2. Pokok pengaturan apa saja di POJK 35/2018 yang mengalami perubahan dari
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan (POJK 29/2014)?
Jawab:
a. penambahan skema kegiatan usaha yang memperkenankan perusahaan
pembiayaan untuk dapat menyalurkan pembiayaan dengan mekanisme
pembayaran dana secara langsung kepada debitur, dengan tetap
memenuhi batasan tertentu dalam rangka mitigasi risiko (Pasal 14 s.d.
Pasal 17);
b. penambahan pengaturan mengenai optimalisasi penggunaan teknologi
informasi dalam kegiatan usaha perusahaan pembiayaan (Pasal 19);
c. penyempurnaan pengaturan mengenai besaran uang muka pembiayaan
kendaraan bermotor (Pasal 20 dan Pasal 21);
d. penyempurnaan pengaturan mengenai batasan insentif pihak ketiga
(Pasal 22);
e. penambahan pengaturan mengenai transparansi tingkat suku bunga
(Pasal 37 dan Pasal 38);
f. penyempurnaan pengaturan kerja sama pembiayaan dengan pihak lain
dalam rangka channeling dan joint financing (Pasal 39 s.d. Pasal 42);
g. penambahan pengaturan mengenai pemeliharaan, penarikan, dan
penjualan agunan, serta pengembalian bukti kepemilikan atas agunan
dalam rangka perlindungan konsumen (Pasal 43 s.d. Pasal 46);
10. Salah satu syarat pemberian fasilitas modal usaha dan fasilitas dana adalah
dilakukan pengecekan terhadap kelayakan Debitur melalui Lembaga
Pengelola Informasi Perkreditan, apakah pengecekannya dapat digantikan
dengan IDEB SLIK?
Jawab:
Tidak. Persyaratan ini dimaksudkan agar perusahaan pembiayaan
memperoleh data yang lebih komprehensif terkait calon debitur melalui
Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan atau biro kredit swasta.
11. Terkait dengan Pasal 5 ayat 1 huruf c, 13 ayat 1 huruf c dan Pasal 16 ayat 1
huruf b POJK, mohon dijelaskan tatacara berikut parameter dalam menghitung
tingkat risiko yang dimaksud pada pasal-pasal POJK tersebut?
Jawab:
a. Terkait Pasal 5 ayat 1 huruf c, cara menghitung gearing ratio sudah diatur
pada penjelasan Pasal 79 ayat (2) POJK 35/2018.
18. Pemberlakuan Insentif Pihak Ketiga 17,5% diberlakukan untuk per perjanjian
atau konsolidasi?
Jawab:
Insentif Pihak Ketiga 17,5% diberlakukan untuk per perjanjian dari nilai
pendapatan yang akan diterima.
19. Apakah produk yang diberikan ke konsumen termasuk biaya promosi atau
tidak?
Jawab:
Produk yang diberikan ke konsumen termasuk biaya promosi sepanjang
produk tersebut diberikan kepada konsumen melalui pihak ketiga dalam
rangka pemasaran.
26. Terkait dengan Pasal 34 POJK, mohon dijelaskan mengenai apakah yang
dimaksud dengan:
a. Biaya pembebanan agunan
b. Biaya penjaminan
Apakah perbedaan diantara kedua biaya tersebut ?
Jawab:
Biaya pembebanan agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 POJK
35/2018 adalah biaya yang harus dibayar oleh debitur dalam hal perusahaan
pembiayaan melakukan mitigasi risiko dengan cara melakukan pembebanan
jaminan fidusia, hak tanggungan, atau hipotek atas agunan dari kegiatan
pembiayaan. Biaya penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 POJK
35/2018 adalah biaya yang harus dibayar oleh debitur dalam hal perusahaan
pembiayaan melakukan mitigasi risiko dengan cara mengalihkan risiko
pembiayaan melalui mekanisme penjaminan kredit.
38. Dalam penjelasan ilustrasi perhitungan atas pokok piutang pembiayaan dan
bunga serta pengenaan denda dan biaya eksekusi agunan, apakah
perusahaan pembiayaan dapat menetapkan kebijakan internal mengenai
persentase biaya eksekusi agunan terhadap nilai pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan Pasal 38 POJK 35/2018 tidak mengatur secara rinci mengenai dasar
penetapan besaran biaya eksekusi agunan. Dengan demikian, penetapan
besaran biaya eksekusi agunan dapat ditetapkan berdasarkan pertimbangan
oleh masing-masing perusahaan pembiayaan.
42. Mohon diperjelas definisi pelelangan umum pada ketentuan Pasal 51 ayat 1
huruf a POJK, apakah yang dimaksud harus melalui balai lelang?
Jawab:
Yang dimaksud dengan pelelangan umum adalah pelelangan yang
dilakukan melalui balai lelang sebagai badan hukum yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang.
43. Terkait kewajiban sertifikasi atas pegawai dan/atau tenaga alih daya yang
menangani fungsi penagihan dan eksekusi agunan, sejauh mana batasan
kewajiban memiliki sertifikasi dimaksud?
Jawab:
Berdasarkan Pasal 65 ayat (5) POJK 35/2018 telah diatur bahwa kewajiban
sertifikasi dimaksud berlaku bagi seluruh pejabat, pegawai, dan/atau tenaga
alih daya perusahaan pembiayaan yang menangani fungsi penagihan dan
eksekusi agunan.
45. Apa harapan OJK terkait dengan terbentuknya fungsi anti-fraud ini?
Jawab:
Pengaturan mengenai pembentukan fungsi pengendalian fraud tersebut
bertujuan untuk:
a. meningkatkan sistem pengendalian intern Perusahan Pembiayaan; dan
b. mengarahkan Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan pengendalian
fraud melalui upaya-upaya yang tidak hanya ditujukan untuk
pencegahan, namun juga untuk mendeteksi dan melakukan investigasi
serta memperbaiki sistem sebagai bagian dari strategi yang bersifat
integral dalam mengendalikan fraud.
47. Terkait dengan penjelasan Pasal 58 ayat 2 huruf (a) POJK, mohon diperjelas
mengenai apakah tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh Debitur
termasuk pula penggelapan oleh Debitur mengingat pada penjelasan Pasal 58
ayat 2 huruf a POJK?
Jawab:
Ya, tindakan penggelapan oleh Debitur dapat dimasukkan sebagai tindakan
fraud.
48. Terkait dengan Pasal 61 POJK, mohon dijelaskan hal-hal yang perlu tercakup
dalam kebijakan dan mekanisme;
a. surprise audit
b. surveillance system
apakah surpise audit dan pengawasan surveillance system dapat dilakukan
oleh unit kerja/fungsi yang bertugas menangani pengendalian fraud atau dari
unit kerja internal audit?
Jawab:
Ya, surprise audit dan pengawasan surveillance system dilakukan oleh unit
kerja/fungsi yang bertugas menangani pengendalian fraud.
49. Mohon penjelasannya terkait fungsi yang melakukan ‘proses akseptasi’ dan
proses ‘klaim’, karena menurut kami terminologi ini seharusnya ditujukan untuk
perusahaan asuransi?
Jawab:
Hal tersebut hanya merupakan contoh, pelaksanannya disesuaikan dengan
proses bisnis perusahaan pembiayaan.
SUMBER PENDANAAN
51. Berasal dari mana sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan?
Jawab:
a. penambahan Modal Disetor tidak melalui penawaran umum saham;
b. pinjaman dari lembaga pemerintah, bank, industri keuangan non bank,
lembaga, dan/atau badan usaha lain;
c. pinjaman subordinasi;
d. penerbitan efek melalui penawaran umum;
e. penerbitan efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum; dan/atau
f. sekuritisasi aset.
56. Bagaimana persyaratan efek bersifat utang yang diterbitkan tidak melalui
penawaran umum?
Jawab:
Persyaratan efek bersifat utang yang diterbitkan tidak melalui penawaran
umum:
a. terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia;
58. Terkait ketentuan mengenai persyaratan efek bersifat utang tidak melalui
penawaran umum sebagaimana diatur dalam Pasal 77 POJK 35/2018,
bagaimana perlakuan terhadap efek bersifat utang tidak melalui penawaran
umum yang telah diterbitkan sebelum POJK 35/2018 diundangkan apakah
wajib dilakukan hal sesuai ketentuan tersebut?
Jawab:
Terhadap efek bersifat utang tidak melalui penawaran umum yang telah
diterbitkan sebelum POJK 35/2018 diundangkan maka penerbitan efek
60. Berapa batasan proporsi piutang pembiayaan usaha produktif (investasi dan
modal kerja) yang harus dimiliki oleh Perusahaan Pembiayaan:
Jawab:
a. Perusahaan Pembiayaan wajib untuk memiliki proporsi piutang
pembiayaan usaha produktif (investasi dan modal kerja) minimum 10%,
dengan peralihan:
- tahun ke-3 sejak ditetapkan paling kurang 5%
- tahun ke-5 sejak ditetapkan paling kurang 10%
b. Bagi Perusahaan Pembiayaan yang memperoleh izin usaha setelah
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini diundangkan, Perusahaan
Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak memperoleh izin usaha.
61. Kapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku untuk Perusahaan
Pembiayaan?
Jawab:
Ketentuan dalam POJK 35/2018 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,
yaitu 28 Desember 2018.