitian ini juga penulis

menggunakan analisis verifikatif yaitu sebagai penelitian yang dilakukan

terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesisi yang

telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Analisis verifikatif ini dijabarkan sebagai

berikut:

4.1.3.2.1. Pengaruh Desentralisasi Dan Karakteristik Sistem Informasi

Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial

Analisis yang relavan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendapatkan

hasil kajian mengenai model yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan pada
106

kinerja manajerial, maka dilakukan pengujian hipotesis dan mencari besar pengaruh

desentralisasi dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen terhadap

kinerja manajerial.

Dalam stuctural equiation modelling (SEM) terdapat dua jenis model yang

terbentuk, yaitu model pengukuran dan model struktural.

1) Model stuktural menjelaskan proporsi varians masing-masing variabel

indikator (manifest) yang dapat dijelaskan dalam variabel laten. Dengan model

pengukuran akan diketahui indikator mana yang lebih dominan dalam

pembentukan varaibel laten.

2) Setalah masing-masing indikator di uraikan, selanjutnya akan dijabarkan model

struktural yang akan mengkaji pengaruh masing-masing variabel laten

independen (exsogeneous latent variable) terhadap varibel laten dependen

(endogenous laten variable).

Model pengukuran digunakan sebagai goodness of fit untuk outer model.

Dimana dalam uji kecocokan dalam model ini adalah:

1) Convergent validity berupa loading factor yang menjelaskan proposi varians

masing-masing variabel indikator/dimenis (manifest) yang dapat dijelaskan

dalam variabel laten. Melalui model ini akan diketahui indikator mana saja

yang lebih dominan dalam merefleksikan variabel laten. Dimensi yang

memiliki loading factor kurang dari 0,5 sebaiknya dikeluarkan dari model.

Selain itu t – value diperoleh harus lebih besar dari 1,96 untuk masing-masing

variabel indikator (manifest) yang artinya bahwa variabel tersebut mereflesikan

dengan baik variabel latennya.


107

2) discriminant validity akan diketahui average varians extracted (AVE), dan

composite reliability (CR) sebagai uji kecocokan variabel variabel indikator

(manifest) yang mampu merefleksikan variabel latennya. Composite reliabiliti

yang baik adalah yang meberikan nilai lebih besar dari 0,7 (CR > 0,7),

sedangkan AVE yang baik adalah yang memberikan nilai lebish besar dari 0,5

(AVE > 0,5).

Untuk menguji hipotesis penelitian yang mengisyaratkan hubungan

kasualisasi antar variabel-variabel laten, penulis memakai metode Structurl

equation modelling (SEM) berbasis struktur variance yang disebut sebagai partial

least square path modeling (PLS – PM). Alasan pemilihan PLS karena ukuran

sampel yang dipergunakan relatif kecil. Untuk menaksirkan parameter model

dalam PLS – PM penulis menggunakan bantuan software Smart – PLS. Analisis

data dimulai dengan menghitung terlebihdahulu skor untuk masing-masing dimensi

dengan menggunakan nilai-nilai variabel indikator yang terhubung dalam

dimensi-dimensi tersebut. Berdasarkan hasil ini, selanjutnya estimasi paramter

model dengan mempergunakan PLS yang dioleh menggunakan smartPLS dan

diperoleh hasil penaksiran parameter model sebagai berikut:

Tabel 4.24 .
Hasil Perhitungan Nilai-Nilai Loading Factor

Variabel
Dimensi Karakteristik Sistem Informasi Kinerja
Desentralisasi
Akuntansi Manajemen Maanajerial
Delegation 0,795
Aoutority 0,861
Responsibility 0,750
Accountability 0,726
Broad Scope 0,753
Timelines 0,844
Aggregation 0,891
108

Variabel
Dimensi Karakteristik Sistem Informasi Kinerja
Desentralisasi
Akuntansi Manajemen Maanajerial
Integration 0,847
Forecesting 0,662
Planning 0,810
Organizing 0,842
Staffing 0,837
Directing 0,613
Leading 0,895
Coordinating 0,582
Motivating 0,561
Controlling 0,571
Reporting 0,912

Berdasarkan dari hasil penaksiran nilai-nilai parameter model diatas, dapat

dilihat bahwa semua indikator memiliki loading factor lebuh dari 0,5 (> 0,5) oleh

karena itu tidak ada dimensi yang dieliminasi dari model pengukuran atau semua

indikator digunakan dalam model pengukuran ini. Selanjutnya dilakukan estimasi

parameter kembali dalam bentuk diagram jalur dan hasilnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.2.
Diagram Jalur Loading factor
109

Dalam penelitian ini pada PLS – SEM alogaritma mempunyai minimum

number iteration adalah 300 dan the stop eniteration adalah 10-5 (0,00001) serta

skema pembobotan menggunakan path dengan innitial weight adalah 1,00.

4.1.3.2.2. Evaluasi Model Pengukuran

Evaluasi model pengukuran bertujuan untuk memastikan reliablitas dan

validitas dari ukuran-ukuran konstruk sehingga mendukung untuk kecocoan

keberadaan ukuran-ukuran tersebut dalam model jalur. Kriteria utama meliputi

indicator reliability, composite reliability, yang memperlihatkan tingkat internal

consistency reliability yang dimiliki oleh suatu konstruk, dan convergent validity

yang diukur oleh nilai average varians extrecter (AVE), serta dilengkapi oleh

discriminant validity yang ditetapkan ketika loading indikator-indikator pada

konstruk lebih tinggi dari pada cross loading dengan konstruk lainnya.

Informasi lain yang akan didapat dari analisis model pengukuran ini adalah

memberikan dimensi-dimensi yang paling berkaitan erat dengan variabel

penelitian, dilihat dari dimensi yang memiliki loading factor yang paling besar.

4.1.3.2.3. Model Pengukukuran Desentralisasi

Variabel desentralisasi diukur menggunakan 4 dimensi yaitu delegation,

authority, respponsibiliti, dan accountability. Dimana dimensi ini adalah dimensi

reflektif. Hasil estimasi parameter model pengukuran variabel ini diperlihatkan

dalam gambar berikut ini:


110

Gambar 4.3.
Diagram Jalur Desentralisasi

Tabel 4.25.
Hasil Perhitungan Model Pengukuran Desentralisasi

Item Loading Factor Indicator Reliability t-hitung p-value


Delegation 0,795 0,743 4,28 0,000
Aoutority 0,861 0,843 8,759 0,000
Responsibility 0,750 0,702 3,646 0,000
Accountability 0,726 0,743 7,805 0,000
Average Varians Extracter (AVE) 0,616
Composite Reliability 0,865

Outer loading dari konstruk reflektif pengukuran desentralisasi semua

nilainya diatas 0,50. Dimensi delegation nilai loading 0,795 dan signifikan (p-value

= 0,000) pada taraf nyata 5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar

0,743. Selanjutnya dimensi authority mempunyai nilai loading 0,861 dan signifikan

(p-value = 0,000) pada taraf 5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability

tertinggi sebesar 0,843. Kemudian dimensi responsibility memiliki nilai loading

0,750 dan signifikan (p-value = 0,000). Dimensi ini memiliki indicator reliability

0,702. Sedangkan dimensi accountability memiliki nilai loading 0,726 dan

signifikan (p-value = 0,000). Dimensi ini memiliki indicator reliability sebasar

0,743.

Nilai composite reliability 0,865 diatas ambang batas 0,70 yang

menunjukan bahwa konstruk desentralisasi mempunyai tinggat internal consistency


111

reliability yang baik. Dipihak lain nilai AVE sebesar 0,616 berada diatas tingkat

minimum yang diminta yaitu 0,50, maka ukuran-ukuran dari konstruk reflektif ini

mempunyai tingkat convergent validity yang tinggi. Discriminant validity yang di

uji melalui cross loading (Tabel 4.26.) bahwa keempat dimensi mempinyai loading

tertinggi untuk konstruknya sedangkan semua cross loading dengan konstruk-

konstruk lainnya adalah rendah, sehingga memberikan bukti untuk discriminant

validity konstruk desentralisasi.

Tabel 4.26.
Cross Loading (Konstruk Desentralisasi)

Item DS KSIAM KM
Delegation 0,759 0,016 0,359
Aoutority 0,861 0,216 0,539
Responsibility 0,750 0,117 0,314
Accountability 0,726 0,844 0,669

4.1.3.2.4. Model Pengukuran Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi

Manajemen

Variabel Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen diukur

menggunakan empat dimensi yaitu terdiri dari broad scope, timelines, aggregation

dan integration. Dimensi ini adalah dimensi yang berbentuk reflektif. Hasil dari

estimasi parameter model pengukuran variabel ini diperlihatkan dalam gambar

berikut ini:
112

Gambar 4.4.
Diagram Jalur Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Tabel 4.27.
Hasil Perhitunga Model Pengukuran Karakteristik Sistem Informasi
Akuntansi Manajemen

Item Loading Factor Indicator Reliability t-hitung p-value


Broad Scope 0,753 0,708 3,647 0,000
Timelines 0,844 0,828 10,304 0,000
Aggregation 0,891 0,882 12,695 0,000
Integration 0,847 0,845 13,412 0,000
Average Varians Extracter (AVE) 0,697
Composite Reliability 0,902

Outer loading dari konstruk reflektif karakteristik sistem informasi

akuntansi manajemen semuanya bernilai diatas 0,50. Dimensi broad scope dengan

loading 0,753 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf 0,5%. Dimensi ini

mempunyai indicator reliability sebesar 0,708. Selanjutnya dimensi timelines

dengan loading 0,844 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf 0,5%. Dimensi ini

mempunyai indicator reliability sebesar 0,828. Kemudian dimensi aggregation

dengan loading 0,891 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf 0,5%. Dimensi ini

mempunyai indicator reliability tertinggi sebesar 0,882. Sedangkan dimensi

integration dengan loading 0,847 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf 0,5%.

Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,845.

Nilai composite reliability 0,902 diatas ambang batas 0,7 menunjukan

bahwa konstruk karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen mempunyai


113

tingkat internal consistency reliabiliti yang tinggi. Dilain pihak nilai AVE 0,697

berada diatas tingkat minimum yang dimint yaitu sebesar 0,50, maka ukuran-

ukuran dari konstruk reflektif ini mempunyai tingkat convergent validity yang

tinggi. Discriminant validity yang diuji melalui cross loading (Tabel 4.28.)

menunjukan bahwa keempat dimensi mempunyai nilai loading tertinggi untuk

konstruknya sedangkan semua cross loading dengan konstuk-konstruk lainnya

adalah rendah, sehingga memberikan bukti untuk discriminant validity konstruk

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen.

Tabel 4.28.
Cross Loading (Konstruk Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen)

Item DS KSIAM KM
Broad Scope 0,240 0,753 0,303
Timelines 0,422 0,844 0,375
Aggregation 0,446 0,891 0,579
Integration 0,533 0,847 0,543

4.1.3.2.5. Model Pengukuran Kinerja Manajerial

Variabel Kinerja Manajerial diukur menggunakan sepuluh dimensi yaitu

forecasting, planning, organizing, staffing, directing, leading, coordinating,

motivating, controlling, dan reporting. Dimensi adalah dimensi reflektif. Hasil dari

estimasi model pengukuran ditampilkan pada gambar berikut ini:


114

Gambar 4.5.
Diagram Jalur Kinerja Manajerial

Tabel 4.29.
Hasil Perhitungan Model Pengukuran Kinerja Manajerial

Item Loading Factor Indicator Reliability t-hitung p-value


Forecesting 0,662 0,634 3,478 0,001
Planning 0,810 0,799 8,423 0,000
Organizing 0,842 0,818 5,447 0,000
Staffing 0,837 0,816 6,763 0,000
Directing 0,613 0,606 4,029 0,000
Leading 0,895 0,885 14,739 0,000
Coordinating 0,582 0,578 5,303 0,000
Motivating 0,561 0,553 4,249 0,000
Controlling 0,571 0,566 3,782 0,000
Reporting 0,912 0,909 18,197 0,000
Average Varians Extracter (AVE) 0,549
Composite Reliability 0,922

Outer loading dari konstruk reflektif kinerja manajerial semuanya bernilai

diatas 0,50. Dimensi forecasting dengan loading 0,662 signifikan (p-value = 0,001)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,634.

Selanjutnya dimensi planning dengan loading 0,810 signifikan (p-value = 0,000)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,799.
115

Selanjutnya dimensi organizing dengan loading 0,842 signifikan (p-value = 0,000)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,818.

Selanjutnya dimensi staffing dengan loading 0,837 signifikan (p-value = 0,000)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,816.

Selanjutnya dimensi directing dengan loading 0,613 signifikan (p-value = 0,000)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,606.

Selanjutnya dimensi leading dengan loading 0,895 signifikan (p-value = 0,000)

pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,885.

Selanjutnya dimensi coordinating dengan loading 0,582 signifikan (p-value =

0,000) pada taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,578.

Lalu dimensi motivating dengan loading 0,561 signifikan (p-value = 0,000) pada

taraf 0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,553. Kemudian

dimensi controlling dengan loading 0,571 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf

0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability sebesar 0,566. Sedangkan

dimensi reporting dengan loading 0,912 signifikan (p-value = 0,000) pada taraf

0,5%. Dimensi ini mempunyai indicator reliability tertinggi sebesar 0,909.

Nilai composite reliability 0,922 diatas ambang batas 0,7 menunjukan

bahwa konstruk kinerja manajerial mempunyai tingkat internal consistency

reliabiliti yang tinggi. Dilain pihak nilai AVE 0,549 berada diatas tingkat minimum

yang diminta yaitu sebesar 0,50, maka ukuran-ukuran dari konstruk reflektif ini

mempunyai tingkat convergent validity yang tinggi. Discriminant validity yang

diuji melalui cross loading (Tabel 4.30.) menunjukan bahwa kesepuluh dimensi

mempunyai nilai loading tertinggi untuk konstruknya sedangkan semua cross


116

loading dengan konstuk-konstruk lainnya adalah rendah, sehingga memberikan

bukti untuk discriminant validity konstruk kinerja manajerial.

Tabel 4.30.
Cross Loading (Konstruk Kinerja Manajerial)

Item DS KSIAM KM
Forecesting 0,346 0,271 0,662
Planning 0,428 0,544 0,810
Organizing 0,541 0,339 0,842
Staffing 0,426 0,371 0,837
Directing 0,5 0,378 0,613
Leading 0,563 0,463 0,895
Coordinating 0,512 0,708 0,582
Motivating 0,464 0,136 0,561
Controlling 0,297 0,233 0,571
Reporting 0,612 0,466 0,912

4.1.3.2.6. Analisis Model Struktural

4.1.3.2.6.1.Pengujian Collienearity

Model struktural menjelaskan hubungan kasualitas antara variabel

penelitian. analisis model stuktural ini terkait dengan pengujian hipotesis

penelitian. sebelum melakukan analisis tersebut, dibutuhkan untuk menguji model

struktural untuk collinearity. Alasannya adalah bahwa estimasi koefesien-koefesien

jalur dalam model struktural berlandaskan kepada regreso OLS dari setiap variabel

laten endogen atas konstruk-konstruk yang berhubungan terhadapnya. Dalam

regresi berganda, estimasi koefisien-koefisien jalur akan bias jika terdapat tingkat

collinearity yang signifikan diantara konstruk-konstruk prediktornya. Untuk

mengevaluasi collinearity digunakan ukuran varian inflation factor (VIF), dalam

konteks PLS-SEM, nilai tolerasninya adalah 0,20 atau kurang dan nilai VIF 5 atau

lebih menunjukkan terdapat problem collinearity (Hair et al 2017).


117

Tabel 4.31.
Penelitian Collinearity

Konstruk VIF
Desentralisasi 1,342
Karakteristik Sistem Informasi
1,342
Akuntansi Manajemen

Dalam penelitian ini, pengujian collinearity dilakukan pada model

struktural yang merepresentasikan hubungan antara variabel-variabel laten

desentralisasi dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebagai

prediktor untuk variabel laten kinerja manajerial. Hasil perhitungan VIF masing-

masing variabel desentralisasi dan karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen yang disajikan dalam tabel 4.31. Berdasarkan pada tabel tersebut, nilai-

nilai VIF diluar nilai toleransi untuk keberadaan problem collinearity, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat tingkat collinearity yang signifikan antara

kedua variabel prediktor tersebut. Dengan demikian evaluasi model struktural dapat

direalisasikan yang meliputi pengujian terhadap dua hipotesis penelitian.

4.1.3.2.6.2.Evaluasi Model Struktural

Model struktural merepesentasikan hubungan diantara variabel-variabel

laten. Dalam penelitian ini model struktural terkait kepada dua hipotesis penelitian

yang mengisyaratkan hubungan kausalitas antara variabel-variabel laten. Model

struktural dalam penelitian ini melibatkan dua variabel laten eksogen (desentralisasi

dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen) dan satu variabel laten

endogen (kinerja manajerial). Hasil dari perhitungan koefesien-koefesien jalur

standardized untuk model struktural pengaruh desentralisasi dan karakteristik


118

sistem informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dapat dilihat

dalam gambar berikut ini:

Gambar 4.6.
Koefesien-Koefesien Standardized Model Structural

4.1.3.3.Uji Hipotesis

1) Hipotesis Statistik 1

H0 :ϒ11 = 0 Desentralisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial

H1 : ϒ11 ≠ 0 desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial

2) Hipotesis Statistik 2

H0 : ϒ21 = 0 Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen tidak

berpengaruh terhadap kinerja mnajerial

H0 : ϒ21 ≠ 0 karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh

terhadap kinerja manajerial

Untuk mengiji hipotesis ini digunakan uji t-student seperti yang telah

dijelaskan dibab sebelumnya. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak apabila p-


119

value lebih kecil dari α = 0,05. Hasil dari pengujian ini dirangkum dalam tebel

berikut imi:

Tabel 4.32.
Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Statistik Koefesien Jalur T-Statistik P-Value Keterangan


H0 :ϒ11 = 0
0,496 4,292 0,000 H0 ditolak
H1 : ϒ11 ≠ 0
H0 : ϒ21 = 0
0,317 2,482 0,013 H0 ditolak
H0 : ϒ21 ≠ 0

4.1.3.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis 1

Berdasarkan tabel 4.32. diatas dapat dilihat niali tstatistik variabel

desentralisasi (4,292) lebih besar dai tkritis (1,96) yang berarti hasil uji hipotesis 1

adalah H0 ditolak, maka kessimpulan dari statistiknya adalah desentralisasi

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Besar pengaruh desentralisasi terhadap kinerja manajerial sebesar 0,496.

Koefesien besar pengaruh ini menujukan kenaikan desentralisasi sebesar satu

standar deviasi akan menyebabkan kenaikan kinerja manajerial sebesar rata-rata

0,496 standar deviasi dengan menggap yang lain konstan.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai f 2 0,371 sebesar , karena nilai

f 2 diatas 0,35 (batasan nilai effect size tertinggi) maka dapat dinyatakan effect size

untuk pengaruh desentralisasi terhadap kinerja manajerial adalah medium.

4.1.3.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis 2

Berdasarkan tabel 4.32. diatas dapat dilihat bahwa nilai tstatistik (0,317) lebih

besar dari tkritis (1,96) yang berarti hasil uji hipotesis 2 adalah H0 ditolak, maka
120

kesimpulan dari statistiknya adalah karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen meberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Besar pengaruh karakteristik sistem informasi akunttansi manajemen

terhadap kinerja manajerial sebesar 0,317. Koefesien besar pengaruh ini

menunjukan kenaikan karakteristik sistem informasi akuntansi sesesar satu standar

deviasi akan menyebabkan kenaikan kinerja manajerial sebesar rata-rata 0,317

standar deviasi dengan menganggap yang lain konstan.

Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai f 2 sebesar 0,151, karena

nilai f 2 0,15 diatas (batasan nilai effect size tertinggi) maka dapat dinyatakan effect

size untuk pengaruh karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen terhadap

kinerja manajerial adalah medium.

Ukuran lain yang dipergunakan untuk mengevaluasi model struktural

adalah koefesien determisasi (R2). Terdapat satu sub model dalam struktural untuk

penelitian ini yaitu merepresentasikan hubungan antara variabel-variabel

desentralisasi dan karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen sebagai

prediktor dan variabel laten endogen kinerja manajerial memberikan hasil

perhitungn R2 = 0,506. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebesar 50,60% varians

dalam variabel kinerja manajerial dijelaskan oleh variabel desentralisasi dan

karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen, sisanya dijelaskan oleh faktor

lain.
121

4.2. Pembahasan

4.2.1. Gambaran Unit Analisis Berdasarkan Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan membahas hasil daru uji empirik untuk setiap rumusan

masalah dalam hipotesis. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis

verifikatif yang telah dikemukakan sebelumnya kemudian dibandingkan dengan

teori dan hasil penelitian sebelumnya. Selain menggunkan hasil jawaban kuesioner,

dalam menanggapi permasalahan pada penelitian ini, informasi terbuka dari hasil

tanggapan responden sangat diperlukan sebagai tambahan untuk mendukung saran

yang akan diajukan sebagai pemecahan masalah.

Penelitian ini bersifat pengujian (konfirmasi) teori yang digunakan untuk

membangun hipotesis. Dalam penelitian ini hipotesis dibangun berdasarkan teori

penjelasan logis dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang diuji dengan fakta yang

ada secara empiris.

Teotical framework yang dibangun peneliti sebagai model konseptual

hubungan antara faktor-faktor yang diidentifikasi untuk memberikan solusi atas

pemecaham masalah pada kinerja manajerial telah diuji (goodness of fit) secara

statistik baik untuk outer model (keterkaitan variabel manifest dengan variabel lain)

dan untuk inner model (keterkaitan variabel eksogen dan varaibel endogen).

Untuk variabel desentralisasi, karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen dan kinerja manajerial ujian kecocokan model ukuran outer model yang

dispesifikasikan berdasarkan operasionalisasi variabel dengan mempertimbangkan

orientasi reflektif menunjukan convergent validity yaitu korelasi antara item score

dengan constuct score menunjukan outer loading pada rentang 0,5 – 0,9. Hal ini
122

menunjukan bahwa variabel manifest memiliki kemampuan yang cukup tinggi

dalam merefleksikan variabel latennya. Dan menujukan tstatistik diatas tkritis 1,96.

Untuk discriminant validity yaitu validitas dari konstruk yang terbentuk dilihat

berdasarkan nilai average varianvce extracted (AVE) semua variabel berbeda pada

rentang 0,500 – 0,650 dimana direkomendasikan nilai AVE adalah lebih tinggi dari

0,50. Selanjutnya evalusi model pengukuran/measurment model (outer model) juga

dapat dilihat dari nilai composite reliability (CR) dimana nilai composite reliability

lebih tinggi dari 0,70 agar hasil ini sesuai dengan yang diharapkan. Semakin besar

nilai goodness of fit maka semakin fit suatu model.

Hasil pengujian kecocokan model untuk iner model , hipotesis diterima

dengan nilai tstatistik diatas nilai tkritis 1,96. Hipotesis telah diuji dan mendukung teori,

sehingga apabila hipotesis yang sama dengan penelitian yang sama teapi dengan

unit analisis sampel yang berbeda konsisten hasilnya dari masa kemasa maupun

dari pengujian ke pengujian teori akan tetap bertahan sampai teori yang lain

menggesernya. Sehingga penelitian dapat membangun dan mengembangkan teori

yang telah ada.

4.2.2. Pembahasan Hasil Verifikatif

4.2.3.1.Pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Greentextile

Indonesia Utama II Bandung menyatakan bahwa desentralisasi perpengaruh

terhadap kinerja manajerial. Koefesien pengaruh ini menunjukan bahwa variabilitas

kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh desentralisasi dengan direfleksikan oleh


123

delegasi (delegation), wewenang (aoutority), tanggung jawab (responsibility)¸dan

akuntabilitas (accountability). Dimensi wewenang (aouthority) memberikan

kontribusi yang besar dibandingkan dengan dimensi yang lainnya pada besaran

variabelitas desentralisasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading factor pada

wewenang (aouthority) sebesar 0,861 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

loading factor pada delegasi (delegation) 0,795, tanggung jawab (responsibility)

0,750¸dan akuntabilitas (accountability) 0,726, yang berarti bahwa desentralisasi

akan memberikan perubahan pada kinerja manajerial bila adanya kepedulian

terhadap permasalahan kinerja manajerial, adanya peran dalam dalam memberikan

saran atau usulan positif, diantaranya tingkat pembagian penugasan pekerjaan,

tingkat kekuasaan pengambilan keputusan, tingkat hak untuk membuat keputusan-

keputusan, tingkat kewajiban manajer menerima sebuah tanggung jawab, tingkat

ukuran pencapaian hasil memalui laporan kinerja berkala, tingkat mendapatkan

respon yang lebih efektif, tingkat mendapatkan informasi untuk membuat

keputusan yang optimis, serta meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan

motivasi.

Temuan penelitian diatas desentralisasi yang menunjukan bahwa

desentralisasi sudah dalam kategori baik tetapi belum 100% hal ini disebabkan

sebagai berikut:

1) Dimensi delegation dalam perusahaan tersebut sudah berjalan baik diantaranya

dengan memberikan pembagian penugasan pekerjaan antara bagian memiliki

skor aktual 84,85%. Sedangkan dalam pengambilan keputusan disesuaikan


124

dengan tingkat dan jabatannya sudah berjalan baik namun belum menunjukan

tingkat ideal dengan skor aktual 86,06%.

2) Dimensi aouthority dalam perusahaan ini manajer memiliki wewenang untuk

membuat segala keputusan-keputusan yang berkaitan dengan perusahaan

namun belum menunjukan skor ideal 100% dengan skor aktual 84,24%.

3) Dimensi responsibility menunjukan skore 86,06% yang menunjukan bahwa

manajer belum maksimal dalam menerima tanggungjawab terhadap

kelangsungan perusahaan.

4) Dimensi accountability dalam mengukur tingkat pencapaian hasil ditentukan

oleh pelaporan kinerja atau evaluasi staf secara berkala sudah berjalan dengan

baik namun belum 100% dengan skor aktual menunjukan 83,64%. Selanjutnya

belum maksimal dalam mendapatkan respon yang cepat, tepat dan efektif

dalam mendapatkan laporan menunjukan skore 83,03%. Kemudian dengan

adanya informasi yang baik akan membuat keputusan yang optimis dan

meyakinkan menunjukan skor aktual 81,21%. Sedangkan dengan adanya

tanggung jawab akan meningkatkan kinerja dan motivasi yang aik dalam

bekerja menunjukan skore aktual 83,03% yang artinya pelaksanaanya belum

maksimal.

Pengaruh desentralisasi terhadap kineja manajerial menunjukan bahwa

tingkat desentralisasi di PT Greentextile Indonesia Utama II Bandung sudah dapat

diimplementasikan dengan baik.

Dari hasil pengujian hipotesis bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa

desentralisasi pada PT Greentextile Indonesia Utama II Bandung dapat


125

mempengaruhi kinerja manajerial. Hal ini sejalan dengan teori-teori dan hasil

penelitian sebelumnya seperti Cahyaningrum (2016) mengungkapkan bahwa

Desentralisasi berpengaruh positif dan signifikan berdampak pada kinerja

manajerial di palang merah indonesia di provinsi Jawa Tengah. Desentralisasi

dalam bentuk pendistribusian otoritas pada manajemen yang lebih rendah ini sangat

diperlukan karena semakin kompleksnya kondisi administratif, tugas, dan tanggung

jawab. Dengan pendelegasian wewenang maka akan membantu meringankan

beban manajemen yang lebih tinggi.

Selanjutnya menurut penelitian Ingkiriwang (2013) mengungkapkan

bahwa Desentralisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi sementara

pengambilan keputusan yang tersentralisasi lebih efektif. Bagaimanapun,

desentralisasi yang dilengkapi dengan karakteristik informasi sistem akuntansi

manajemen yang lingkupnya luas akan lebih efektif untuk perbaikan kinerja

manajer. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2013) menunjukan

bahwa desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Pengaruh yang

ditimbulkan adalah positif, semakin tinggi desentralisasi maka akan semakin

meningkatkan kinerja manajerial. Desentralisasi memberikan para manajer

tanggung jawab dan kontrol yang lebih besar dari aktivitasnya, dan akses lebih

besar dari tipe informasi yang diperlukan.

Lalu menurut penelitian yang dilakukan Irawati dan Ardianshah (2018)

menunjukan hasil yang berbeda yaitu setelah dimoderasi oleh desentralisasi

interaksi antara karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen kinerja

manajerial tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh


126

Kristianto dan Setiawan (2018) menunjukan bahwa desentralisasi secara langsung

mempengaruhi kinerja manajerial tanpa mediasi. Pendelegasian yang diberikan

kepada manajemen yang lebih rendah (subordinate) dalam otoritas pembuatan

keputusan (decision making) akan diikuti pula dengan tanggung jawab terhada

aktivitas yang mereka lakukan.

Hasil ini menujukan bahwa karyawan PT. Greentextile Utama Indonesia II

Bandung telah dapat mengimplementasikan delegasi ini dengan baik, hal ini dapat

dilihat dari penugasan pekerjaan yang telah disesuaikan dengan jabatannya dan

pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan tingkat jabatannya, kemudian

kayawan juga dapat mengidentifikasi bahwa manajer memiliki wewenang untuk

mengambil keputusan diperusahaan, selanjutnya karyawan menyadari bahwa setiap

karyawan wajib menerima tanggung jawab atas kelangsungan perusahaan,

kemudian karyawan juga telah dapat mengimplementasikan akuntabilitas

perusahaan dengan baik yaitu dengan cara melakukan pelaporan kinerha berkala

dan melakukan evaluasi staf untuk mengukur tingkat pencapaian hasil. Hal ini dapat

menandakan bahwa adanya pengaruh desentralisasi terhadap kinerja manajerial.

4.2.3.2.Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi

Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial

Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap

kinerja manajerial menunjukan bahwa variabelitas kinerja karyawan pada PT.

Greentextile Utama Indonesia II Bandung dapat dijelaskan oleh karakteristik sistem


127

informasi akuntansi manajemen dengan direfleksikan oleh broad scope, timelines,

aggregation dan integration.

Berdasrkan hasil loading factor aggregation memberikan kontribusi yang

besar dibandingkan dengan broad scope, timelines, dan integration pada besaran

variabilitas karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen. hal ini bisa dilihat

dari loading factor broad scope sebesar 0,753, timelines sebesar 0,844 dan

integration sebesar 0,847 yang berarti karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen akan memberikan perubahan pada kinerja manajerial bila adanya

pemahaman dalam cakupan informasi yang luas, penyampaian laporan dilakukan

secara tepat waktu, setiap laporan beisi berbagai informasi dari bagian lain dan

informasi yang disediakan oleh perusahaan sudah terintegrasi.

Temuan penelitian karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

diatas yang menunjukan bahwa karakteristik sistem informasi akuntansi

manajemen di PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung sudah dalam kategori

baik tetapi belum 100%. Hal ini disebabkan sebagai berikut:

1) Dimensi broad scope menunjukan bahwa dalam Informasi yang dibutuhkan

dan disajikan berkenaan dengan informasi yang berasal dari dalam

perusahaan maupun luar perusahaan memiliki skor aktual 84,24% dan belum

sepenuhnya maksimal , penyediaan informasi yang diperlukan baik keuangan

maupun non keuangan yang dibutuhkan selalu tersediakan yaitu berupa

laporan harian, mingguan dan bulanan memiliki skor aktiual 82,42% dan

belum menunjukan hasil yang ideal 100%, serta informasi yang dibutuhkan

dan disajikan mancakup informasi yang berkenaan dengan rencana dan


128

peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang memiliki skor aktual

81,82%.

2) Dimensi timelines menujukan bahwa informasi yang diperlukan disediakan

tepat waktu dan memberikan jangka waktu apabila laporan belum selesai

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan memiliki skor aktual 82,42%, dan

selama ini penyelesaian laporan belum maksimal dalam pelaporan sitematis

dan tepat waktu dan memiliki skor aktual sebesar 84,24%.

3) Dimensi aggregation menunjukan bahwa Informasi yang dibutuhkan dan

disajikan masih belum dilaporkan secara lengkap dan mudah dipahami dengan

skore aktual menujukan 83,64%, informasi yang berikan perusahaan selama ini

selalu meliputi berbagai informasi dari beberapa divisi pendukung seperti

informasi dari bagian keuangan, operasional, dan SDM menunjukan skor

aktual 83,03% namun belum maksimal dalam pelaksanaanya, dan Selama ini

informasi yang tersedia bermanfaat sebagai pertimbangan pengambilan

keputusan memiliki skor aktual sebesar 82,24% dan belum maksimal dalam

penerapannya.

4) Dimensi integration menujukan bahwa Informasi yang dibutuhkan dan

disajikan mencerminkan kompleksitas dan dan saling berkaitan antara bagian

satu dengan bagian yang lainnya dan memiliki skor aktual 82,42% dan Selama

ini informasi yang disediakan belum sepenuhnya terintegrasi (pembauran

informasi dari setiap unit sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh) dan

mampu dijadikan sebagai alat koordinasi dalam pengambilan keputusan

memiliki skor aktual sebesar 78,79%.


129

Dari pengujian hipotesis bahwa hasil penelitian ini menyatakan bahwa

karakteristik sitem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja

manajerial. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya

seperti Handayani dan Haryati (2014) menunjukkan bahwa Manajemen Sistem

Informasi Akuntansi adalah broadscope, ketepatan waktu, terintegrasi, dan efek

agregat bepengaruh pada Kinerja Manajerial diukur menggunakan instrumen

penilaian-diri yang tercermin dalam empat indikator, yaitu peningkatan

pendapatan, penghematan biaya, peningkatan kepuasan pelanggan dan peningkatan

pemanfaatan aset. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Dehan (2014)

menunjukan hasil bahwa karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang

terdiri dari broad scope, agregation. Timelines, dan integration memiliki pengaruh

terhadap kinerja manajerial. Karakteristik informasi yang tersedia tersebut akan

menjadi efektif apabila sesuai dengan tingkat kebutuhan organisasi.

Selanjutnya penelitian dari Lempes et al (2014) sistem akuntansi

manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Manajemen

sebaiknya menerapkan sisten akuntansi manajemen secara tepat mengingat tugas-

tugas perusahaan semakin kompleks sehingga dapat membantu meningkatkan

kinerja perusahaan. Hal ini menunjukan sistem akuntansi manajemen memegang

peranan penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah organisasi.

Terutama dalam proses perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi. Lalu

penelitian yang telah dilakukan oleh Nainggolang (2015) Hasil penelitian

menemukan bahwa karakteristik broadscope, aggregation, integration, timeliness

berpengaruh terhadap kinerja organisasi.


130

Sedangkan menurut Melasari dan Handayani (2018) menunjukan bahwa

sistem akuntansi manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja manajerial dan juga sistem akuntansi manajemen secara parsial memiliki

pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada PT. Sinar Mas Kempas Jaya.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada PT. Greentextile Utama

Indonesia II Bandung karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen

mempengaruhi kinerja manajerial. Semakin baik karakteristik sistem informasi

akuntansi manajemen maka semakin baik pula kinerja manajerialnya. Dalam

penelitian ini karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh

pada broad scope, timelines, aggregation, dan integration dalam melakanakan

pekerjaanya hingga dapat mencapai hasil yang diinginkan baik oleh pempinan

maupun perusahaan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan fenomena, rumusan masalah, hipotesis dan hasil penelitan

maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Tetapi kinerja

manajerial belum mencapai hasil maksimal karena desentralisasi yang

direfleksikan oleh delegation, aouthority, responsibility, dan accountability

belum berjalan baik. Dari setiap dimensi desentralisasi terdapat dimensi yang

paling tinggi dalam merefleksikan yaitu dimensi responsibility yaitu sebesar

4,30. Nilai tersebut didapatkan karena PT. Greentextile Utama Indonesia II

Bandung bahwa setiap manajer memiliki wewenang untuk membuat segala

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Dimensi ini

merupakan dimensi yang paling utama dalam pendelegasian wewenang yang

dilakukan perusahaan sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap dimensi

lainnya.

2) Karakkteristik sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap

kinerja manajerial. Tetapi kinerja manajerial belum berjalan dengan maksimal

karena karakkteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang direfleksikan

oleh broad scope, timelines, aggregation, dan integraion pada PT. Greentextile

Utama Indonesia II Bandung belum berjalan dengan baik.

131
132

5.2. Saran

5.2.1. Saran Operasional

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, beberapa saran

diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna bagi kemajuan pihak perusahaan

maupun bagi peneliti selanjutnya dimasa yang akan datang. Adapun saran dari

penelitian ini sebagai berikut:

1) Disarankan agar perusahaan lebih meningkatkan kembali masing-masing

pekerjaan setiap divisi dengan job desknya guna mempercepat laporan-

laporan yang diperlukan oleh perusahaan dan jika selama ini pengambilan

keputusan berkaitan dengan penugasan yang diputuskan oleh atasan setiap

divisi tidak ada salahnya atasan memberikan wewenang kepada manajer

tingkat bawah yang lebih mengetahui kondisi yang terjadi dilapangan,

sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan secara tepat dan cepat agar

tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan merugikan perusahaan.

2) PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung agar lebih meningkatkan setiap

informasi yang ada dalam peusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja

manajerial, apabila perusahaan mampu menyediakan informasi dengan

cakupan yang luas, tepat waktu, aggregasi dan terintegrasi sesuai dengan

standar operasional prosedur yang ada dalam perusahaan, maka manajemen

dapat dikendalikan menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas kinerja

manajerial.
133

5.2.2. Saran Pengembangan Ilmu

1) Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian kembali

berdasarkan hasil penelitian ini dengan metode penelitian yang sama, tetapi

pada unit analisis dan sampel yang berbeda agar menunjukan hasil yang sama

sehingga dapat meningkatkan keyakinan terhadap penelitian yang telah

dilakukan dan kegunaan penelitian dapat diterima semua pihak dan penelitian

dapat diterima oleh berbagai macam organisasi.

2) Penelitian ini berhasil membuktukan bahwa desentralisasi dan karakteristik

sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja

manajerial. hasil pengujian hipotesis memberikan kontribusi terhadap

pengembangan ilmu pengeahuaan akuntansi khususnya dalam bidang

akuntansi manajemen pada PT. Greentextile Utama Indonesia II Bandung.


DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Abdillah, W. dan Jogiyanto. 2015. Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural
Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Ed.1. Yogyakarta:
ANDI.

Bungin, B. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,, dan


Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Bungin, B. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,, dan


Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Fahmi, I. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.

Firdaus. Dan Zamzam, F. 2018. Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta.


Deepublish Publicer.

Firmansyah, M.A dan Mahardika, B.W. 2018. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:


Deepublish.

Ghozali, I. 2017. Partial Least Square, Konsep, Metode, dan Aplikasi


Menggunakan Program WarpPLS 5.0, Third Edition. Badan Penerbit –
Undip.

Hair, J.F., et al. 2017. A Primer On Partial Least Squares Structural Equation
Modeling (PLS-SEM). United States of America: SAGE.

Hansen, D.R dan Mowen, M. M. 2017. Dasar-dasar Akuntansi Manajerial Edisi 5.


Jakarta: Salemba Empat.

-------------------------------------. 2013. Akuntansi Manajemen Edisi 8. Jakarta:


Salemba Empat.

Hery. 2014. Controllership Knowledge and Management Approach. Jakarta:


Garsindo.

134
135

Indrawan, R dan Yaniawati, P. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


Campuran Untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung.
Refika Aditama.

Muharto dan Ambarita, A. 2016. Metode Penelitian Sistem Informasi: Mengatasi


Kesulitan Mahasiswa dalam Menyusun Proposal Penelitian. Yogyakarta.
Deepublish.

Muliawan, J.U. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus.


Yogyakarta: Gava Media.

Nazir. M. 2014. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.

Noor, J. 2014. Meteologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah
Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

--------. 2017. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana.

Prawironegoro, D dan Purwanti, A 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Pribadi, B.A. 2016. Desain dan Pengembangan Program Penelitian Berbasis


Komputer: Implementasi Model Addie. Jakarta: Kencana

Rudinto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan Keputusan


Stratigis. Jakarta: Erlangga.

Salam, A. 2014. Manajemen Insani Dalam Bisnis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salman, K.R dan Farid, M. 2016. Akuntansi Manajemen: Alat Pengukuran Dan
Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: Indeks Jakarta.

Samryn. 2012. Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk Mengendalikan


Aktifitas Oprasi Dan Informasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, U. 2015. Asas-asas Manajemen. Bandung: PT. Refika Aditama.

Siregar, B. et al. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.


136

Sodikin, D. et al. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia : Membangun


Paradigma Baru. Jakarta: Salemba Empat.

Sodikin, S.S. 2015. Akuntansi Manajemen sebuah pengantar. Yogyakarta: Unit


Penerbit dan Percetakan.

Siyoto, S dan Sodik, A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi


Media Publishing.

Sudaryono. 2015. Meteologi Riset Dibidang Riset TI (Panduan Praktis, Teori, dan
Contoh Kasus). Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiarto, E. 2015. Menyusun Proposal Penelitisn Kuantitatif. Yogyakarta. Suaka


Media.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsaputra, U. 2014. Metode Penelittian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.


Bandung. Refika Aditama

Sujarweni V.W. 2018. Panduan Mudah Olah Data Stucrural Equation Model
(SEM) Dengan Lisrel. Yogyakarta: Pustaka Baru

Swarjana, I.K. 2015. Meteologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Yogyakarta:


Andi Ofset

Referensi Jurnal

Ayu, G. Dan Dehan, L.D. 2014. Pengaruh Karateristik Sistem Informasi Akuntansi
Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial (studi pada PT. Bank BPR Kab.
Tanah Datar). Jurna Of Economic adn Economic Education. Volume 3. No.
1 (89-94). ISSN : 2302-1590. E-ISSN : 2460-190X. (12 Februari 2019 ;
19.20 – 19.30)

Cahyaningrum, H.Y. dan Suprapti, S 2016. Pengaruh Karakteristik Informasi


Akuntansi Dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Pada
Palang Merah Indonesia Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Ilmiah UNTAG
Semarang. Volume 5 No. 5, 2016. ISSN : 2302-2752. (12 Februari 2019 ;
19.30 – 19.40)
137

Handayani, S. Dan Hariyati. 2014. Pengaruh Karateristik Sistem Informasi Akuntansi


Manajemen: Broad Scope, Timelines, Agreggation, Dan Integration Terhadap
Kinerja Manajerial UMKM (studi pada UMKM DiDesa Wedoro, Kab.
Sidoarjo). Jurnal Akuntansi Akrual, Volume 5. No. 2, Maret 2014. e-ISSN:
2502-6380. (9 Februari 2019 ; 18.40 – 18.50)

Ingkiriwang, O.F. 2013. Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Informasi Akuntansi


Manajemen Terhadap Kinerja Manajer Dealer Di Manado, Jurnal EMBA.
Volume 1, No.3, Juni 2013 :818-825. ISSN : 2303-1174. ( 03 Maret 2019 ;
17.30 – 17.40)

Irawati, A. Dan Ardianshah. 2018. Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi


Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manjerial Dengan Desentralisasi
Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi& Keuangan. Vol.9, No. 1,
Maret 2018. ISSN : 2303-2054. ( 03 Maret 2019 ; 20.00 – 20.10)

Kristianto, Y. Dan Setiawan, T. 2018. Keterpengaruhi Kinerja Manajerial Oleh


KetidakPastian Lingkungan dan Desentralisasi (Studi pada Usaha Retel
Lawson jakarta). Journal Of Business & Applled Management. Volume 11.
No. 2. E-ISSN : 2621-2757. (16 Februari 2019 ; 19.20 – 19.30 )

Lempes, et al. 2014. Desentralisasi dan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Sinar Galesong Manado. Jurna
EMBA. Volume 2, No. 1, Maret 2014. ISSN : 2303-1174. (16 Februari 2019
; 21.20 – 21.30 )

Melasari, R, dan Handayani, F. 2018. Pengaruh Desentralisasi Dan Sistem


Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada Pt. Sinar Mas
Kempas Jaya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7, No. 2. (16 Februari
2019 ; 16.20 – 16.30 )

Nainggolan, E.P. 2015. Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi


Manajemen Terhadap Kinerja Organisasi Dengan Tingkat Desentralisasi
Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 15,
No. 1, Maret 2015. ISSN :1693-7597 ( 27 Februari 2019 : 21.00 – 21.10 )

Nuraida, R. 2017. Pengaruh Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Pada Umkm Batik Kampung Laweyan
Surakarta). http://eprints.iain-surakarta.ac.id/1605/. ( 01 April 2019 : 19.30 –
19.40 )
138

Suryani. I. 2013. Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen Dan


Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Survey Pada Dealer Mobil Kota
Jambi). e-Jurnal Binar Akuntansi. Vol. 2 No. 1, Januari 2013. ISSN : 2303-1522.
( 20 Maret 2019 : 19.30 – 19.40 )

Referensi Berita

Ariyanto. P. 2016. Telat Sampaikan Lapkeu, BEI Suspensi Saham 18 Perusahaan.


CNN Indonesia (Online).
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160630145045-92-
142141/telat-sampaikan-lapkeu-bei-suspensi-saham-18-perusahaan.. (15
Februari 2019 : 20.20 – 20.30)

Suryatmiko. W. 2018. Kasus Dugaan Korupsi Gubernur Aceh Efek Buruk

Desentralisasi?. (Online). https://tirto.id/kasus-dugaan-korupsi-gubernur-

aceh-efek-buruk-desentralisasi-cNDe. (22 Februari 2019 : 17.15 – 17.25)

Sukamdi. 2018. Kinerja Masih Buruk Pengusaha Tak Setuju PNS Dapat THR.
Liputan6.com (Online).
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3536434/kinerja-masih-buruk-
pengusaha-tak-setuju-pns-dapat-thr. ( 02 Maret 2019 : 18.45 – 18.55 )

Syahri. 2018. Disnaker jabar benarkan PT. JSP kurung buruh yang tak penuhi
target. Posbekasi (Onlpine).
https://posbekasi.com/2018/02/27/disnakertrans-jabar-benarkan-pt-jsp-
kurung-buruh-yang-tak-penuhi-target/. (15 April 2019 : 21.00 – 21.10)

Alexander. 2018. Kinerja Memburuk. PTPN XIII Hentikan Operasioneal.


Bumntrack (Online). https://bumntrack.com/berita/kinerja-memburuk-
ptpn-xiii-hentikan-operasional. (20 Februari : 18.35 – 18.45)

https://sukabumiupdate.com/detail/sukabumi/peristiwa/45616-Buruh-Perusahaan-
Garmen-di-Cicurug-Sukabumi-Ini-Dipecat-Tanpa-Alasan-Jelas. ( 23
Maret 2019 : 19.20 – 19.30
LAMPIRAN

139
166
136

Anda mungkin juga menyukai