Aku Sayang Kamu
Aku Sayang Kamu
DI KOTA SURABAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah subhanahutaallah karena berkat
karunia dan anugerahNYA maka makalah kami dapat diselesaikan dengan dengan
baik dan tepat sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh panitia penerimaan
mahasiswa baru dengan judul “RUMAH LINGKUNGAN BIOFLOG DI KOTA
SURABAYA”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
kekurangan dan kekeliriuan, untuk itu saran dan kritik dari teman maupun senior
kami dapat menerimanya demi kritikan dan saran untuk membangun dan
memperbaiki tulisan ini.
Demikian karya tulis dari kami semoga dapat diterima oleh pihak yang
ingin membangun rumah yang ramah lingkungan.
Penulis,
( Kelompok MABA)
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
3. KAJIAN PUSTAKA
Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia (primer)
disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar
karena merupakan unsur yang harus dipenuhi guna menjamin kelangsungan hidup
manusia.Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan lingkungan sekitar yang,
menyatukan keluarga, meningkatkan tumbuh kembang manusia, dan menjadi bagian
dari gaya hidup (Wicaksono, 2009:3). Rumah diharapkan mampu memberikan
kenyamanan bagi penghuninya, baik itu secara psikis maupun fisik. Kenyamanan
psikis berkaitan dengan aspek kepercayaan, agama, adat istiadat, dan sebagainya.
Kenyaman psikis lebih bersifat kulitatif, yaitu suatu kesenangan secara jiwa. Adapun
kenyamanan fisik lebih bersifat luas dan dapat diukur secara kuantitatif. Secara
umum kenyamanan fisik dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni kenyamanan spatial
(ruang), kenyamanan visual (pengelihatan), kenyamanan audial (pendengaran) dan
kenyamanan thermal (termis/suhu) (Karyono, 2013:107).
Ada beberapa cara teknologi budidaya ikan lele yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi ikan lele salah satunya adalah metode Bioflok.n Suparno dan
Muhammad Qosim telah mengembangkan metode bioflok dalam meningkatkan
produksi dan kualiats ikan lele. Ikan lele yang dihasilkan 2000 ekor/m3dibandingkan
dengan metode konvesional hanya menghasilkan 100 ekor/m3.Olehsebab itu,
pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan metode bioflok.Nadya Adharani dkk
(2016) mendapatkan bahwa metode bioflok dapat memperbaiki kualitas air yang
dilihat dari penuruan konsentrasi parameter TAN, amoniak, nitrit dan nitrat.
Metodebioflok adalah salah satu metode alternatif dalam menyelesaikan masalah
kualitas air buangandalam budidaya ikan lele. Bioflok berasal dari kata biosyang
artinya kehidupan dan flockyang bermakna gumpalan, sehingga bioflok adalah
kumpulan dari berbagai jenis organisme seperti jamur, bakteri, algae, protozoa,
cacing, dan lain lain, yang tergabung dalamgumpalan. Teknologi bioflok atau lumpur
aktif merupakan adopsi dari teknologi pengolahanbiologis air limbah lumpur
aktifdengan menggunakanaktivitas mikroorganismeuntuk meningkatkan carbon dan
nitrogen (Suprapto, 2013).Mikroorganisme yang dilibatkan dalam sistem bioflok
adalah bakteri Salah satu bakteri yang ada dalam metode bioflok adalah jenis
Bacillus( Aiyushirota, 2009). Menurut Avnimelech, 1999 penambahan materi karbon
bakteri heteretof dapat mengubah nitrogen anorganik yang berasal dari feses dan
pakan menjadi protein sel tunggal sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sumber
pakan bagi ikan.Sehingga metode bioflok digunakan dalam kegiatan ini.
Secara terminology Bio-Floc berasal dari dua suku kata yaitu “bio―yang
berarti biologi atau hidup dan “floc― yang bearti gumpalan. Bio-floc adalah
flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme
hidup yang melayang-layang di air. Teknologi Bio-flok adalah teknologi yang
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. Pembentukan
bioflok ini terbentuk tidak secara tiba-tiba, tapi terbentuk dalam kondisi lingkungan
tertentu.
Dalam sistem budidaya unsur Karbo (C), Nitrogen (N) dan Posfor (P) dalam tubuh
ikan atau udang yang merupakan cerminan pakan ikan atau udang, rata-rata 13%,
29% dan 16%, namun jumlahnya sangat sedikit dalam tubuh, karena ternyata pakan
yang dimakan oleh ikan hanya 20%-30%, artinya tersisa 70%-80% dalam kolam atau
sedimen. Sisa 70%-80% inilah yang dapat menyebabkan sumber penyakit, kualitas
air menurun sehingga pertumbuhan ikan kurang maksimal. Apabila kita mampu
mengolah sisa 70% tersebut maka kita mampu memberikan lingkungan yang terbaik
untuk pertumbuhan ikan. Beberapa teknik pengelolaan sisa kotoran dan pakan
dapat menggunakan sistem sirkulasi, sistem penyedotan, sistem probiotik dan yang
akan kami gunakan yaitu sistem bioflok.
Sistem bioflok dapat mengurangi penggantian air karena k terdapat proses siklus
“auto pemurnian air yang akan merubah sisa pakan dan kotoran gas beracun
seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dengan
meminimalkan penggantian air maka peluang masuknya bibit penyakit dari luar
dapat berkurang. Penggantian air biasanya hanya dilakukan untuk mengganti air yang
menguap atau perembesan. Sistem bioflok lebih stabil dibandingkan dengan sistem
probiotik biasa dikarenakan bioflok merupakan bakteri yang tidak berdiri sendiri,
melainkan berbentuk flok atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk flok yang
saling bersinergi. Sedangkan sistem probiotik biasa bakteri yang ada di tambak
merupakan sel-sel baktei yang berdiri sendiri secara terpisah di air, sehingga apabila
ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka bakteri akan cepat kolaps.
Pada budidaya ikan lele penerapan sistem bioflok akan mengurangi pergantian air
dalam sistem budidaya sehingga teknlogi ini ramah lingkungan. Pakan yang
digunakan pun menjadi lebih sedikit ketimbang sistem konvensional lain. Manfaat
dan keuntungan sistem bioflok antara lain: menghemat pakan pellet, FCR dapat
mencapai 0,8-0,7, pertumbuhan ikan lele lebih seragam dan rampang, selama
kegiatan budidaya tidak ada penyortiran, pertumbuhan ikan lebih optimal dengan
jangka waktu panen yang lebih cepat, padat tebar benih lebih tinggi, berkisar 500-
1.000 ekor per m3., ikan sehat dan gesit serta dapat mengurangi hama/penyakit ikan.
Selain manfaat tersebut beberapa keuntungan lain dari sistem bioflok , adalah dapat
menghemat lahan, karena padat tebar tinggi, tampilan kolam lebih indah, terutama
jika menggunakan kolam bundar, manajemen pakan, air dan tata letak lebih mudah,
tidak serumit kolam tanah dan waktu pemberian pakan lebih efisien sehari hanya dua
kali. (nidejovi)
Keunggulan lainnya adalah Feed Conversion Ratio (FCR) atau perbandingan antara
berat pakan dengan berat total (biomass) ikan dalam satu siklus periode budidaya
mencapai 1,03. Artinya 1,03 kg pakan menghasilkan 1 kilogram ikan Nila. “(Itu lebih
efisien) jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa FCR-nya mencapai
angka 1,5,” tuturnya.
Masih ada empat keunggulan lainnya, yaitu padat tebar ikan mencapai volume
100-150 ekor/m3 atau 10-15 kali lipat dibanding dengan pemeliharaan di kolam biasa
yang hanya 10 ekor/m3. Sistem bioflok juga mampu meningkatkan produktivitas
hingga 25-30 kg/m3 atau 12-15 kali lipat jika dibandingkan dengan di kolam biasa
yaitu sebanyak 2 kg/m3. Keempat, waktu pemeliharaan lebih singkat, dengan benih
awal yang ditebar berukuran 8-10 cm, selama 3 bulan pemeliharaan. “Benih
tersebut mampu tumbuh hingga ukuran 250-300 gram per ekor, sedangkan untuk
mencapai ukuran yang sama di kolam biasa membutuhkan waktu 4-6 bulan,”
tambahnya. Terakhir, Supriyadi menyebutkan, ikan nila sistem bioflok lebih gemuk
karena hasil pencernaan makanan yang optimal. Dan komposisi daging atau
karkasnya lebih banyak, serta kandungan air dalam dagingnya lebih sedikit. Secara
bisnis, budidaya ikan nila juga sangat menguntungkan karena harganya cukup baik
dan stabil di pasaran yaitu Rp22 ribu/kg.
4. METODOLOGI
1. Bahan : Air tawar, Bibit Ikan nila, Obat-obatan untuk campuran bioflok,
terpal/woven, besi ulir, semen/PC, Pipa paralon, kawat, tali.
Rumah yang sudah siap huni untuk dijadikan tempat tinggal, kemudian didesain
sedemikian rupa agar rumah terhindar dari lingkungan yang kumuh, kemudian di
siapkan lahan yang memadai untuk dijadikan kolam bioflok pada halaman rumah.
Dengan lahan yang sudah disipakna kemudian dibuatkan model kolam dari terpal
yang sudah dibentuk model bundar.
KOTA MADYA SURABAYA
Budi daya nila dengan sistem bioflok menjadi salah satu alternatif lain yang
dapat diterapkan oleh para pembudidaya ikan saat ini. Sistem bioflok menjadi populer
karena jika dibandingkan dengan sistem konvensional lainnya, sistem ini memiliki
beberapa kelebihan. Bioflok lebih irit pakan dan tingat kematian ikan lebih
kecil. Peningkatan permintaan akan ikan konsumsi mendorong dilakukannya
budidaya intensif. Kepadatan tinggi dan peningkatan pemberian pelet dalam budidaya
intensif akan menyebabkan terjadinya akumulasi limbah organik yang berdampak
pada penurunan kualitas air dan produksi ikan.
Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Prinsip teknologi bioflok adalah adanya pengontrolan
nitrogen anorganik melalui penambahan karbon organik yang akan meningkatkan
rasio C/N perairan untuk menumbuhkan bakteri heterotrof. Biomassa bakteri
heterotrof kemudian akan membentuk flok bersama dengan mikroba lain. Bioflok
yang terbentuk dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan alami berprotein tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penerapan teknologi bioflok
terhadap profil kualitas air, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan
ikan nila merah Oreochromis sp. yang dipelihara secara super intensif pada kepadatan
25, 50 dan 100 ekor/m3.
Sistem bioflok telah diterapkan pada beberapa budi daya ikan, seperti lele dan
udang. Bioflok merupakan gumpalan atau agregat yang berisi mikroorganisme yang
sangat baik untuk pakan ikan. Selain terdapat mikroorganisme, bioflok juga terdiri
atas bahan organik dan non-organik, kation, dan polimer organik. Bahan organik
dalam bioflok tersebut berisi 2–20% mikroorganisme dan 60–70% bahan organik
lainnya, sedangkan bahan anorganiknya berkisar 30–40%. Budi daya nila dimulai
dengan penebaran benih berukuran 4 gram dalam kolam bak semen seluas 160
m2 dengan kepadatan 38 ekor per m2 pada salinitas 10 ppt. Pakan komersil
(kandungan protein kasar 28%) diberikan pada bulan pertama sebanyak 4% dari total
berat badan. Berikutnya pada bulan kedua sebanyak 3,5%, bulan ketiga sebanyak 3%,
dan pada bulan keempat sebanyak 2,5%.