Anda di halaman 1dari 28

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001). Anggota kelompok
mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya,
seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik
(Yalom, 1995 dalm Stuart & Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika
kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam
berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

TUJUAN DAN FUNGSI KELOMPOK


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuan.

Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu
sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium
tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan
perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya
oleh anggota kelompok yang lain.

KOMPONEN KELOMPOK

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001):

1. Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan, dan
hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu
pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota, arah komunkasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar
antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001)
adalah 7-10 orang, menurut Lancester (1980) adalah 10-12 orang, sedangkan menurut
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) adalah 5-10 orang. Jika naggota kelompok terlalu
besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan,
pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan
interaksi yang terjadi.
3. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-140 menit bagi fungsi kelompok yang rendah
dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001). Biasanya
dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa
terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali per
minggu’ atau dapat direncanakan sesuai kebutuhan.
4. Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
menganalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik
untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.
Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal,
tingkat kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan
kegiatan yang dilaksanakan.

Elemen penting observasi komunikasi verbal dan nonverbal (Stuart dan Laraia,
2001)
1. Komunikasi setiap anggota
2. Rancangan tempat dan duduk (setting)
3. Tema umum yang diekspresikan
4. Frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi
5. Kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan terhadap kelompok
6. Proses penyelesaian masalah terjadi

5. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan
fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu
(Beme & Sheats, 1984 dalam Stuart & Laraia, 2001) maintance roles, task roles, dan
individual role. Maintance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan
fungsi kelompok. Task roles, yaitu focus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah
self-centered dan distraksi pada kelompok.
6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam memengaruhi
berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang
bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar, dan siapa yang
membuat keputusan dalam kelompok.
Tabel 1-1 Peran dan fungsi kelompok (Sumber: Stuart dan Laraia, 2001)
Peran Fungsi

Peran mempertahankan
Memberi pengaruh positif pada kelompok
Pendorong (encourager)
Menjaga tetap damai
Penyelaras (harmonizer)
Meminimalkan konflik dengan mencari alternatif
Pemusyawarah (compromiser)
Menetapkan tingkat penerimaan kelompok terhadap
Penjaga (gatekeeper)
anggota secara individual
Berperan sebagai peserta yang menarik
Pengikut (follower)
Membuat standar perilaku kelompok (misalnya,
Pembuat peraturan (rule maker)
waktu dan pakaian)
Menyelesaikan masalah agar kelompok dapat terus
Penyelesai masalah (problem solver)
bekerja
Peran menyelesaikan tugas
Pemimpin (leader) Memberi arahan
Penanya (questioner) Mengklarifikasi isu dan informasi
Fasilitator (facilitator) Menjaga kelompok tetap fokus
Penyimpul (summarizer) Menyimpulkan posisi kelompok
Evaluator (evaluator) Mengkaji kinerja kelompok
Pemberi inisiatif (initiator) Memulai diskusi kelompok
Peran individu
Korban Dipandang negatif oleh kelompok
Monopoli Berperan aktif mengontrol kelompok
Seduser Menjaga jarak dan meminta diperhatikan
Diam Mengontrol secara pasif secara diam
Tukang komplain Mengeluh dan marah pada kerja kelompok
Negatif Mengecilkan kerja kelompok
Moralis Berperan sebagai penilai benar dan salah

7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku
kelompok pada masa yang akan dating berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.
Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok
dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota
kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota
kelompok lain.
8. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Hal ini memengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang
membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi
agar kehidupan kelompok dapt dipertahankan.
Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar kekohesifan kelompok dapat
terwujud, sepert mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain, diskusi dengan
kata-kata “kita”, menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu anggota
kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara. Kekohesifan perlu diukur melalui
seberapa sering antara anggota memberi pujian dan mengungkapkan kekaguman satu
sama lain.
PERKEMBANGAN KELOMPOK

Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan kembang. Pemimpin
akan mengembangkan kelompok melalui empat fase, yaitu (Stuart & Laraia, 2001): fase pra-
kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok.

Fase Prakelompok
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dari kelompok.
Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan
kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan
pelaksanaan kegiatan kelompok.

Garis besar isi proposal adalah: daftar tujuan umum dan khusus; daftar pemimpin
kelompok disertai keahliannya; daftar kerangka teoritis yang akan digunakan pemimpin untuk
mencapai tujuan; daftar kriteria anggota kelompok; uraian proses seleksi anggota kelompok;
uraian struktur kelompok: tempat sesi, waktu sesi, jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota
yang diharapkan, dan perilkau pemimpin yang diharapkan; uraian tentang proses evaluasi
anggota kelompok dan kelompok; uraian alat dan sumber yang dibutuhkan; jika perlu, uraian
dana yang dibutuhkan. Proposal dapat pula berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan
kelompok.

Fase Awal Kelompok


Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran yang baru. Yalom
(1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi,
konflik, dan kohesif. Sementara itu, Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga
membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, stroming, dan norming.

Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin
kelompok mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang
teridir dari tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, keujuran, dan aturan
komunikasi, misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu, norma perilaku,
rasa memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientasi.
Tahap konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin pemimpin yang
memutuskan dan sebagian lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan
sebagai pemimpin. Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan
konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antar anggota
kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin
perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilkau yang tidak produktif,
seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyeba konflik.
Tahap kohesif
Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama yang
lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota
kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain.
Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam
melakukan penyelesaian masalah.
Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa perbedaan tidak perlu
ditakutkan. Mereka belajar persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu
pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas.

Fase Kerja Kelompok


Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja keras, tetapi
menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Kekuatan terapeutik dapat tampak seperti dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989)
dalam Stuart dan Laraia (2001), yaitu 11 (sebelas) factor: memberi informasi, instalasi harapan,
kesamaan, altruism, koreksi pengalaman, pengembangan teknik interaksi social, peniruan
perilaku, belajar hubungan interpersonal, factor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga
kelompok kea rah pencapaian tujuan. Serta mengurangi dampak dari factor apa saja yang dapat
mengurangi produktivitas kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure, dan
resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian
pemimpin, tidak ada lagi kerahasiaan karena keterbukaan yang tinggi, dan keengganan berubah
perlu didefinisikan pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada kondisi ini kelompok segera masuk ke
fase berikut, yaitu perpisahan.

Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota
kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.
Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu.
Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument evaluasi kemampuan individual dari anggota
kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan
paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan
puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.
Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi berupa notule. Juga
didokumentasikan pada catatan implementasi tindakan keperawatan tentang pencapaian dan
perilaku yang perlu dilatih pada klien di luar sesi.

JENIS TERAPI KELOMPOK


Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada kelompok
dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan beberapa kelompok yang dapat
dipimpin dan digunakan perawat sebagai tindakan keperawatan bagi klien, misalnya, task
groups, supportive groups, brief theraphy groups, intensive problem-solvig groups, medication
groups, activity theraphy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan
beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapy, psycho drama, self-help
groups, remotivation, reedukasi, dan client government groups. Terapi aktivitas kelompok
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi kelompok,
kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.
Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah
membuat sadar diri (self-awareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya.

Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membatu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh-kembang,
atau penyesuaian social, misalnya, kelompok wanita hamil yang akan menjadi ibu, ibu yang
individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik yang
dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:
1. Mencegah masalah kesehatan;
2. Mendidik dan mengembangakn potensi anggota kelompok;
3. Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam
menyelesaikan masalah.

Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi sensoris, orientasi
realita, dan sosialisasi.

Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok (Sumber: Rawlins,
Williams, dan Beck, 1993)

Tujuan Tipe Aktivitas

1. Mengembangkan Bibliotherapy Menggunakan artikel, buku, sajak, puisi,


stimulasi persepsi surat kabar untuk merangsang atau
menstimulasi berpikir dan
mengembangkan hubungan dengan orang
lain.

Stimulus dapat berbagai hal yang


tujuannya melatih persepsi.
2. Mengembangkan Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan mengekspresikan
stimulasi sensoris perasaan

Belajar teknik relaksasi dengan cara nafas


Relaksasi
dalam, relaksasi otot, imajinasi.

3. Mengembangkan Kelompok orientasi Fokus pada orientasi waktu, tempat, dan


orientasi realitas realitas, kelompok orang; benar dan salah; bantu memenuhi
validasi kebutuhan

4. Mengembangkan Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan regresi pada


sosialisasi klien menarik realitas dalam berinteraksi
atau sosialisasi

Kelompok mengingatkan Fokus pada mengingat

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka Lancaster mengemukakan beberapa aktivitas yang digunakan pada TAK, yaitu
menggambar, membaca pusis, mendengarkan music, mempersiapkan meja makan, dan kegiatan
sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual,
rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
respons social dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu
membaca puisi, seni, music, menari, dan literature.

Dari uraian tentang aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson, Kneisl, dan
Lancaster ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang disampaikan oleh
Ralins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan kombinasi keduanya menjadi terapi
aktivitas kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini,
diharapkan respons klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca
artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan);
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive
atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pendangan negative pada orang
lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris


Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris
klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi
wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan
terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan
sebagai stimulus adalah: music, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya,
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.

Terapi Aktivitas Kelompok Orienasi Realitas


Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang
ada di sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu, dan rencana ke depan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang
ada di sekitar, dan semua kondisi nyata.

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi
dapat pula dilakukan secara bertahap dan interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.
Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

KUALIFIKASI TERAPIS
Rawlins, Wlliams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk
menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoretis melalui pendidikan
formal, literature, bacaan, dan lokakarya; praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai
pemimpin kelompok; pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah dipersiapkan secara
professional. American Nurses’ Association (ANA) menetapkan pada praktik keperawatan
psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA
sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-kesehatan jiwa menjamin perawat mahir dan
kompeten sebagai terapis kelompok. The American Group Psychotherapy Association (AGPA)
sebagai badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan
master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan (TAK),
persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan mengetahui metode
yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.
TUJUAN
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang di akbatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Semetara, tujuan
khususnya :
1. Klien dapat mempresepsikan stimulus yang di paparkan kepadanyadengan tepat
2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang di alami
AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas di bagi dalam empat bagian, yaitu mempresepsikan stimulus nyata sehari-hari, stimulus
nyata dan respon yang di alami dalam kehidupan, stmulus yang tidak nyata dan respons yang di
alami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.
Aktivitas Mempresepsikan Stimulus Nyara Sehari-hari
a. Terapi aktivitas kelmpok (TAK) stimulus persepsi: menonton televisi
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi: membaca majalah/koran/artikel
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi: melihat gambar
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perilaku kekerasan yang telah kooperatif
Aktivitas Mempresepsikan Stimulus Nyata dan Respons yang Dialami dalam Kehidupan
Aktivitas mempresepsikan stimulus tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,
khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitasi dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat di
pisahkan, yaitu:
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengenal kekerasan yang biasa dilakukan
(penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; akibat perilaku kekerasan);
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan fisik;
c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui
interaksi sosial asertif;
d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui
kepatuhan minum obat;
e. Terapi aktivitasi kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan ibadah.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perilaku kekerasan yang telah kooperatif.
Aktivitas Mempresepsikan Stimulus Tidak Nyata dan Respons yang Dialami dalam
kehidupan
Aktivitas mempresepsikan stimulus tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan,
khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengenal halusinasi;
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengusiratau menghardik halusinasi;
c. Terapi aktivitasi kelompok stimulasi persepsi: mengonrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan;
d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: mengontrol halunasi dengn bercakap-
cakap;
e. Terapi aktivitasi kelompok stimulasi persepsi: mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien halusinasi
Aktivitas Mempresepsikan Stimulus Nyata yang Menyebabkan Harga Diri Rendah
Aktivitas ini di bagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaiu:
a. Terapi aktivitas kelompk stimulasi persepsi: mengindetifikasi aspek yang membuat harga
diri rendah dan aspek positif kemampuan yang di miliki selama hidup (di rumah dan di
rumah sakit);
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: melatih kemampuan yang dapat di gunakan
di rumah sakit dan di rumah.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien gangguan konsep diri: harga diri rendah
TAK STIMULASI PERSEPSI UMUM
Sesi 1 Menonton Televisi
Tujuan
1. Klien mampu menyebutkan apa yang di lihat
2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap acara Tv yang di tonton
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama setengah lingkaran mengahadap TV
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Televesi dan atau video player
2. Kaset video
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih dan membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi: klien perubahan
sensori persepsi dan klien menarik diri yang telah mengikuti TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis
2. Perkenalan nama, dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang di rasakan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV an bercakap-cakaptentang V
yang di tonton
2. Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Tentukan acara televisi yang menarik dan mudah di mengerti oleh klien
b. Beri kesempatan bagi klien untuk menonton acara TV selama 10 menit dan setelah itu
TV di matikan
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai acara TV yang telah di tonton
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian atau penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f. Ulangi c,d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan
g. Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton
4. Tahap Eliminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhsilan kelompok
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mempersepsikan tayangan TV
tertentu dan mendiskusikannya pada orang lain
2. Membuat jadwal nonton TV
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di
evaluasi adalah kemampuan klien sesusai dengan tujuan TAK. Untuk TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umum, sesi 1 kemampuan yang di harapkan adalah memberi tanggapan
terhadap pendapat klien lain dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 1: TAK
Stimulasi persepsi umum
Kemampuan persepsi: menonton TV
Nama klien
No. Aspek yang di nilai

1. Memberi pendapat
tentang acara TV
2. Memberi tanggapan
terhadap pendapat
klien lain
3. Mengikuti kegiatan
sampai selesai

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan meberi tanda √ jika di temukan pada klien atau X
jika tidak di temukan
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang di miliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi (TV), klien mampu dan benar
memberikan pendapat tentang acara TV, tetapi belum mau memberi tanggapan pada pendapat
klien lain. Anjurkan menonton TV bersama klien lain dan bercakap-cakap tentang acara TV
(buat jadwal)
Sesi 2 : Membaca majalah /koran/artikel
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan
2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi bacaan
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruang nyaman dan tenang
Alat
1. Majalah/koran/artikel
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. salam terapuetik
salam dari terapi terapis pada klien
b. evaluasi/vadilasi
1. menanyakan perasaan klien saat ini
2. menanyakan masalah yang dirasakan
3. menanyakan penerapan TAK yang lalu
c. kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan,yaitu membaca majalah/koran/artikel
2. Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika klien ada yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin kepada
terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal Sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Tentukan bacaan yang akan dibacaan yang akan dibaca
b. Bacalah isi majalah/koran/artikel selama 10 menit ( jika mungkin berikan foto kopi
bacaan pada klien )
c. Tanyakan pendapat klien lain mengenai isi bacaan
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat.
f. Ulangi C,D,dan E sampai semua klien mendapat kesempatan
g. Beri kesimpulan tentang bacaan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Membuat jadwal membaca
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membaca dan mendiskusikannya
pada orang lain
2. Membuat jadwal membaca
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umum sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah memberi pendapat
tentang bacaan, memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain dan mengikuti kegiatan
sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2: TAK
Stimulasi persepsi umum
Kemampuan persepsi: Bacaan
No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Memberi pendapat
tentang bacaan
2 Memberi
tanggapan
terhadap pendapat
klien lain
3 Mengikuti
kegiatan sampai
selesai

Petunjuk :
1. Di bawa judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda ( ) jika ditemukan
pada klien atau (x) jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan : klien mengikuti TAK stimulus persepsi (baca) ,
klien mampu memberi pendapat benar tentang bacaan bacaan dan memberi tanggapan
terhadap pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai,anjurkan klien membaca
(buat jadwal)
Sesi 3 : Melihat Gambar
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat
2. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruang nyaman dan tenang
Alat
1. Beberapa gambar
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Menyiapkan alat dan tempat bersama
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi dan validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan
3. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu melihat gambar
2. Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meningalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum dikenal orang.
b. Tunjukkan gambar pada klien (jika besar dapat didepan saja,jika kecil
diedarkan).
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai gambar yang dilihat.
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memeberi pendapat .
f. Ulangi C,D,atau E sampai semua klien dapat kesempatan
g. Beri kesimpulan setiap gambar yang dipaparkan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1.terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. tindak lanjut
1. Menganjurkan klien melatih melihat gambar ( di
TV,koran,majalah,album) dan mendiskusikannya.
2. membuat jadwal melihat gambar
c. kontrak yang akan datang
1. menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umumsesi 3 kemampuan yang diharapkan adalah memeberi pendapat
tentang tentang gambar, memberi tanggapan terhadap terhadap pendapat klien lain dan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut.
TAK STIMULASI PRESEPSI : HARGA DIRI RENDAH
Sesi 1 : Identifikasi Hal Positif Pada Diri
Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasikan pengalaman yang tidak menyenangkan.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam trapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan semua klien (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama dan panggialan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap- cakap tentang hal positif
diri sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan di
rumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakn hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran srta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menyenangkan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
c. Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati TAK yang akan datangng, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan di rumah.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khsusnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi presepsi :
harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 1
Stimulasi presepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No Nama klien Menulis pengalaman Menulis hal positif diri
yang tidak sendiri
menyenangkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAK pada klom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek postif diri sendiri. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x
jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi presepsi harga diri rendah. Klien
mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan
menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan
tingkatkan reinforcement (pujian).
Sesi 2 : Melatih positif pada diri
Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
3. Klien dapat melatih hal positif hal positif diri yang telah dilatih
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih
Setting
1.terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan papan tulis / whitboard / flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeoutik
i. Salam dari terapis kepada klien
ii. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
i. Menannyakan perasaan klien saat ini
ii. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif
pada klien
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut .
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus
meminta izin kepada terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada sesi
1 daan memilih satu untuk dilatih
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan di tulis di whiteboard
c. Terapis meminta semjua klien untuk memilih satu dari daftar di whiteboard.
Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih
d. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang dipilih dengan cara
berikut
i. Terapis memperagakan
ii. Klien memperagakan ulang ( semua klien memndapat giliran )
iii. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
e. Kegiatan a sampai dengan d , dapat diulang untuk kemampuan / kegiatan yang
berbeda
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
i. Terapis menannyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
ii. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah di latih pada jadwal
kegiatan sehari-hari
b. Kontrak yang akan dating
i. Menyepakati TAK yang akan dating untuk hal positif lain
ii. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung , khususnya pada tahap kerja .
aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi presepsi harga diri rendah sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki
satu hal positif yang akan dilatih dan memperagakannya . formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 2
Stimulasi presepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif
Nama klien Membaca daftar Memilih satu hal Memperagakan
no hal positif positif yang akan kegiatan positif
dilatih
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap klien , beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal positif
dirinya , memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif untuk
dilatih dan memperagakan kegiatan positif tersebut . beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda x jikaa klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien . contoh : klien mengikuti sesi 2 , TAK stimulasi presepsi : harga diri
rendah . klien telah melatih merapikan tempat tidur . anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannnya serta berikan pujian

Anda mungkin juga menyukai