Anda di halaman 1dari 28

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan


Usaha Perusahaan Pembiayaan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35/POJK.05/2018 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan (POJK 35/2018)

1. Apakah latar belakang penerbitan POJK 35/2018 ini?


Jawab:
Latar belakang penyusunan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, antara lain:
a. mendorong peningkatan peranan perusahaan pembiayaan untuk
menggerakkan sektor riil dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional;
b. meningkatkan pengaturan aspek prudential bagi perusahaan pembiayan;
dan
c. meningkatkan pengaturan aspek perlindungan konsumen.

2. Pokok pengaturan apa saja di POJK 35/2018 yang mengalami perubahan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan (POJK 29/2014)?
Jawab:
a. penambahan skema kegiatan usaha yang memperkenankan perusahaan
pembiayaan untuk dapat menyalurkan pembiayaan dengan mekanisme
pembayaran dana secara langsung kepada debitur, dengan tetap
memenuhi batasan tertentu dalam rangka mitigasi risiko (Pasal 14 s.d.
Pasal 17);
b. penambahan pengaturan mengenai optimalisasi penggunaan teknologi
informasi dalam kegiatan usaha perusahaan pembiayaan (Pasal 19);
c. penyempurnaan pengaturan mengenai besaran uang muka pembiayaan
kendaraan bermotor (Pasal 20 dan Pasal 21);
d. penyempurnaan pengaturan mengenai batasan insentif pihak ketiga
(Pasal 22);
e. penambahan pengaturan mengenai transparansi tingkat suku bunga
(Pasal 37 dan Pasal 38);
f. penyempurnaan pengaturan kerja sama pembiayaan dengan pihak lain
dalam rangka channeling dan joint financing (Pasal 39 s.d. Pasal 42);
g. penambahan pengaturan mengenai pemeliharaan, penarikan, dan
penjualan agunan, serta pengembalian bukti kepemilikan atas agunan
dalam rangka perlindungan konsumen (Pasal 43 s.d. Pasal 46);

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


h. penambahan pengaturan mengenai pengendalian fraud dan strategi
anti-fraud (Pasal 53 s.d. Pasal 63);
i. penyempurnaan ketentuan mengenai batasan bagi perusahaan
pembiayaan yang akan menerbitkan efek sebagai sumber pendanaan,
baik melalui penawaran umum maupun tidak melalui penawaran umum
(Pasal 69 dan Pasal 72 s.d. Pasal 78); dan
j. penambahan pengaturan mengenai pembiayaan usaha produktif
minimum (Pasal 86).

3. Dengan berlakunya POJK 35/2018, apakah terdapat peraturan yang dicabut


dan dinyatakan tidak berlaku:
Jawab:
Peraturan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, yaitu:
a. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;
b. Pasal 49 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 30/POJK.05/2014
tentang Tata Kelola Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan;
c. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 47/SEOJK.05/2016 tentang
Besaran Uang Muka (Down Payment) Pembiayaan Kendaraan Bermotor
Bagi Perusahaan Pembiayaan; dan
d. Romawi V angka 2 huruf c angka 4) sampai dengan angka 8) Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.05/2016 tentang Tingkat
Kesehatan Keuangan Perusahaan Pembiayaan.

PEMBIAYAAN DANA TUNAI


4. Dalam POJK 35/2018, Perusahaan Pembiayaan dapat menyalurkan
pembiayaan dengan mekanisme pembayaran dana secara langsung kepada
debitur, apakah itu berarti larangan bagi Perusahaan Pembiayaan untuk
melakukan pembiayaan secara dana tunai kepada Debitur sudah dihapus?
Jawab:
Ya, Dalam rangka perluasan kegiatan usaha, larangan dana tunai perlu
dihapus agar memungkinkan menyalurkan pembiayaan dengan mekanisme
pembayaran dana secara langsung kepada debitur.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


5. Bagaimana persyaratan bagi Perusahaan Pembiayaan yang dapat
menyalurkan pembiayaan dengan mekanisme pembayaran dana secara
langsung kepada debitur dan persyaratan pembayaran dana secara
langsung kepada debitur:
Jawab:
Persyaratan PP yang dapat melakukan pembayaran dana secara langsung
kepada Debitur:
a. memiliki tingkat kesehatan minimum sehat;
b. memiliki tingkat risiko minimum sedang rendah;
c. Memiliki rasio permodalan (ekuitas dibandingkan dengan rata-rata
tertimbang aset) minimum sebesar 10%;
d. memenuhi ketentuan gearing ratio (pinjaman dibagi ekuitas) maksimal 10
kali;
Persyaratan pembiayaan dengan mekanisme pembayaran dana secara
langsung kepada debitur:
a. nilai pembiayaan per debitur maksimal Rp500 (lima ratus) juta;
b. wajib memiliki agunan berupa kendaraan bermotor, tanah, bangunan,
dan/atau alat berat;
c. wajib dilakukan pengecekan terhadap kelayakan debitur melalui biro
kredit (lembaga pengelola informasi perkreditan); dan
d. wajib dilakukan analisis kelayakan kemampuan pembayaran debitur.

6. Bagaimana jika Perusahaan Pembiayaan memiliki kebutuhan untuk


melakukan penyaluran pembiayaan modal kerja dengan besaran lebih dari
Rp500 juta?
Jawab:
Saudara dapat menggunakan cara pembiayaan lainnya sesuai ketentuan
Pasal 4 ayat (2) POJK 35/2018, yaitu:
a. jual dan sewa-balik;
b. anjak piutang dengan pemberian jaminan dari penjual piutang;
c. anjak piutang tanpa pemberian jaminan dari penjual piutang; dan/atau
d. pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
Otoritas Jasa Keuangan.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


7. Terkait ketentuan mengenai besaran maksimal penyaluran pembiayaan
fasilitas modal usaha sebesar Rp500 juta sebagaimana diatur dalam Pasal 17
huruf a POJK 35/2018:
a. apakah penyaluran pembiayaan fasilitas modal usaha masih dapat
dilakukan apabila penandatanganan perjanjian pembiayaan dilakukan
sebelum regulasi ini diundangkan, tetapi proses pencairan akan dilakukan
setelah regulasi diundangkan?
b. untuk debitur yang telah berjalan (existing) dengan nilai pembiayaan
melebihi Rp500 juta, metode atau proses apa yang dapat kami lakukan
untuk menindaklanjuti ketentuan POJK 35/2018?
c. jika debitur merupakan perusahaan dengan skala besar dimana
kebutuhan akan modal usaha yang akan dipergunakan melebihi Rp500
juta dan disertai dengan jaminan yang cukup untuk menutupi pemakaian
dana, metode atau langkah apa yang dapat kami lakukan agar debitur
dapat menerima pembiayaan melebihi Rp500 juta?
Jawab:
a. dengan mengacu kepada jawaban pada angka 1, penyaluran
pembiayaan dengan menggunakan cara fasilitas modal usaha yang
penandatanganan perjanjian pembiayaannya dilakukan sebelum POJK
35/2018 diundangkan dinyatakan tetap berlaku dan tetap dapat
dilanjutkan sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian
pembiayaan serta pelaksanaannya mengacu kepada ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;
b. untuk debitur yang telah berjalan (existing) dengan nilai pembiayaan
melebihi Rp500 juta, perusahaan pembiayaan dapat melanjutkan
penyaluran pembiayaan tersebut sampai dengan berakhirnya perjanjian
pembiayaan;
c. jika debitur merupakan perusahaan dengan skala besar dimana
kebutuhan akan modal usaha yang akan dipergunakan melebihi Rp500
juta dan disertai dengan jaminan yang cukup untuk menutupi pemakaian
dana, maka sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) POJK
35/2018, perusahaan pembiayaan dapat menggunakan pembiayaan
dengan cara:
1) jual dan sewa-balik (sale and leaseback);

2) anjak piutang dengan pemberian jaminan dari penjual piutang


(factoring with recourse);

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


3) anjak piutang tanpa pemberian jaminan dari penjual piutang (factoring
without recourse); dan/atau

4) pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari


Otoritas Jasa Keuangan.

8. Terkait ketentuan mengenai pelaksanaan kegiatan fasilitas modal usaha


sebagaimana diatur dalam Pasal 14 POJK 35/2018, apakah ketentuan
dimaksud diterapkan berdasarkan tanggal penandatanganan perjanjian
pembiayaan atau tanggal pencairan pembiayaan?
Jawab:
Dasar penerapan ketentuan mengenai kegiatan fasilitas modal usaha adalah
tanggal penandatanganan perjanjian pembiayaan

9. Apakah ada relaksasi jika dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan


terdapat situasi bahwa bukti pembayaran pembelian barang dan/atau
penggunaan jasa oleh Debitur belum tersedia, misalnya karena barang belum
diterima Debitur?
Jawab:
Pengawas OJK akan memastikan pemenuhan ketentuan dimaksud dalam
proses pengawasan.

10. Salah satu syarat pemberian fasilitas modal usaha dan fasilitas dana adalah
dilakukan pengecekan terhadap kelayakan Debitur melalui Lembaga
Pengelola Informasi Perkreditan, apakah pengecekannya dapat digantikan
dengan IDEB SLIK?
Jawab:
Tidak. Persyaratan ini dimaksudkan agar perusahaan pembiayaan
memperoleh data yang lebih komprehensif terkait calon debitur melalui
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan atau biro kredit swasta.

11. Terkait dengan Pasal 5 ayat 1 huruf c, 13 ayat 1 huruf c dan Pasal 16 ayat 1
huruf b POJK, mohon dijelaskan tatacara berikut parameter dalam menghitung
tingkat risiko yang dimaksud pada pasal-pasal POJK tersebut?
Jawab:
a. Terkait Pasal 5 ayat 1 huruf c, cara menghitung gearing ratio sudah diatur
pada penjelasan Pasal 79 ayat (2) POJK 35/2018.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


b. Terkait pasal 13 ayat 1 huruf c, tata cara menghitung tingkat risiko bagi
perusahaan pembiayaan, mengacu pada POJK Nomor 10/POJK.05/2014
tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank.
c. Terkait Pasal 16 ayat 1 huruf b, tata cara mengukur tingkat kesehatan
keuangan perusahaan pembiayaan, mengacu pada Bab XIX POJK
35/2018.

12. Sehubungan dengan kewajiban pencantuman kegiatan usaha dalam


anggaran dasar perusahaan, kami mengalami kesulitan dalam proses
pencatatan di Sisminbakum terkait dengan sistem Online Single Submission.
Bagaimaan kebijakan OJK terkait hal ini?
Jawab:
Dengan mengacu kepada hasil sharing session mengenai Online Single
Submission (OSS) bersama dengan Kementerian Perekonomian dan Badan
Pusat Statistik yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2019,
perusahaan pembiayaan wajib secara jelas mencantumkan kegiatan usaha
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 POJK 35/2018 dalam anggaran dasarnya.
Namun demikian, dalam proses administrasi OSS dan proses persetujuan
melalui sistem informasi badan hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, perusahaan pembiayaan perlu menyesuaikan klasifikasi baku
lapangan usaha yang memiliki kesesuaian terdekat dengan kegiatan usaha
utama perusahaan pembiayaan yang bersangkutan.

UANG MUKA PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR


13. Bagaimana persyaratan bagi Perusahaan Pembiayaan yang dapat
menyalurkan pembiayaan dengan uang muka pembiayaan kendaraan
bermotor sebesar 0% (nol persen) dalam POJK 35/2018:
Jawab:
Perusahaan Pembiayaan yang memiliki Tingkat Kesehatan Keuangan dengan
kondisi minimum sehat dan mempunyai nilai Rasio Kualitas Piutang
Pembiayaan Bermasalah Neto untuk pembiayaan kendaraan bermotor lebih
rendah atau sama dengan 1% (satu persen).

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


14. Apa latar belakang OJK mengatur Perusahaan Pembiayaan dapat
menyalurkan pembiayaan dengan uang muka pembiayaan kendaraan
bermotor sebesar 0% (nol persen) dalam POJK 35/2018:
Jawab:
Kebijakan yang dikeluarkan OJK ini untuk mendorong pertumbuhan
penyaluran pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan yang pada akhirnya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional pada 2019. Penerapan
aturan tersebut di industri akan diserahkan kembali kepada perusahaan
pembiayaan bersangkutan karena bergantung dari tingkat kesehatan dan risk
appetite masing-masing perusahaan. Di samping itu, penerapan aturan itu
juga tetap mengacu kepada koridor manajemen risiko.

15. Bagaimanakah pemberlakuan ketentuan uang muka untuk pembiayaan


selain kendaraan bermotor seperti untuk alat berat?
Jawab:
ketentuan Pasal 20 Peraturan POJK 35/2018 hanya mengatur kewajiban
pemenuhan ketentuan uang muka bagi pembiayaan kendaraan bermotor
sehingga ketentuan tersebut tidak berlaku bagi objek pembiayaan selain
kendaraan bermotor. Dengan demikian, kebijakan mengenai uang muka
pembiayaan untuk pembiayaan selain kendaraan bermotor diserahkan
kepada kebijakan masing-masing perusahaan pembiayaan.

INSENTIF PIHAK KETIGA DALAM RANGKA PEROLEHAN PEMBIAYAAN


16. Apa latar belakang perubahan ketentuan biaya insentif kepada pihak ketiga
terkait akuisisi pembiayaan dalam POJK 35/2018:
Jawab:
a. Biaya insentif merupakan salah satu komponen biaya usaha yang
dikeluarkan oleh perusahaan kepada pihak ketiga seperti dealer dalam
rangka perolehan bisnis. Dalam praktiknya, komponen biaya insentif ini
menjadi komponen biaya yang cukup signifikan nilainya. Selain itu,
besaran biaya insentif yang dibayarkan kepada dealer menjadi praktik
persaingan yang tidak sehat antar-perusahaan pembiayaan dalam
perolehan bisnis.
b. Melalui pengaturan batasan insentif tersebut, OJK mengharapkan agar
tercipta praktik yang sehat dalam pemberian insentif kepada pihak ketiga.
Selain itu, melalui standardisasi besaran maksimum biaya insentif tersebut
diharapkan pula dapat menghindari terjadinya persaingan tidak sehat
dalam pemberian insentif.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


17. Bagaimana ketentuan biaya insentif kepada pihak ketiga terkait akuisisi
pembiayaan dalam POJK 35/2018?
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan dilarang memberikan biaya insentif kepada
pihak ketiga terkait akuisisi pembiayaan melebihi 17,5% (tujuh belas koma
lima persen) dari nilai pendapatan yang akan diterima terkait dengan
pembiayaan untuk setiap perjanjian pembiayaan.
b. Pendapatan yang akan diterima terkait dengan pembiayaan terdiri atas:
1) pendapatan bunga sebelum memperhitungkan cost of fund;
2) pendapatan diskon asuransi dan/atau penjaminan;
3) pendapatan administrasi; dan
4) pendapatan provisi.
c. Ketentuan mengenai biaya insentif ini diubah dari ketentuan sebelumnya
dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1 /SEOJK.05/2016
tentang Tingkat Kesehatan Keuangan Perusahaan Pembiayaan, yang
merupakan peraturan pelaksanaan POJK 29/2014, yang diatur sebesar
sebesar 15% (lima belas persen) dari nilai pendapatan yang terkait
dengan pembiayaan per perjanjian pembiayaan dan 20% (dua puluh
persen) dari nilai pendapatan yang terkait dengan pembiayaan secara
total.

18. Pemberlakuan Insentif Pihak Ketiga 17,5% diberlakukan untuk per perjanjian
atau konsolidasi?
Jawab:
Insentif Pihak Ketiga 17,5% diberlakukan untuk per perjanjian dari nilai
pendapatan yang akan diterima.

19. Apakah produk yang diberikan ke konsumen termasuk biaya promosi atau
tidak?
Jawab:
Produk yang diberikan ke konsumen termasuk biaya promosi sepanjang
produk tersebut diberikan kepada konsumen melalui pihak ketiga dalam
rangka pemasaran.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


20. Apabila ada biaya perjamuan makan, biaya gathering dealer, biaya
cashback konsumen, biaya pameran bersama dealer, dan biaya cetak price
list apakah termasuk biaya insentif akuisisi?
Jawab:
Biaya perjamuan makan, biaya gathering dealer, biaya cashback konsumen,
biaya pameran bersama dealer, dan biaya cetak price list apakah termasuk
biaya insentif akuisisi sepanjang biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan
pembiayaan bersama pihak ketiga dalam rangka pemasaran.

21. Terkait dengan Pasal 50 POJK, mohon dijelaskan mengenai apakah


dimungkinkan pembiayaan yang hanya dicover dengan asuransi kredit,
agunannya dapat dilakukan eksekusi oleh perusahaan asuransi tanpa
sertifikat jaminan fidusia, sertifikat hak tanggungan, dan/atau sertifikat
hipotek?
Jawab:
Dalam hal perusahaan pembiayaan melakukan mitigasi risiko dengan cara
mengalihkan risiko pembiayaan melalui asuransi kredit, maka ketika debitur
wanprestasi, perusahaan pembiayaan seharusnya mengajukan klaim kepada
perusahaan asuransi. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan tidak melakukan
mitigasi risiko melalui jaminan fidusia, sertifikat hak tanggungan, dan/atau
sertifikat hipotek maka Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan
eksekusi agunan melalui pengadilan.

TRANSPARANSI KEGIATAN USAHA


22. Penambahan ketentuan apa saja yang diatur dalam POJK 35/2018 mengenai
muatan yang harus ada dalam perjanjian pembiayaan:
Jawab:
Penambahan ketentuan dalam muatan perjanjian pembiayaan, antara lain:
a. tujuan pembiayaan;
b. agunan termasuk penyimpanan bukti kepemilikan atas agunan;
c. ketentuan pemberian peringatan, eksekusi agunan, dan penjualan
agunan dalam hal Debitur wanprestasi;
d. ketentuan mengenai mekanisme pelunasan piutang pembiayaan dan
pengembalian uang kelebihan dari hasil penjualan agunan atau klaim
asuransi disertai dengan jangka waktu; dan
e. ilustrasi pembagian pokok piutang pembiayaan, bunga, dan outstanding
pokok pembiayaan.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


23. Terkait ketentuan mengenai cakupan perjanjian pembiayaan sebagaimana
diatur dalam Pasal 34 ayat (1):
a. Apakah diperlukan proses persetujuan OJK terhadap format perjanjian
pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan Pasal 34 ayat (1)
POJK 35/2018?
b. Mengingat transisi pemenuhan ketentuan tersebut adalah 6 bulan sejak
diundangkan sehingga apakah selama periode tanggal 28 Desember
2018 – 28 Juni 2019 masih dapat menggunakan perjanjian sebelumnya
dan efektif 28 Juni 2019 sudah menggunakan perjanjian baru?
Jawab:
a. Format perjanjian pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan
Pasal 34 ayat (1) POJK 35/2018 tidak wajib disampaikan kepada OJK untuk
memperoleh persetujuan, namun pengawas OJK akan memastikan
pemenuhan terhadap ketentuan dimaksud pada saat proses
pengawasan.
b. Mengingat transisi pemenuhan ketentuan tersebut adalah 6 bulan sejak
diundangkan, maka selama periode tanggal 28 Desember 2018 – 27 Juni
2019 masih dapat menggunakan format perjanjian pembiayaan
sebelumnya dan mulai tangggal 28 Juni 2019 Perusahaan Pembiayaan
wajib menggunakan format perjanjian pembiayaan yang telah disesuaikan
dengan ketentuan Pasal 34 ayat (1).

24. Terkait ketentuan mengenai kewajiban untuk memasang pengumuman yang


menginformasikan kepada debitur untuk membaca dan memahami isi
kontrak yang diatur dalam perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 36
POJK 35/2018, apakah pengumuman tersebut harus dicantumkan dalam
perjanjian pembiayaan atau dapat dilakukan melalui media lain (banner atau
lainnya)?
Jawab:
Ketentuan dimaksud harus dipenuhi melalui penyampaian pengumuman
kepada calon debitur melalui media tertentu seperti: spanduk, standing
banner, atau media pengumuman lainnya dan tidak dapat dilaksanakan
hanya melalui pencantuman dalam perjanjian pembiayaan.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


25. Terkait ketentuan mengenai kewajiban untuk mencantumkan tingkat suku
bunga di setiap kantor pusat, kantor cabang, dan situs web sebagaimana
diatur dalam Pasal 37 POJK 35/2018, apakah informasi tingkat suku bunga
tersebut dapat diinformasikan pada media official website saja, atau juga
harus diinformasikan di kantor pusat dan kantor cabang?
Jawab:
Kewajiban untuk mencantumkan keterangan/informasi terkait tingkat suku
bunga wajib disampaikan tidak hanya melalui situs web (website) perusahaan
tapi juga wajib dicantumkan secara jelas di setiap kantor pusat, kantor
cabang, maupun kantor selain kantor cabang.

26. Terkait dengan Pasal 34 POJK, mohon dijelaskan mengenai apakah yang
dimaksud dengan:
a. Biaya pembebanan agunan
b. Biaya penjaminan
Apakah perbedaan diantara kedua biaya tersebut ?
Jawab:
Biaya pembebanan agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 POJK
35/2018 adalah biaya yang harus dibayar oleh debitur dalam hal perusahaan
pembiayaan melakukan mitigasi risiko dengan cara melakukan pembebanan
jaminan fidusia, hak tanggungan, atau hipotek atas agunan dari kegiatan
pembiayaan. Biaya penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 POJK
35/2018 adalah biaya yang harus dibayar oleh debitur dalam hal perusahaan
pembiayaan melakukan mitigasi risiko dengan cara mengalihkan risiko
pembiayaan melalui mekanisme penjaminan kredit.

27. Apakah ketentuan keterangan informasi mengenai tingkat suku bunga


pembiayaan secara jelas juga berlaku untuk pemberian pembiayaan
korporasi melalui B2B lending?
Jawab:
Ya.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


28. Merujuk pada Pasal 82 huruf c POJK 35/2018 "Perusahaan Pembiayaan
dilarang memberikan pinjaman atau pembiayaan dengan menggunakan
jaminan berdasarkan hukum gadai", mohon dapat dijelaskan lebih jelas dan
spesifik mengenai hukum gadai yang dimaksud?
Jawab:
Maksud ketentuan ini adalah Perusahaan Pembiayaan dilarang memberikan
pinjaman atau pembiayaan dengan menggunakan hukum gadai, di mana
debitur menyerahkan barang agunan kepada Perusahaan Pembiayaan dan
nilai pembiayaan ditentukan melalui nilai agunan tanpa dipastikan tujuan atas
penggunaan dana dan tidak diminta bukti pembelian barang dan/atau
penggunaan jasanya atas pembiayaan yang diberikan.
Kegiatan gadai dilarang untuk dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan
mengingat kegiatan tersebut menjadi ciri khasnya industri perusahaan
pergadaian.

29. Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan kerja sama dalam rangka


pembiayaan penerusan (channeling) dan pembiayaan bersama (joint
financing) dengan pihak mana saja:
Jawab:
Perusahaan Pembiayaan dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam
rangka channeling dan joint financing, dengan :
a. bank;
b. perusahaan pembiayaan sekunder perumahan;
c. lembaga keuangan mikro;
d. Perusahaan Pembiayaan;
e. perusahaan penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknologi informasi;
f. perusahaan modal ventura; dan/atau
g. lembaga lain yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan diperkenankan untuk melakukan kerja sama pembiayaan
melalui skema pembiayaan penerusan (channeling) dan pembiayaan
bersama (joint financing).

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


KERJA SAMA PEMBIAYAAN
30. Bagaimana ketentuan kerja sama antara Perusahaan Pembiayaan dengan
pihak lain dalam rangka channeling dan joint financing?
Jawab:
a. kerja sama pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan kegiatan usaha
perusahaan pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 POJK 35/2018;
b. kerja sama Perusahaan Pembiayaan dengan pihak lain melalui
pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint
financing) wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur masing-masing pihak;
c. perusahaan pembiayaan hanya dapat melakukan channeling apabila
risiko yang timbul dari kegiatan ini berada pada pemilik dana;
d. perusahaan pembiayaan hanya dapat melakukan joint financing, apabila
sumber dana pembiayaan berasal dari Perusahaan Pembiayaan dan pihak
lain;
e. risiko yang timbul dari joint financing menjadi beban masing-masing pihak
secara proporsional sesuai dengan besaran dana yang dikeluarkan; dan
f. dalam melakukan kerja sama pembiayaan melalui channeling dan/atau
joint financing, Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki sistem informasi dan
teknologi yang memadai untuk memastikan kesesuaian data Debitur yang
dimiliki oleh Perusahaan Pembiayaan dan pihak lain.

31. Apakah Perusahaan Pembiayaan dapat bekerja sama dengan


Penyelenggara Fintech Peer-to-Peer Lending? Apa saja yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan kerja sama pembiayaan tersebut?
Jawab:
Ya. Berdasarkan ketentuan Pasal 39 ayat (4) POJK 35/2018, Perusahaan
Pembiayaan dapat melakukan kerja sama pembiayaan dengan
Penyelenggara Fintech Peer-to-Peer Lending, dengan memperhatikan
pemenuhan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. pelaksanaan kerja sama dilaksanakan dengan skema pembiayaan
penerusan (channeling), di mana Perusahaan Pembiayaan bertindak
selaku pemilik dana sedangkan Penyelenggara Fintech Peer-to-Peer
Lending sebagai pengelola dana;
b. risiko piutang pembiayaan ditanggung sepenuhnya oleh Perusahaan
Pembiayaan;

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


c. Perusahaan Pembiayaan hanya dapat menyelenggarakan kerja sama
pembiayaan atas kegiatan usaha yang diperkenankan bagi Perusahaan
Pembiayaan;
d. Perusahaan Pembiayaan wajib bekerja sama dengan Penyelenggara
Fintech Peer-to-Peer Lending yang telah terdaftar dan/atau memperoleh
izin dari OJK;
e. pelaksanaan kerja sama pembiayaan harus dilaksanakan dengan
memenuhi ketentuan peraturan pada masing-masing pihak;
f. Penyelenggara Fintech Peer-to-Peer Lending wajib melakukan pengkinian
data debitur kepada Perusahaan Pembiayaan.

AGUNAN DAN EKSEKUSI AGUNAN


32. Apakah latar belakang pengaturan mengenai pemeliharaan dan
pengembalian bukti kepemilikan atas agunan bagi Perusahaan Pembiayaan
dalam POJK 35/2018?
Jawab:
a. meningkatkan pengelolaan risiko dalam memelihara bukti kepemilikan
atas objek pembiayaan;
b. terdapat kasus beberapa Perusahaan Pembiayaan yang tidak dapat
mengembalikan bukti kepemilikan atas objek pembiayaan debitur karena
adanya praktik multi-pledging; dan
c. untuk melindungi hak debitur yang telah melunasi utangnya untuk
memperoleh bukti kepemilikan atas objek pembiayaan yang diagunkan.

33. Bagaimana ketentuan pemeliharaan bukti kepemilikan atas agunan bagi


Perusahaan Pembiayaan dalam POJK 35/2018?
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib menyimpan dan memelihara dokumen
bukti kepemilikan atas agunan pada kantor pusat dan/atau kantor
cabang Perusahaan Pembiayaan sampai dengan perjanjian pembiayaan
berakhir.
b. Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki pedoman tertulis dalam
melakukan penyimpanan dan pemeliharaan bukti kepemilikan atas objek
pembiayaan.
c. Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan mitigasi risiko atas
penyimpanan dan pemeliharaan bukti kepemilikan
d. atas agunan.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


e. Dalam hal OJK menilai bahwa Perusahaan Pembiayaan tidak memiliki
tempat penyimpanan bukti kepemilikan atas agunan yang memenuhi
standar keamanan maka bukti kepemilikan atas agunan wajib dititipkan di
tempat penitipan (kustodian).
f. Dalam hal Perusahaan Pembiayaan melakukan penyaluran pembiayaan
melalui channeling dan/atau joint financing, penyimpanan dan
pemeliharaan bukti kepemilikan atas objek pembiayaan dilakukan oleh:
1) pemilik dana;
2) dititipkan di tempat penitipan (kustodian); dan/atau
3) Perusahaan Pembiayaan, dengan persetujuan pemilik dana.
g. Perusahaan Pembiayaan dilarang menggadaikan dan/atau menjaminkan
fisik bukti kepemilikan atas agunan kepada pihak lain.
h. Perusahaan Pembiayaan dilarang menjaminkan nilai piutang pembiayaan
atas 1 (satu) Debitur kepada lebih dari 1 (satu) pihak yang memberikan
pinjaman kepada Perusahaan Pembiayaan.

34. Bagaimana ketentuan pengembalian bukti kepemilikan atas agunan bagi


Perusahaan Pembiayaan dalam POJK 35/2018?
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Debitur terkait dengan pengembalian bukti kepemilikan atas agunan
paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal pelunasan piutang
pembiayaan.
b. Berdasarkan pemberitahuan, Perusahaan Pembiayaan wajib
mengembalikan bukti kepemilikan dan/atau dokumen terkait dengan
agunan paling lambat 1 (satu) bulan sejak terdapat permintaan dari
Debitur.

35. Bagaimanakah ketentuan yang berlaku bagi Perusahaan Pembiayaan dalam


melakukan eksekusi agunan sesuai dengan POJK 35/2015?
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki pedoman internal mengenai
eksekusi agunan.
b. Eksekusi agunan oleh Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) debitur terbukti wanprestasi;
2) debitur sudah diberikan surat peringatan; dan

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


3) Perusahaan Pembiayaan memiliki sertifikat jaminan fidusia, sertifikat hak
tanggungan, dan/atau sertifikat hipotek.
c. Dalam hal setelah dilaksanakan eksekusi agunan dan Debitur tidak dapat
menyelesaikan kewajiban dalam jangka waktu tertentu, Perusahaan
Pembiayaan hanya dapat melakukan:
1) penjualan agunan melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; dan/atau
2) penjualan agunan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan harga Perusahaan Pembiayaan dan Debitur sebelum
agunan dijual.
d. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh Perusahaan Pembiayaan kepada Debitur
dan diumumkan paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di
daerah yang bersangkutan.
e. Perusahaan Pembiayaan wajib mengembalikan uang kelebihan dari hasil
penjualan agunan melalui pelelangan umum atau penjualan agunan di
bawah tangan kepada Debitur dalam jangka waktu sesuai dengan
perjanjian pembiayaan

36. Bagaimanakah ketentuan mengenai kerja sama perusahaan pembiayaan


dengan pihak lain untuk melakukan fungsi penagihan kepada Debitur yang
diatur dalam POJK 35/2018?
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain
untuk melakukan fungsi penagihan kepada Debitur.
b. Perusahaan Pembiayaan wajib menuangkan kerja sama dengan pihak lain
dalam bentuk perjanjian tertulis bermeterai.
c. Kerja sama dengan pihak lain wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) pihak lain tersebut berbentuk badan hukum;
2) hak lain tersebut memiliki izin dari instansi berwenang; dan
3) pihak lain tersebut memiliki sumber daya manusia yang telah
memperoleh sertifikasi di bidang penagihan dari Lembaga Sertifikasi
Profesi di bidang pembiayaan.
d. Perusahaan Pembiayaan wajib bertanggung jawab penuh atas segala
dampak yang ditimbulkan dari kerja sama dengan pihak lain.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


37. Apakah kewajiban pengembalian uang kelebihan dari hasil klaim asuransi
kepada debitur juga diberlakukan atas pembiayaan dengan skema sewa
pembiayaan (finance lease), dimana kepemilikan atas objek sewa
pembiayaan berada pada perusahaan pembiayaan?
Jawab:
Barang objek transaksi sewa pembiayaan (finance lease) tidak dapat
diklasifikasikan sebagai agunan mengingat kepemilikan atas objek sewa
pembiayaan (finance lease) berada pada perusahaan pembiayaan
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 8 ayat (2) POJK 35/2018. Dalam hal
perusahaan pembiayaan mengasuransikan objek transaksi sewa pembiayaan
(finance lease) maka penerima manfaat dari pengalihan risiko dalam bentuk
asuransi atas barang modal adalah perusahaan pembiayaan. Dengan
demikian, ketentuan pengembalian uang kelebihan dari hasil klaim asuransi
kepada debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) tidak
diberlakukan atas barang modal dalam objek sewa pembiayaan (finance
lease).

38. Dalam penjelasan ilustrasi perhitungan atas pokok piutang pembiayaan dan
bunga serta pengenaan denda dan biaya eksekusi agunan, apakah
perusahaan pembiayaan dapat menetapkan kebijakan internal mengenai
persentase biaya eksekusi agunan terhadap nilai pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan Pasal 38 POJK 35/2018 tidak mengatur secara rinci mengenai dasar
penetapan besaran biaya eksekusi agunan. Dengan demikian, penetapan
besaran biaya eksekusi agunan dapat ditetapkan berdasarkan pertimbangan
oleh masing-masing perusahaan pembiayaan.

39. Apakah kewajiban pemberitahuan mengenai pengambilan bukti kepemilikan


atas agunan dapat dilakukan lebih awal pada saat penandatanganan
kontrak pembiayaan yang memuat informasi mengenai waktu pengembalian
bukti kepemilikan sejak tanggal pelunasan?
Jawab:
Berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (1) POJK 35/2018 telah diatur bahwa
perusahaan pembiayaan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
debitur terkait dengan pengembalian bukti kepemilikan atas agunan paling
lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal pelunasan piutang pembiayaan
mengingat perlu adanya kepastian hukum berupa pemberitahuan dari

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


perusahaan pembiayaan kepada debitur bahwa kewajiban debitur telah
lunas.
Dengan demikian, pemberitahuan mengenai pengambilan bukti kepemilikan
atas agunan yang dilakukan pada saat penandatanganan kontrak
pembiayaan tidak dapat dinyatakan memenuhi ketentuan Pasal 46 ayat (1)
POJK 35/2018 mengingat terdapat kemungkinan perubahan waktu pelunasan
sehingga ketentuan yang tercantum dalam kontrak pembiayaan awal tidak
dapat menjadi acuan dalam pemberitahuan kepada debitur.

40. Apakah ketentuan mengenai penjualan agunan di bawah tangan dan


ketentuan mengenai kewajiban pengembalian uang kelebihan hasil
penjualan agunan juga diberlakukan atas pembiayaan dengan skema sewa
pembiayaan (finance lease) atau jual dan sewa-balik (sale and leaseback),
dimana kepemilikan atas objek sewa pembiayaan berada pada perusahaan
pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 52 POJK 35/2018 tersebut tidak berlaku atas
transaksi sewa pembiayaan (finance lease) mengingat kepemilikan atas objek
sewa pembiayaan (finance lease) tersebut berada pada perusahaan
pembiayaan sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai agunan.

41. Apakah pemenuhan ketentuan mengenai persyaratan penjualan agunan di


bawah tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) dapat
dipenuhi apabila pada saat awal perjanjian pembiayaan telah diatur bahwa
dalam hal terjadi wanprestasi maka debitur telah memberikan pernyataan
persetujuan untuk menjual agunan dengan harga yang ditetapkan oleh
perusahaan pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan Pasal 51 POJK 35/2018 telah diatur secara jelas dalam Pasal 28
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan disusun
untuk melindungi kepentingan debitur sehingga penjualan agunan di bawah
tangan hanya dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. dilaksanakan berdasarkan kesepakatan harga antara perusahaan
pembiayaan dan debitur sebelum agunan dijual;
b. dilaksanakan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara
tertulis oleh perusahaan pembiayaan kepada debitur; dan

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


c. diumumkan paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di
daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian, apabila pada saat awal perjanjian pembiayaan telah
diatur bahwa dalam hal terjadi wanprestasi maka debitur telah memberikan
pernyataan persetujuan untuk menjual agunan dengan harga yang
ditetapkan oleh perusahaan pembiayaan maka hal tersebut tidak dapat
dinyatakan memenuhi ketentuan Pasal 51 POJK 35/2018 mengingat praktik
tersebut tidak dapat memastikan pemenuhan persyaratan kesepakatan
harga antara perusahaan pembiayaan dan debitur sebelum agunan dijual
sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1).

42. Mohon diperjelas definisi pelelangan umum pada ketentuan Pasal 51 ayat 1
huruf a POJK, apakah yang dimaksud harus melalui balai lelang?
Jawab:
Yang dimaksud dengan pelelangan umum adalah pelelangan yang
dilakukan melalui balai lelang sebagai badan hukum yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.

43. Terkait kewajiban sertifikasi atas pegawai dan/atau tenaga alih daya yang
menangani fungsi penagihan dan eksekusi agunan, sejauh mana batasan
kewajiban memiliki sertifikasi dimaksud?
Jawab:
Berdasarkan Pasal 65 ayat (5) POJK 35/2018 telah diatur bahwa kewajiban
sertifikasi dimaksud berlaku bagi seluruh pejabat, pegawai, dan/atau tenaga
alih daya perusahaan pembiayaan yang menangani fungsi penagihan dan
eksekusi agunan.

FRAUD DAN STRATEGI ANTI-FRAUD


44. Dalam POJK 35/2018 diatur mengenai Pengendalian Fraud dan Strategi Anti-
Fraud, apa latar belakang penambahan ketentuan dimaksud dan bagaimana
ketentuannya?
Jawab:
a. Latar belakang:
1) Untuk memitigasi risiko terjadinya fraud di internal Perusahaan
Pembiayaan.
2) Harmonisasi dengan ketentuan Perbankan (Surat Edaran Nomor No. 13/
28 /DPNP tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum) dan

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


Asuransi (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69 /POJK.05/2016
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi
Syariah).
b. Ketentuan Pengendalian Fraud dan Strategi Anti-Fraud:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki fungsi pengendalian fraud,
yang meliputi aspek sebagai berikut:
a) pengawasan aktif manajemen;
b) organisasi dan pertanggungjawaban;
c) pengendalian dan pemantauan; dan
d) edukasi dan pelatihan.
1) Perusahaan Pembiayaan wajib menerapkan strategi anti fraud,
yang meliputi:
2) pencegahan;
3) deteksi;
4) Investigasi;
5) pelaporan dan sanksi; dan
6) pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.
b. Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan strategi anti
fraud kepada OJK sebagai bagian dalam laporan pelaksanaan tata
kelola perusahaan yang baik bagi Perusahaan Pembiayaan.

45. Apa harapan OJK terkait dengan terbentuknya fungsi anti-fraud ini?
Jawab:
Pengaturan mengenai pembentukan fungsi pengendalian fraud tersebut
bertujuan untuk:
a. meningkatkan sistem pengendalian intern Perusahan Pembiayaan; dan
b. mengarahkan Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan pengendalian
fraud melalui upaya-upaya yang tidak hanya ditujukan untuk
pencegahan, namun juga untuk mendeteksi dan melakukan investigasi
serta memperbaiki sistem sebagai bagian dari strategi yang bersifat
integral dalam mengendalikan fraud.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


46. Apakah unit atau fungsi anti fraud tersebut dapat dirangkap oleh unit kerja
lainnya, seperti audit internal?
Jawab:
Terkait rangkap jabatan terhadap unit atau fungsi yang menangani fraud,
dapat kami sampaikan bahwa POJK 35/2018 tidak mengatur secara rinci
mengenai larangan rangkap jabatan bagi unit atau fungsi yang menangani
fraud. Namun demikian, dalam hal terdapat rangkap jabatan terhadap unit
atau fungsi yang menangani fraud maka Perusahaan Pembiayaan harus
mempertimbangkan adanya pengendalian internal yang baik.

47. Terkait dengan penjelasan Pasal 58 ayat 2 huruf (a) POJK, mohon diperjelas
mengenai apakah tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh Debitur
termasuk pula penggelapan oleh Debitur mengingat pada penjelasan Pasal 58
ayat 2 huruf a POJK?
Jawab:
Ya, tindakan penggelapan oleh Debitur dapat dimasukkan sebagai tindakan
fraud.

48. Terkait dengan Pasal 61 POJK, mohon dijelaskan hal-hal yang perlu tercakup
dalam kebijakan dan mekanisme;
a. surprise audit
b. surveillance system
apakah surpise audit dan pengawasan surveillance system dapat dilakukan
oleh unit kerja/fungsi yang bertugas menangani pengendalian fraud atau dari
unit kerja internal audit?
Jawab:
Ya, surprise audit dan pengawasan surveillance system dilakukan oleh unit
kerja/fungsi yang bertugas menangani pengendalian fraud.

49. Mohon penjelasannya terkait fungsi yang melakukan ‘proses akseptasi’ dan
proses ‘klaim’, karena menurut kami terminologi ini seharusnya ditujukan untuk
perusahaan asuransi?
Jawab:
Hal tersebut hanya merupakan contoh, pelaksanannya disesuaikan dengan
proses bisnis perusahaan pembiayaan.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


50. Terkait ketentuan mengenai kewajiban untuk membentuk unit atau fungsi
yang bertugas menangani pengendalian fraud sebagaimana diatur dalam
Pasal 55 ayat (2) huruf a?
a. Bagaimana definisi kompleksitas yang diatur dalam Pasal 55 ayat (2) huruf
a, apakah berdasarkan total aset yang dimiliki, total cabang, atau
terdapat ukuran lain yang ditentukan?
b. Apabila perusahaan pembiayaan yang memiliki ukuran usaha tidak relatif
besar, apakah unit atau fungsi yang menangani pengendalian fraud
dapat dilakukan rangkap jabatan (divisi) atau terdapat kriteria tertentu
dalam penentuan unit dan fungsi tersebut?
Jawab:
a. Terkait definisi kompleksitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(2) huruf a POJK 35/2018, dapat kami sampaikan bahwa penentuan
kompleksitas kegiatan usaha tersebut ditetapkan berdasarkan penilaian
(assessment) dari masing-masing perusahaan pembiayaan, antara lain
dapat berdasarkan total aset, total kantor cabang, atau ukuran lainnya,
namun pengawas OJK akan memastikan pemenuhan terhadap ketentuan
dimaksud pada saat proses pengawasan.
b. Terkait rangkap jabatan terhadap unit atau fungsi yang menangani fraud,
dapat kami sampaikan bahwa POJK 35/2018 tidak mengatur secara rinci
mengenai larangan rangkap jabatan bagi unit atau fungsi yang
menangani fraud, namun dalam hal terdapat rangkap jabatan terhadap
unit atau fungsi yang menangani fraud maka perusahaan pembiyaan
harus mempertimbangkan adanya pengendalian internal yang baik.

SUMBER PENDANAAN
51. Berasal dari mana sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan?
Jawab:
a. penambahan Modal Disetor tidak melalui penawaran umum saham;
b. pinjaman dari lembaga pemerintah, bank, industri keuangan non bank,
lembaga, dan/atau badan usaha lain;
c. pinjaman subordinasi;
d. penerbitan efek melalui penawaran umum;
e. penerbitan efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum; dan/atau
f. sekuritisasi aset.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


Perusahaan pembiayaan wajib menggunakan dana yang diperoleh dari
sumber pendanaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.

52. Dalam POJK 35/2018, ditambahkan pengaturan mengenai persyaratan


penerbitan efek oleh perusahaan pembiayaan sebagai sumber pendanaan,
apa latar belakang pengaturannya?
Jawab:
a. Terjadinya kasus penyelewengan dana penerbitan MTN oleh Perusahaan
Pembiayaan.
b. Mengatur jenis sumber pendanaan antara lain berdasarkan jenis
mekanisme penawaran umum atau tidak melalui penawaran umum,
sehingga tidak menyebut nama jenis efek.
c. Mengatur kewajiban bagi Perusahaan Pembiayaan untuk menggunakan
dana sesuai dengan kesepakatan pemberi dana agar menghindari
potensi penyelewengan.
d. Perlu membatasi Perusahaan Pembiayaan yang dapat menerbitkan efek
bersifat utang tidak melalui penawaran umum.
e. Pengawas IKNB perlu memperoleh kewenangan untuk memberikan
persetujuan/penolakan terhadap rencana penerbitan efek bersifat utang
tidak melalui penawaran umum.
f. Diperlukan pengaturan mengenai persyaratan efek yang diterbitkan
mengingat belum adanya pengaturan mengenai penerbitan efek bersifat
utang tidak melalui penawaran umum.
g. Laporan realisasi penggunaan dana perlu disampaikan kepada OJK
dengan frekuensi yang lebih singkat.

53. Apakah persyaratan mengenai penerimaan pinjaman yang berasal dari


lembaga dan/atau badan usaha selain lembaga jasa keuangan juga berlaku
dalam hal perusahaan pembiayaan menerima pembiayaan dari perusahaan
pembiayaan lain?
Jawab:
Ketentuan Pasal 70 POJK 35/2018 mengatur mengenai persyaratan pinjaman
yang diterima oleh perusahaan pembiayaan yang berasal dari lembaga atau
badan usaha selain bank dan industri keuangan non-bank. Dengan demikian,
ketentuan Pasal 70 POJK 35/2018 tidak berlaku atas pinjaman yang diterima
oleh perusahaan pembiayaan yang berasal dari perusahaan pembiayaan

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


lain mengingat perusahaan pembiayaan dikategorikan sebagai industri
keuangan non-bank.

54. Bagaimana persyaratan bagi Perusahaan pembiayaan yang akan


menerbitkan efek melalui penawaran umum:
Jawab:
a. tercantum dalam rencana bisnis Perusahaan Pembiayaan;
b. memiliki tingkat kesehatan minimum sehat;
c. memiliki tingkat risiko minimum sedang rendah;
d. memenuhi ketentuan gearing ratio (pinjaman dibagi ekuitas) maksimal 10
kali; dan
e. Perusahaan Pembiayaan wajib melaporkan rencana penerbitan efek
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum rapat umum pemegang saham yang
menyetujui penawaran umum atau penawaran umum terbatas.
f. Ketentuan penerbitan efek melalui penawaran umum mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

55. Bagaimana persyaratan bagi Perusahaan pembiayaan yang akan


menerbitkan efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum?
Jawab:
a. telah dicantumkan dalam rencana bisnis Perusahaan Pembiayaan;
b. memiliki tingkat kesehatan keuangan dengan kondisi minimum sehat;
c. memiliki tingkat risiko minimum sedang rendah;
d. memenuhi ketentuan gearing ratio; dan
e. memiliki Ekuitas lebih besar dari Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
f. Perusahaan Pembiayaan wajib melaporkan kepada OJK paling lambat 6
(enam) bulan sebelum melakukan penerbitan efek bersifat utang tidak
melalui penawaran umum.

56. Bagaimana persyaratan efek bersifat utang yang diterbitkan tidak melalui
penawaran umum?
Jawab:
Persyaratan efek bersifat utang yang diterbitkan tidak melalui penawaran
umum:
a. terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia;

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


b. memiliki agen monitoring yang terdaftar sebagai wali amanat dari OJK;
c. dilakukan pemeringkatan dengan hasil pemeringkatan minimal layak
investasi (investment grade) yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat
yang telah memiliki izin usaha dari OJK; dan
d. diperingkat secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
e. Pelaporan realisasi penggunaan dana wajib dilaporkan kepada OJK setiap
triwulan.

57. Terkait ketentuan mengenai persyaratan bagi perusahaan pembiayaan yang


akan melakukan penerbitan efek bersifat utang tidak melalui penawaran
umum sebagaimana diatur dalam Pasal 75 POJK 35/2018:
a. Apakah perjanjian pembiayaan atas penerbitan efek bersifat utang tidak
melalui penawaran umum (MTN-private placement) wajib dilakukan akta
notaris? Jika “ya” bagaimana dengan perjanjian existing?
b. Jika perusahaan pembiayaan tidak mencantumkan rencana penerbitan
efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum pada rencana bisnis
dan semester I perusahaan pembiayaan memutuskan untuk menerbitkan
efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum, apakah diperlukan
untuk melakukan perubahan rencana bisnis atau harus mengajukan
proposal 6 bulan sebelum pelaksanaan kepada OJK?
Jawab:
a. tidak terdapat pengaturan dalam POJK 35/2018 yang mengatur bahwa
penerbitan efek bersifat utang yang tidak melalui penawaran umum wajib
dibuat dalam akta notaris.
b. terkait rencana penerbitan efek bersifat utang tidak melalui penawaran
umum namun tidak tercantum dalam rencana bisnis perusahaan, maka
perusahaan pembiayaan wajib melakukan perubahan rencana bisnis
sebelum menyampaikan pelaporan rencana penerbitan efek.

58. Terkait ketentuan mengenai persyaratan efek bersifat utang tidak melalui
penawaran umum sebagaimana diatur dalam Pasal 77 POJK 35/2018,
bagaimana perlakuan terhadap efek bersifat utang tidak melalui penawaran
umum yang telah diterbitkan sebelum POJK 35/2018 diundangkan apakah
wajib dilakukan hal sesuai ketentuan tersebut?
Jawab:
Terhadap efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum yang telah
diterbitkan sebelum POJK 35/2018 diundangkan maka penerbitan efek

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


dimaksud tetap dapat dilanjutkan sampai dengan berakhirnya jangka waktu
berlakunya efek.

59. Terkait ketentuan mengenai kewajiban penyampaian laporan realisasi


penggunaan dana hasil penerbitan efek bersifat utang sebagaimana diatur
dalam Pasal 78 POJK 35/2018, bagaimana penerapan ketentuan dimaksud
bagi efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum yang telah diterbitkan
sebelum POJK 35/2018 diundangkan, apakah perlu dilakukan proses
pelaporan realisasi secara berkala?
Jawab:
Bagi efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum yang telah diterbitkan
sebelum POJK 35/2018 diundangkan tetap wajib dilaporkan dalam laporan
realisasi penggunaan dana hasil penerbitan efek secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan sepanjang efek dimaksud masih berlaku.

60. Berapa batasan proporsi piutang pembiayaan usaha produktif (investasi dan
modal kerja) yang harus dimiliki oleh Perusahaan Pembiayaan:
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib untuk memiliki proporsi piutang
pembiayaan usaha produktif (investasi dan modal kerja) minimum 10%,
dengan peralihan:
- tahun ke-3 sejak ditetapkan paling kurang 5%
- tahun ke-5 sejak ditetapkan paling kurang 10%
b. Bagi Perusahaan Pembiayaan yang memperoleh izin usaha setelah
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini diundangkan, Perusahaan
Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak memperoleh izin usaha.

61. Kapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku untuk Perusahaan
Pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan dalam POJK 35/2018 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,
yaitu 28 Desember 2018.

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018


Pertanyaan lebih lanjut:
Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB
Otoritas Jasa Keuangan
Gedung Wisma Mulia 2
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 42, Jakarta Selatan 12710

FAQ POJK Nomor 35/POJK.05/2018

Anda mungkin juga menyukai