Jiptummpp GDL Annisalutf 43387 2 Bab1 PDF
Jiptummpp GDL Annisalutf 43387 2 Bab1 PDF
PENDAHULUAN
1
2
penggunaan harus diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang
masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada
manusia (Depkes RI, 1995). Contoh pengawet yang lazim digunakan dalam
formulasi sediaan parenteral adalah Benzil alkohol (1% - 2%), klorobutanol (0,2%
- 0,5%), dan klorokresol (0,1% - 0,2%), Fenil etilalkohol (0,25%-0,5%), Fenol
(0,5%), Fenil merkurinitrat (0,001%-0,002%), Fenil merkuri asetat (0,001%-
0,002%), Benzalkonium klorida (0,001%), Benzhetonium khlorida (0,01%),
Kresol (0,3%-0,5%), metal-p-hidroksibenzoat (0,18%), Thimerosol (0,01%)
(Agoes,2009).
Benzil alkohol adalah salah satu pengawet yang bisa digunakan untuk
sediaan dosis ganda (multiple dose). Benzil alkohol digunakan untuk sediaan
optalmik atau parenteral sebagai pengawet antimikroba sampai dengan
konsentrasi 2%. Benzil alkohol bersifat bakteriostatik dan digunakan sebagai
pengawet antimikroba melawan bakteri, jamur, kapang dan khamir. Aktivitas
antimikroba benzil alkohol optimum terjadi pada pH dibawah 5, aktivitas sedikit
ditunjukkan diatas pH 8. Aktivitas antimikroba berkurang karena adanya
surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80. berkurangnya aktivitas ini masih lebih
kecil dibandingkan dengan ester hidroksibenzoat atau senyawa ammonium
kuartener (Rowe et al, 2009).
Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme,
terhadap toksisitas primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel,
yang dikembangkan pada dinding sel atau juga pada bagian dalam sel. Salah satu
mekanisme kerja pengawet benzil alkohol terhadap konsentrasi yang digunakan
konsentrasi pengawet mikrobiosid, merupakan pengawet dengan konsentrasi yang
menyebabkan kematian sel yaitu majunya permeabilitas dari membrane sel
sehingga bahan pengawet yang didesak kedalam bagian sel mengakibatkan suatu
pengacauan sistem koloid – fisika (desemulsifikasi, koagulasi dan presipitasi).
Kadar toksik dalam benzil alkohol yaitu diatas 2% , dimana pada suatu penelitian
menunjukkan konsentrasi pada kadar 3% atau lebih besar benzil alkohol
menyebabkan efek samping mengiritasi pada kulit. Sedangkan pada percobaan
konsentrasi 0,65% benzil alkohol tidak menghasilkan iritasi pada kulit. Sehingga
apabila kadar meningkat lebih dari 2% maka akan terjadi toksisitas sedangkan
4
5 dan aktivitas sedikit ditunjukkan pada pH diatas 8 ,sehingga pada penelitian ini
akan ditentukan untuk penetapan pada pH 5 apakah pengawet akan bekerja secara
optimum. Penetapan untuk variabel terkendali dipilih pada pH 5 karena pH yang
mendekati dengan kondisi fisiologis tubuh sekitar pH 7,4 sehingga untuk
mengurangi rasa sakit pada pemakaiannya. Mekanisme kerja dari benzil alkohol
dengan cara merusak mikroorganisme, yaitu terhadap toksisitas primernya, artinya
diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding sel atau
juga pada bagian dalam sel. Penggunaan benzil alkohol sebagai pengawet pada
sediaan parenteral efektif pada kadar 1% - 2%, Sedangkan kadar toksik pada suatu
pengawet benzil alkohol ditunjukkan pada konsentrasi diatas kadar 2% v/v (Rowe
et al, 2009). Sehingga pada penelitian ini ingin diketahui bagaimana efektivitas
kadar benzil alkohol pada konsentrasi 1,5% v/v yang ditambahkan pada sediaan
larutan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda (Terhadap Bakteri
Escherichia coli) dengan menghitung jumlah satuan pembentuk koloni mikroba
tiap ml dari preparasi inokula pada hari ke 0, 7, 14, dan 28.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang saya
ajukan untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas benzil
alkohol 1,5 % v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda,
terhadap bakteri uji Escherichia coli.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas dari sediaan benzil
alkohol 1,5% v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda
terhadap bakteri Escherichia coli.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah mendapat hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan efektivitas pengawet dari suatu sediaan, sebagai bahan referensi
ilmiah dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan dapat dilakukan
pengembangan formulasi sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dengan
menggunakan bahan pengawet konsentrasi 1,5% v/v pada bakteri E.coli.