Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada
skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.
Timbulnya nyeri pada salah satu ataupun kedua skrotum merupakan hal yang
memerlukan perhatian serius karena skrotum dan testis merupakan kelenjar reproduksi
seorang pria. Bila keadaan ini idak ditangani akan menimbulkan keadaan seperti
infertilitas, disfungsi ereksi, bahkan kematian jaringan testis yang mengakibatkan testis
harus dibuang.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan akut skrotum, salah satunya adalah
orchitis. Orkitis adalah peradangan pada salah satu atau kedua testis. Orkitis disebabkan
oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis
adalah virus gondongan (mumps). Bakteri yang biasanya menyebabkan orkitis antara
lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp, dan Streptococcus sp.
Kebanyakan penyebab orkitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan
(mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari
setelah pembengkakan kelenjar parotis. Gejala orkitis dapat berupa demam, semen
mengandung darah, keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena
terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air besar
(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan penderita orkitis juga dapat
membengkak pada sisi testis yang terkena.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : An. DS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 14 tahun
Status Pernikahan : belum menikah
Alamat : Jl. Niaga RT. 08
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Masuk Rumah Sakit : 7 Agustus 2016
No. Rekam Medis : 095218

B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis.

1. Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD RSUD Moeis dengan keluhan nyeri pada buah zakar
sebelah kanan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pada buah zakar sebelah kanan muncul tiba-tiba saat pasien baru
bangun tidur. Nyeri menjalar sampai ke perut kanan bawah dan nyeri diperberat
dengan gerakan. Pasien mengaku tidak dapat buang air kecil sejak nyeri muncul.
Sebelumnya pasien masih dapat buang air kecil seperti biasa. Pasien buang air
besar seperti biasa dan masih bisa kentut. Didapatkan adanya keluhan mual dan
muntah. Keluhan seperti demam dan bengkak atau benjolan pada buah zakar
yang dapat keluar masuk sebelumnya disangkal.

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Pasien
mengaku tidak memiliki riwayat sakit gondongan atau infeksi saluran kemih
sebelumnya dan riwayat trauma. Riwayat imunisasi lengkap.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gejala yang sama
seperti pasien.

5. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak banyak melakukan aktivitas fisik.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 140/90
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 °C

2. Status Generalis
a. Kepala : Normocephali
b. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
c. Telinga : Normotia
d. Hidung : Normosepti, sekret (-)
e. Bibir : pucat (-), sianosis (-)
f. Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
g. Thoraks :
 Paru - paru : Bentuk dada normal, simetris, sonor (+/+), suara napas
vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)

3
 Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
h. Abdomen :
 Inspeksi : Perut datar
 Auskultasi : Bising usus (+) 5 x/menit
 Perkusi : timpani (+)
 Palpasi : Supel, defans muscular (-), massa abdomen (-), nyeri
tekan (+) pada kuadran kanan bawah & suprapubik, nyeri lepas (-),
psoas sign (-), obturator sign (-)
i. Genitalia :
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)
j. Ekstremitas :
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)

3. Status Urologi
a. Regio lumbal
Nyeri ketuk CVA (-/-), ballotement (-/-)
b. Regio suprapubik
- Inspeksi : tidak terlihat penuh
- Palpasi : nyeri tekan (+)
c. Regio genitalia eksterna
- Inspeksi : OUE hiperemis (-), sekret (-), menyempit (-), tampak scrotum
dextra lebih tinggi, tidak tampak kemerahan atau pembesaran
pada scrotum
- Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan (+), phren test (+), refleks kremaster
(+), transluminasi (-)
d. Rectal toucher
Tidak dilakukan karena pasien kesakitan

D. Pemeriksaan Penunjang

4
1. Laboratorium
Tanggal 8 Agustus 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,8 L: 13-16; P: 12-14 g%
Leukosit 11.800 5.000-10.000 /ul
Hematokrit 48 37-47 %
Trombosit 347.000 200.000-500.000 /ul

Kimia Darah
Gula darah sewaktu 77 60-140 mg/dl
Ureum 21 15-45 mg/dl
Kreatinin 1,1 1,5-1,5 mg/dl
SGOT 13 L: <38; P: <32 UI
SGPT 10 L: <41; P: <31 UI

Imunologi
HIV (sd Bioline) Non Reaktif Non Reaktif
HbsAg (-) negatif (-) negatif

Urine Lengkap
Makroskopis
- Warna Kuning -
- Kejernihan Jernih Jernih
Kimia
- Berat jenis 1.025 1.003-1.030
- pH 6,0
- Keton (-) negatif (-) negatif
- Nitrit (-) negatif (-) negatif
- Darah (-) negatif (-) negatif
- Protein (-) negatif (-) negatif

5
- Reduksi (-) negatif (-) negatif
- Bilirubin (-) negatif (-) negatif
- Urobilinogen Normal -
Sedimen
- Sel epitel (+) positif -
- Leukosit 1-2 1-10 /lpb
- Eritrosit 0-1 0-1 /lpb
- Silinder (-) negatif (-) negatif
- Bakteri (-) negatif (-) negatif
- Kristal (-) negatif (-) negatif
- Lain-lain (-) negatif -

E. Diagnosis Kerja
Suspek orchitis dextra

F. Diagnosis Banding
 Torsio testis dextra
 Epididimitis dextra
 Hernia inguinalis inkarserata dextra

G. Tatalaksana
1. Non medikamentosa
 Rawat inap
 Bed rest, mengelevasi skrotum kanan
 IVFD RL 20 tpm
 Pemasangan DC
2. Medikamentosa
 Cefotaxime 1 g/12 jam/IV
 Metamizole 1 g/8 jam/IV
 Drip tramadol 1 ampul dalam RL 20 tpm/8 jam/IV
 Ranitidin 50 mg/12 jam/IV

6
H. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

I. Follow up
1. Tanggal 8 Agustus 2016
S : Nyeri perut berkurang, BAK dengan DC
O : KU: TSS
TD: 160/70, N: 84 x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,6 °C
Kesadaran: CM
Abdomen: perut datar, timpani (+), nyeri tekan (+), defans muscular (-),
BU (+)
Scrotum Dextra: NT (+) berkurang, merah (-)

A : Orchitis

p : IVFD RL 28 tpm
Cefotaxime 1 g/12 jam/IV
Metamizole 1 g/8 jam/IV
Drip tramadol 1 ampul dalam RL 20 tpm/8 jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 jam/IV

2. Tanggal 9 Agustus 2016


S : Nyeri perut berkurang, BAK dengan DC
O : KU: TSR
TD: 120/80, N: 70 x/menit, RR: 17x/menit, T: 36,6 °C
Kesadaran: CM
Abdomen: perut datar, timpani (+), nyeri tekan (-), defans muscular (-),
BU (+)

7
Scrotum Dextra: NT (-), hiperemis (-)

A : Orchitis

p : IVFD RL 28 tpm
Cefotaxime 1 g/12 jam/IV
Asam mefenamat 500 mg/8 jam/PO
Besok rencana pulang

3. Tanggal 10 Agustus 2016


S : Nyeri perut (-)
O : KU: TSR
TD: 120/70, N: 80 x/menit, RR: 20x/menit, T: 36 °C
Kesadaran: CM
Abdomen: perut datar, timpani (+), nyeri tekan (-), defans muscular (-),
BU (+)
Scrotum Dextra: NT (-), hiperemis(-)

A : Orchitis

p : Boleh pulang
Ciprofloxacin 500 mg/12 jam/PO
Asam mefenamat 500 mg/8 jam/PO
KIE untuk kontrol ke poli bedah seminggu kemudian

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Acute scrotum
1. Definisi
Onset baru nyeri, bengkak, dan nyeri pada intraskrotal disebut juga sebagai akut
skrotum dan biasanya muncul pada kasus urologi anak. Gejala dan tanda pada
penyakit yang berkaitan dengan akut skrotum sangat luas dan tumpang tindih.
Sehingga klinisi harus dapat menegakkan diagnosis berdasarkan penemuan kinis,
yang mana mungkin dibutuhkan eksplorasi skrotal, terutama jika lama nyeri pendek
(< 6 jam), tanda yang muncul kurang memadai, atau diagnosis masih belum jelas.1
Nyeri testis karena trauma, infeksi, atau torsio funicullus spermaticus biasanya
sangat hebat dan bersifat lokal, walaupun bisa saja menjalar sepanjang funicullus
spermatcus sampai abdomen bawah. Hidrokel tanpa infeksi, spermatokel, dan tumor
testis biasanya tidak menimbulkan nyeri. Pada varikokel akan menyebabkan nyeri
tumpul pada testil yang akan meningkat setelah melakukan aktivitas berat.1,2

2. Etiologi dan Diagnosis Banding


Pada beberapa pasien nyeri dapat terlokalisir di inguinal atau abdomen atau tidak
dapat terlokalisir, khususnya pada pasien anak. Anamnesis penting harus mencakup
usia, onset, kulitas, lama, dan konsistensi nyeri, riwayat episode terdahulu, diperberat
dengan aktivitas, mual muntah, sekret pada penis, anyang-anyangan, demam, riwayat
trauma, seksual, dan imunisasi. Kasus tersering pada anak, yaitu torsio appendiks
testis (40-60%), torsio funiculus spermaticus (20-30%), epididimitis (5-15%), dan
lain-lain (10%).1

9
10
B. Orchitis
1. Definisi
Orchitis adalah peradangan pada testis, namun istilah ini telah digunakan untuk
menggambarkan nyeri lokal testis tanpa tanda objektif peradangan. Orchitis akut
adalah nyeri dan bengkak yang mendadak pada testis yang berhubungan dengan
peradangan pada testis. Sedangkan orchitis kronis melibatkan peradangan dan nyeri
pada testis, biasanya tanpa pembengkakan, biasanya bertahan selama lebih 6 minggu.
Biasanya terjadi pada 30% laki-laki postpurbertas yang pernah mengalami parotitis. 3-
6

2. Epidemiologi
Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki. Pada orchitis gondong, 4 dari 5
kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun) dan untuk kasus
orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-
orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15
tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Di
Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang
orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.5

11
3. Patogenesis dan Etiologi
Orchitis adalah kondisi yang jarang dan biasanya disebabkan karena virus dan
penyebarannya secara hematogen. Kebanyakan kasus orchitis, terutama bakteri,
muncul sekunder karena penyebaran lokal dari epididimis ipsilateral yang disebut
sebagai epididimo-orchitis.4-6
Infeksi dan inflamasi epididimis paling sering disebabkan karena infeksi
asending dari saluran kemih bawah. Infeksi pada epididimis akan menyebar sampai
ke testis. Paling banyak kasus epididimitis/orchitis terjadi pada pria usia kurang dari
35 tahun disebabkan karena kuman infeksi menular seksual (N. gonorrhoeae dan C.
Trachomatis), pada anak-anak dan orang tua disebabkan karena kuman yang berasal
dari saluran kemih seperti E. coli. Penyebab lain epididimitis/orchitis pada anak lebih
muda adalah karena reaksi inflamasi post infeksi kuman mycoplasma pneumoniae,
enteroviruses, dan adenoviruses yang mana diikuti gejala yang ringan. Pada laki-laki
homoseksual yang melakukan anal sex, E. coli dan bakteri coli lain merupakan
penyebab tersering. Pada orchitis virus lebih sering menyebabkan atrofi testis
daripada infeksi bakteri.4-6
Orchitis non infeksius biasanya idiopatik dan berhubungan dengan riwayat
trauma, walaupun kadang dapat disebabkan oleh penyakit autoimun.4

12
4. Diagnosis
Pada pasien dengan orchitis infeksi akut, dari anamnesis didapatkan onset nyeri
testis, yang biasanya berhubungan dengan perasaan tidak nyaman pada perut, mual,
dan muntah. Nyeri skrotal berat dapat menjalar sampai ke selangkangan atau
panggul. Gejala diatas dapat didahului oleh gejala parotitis pada anak, infeksi saluran
kemih pada anak yang lebih besar dan orang tua, dan IMS pada golongan yang aktif
secara seksual. Walaupun biasanya terjadi unilateral, kadang dapat terjadi secara
bilateral, terutama pada virus.4-6
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan febris dan toksik, kulit
pada skrotum yang terinfeksi tampak hiperemis dan edem, nyeri tekan testis,
penebalan fuiculus spermaticus kadang teraba, dan bisa didapatkan transluminasi
(hidrokel). Untuk orchitis noninfeksius akut biasanya didapatkan pasien tanpa
demam dan tidak tampak toksik.4-6
Untuk orchitis kronis dan orchialgia mungkin terdapat riwayat nyeri testis
sebelumnya, biasanya sekuder dari orchitis bakterial akut, trauma, atau lainnya.
Pasien dengan nyeri testis kronis akan berdampak pada kualitas hidupnya. Pada
pemeriksaan tidak tampak toksik, tidak demam, skrotum tidak selalu hiperemis,
tetapi mungkuin terdapat indurasi dan nyeri saat palpasi.4-6

13
Urinalisis biasanya ditemukan dengan adanya sel darah putih dan bakteri atau
sekret uretra. Pada pasien yang dicurigai mengidap infeksi menular seksual harus
dilakukan pemeriksaan swab.4-6
Biasanya sangat sulit membedakan orchitis/epididimitis dengan torsio testis akut
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. USG doppler skrotum atau scan
radionuklid bisa digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Adanya aliran darah pada
USG doppler testis dapat menyingkirkan torsio testis. Pada pasien dengan
epididimitis/orchitis biasanya mengalami pembesaran epididimis atau testis dengan
peningkatan aliran darah. Dapat tampak hidrokel reaktif. Pada anak prepubertas yang
terdiagnosa epididimitis memerlukan pemeriksaan radiologi untuk mencari
kemungkinan anomali saluran kencing seperti refluks atau ektopik uretra. Anak
postpubertas yang terdiagnosa epididmitis sebaiknya diedukasi mengenai infeksi
menular seksual dan perilaku seksual sehat.4-6

5. Penatalaksanaan
Terapi biasanya dapat dilakukan dengan rawat jalan dengan pengawasan ketat.
Ada beberapa indikasi untuk rawat inap antara lain tidak dapat minum obat secara
oral, kecurigaan terbetuknya abses, gagal pada terapi rawat jalan, dan tanda sepsis.4-6
Sebagai terapi suportif, pasien diharuskan tirah baring, mengelevasi skrotum,
hidrasi, antipiretik, dan penggunaan NSAID dapat membantu mengurangi lama
gejala. Pengurangan nyeri dengan kompres dingin atau hangat: elevasi skrotum dan
letakkan kompres es pada testis yang sakit. Pasien sebaiknya meletakkan bantal atau
handuk antara kaki untuk mengelevasi skrotum dan meletakkan kompres es selama
10-15 menit, 4 kali sehari sampai nyeri berkurang.4-6
Tidak ada terapi antivirus spesifik pada orchitis yang disebabkan oleh parotitis.
Terapi antibiotik untuk organisme kausatif sama seperti pada ureteritis dan infeksi
saluran kencing. Pada pasien dengan infeksi menular seksual, gunakan antibiotik
yang dapat mengcover kuman seperti gonorrhea dan chlamydia dengan ceftriaxone
dan doksisiklin atau azitromisin. Pasangan harus juga diterapi agar tidak terjadi
reinfeksi. Pada pasien dengan sepsis atau infeksi berat, pasien harus dirawat dan
diberi antibiotik parenteral. Blok pada funiculus spermaticus dengan anestesi lokal

14
mungkin dapat diberikan untuk mengurangi nyeri yang hebat. Drainase diindikasikan
pada kasus abses. Kadangkala, pada kasus kronis, relaps dan nyeri skrotum
diperlukan epididmektomi/orchiektomi untuk menghilangkan gejala.4-6

Untuk orchitis kronis/orchialgia dilakukan terapi suportif saja dengan NSAID,


analgesik, terapi panas, dan blok nervus. Umumnya, kondisi seperti ini dapat pulih
sendiri namun memerlukan waktu tahunan agar sembuh.4

6. Komplikasi
Beberapa komplikasi pada orchitis yang dapat muncul diantaranya atrofi testis,
abses skrotum, epididimitis berulang, infertilitas. Pada orchitis, biasanya terjadi
penurunan produksi testosteron (hipogonadisme) sehingga dapat menimbulkan
infertilitas, tetapi jika yang terkena hanya satu testis maka kemungkinan kecil
mengalami infertilitas.

7. Prognosis
Kebanyakan kasus orchitis karena parotitis dapat sembuh secara spontan dalam
3-10 hari. Dengan terapi antibiotik yang tepat, kebanyakan kasus orchitis bakterial

15
dapat sembuh tanpa komplikasi. Atrofi testis unilateral muncul pada 60% pasien
dengan orchitis, tetapi infertilitas jarang terjadi pada orchitis unilateral.4,5

C. Torsio Testis
1. Definisi
Terpuntirnya funiculus spermaticus secara tiba-tiba dengan penurunan atau tidak
adanya aliran darah ke testis. Torsio testis intravaginal terjadi pada testis yang
terpuntir didalam tunica vaginalis, sedangkan torsio testis ekstravaginal terjadi saat
periode perinatal sebelum fiksasi tunica vaginalis dalam skrotum.1,7

2. Faktor predisposisi
Adanya kelainan anatomis (anomali bell-clapper) didapatkan pada 12% laki-laki.
Pada variasi anatomis menyebabkan kegagalan penyatuan tunica vaginalis sepanjang
epididimis secara parsial atau komplit, yang menyebabkan perlekatan
testis/epididimis yang tidak komplit pada skrotum atau ketidaknormalan lebar
penempelan testis dengan epididimis. Faktor presdiposisi langsung masih belum
diketahui, mungkin disebabkan oleh suhu dingin, pergerakan tiba-tiba atau trauma
dengan aktivasi refleks kremaster, penggunaan celana yang terlalu ketat, dan
pertumbuhan cepat testis saat pubertas. Undesencus testis memiliki resiko tinggi
mengalami torsio, walaupun prevalensinya rendah. Sangat jarang torsio terjadi
setelah orchidopeksi.1

16
3. Diagnosis
Walaupun torsio testis intravaginal dapat terjadi pada semua anak lelaki usia
muda, puncak usia pasien antara 12 sampai 16 tahun, dan pada lelaki postpubertas.
Sangat jarang torsio testis terjadi bilateral. Umumnya, pasien akan mengeluh nyeri
hebat pada skrotum saat istrahat, beraktivitas, tidur, dan ada riwayat nyeri serupa
seelumnya biasanya ipsilateral. Selain itu, pasien dapat mengalami gejala yang lebih
ringan atau bahkan tidak ada nyeri skrotum atau ada nyeri pada inguinal atau perut.
Pasien mungkin akan mengaku adanya trauma skrotum, dimana dapat menjadi
presdiposisi terpuntirnya funiculus spermaticus. Mual dan muntah, edema skrotum,
hiperemis dapat muncul tergantung dari durasi atau derajat torsio. Disuria dan
demam kadang ditemukan.1,8
Pada pemeriksaan fisik umumnya ditemukan nyeri pada testis dan tidak
didapatkan refleks kremaster. Walaupun beberapa penelitian menyebutkan refleks
kremaster menurun atau menghilang pada semua kasus, pada 10% kasus torsio testis
masih didapatkan refleks kremaster yang intak. Pada refleks kremaster yang normal
dikorelasikan dengan aliran darah yang masih intak ke testis. Pada beberapa kasus,
peninggian testis, posisi tidur testis yang abnormal, atau posisi epididimis ke arah
anterior, penebalan funicullus spermaticus mengarahkan pada adanya torsio. Indurasi
testis, hilangnya batas antara testis dan epididimis, edem skrotal, eritema mungkin

17
dapat muncul, tetapi tergantung sekali pada usia pasien, lamanya torsio namun dapat
digunakan sebagai tanda yang membantu diagnosis torsio.1,7,8
Urinalisis dilakukan untuk mencari adanya piuria/bakteriuria, jika ditemukan
bisa dikaitkan dengan epididimitis atau hematuria yang mengindikasikan adanya batu
saluran kemih. Walaupun penemuan urinalisis biasanya normal pada sejumlah kasus
torsio testis, piuria mungkin ditemukan.1
Pencitraan skrotum paling banyak digunakan sekarang ini, khususnya untu kasus
dengan nyeri lama (>24 jam) yang berhubungan dengan adanya refleks kremaster
dan pembengkakan skrotum. CDUS dapat digunakan untuk melihat struktur testis
dan aliran darah intraparenkim. Pada testis dengan echo heterogen menandakan testis
telah nekrotik atau atrofi atau telah diangkat setelah orchidopeksi.1,7,8

4. Penatalaksanaan
Dengan meningkatnya ketersediaan CDUS dan relatif rendahnya prevalensi
torsio testis pada anak dan dewasa muda dengan nyeri skrotum akut, stategi
penatalaksanaan esensial semua pasien dengan tindakan bedah untuk
mengkonfirmasi tidak adanya torsio telah bergeser menjadi eksplorasi selektif.
Kebanyakan dokter bedah memilih pendekatan selektif ini, tetapi pada sebagian kecil
kasus tetap disarankan melakukan operasi urgensi untuk kasus skrotum akut untuk
menghindari resiko kurang tepat dari klinis dan pencitraan torsio testis.1,7,8
Beberapa dokter menyarankan melakukan detorsi manual preoperatif
berdasarkan asumsi terpuntirnya testis ke arah medial. Namun, pada 33% kasus
didapatkan puntiran ke arah lateral dan detorsi manual gagal pada 32%. walaupun
manuver ini bisa dikerjakan, tetap disarankan untuk melakukan detorsi definitif dan
fiksasi testis di kamar operasi.1,7,8
Pemantauan berikutnya harus dilakukan kurang lebih 6 bulan untuk menentukan
ada dan derajat kehilangan volume testis. Untuk kasus testis diangkat, dapat
ditawarkan pemasangan protesa 6 bulan setelah keadaan membaik.1,7,8

18
D. Epididimitis
1. Definisi
Epididimitis didefinisikan sebagai radang yang terjadi pada epididimis.
Epididimitis akut merupakan nyeri dan bengkak yang tiba-tiba muncul pada
edidimis. Epididimis kronis merupakan radang dan nyeri pada epididimis tanpa
bengkak, selama lebih dari 6 minggu.3,4,6

19
2. Patogenesis dan Etiologi
Epididimitis akut biasanya akibar dari penyebaran infeksi yang berasal dari
vesica urinaria, uretra, atau prostat melalui ductus ejaculatorius dan vas deferens ke
epididimis. Prosesnya bermula dari cauda epididimis dan kemudian menyebar
melalui corpus dan kemudian caput epididimis. Pada bayi dan anak laki-laki,
epididimitis biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran kecing atau kelainan
kongenital. Pada lelaki yang lebih tua, BPH dan keadaan statis, infeksi saluran
kemih, dan kateterisasi menjadi penyebab tersering epididimitis. Prostatitis bakterial
dan/atau seminalis vesikulitis berhubungan dengan infeksi epididimis pada lelaki
postpuber pada semua usia. Pada pria yang aktif secara seksual yang usianya kurang
dari 35 tahun, epididimitis biasanya disebabkan karena infeksi menular seksual.
Pada kebanyakan kasus epididmitis akut, testis biasanya ikut terinfeksi yang disebut
epididimo-orchitis.3,4,6
Pada epididmitis kronis biasanya disebabkan oleh epididimitis akut yang tidak
diterapi secara adekuat, epididmitis rekuren, atau karena proses penyakit Bechet atau
pada penggunaan obat amiodarone. Etiologi epididimalgia kronis masih tidak jelas.
Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa epididimitis kronis/epididimalgia
muncul setelah pria menjalani vasektomi. Sekitar 1 dari 1.000 pria mengalami nyeri
hebat selama 6 bulan setelah vasektomi.3,4,6
Organisme kausatif paling sering pada anak-anak dan orang tua biasanya dari
golongan coliform yang menyebabkan bakteriuria. Pada lelaki muda usia kurang
dari 35 tahun yang aktif secara seksual biasanya berasal dari bakteri penyebab
ureteritis, seperti N. gonorrhoeae, dan C. trachomatis. Pada homoseksual yang
tersering adalah E. coli dan Haemophilus influenzae.3,4,6

3. Diagnosis
Baik epididimitis infeksi akut dan non infeksi akut memiliki gejala yang hmpir
sama seperti pada orchitis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri terlokalisir pada
epididimis.4
Funicullus spermaticus biasanya nyeri dan bengkak. Pada proses awal infeksi,

20
hanya cauda epididmis yang mengalami radang kemudian secara cepat menyebar
sampai ke caput epididimis dan berlanjut sampai ke testis sehingga epididimis yang
bengkak menjadi sulit dibedakan dengan testis.4
Pada pemeriksaan laboratorium harus melakukan pemeriksaan gram dengan
swab uretra dan pengambilan spesimen kencing midstream. Sebaiknya spesimen ini
juga dilakukan pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas. Jika didapatkan bakteri basil
gram negatif biasanya dikaitkan dengan sistitis. Jika ditemukan diplococcus gram
negatif intrasel maka didiagnosis sebagai infeksi N. gonorrhoeae. Jika hanya
leukosit saja yang muncul maka penyebabnya C. trachomatis. Pemeriksaan USG
kadang-kadang dapat membantu membedakan kelainan epididimis dan kelainan
skrotum yang lain.3,4,6

4. Penatalaksanaan
Pedoman CDC 2015 untuk terapi epididimis adalah dengan ceftriaxone atau
doksisiklin untuk pria kurang dari 35 tahun dan levofloxacin atau ofloxacin untuk
pria lebih dari 35 tahun. Pada epididimitis kronis, diberikan percobaan antibiotik
yang poten terhadap patogen terutama C. trachomatis selama 4 sampai 6 minggu.
Pemberian obat anti inflamasi, analgesik, scrotal support, dan blok nervus dapat
diberikan. Operasi pengangkatan epididimis (epididimektomi) sebaiknya diperkiraan
hanya jika semua terapi konservatif telah diberikan gagal dan jika dengan operasi
bisa mengurangi 50% rasa nyeri.3,4,9

21
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Diagnosis
Penegakan diagnosis berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesis dengan pasien didapatkan
adanya gejala dari akut skrotum, yaitu nyeri pada skrotum kanan dengan onset akut
dan baru pertama kali dirasakan. Nyeri dirasakan menjalar sampai ke perut kuadran
kanan bawah dan suprapubik. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan nyeri saat
palpasi, sedangkan tanda lain seperti oedem, kulit hiperemis, dan hangat tidak
didapatkan pada pasien ini.
Berdasarkan gejala dan tanda akut skrotum diatas maka ada beberapa diagnosis
banding yang dapat ditegakkan seperti torsio testis, orchitis, dan hernia inguinalis
inkarserata.
1. Orchitis
Pada kasus ini hal yang mendukung diagnosis adalah adanya gejala nyeri akut
skrotum kanan, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak
toksik dan pada pemeriksaan skrotum didapatkan nyeri pada saat palpasi. Pada
pemeriksaan fisik dilakukan refleks kremaster dan tes Phren didapatkan hasil positif.
Pada pemeriksaan darah lengkap, didapatkan leukosit meningkat.
Namun, pada kasus tidak didapatkan adanya gejala demam, riwayat parotitis.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya oedem skrotum, hiperemis, hangat.
Pada pemeriksaan urin tidak didapatkan kelainan mengarah ke infeksi saluran
kemih.

2. Torsio testis
Diagnosis banding ini ditegakkan berdasarkan dari usia pasien yang masih 14
tahun dimana torsio testis paling sering terjadi pada usia < 16 tahun. Selain itu,
gejala dan tanda akut skrotum yang didapatkan mendukung, seperti nyeri skrotum
kanan akut, menjalar sampai ke perut kanan bawah, tidak didapatkan adanya

22
demam.
Sedangkan hal yang dapat menyingkirkan diagnosis ini adalah dari anamnesis
tidak didapatkannya faktor presdisposisi terjadinya torsio testis seperti riwayat
aktivitas fisik, terpapar suhu dingin, dan trauma skrotum. Pada pemeriksaan fisik
dilakukan refleks kremaster dan tes Phren didapatkan hasil positif, tidak tampak
elevasi testis.
Namun, dibutuhkan pemeriksaan USG doppler pada skrotum untuk melihat
adakah kelainan aliran darah ke testis untuk menguatkan diagnosis torsio testis.

3. Epididimitis
Penegakan diagnosis ini mirip dengan orchitis, hanya saja hal yang dapat
menyingkirkan diagnosis ini adalah dari usia, epididimitis paling sering menyerang
pada pria usia diatas 15 tahun atau aktif secara seksual, tidak adanya riwayat infeksi
saluran kemih atau infeksi menular seksual.

4. Hernia inguinalis inkarserata


Diagnosis ini juga menimbulkan gejala yang mirip hanya saja pada anamnesis
tidak didapatkan adanya riwayat benjolan pada lipat paha atau skrotum yang hilang
timbul dan pasien masih bisa buang air dan angin.

B. Penatalaksanaan
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis banding orchitis yang penatalaksanaannya
dilakukan secara konservatif, yaitu pasien dirawatinapkan agar dapat tirah baring,
mengelevasi skrotum, dan hidrasi. Selain itu, diberikan terapi antibiotik spektrum
luas yang terutama dapat mengcover bakteri gram negatif, seperti cefotaxime dan
diberikan obat pengurang nyeri. Setelah 3 hari perawatan, pasien sudah merasakan
perbaikan dan dapat dipulangkan dengan dibekali antibiotik oral, yaitu ciprofloxacin
dan diharapkan untuk kontrol kembali seminggu setelah keluar dari rumah sakit.

23
BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus ini pasien pasien menunjukkan adanya gejala dan tanda akut skrotum.
Dari sekian banyak diagnosis banding yang memungkinkan adanya tanda dan gejala akut
skrotum, maka ditegakkanlah diagnosis orchitis. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan
dari usia, gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Pada saat melakukan perawatan di rumah sakit, pasien merasakan adanya
perbaikan. Selanjutya pasien diharpkan melakukan kontrol satu minggu kemudian di poli
bedah. Pada kasus ini, jika pasien melakukan terapi secara teratur maka kemungkinan
sembuh besar dan kemungkinan terjadinya komplikasi bisa dicegah.

24

Anda mungkin juga menyukai