1. Tujuan
a. Untuk mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat jenis dan bau
dari urine
b. Untuk mengetahui unsure-unsur patologis dari urine
2. Landasan Teori
A. Pemeriksaan Urine Secara Makroskopis
Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak,
pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume
normal perhari 900 – 1400 ml.
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui
pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang
terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh
darah kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses
ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran
halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna,
misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang
mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut
reabsorpsi.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh
karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap
orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya
warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung
di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Untuk mendeteksi penyakit yang
Bau.
Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau urine
dipengaruhi pula oleh jenis makanan dan obat-obat tertentu. Bau busuk dapat disebabkan
oleh perombakan protein, bau amoniak oleh perombakan ureum, dan bau aseton pada
ketonuria.
Volume Urine.
Pengukuran volume urine berguna untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal dan
keseimbangan cairan tubuh, serta penentuan kuantitatif suatu zat dalam urine, biasanya
dilakukan pada urine kumpulan 24 jam. Volume urine normal tergantung kepada umur,
jenis kelamin, suhu badan, iklim, asupan makanan/minuman, dan aktivitas. Pada orang
dewasa normal volume urine kurang lebih 1500 mL/24 jam.Bila didapatkan volume urin
Derajat Keasaman/pH.
Penetapan pH dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh pada gangguan
keseimbangan asam basa. pH urine juga dapat memberi petunjuk etiologi infeksi saluran
kencing. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh
proteus biasanya menyebabkan urine alkali. Penetapan pH urine dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator strip atau reagen strip. pH urine normal (urine harus segar)
berkisar antara 4,6-7,5.
Pengamatan sedimen tergantung pada "mata yang baik," tahu apa yang ada dalam urin
normal, dan bisa mendefinisikan secara akurat dan membandingkan antara bentukan
normal dengan abnormal. Munculnya beberapa partikel atau elemen dalam urin mungkin
normal. Ini dapat berupa sel-sel darah, sel-sel yang melapisi saluran kencing, sekresi
kelenjar lendir, partikel protein silinder yang telah terbentuk di nefron (gips), kristal yang
terbentuk dalam urin, dan sel asing (misalnya, spermatozoa pada seorang wanita),
mikroorganisme, atau kontaminan. Masing-masing konstituen akan dibahas secara
terpisah.
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine
normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah
eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih,
trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut,
infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan
hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan
perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik
lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus. Dinyatakan hematuria mikroskopik jika
dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai
pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat
terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran
kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil,
shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis
1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir
Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit
dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK
umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria
atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau
bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa
adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang
mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau
perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat
ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan
Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung
berkelompok. Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran
urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada
laki-laki.
Sel Epitel
Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit,
mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam
jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus
ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal
yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung
Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan
gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan
silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang
rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein,
terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks
protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal.
Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah
melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit,
dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa
struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat.
Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat
bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin
per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya,
penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam
myeloma). Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan
lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindro)
2. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan
eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis
untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit
atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks
protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks
Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder
lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti
4. Silinder Granular
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi
sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar,
kemudian menjadi butiran halus.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal
vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat
berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh
kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan
Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering
sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa
ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat
menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari
urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali
diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat
adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat.
Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun,
dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan
timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih
(lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat
menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria,
dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
2. Triple Fosfat.
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang
yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti
mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam
cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka
lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan
tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis.
Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
3. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat
(kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan
kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat
sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada
pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka
biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
6. Kristal Kolesterol
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis
empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik.
Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis
seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai
oleh proteinuria.
7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya
adalah :
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal,
seperti : Kristal sulfadiazine dan sulfonamide.
Alat
Tabung Reaksi
Beker gelas
Gelas Ukur
Kertas pH
Mikroskop
Objek Glass
Cover Glass
Alat Sentrifus
Bahan
Urine Pagi
Urine 24 jam
Urine sewaktu
4. Cara Kerja
Pemeriksaan Urine secara Makroskopis
a. Volume
Ukur volume urine yang didapat dengan menggunakan gelas ukur
b. Warna
Amati warna yang terlihat pada urine
c. Kekeruhan
Lihat apakah urine keruh/tidak
d. Keasaman/Reaksi
Amati dan Ukur pH urine menggunakan kertas pH
e. Berat Jenis (BJ)
Dengan menggunakan Urinometer, ukur Bj urine
f. Bau
Amati bau pada urine
5. Hasil
Makroskopis
Kelompok pH Bj Mikroskopis
Volume Warna Kekeruhan Bau
Pagi Sewaktu Pagi Sewaktu
- cystine crystals
1240 Kuning Arom 1,02 - calcium phospat crystal
I Jernih 6 5 1,00467
mL muda atik 96 - mucus threads
- silinder leukosit
- calcium oxalate
Kuning Arom 1,01 - mucus threads
II 800 mL Keruh 6 6 1,02467
muda atik 067 - silinder leukosit
- triple phospat crystal
- calcium oxalate
1200 Kuning Arom 1,03
III Jernih 6 6 1,03067 - mucus threads
mL muda atik 067
- triple phospat crystal
- mucus threads
Kuning Arom 1,01
IV 900 mL Jernih 6 6,5 1,0136 -Granular cast
muda atik 46
- mucus threads
1050 Kuning Arom 1,02 - erytrosit
V Keruh 6 6 1,02967
mL muda atik 467 - tyrosin needles
- leucin spheres
Bj Urine Pagi
Bj Urine Sewaktu
Volume
Untuk pengukuran volume, urine ditempatkan di gelas ukur dan ukur volume
semua urine yang didapat. Urine yang digunakan pada percobaan ini adalah urine 24 jam.
Hasil dari pengukuran, didapatkan volume urin 24 jam yaitu 1050 mL. ini menunjukkan
volume urine yang normal karna rata-rata urine normal yakni 800-1500 mL. Jika lebih
dari 2000 mL disebut poliuri dan jika volume urine 300-750 mL disebut oliguri.
Warna
Untuk pemeriksaan warna, urine diletakkan di tabung reaksi dan amati warna
yang tampak dari urine. Warna yang tampak pada urine pada percobaan kali ini yakni
kuning muda, ini menunjukkan warna yang normal. Warna urine ini dapat dipengaruhi
oleh jenis makanan, kelainan metabolisme, dan obat-obat yang diberikan.
Keasaman/reaksi
Berat jenis
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up):
Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.