CBD OLIGO IUGR Kiki
CBD OLIGO IUGR Kiki
Pembimbing :
dr.Wijoyo Hadiningrat, Sp.OG
Disusun oleh :
Azkiyatin Nailil Muna
30101206572
1
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. SS
2. Umur : 34 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 546903
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : caruban
8. Pendidikan : SMA
9. Status : Kawin
10. Nama suami : Tn. N
11. Tanggal Masuk : 11/01/2018
12. Ruang : VK
13. Kelas : III
B. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11/01/ 2018 pukul 20.00
WIB di kamar bersalin RSUD H. Soewondo Kendal.
1. Keluhan Utama :
Pasien rujukan dari poli kandungan RSUD H. Soewondo Kendal dengan G2P1A0,
34 tahun, Hamil 39 minggu dengan Oligohidramnion dan IUGR.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien belum merasa kencang-kencang, masih merasakn gerakan janin yang aktif,
tidak ada pengeluaran cairan melalui jalan lahir baik darah maupun air ketuban.
Pasien sudah 4 kali melakukan pemeriksaan USG, kemudian hasil USG
menunjukkan hasil Oligohidramnion dan IUGR. Pasien pada tanggal 11 Januari
2018 memeriksakan diri ke poli kandungan untuk mengetahui keadaan janin dan
didapatkan hasil oligohidramnion dan pasien diminta untuk segera dirawat di
RSUD Soewondo Kendal.
2
3. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : Teratur (28 hari)
Lama haid : 7 hari
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang. Usia pernikahan ± 8 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Pasien terakhir haid tanggal 07/04/2017, sekitar 2 minggu setelah terlambat haid
pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack kehamilan dan hasilnya positif.
Kemudian pasien periksa ke bidan dan oleh bidan dinyatakan hamil.
G2P1A0
P1 : perempuan, BBL 3500 gram, usia sekarang 7 tahun, keadaan sehat, lahir
spontan di klinik dokter pada usia kehamilan 37 minggu.
6. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
ANC dilakukan rutin tiap bulan di bidan
7. Riwayat KB
pernah menggunakan KB suntik 1 bulan sekali
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang irt, suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Biaya
pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS
Kesan ekonomi : Cukup
9. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung: disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung: disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
3
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 52 kg
Indeks Masa Tubuh : 21,6 kg/m2 (normoweight)
2. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-)
- Hidung :Discharge (-),nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-/-), hiperpigmentasi areola
(+)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Batas atas : ICS II linea sternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
4
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
- Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stemfremitus +/+ , nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Abdomen :
Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas
operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : timpani (+), pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-),
- Extremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
3. Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Uterus membesar tidak sesuai usia kehamilan (+), striae
gravidarum (+), linea nigra (+), bekas operasi (-)
Palpasi : Bentuk memanjang, kontraksi (-),
- Leopold 1 : teraba massa bulat besar lunak, TFU 22 cm
- Leopold II :Teraba bagian memanjang di sebelah kiri, teraba bagian
kecil-kecil di sebelah kanan
- Leopold III : Teraba bagian bulat besar keras
- Leopold IV : Konfigurasi kedua tangan konvergen. Bagian terbawah
janin belum masuk PAP
5
TBJ : (TFU-12) x 155 = (22-12) x 155 = 1550 gram
Perkusi : Timpani, Pekak sisi (-), Pekak alih (-)
Auskultasi :Bising usus (+), DJJ = 128 x/m (11 – 12 – 12)
Genitalia
Externa :
- Vulva : DBN,
- Ostium urethra externa: tak tampak kemerahan, tak tampak discharge,
- Vagina : tak tampak fluksus
Interna (VT) :belum ada pembukaan, porsio teba, KK(+).
Inspikulo : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah (12 Januari 2018)
Darah Rutin
Hb : 11,9 gr/dL
Hematokrit : 37,7 %
Leukosit : 9,1 ribu/uL
Trombosit : 255 ribu/uL
HbsAg : negatif
Anti HIV : non reaktif
E. DIAGNOSA
Pasien G2P1A0 usia 34 tahun Hamil 39 minggu, janin 1 hidup inta uteri, presentasi
kepala belum masuk PAP, punggung kiri, belum inpartu dengan Oligohodramnion
dan IUGR
F. SIKAP
Rawat inap
Pengawasan : KU, vital sign, DJJ
Terapi Medikamentosa :Infus RL 20 tpm
Rencana program SC
Ijin tindakan (informed consent)
6
Tanggal 11 januari 2018
S : baik
O : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit; s= 36,50C; RR=20x/menit,
DJJ 10-10 11
USG : Oligohidramnion dan IUGR
A : Wanita G2P1A0 usia 34 th, hamil 39 minggu janin 1 hidup intrauterin
presentasi kepala, punggung kiri, belum inpartu dengan oligohidramnion
dan IUGR
P : Pro SC tgl 12 Januari 2018
7
O : Ku baik, TD 120/70 mmHg, HR 80 x/menit,RR 20 x/menit, PPV (+) dbn,
kontraksi uterus baik, Uterus 2 jari di bwawah umbilikus
A : Post SC H1
P : inf. R + tramadol drip 100 mg, bantu mobilitas
G. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad bonam
Persalinan : dubia ad bonam
H. EDUKASI
1. Memberitahu kondisi pasien kepada keluaga.
2. Memberitahu rencana tindakan terapi yang akan dilakukan
3. Memberitahu tujuan terapi yang diberikan.
8
TINJAUAN PUSTAKA
1.Intra Uterine Growth Restriction
DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin
yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia
kehamilannya.
Menurut Gordon(2005), pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine growth
restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari
standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT
sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational
age).
Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
9
ETIOLOGI
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal :Tekanan darah tinggi, Penyakit ginjal kronik, Diabetes Melitus,
Penyakit jantung dan pernapasan, Malnutrisi dan anemia, Infeksi, Pecandu
alkohol dan obat tertentu, Perokok
2. Uterus dan Plasenta : penurunan aliran darah di uterus dan plasenta,
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus, Twin-to-
twin transfusion syndrome
3. Janin :Janin kembar, Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa
dapat menyebabkan PJT), Kelainan kongenital, Kelainan kromosom
(Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT), Pajanan teratogen (zat
yang berbahaya bagi pertumbuhan janin).Berbagai macam zat yang
bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol.
MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami Penurunan level
oksigenasi, nilai APGAR rendah , aspirasi mekonium , hipoglikemi (kadar gula
rendah), kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin, polisitemia (kebanyakan sel
darah merah)
DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu:Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal,
kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2. Tinggi Fundus Uteri:Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2
(dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu
maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan
pertumbuhan.
3. USG Fetomaternal
10
Yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar
kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,
oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini
menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-
diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya
PJT.
5. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
2. Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis
3. Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan C
KOMPLIKASI PJT
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:Asfiksia, Hipoglikemi, Aspirasi meconium, DIC,
Hipotermi, Perdarahan pada paru, Polisitemia, Hiperviskositas
sindrom, Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak
bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus
11
dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Menggunakan aspirin dalam
jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki.
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk
mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan
apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care
segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati
(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang
dalam masa kanak-kanak nantinya.
2. Cairan Ketuban
Definisi
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.
Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban
atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel
trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni
janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk
12
cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang
memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus
pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal. Cairan amnion
juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial
terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion adalah
98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid.
Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi
urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan
aterm.
Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan
amnion. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan
ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut.
Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan dalam pembentukan cairan
amnion.
Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pritchard meneliti proses
ml/kg/hari.
Absorpsi Intramembran
13
Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa
terdapat keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion
Hidramnion (polihidramnion)
adanya kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau
Oligohidramnion
Air ketuban sedikit, dibawah 500 cc, umumnya kental, keruh, berwarna
kuning kehijauan.
Patofisiologi Oligohidramnion
dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan
Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
14
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal
bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal
berfungsi.
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari
sindroma Potter.
Etiologi Oligohidramnion
kronis
pasca maturitas.
Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen, ibu
merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak., sering berakhir dengan partus
15
prematurus, Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his akan sakit
sekali, bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan mengukur
ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic
fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut
Penatalaksanaan Oligohidramnion
kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung
lahir denga sehat. Akan tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terus-
USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan
ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus
tanpa treatment sama sekali. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk
16
lebih serius. Janin yang tidak berkembang sempurna dalam rahim ibu yang
kelahiran. Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan
Prognosis Oligohidramnion
prognosisnya
Komplikasi Oligohidramnion
sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan teratur.
17
DAFTAR PUSTAKA
Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005. Obstetri Williams Vol 1/Edisi
21. EGC. Jakarta.
Wikjosastro H, 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke2 Cetakan ke4. YBB-SP. Jakarta
18