Anda di halaman 1dari 2

Sahabat Satu Hobi

Cerpen Karangan: Muhammad Miftah Irfani


Kategori: Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 17 February 2019
Pagi itu sedikit mendung, aku berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda. Namaku Rina, biasa
dipanggil Ririn. Aku seorang siswi SMAN 1 Kandangan. Aku mempunyai 5 orang sahabat, yang tediri 4
laki-laki yaitu Zaky, Reza, Tama, Mirza dan 1 orang perempuan yaitu Syla. Kami disatukan oleh hobi kami
yang sama yaitu suka mendaki gunung. Bersama merekalah aku berangkat ke sekolah.

Sesampai di sekolah kami pun berpisah karena kami beda kelas. Ketika istirahat tiba, kami pun
berkumpul lagi, kali ini kami ingin membahas tentang gunung mana yang ingin kami daki.
“Eh, Sabtu-Minggu ini liburkan? Ada rencana gak?” Ucap Reza memulai percakapan. “Iya iya betul,
hmmm … Bagaimana kalau kita mendaki gunung Hauk aja, setuju gak?” Usulku. “Naaah, aku setuju Rin”
sahut Mirza. “Sama aku juga” ucap Tama. “Kalau aku ya pasti ikutlah” ucap Syla. “Boleh juga tuh idemu
Rin, aku setuju” sahut Reza. “Kalau kamu gimana Ky?” tanyaku pada Zaky. “Ya pasti ikutlah” sahut Zaky
dengan semangat.

Setelah lama berbincang, bel masuk kelas pun berbunyi. Tak terasa bel pulang berbunyi, aku pulang agak
terlambat karena aku mengikuti ekstrakurikuler Paduan Suara. Setelah ekstrakurikuler Paduan Suara
selesai, aku pulang ke rumah. Aku pun mempersiapkan peralatan mendakiku, dan sampai tak terasa jam
menunjukkan pukul 10.45, aku pun bergegas menuju tempat tidur.

Keesokan paginya aku mengingatkan sahabat-sahabatku untuk mempersiapkan peralatan mendaki. “Eh,
besok Sabtu, jangan lupa peralatan mendaki sama bekal disiapkan” ucapku pada mereka. “Ya pasti
sudalah” sahut mereka serentak. “Tam, jangan lupa kompor mini dibawa” ucap Reza. “Yoi, pasti” sahut
Tama.

Tak terasa hari Sabtu pun tiba. Pagi-pagi sekali kami berkumpul di rumah Syla. Kami berangkat menuju
kaki gunung dengan menggunakan angkot. Kami pun langsung menuju gunungnya. Saat di perjalanan,
kami saling mengingatkan agar berbicara dan bersikap harus hati hati. Setelah beberapa lama berjalan,
kami tertegun melihat keindahan hutan lumut yang rimbun dan udaranya sangat segar dan dingin. Udara
dingin pun menyapa tubuh kami. “Ugh, udaranya dingin sekali, padahal puncak masih lumayan jauh”
ucap Tama. “Iya nih, aku aja sampai menggigil” sahut Mirza. “Ayo ayo semangat, puncak masih lumayan
jauh, hari sudah sore entar kemalaman kita sampai ke puncak” seruku. “Ayo ayo semangat” sahut Mirza.

Kami pun melanjutkan perjalanan, ketika puncak mulai terlihat tiba tiba kaki Syla tersandung akar pohon
dan dia pun terjatuh lalu menjerit kesakitan. “Tolong! Mirza, Zaky, Ririn, Reza, Tama” ucap Syla menjerit
kesakitan. Serentak kami langsung menghampiri Syla yang kesakitan. “Syl, kamu gak apa-apa kan?” tanya
kami. “Ini kakiku tersandung akar pohon dan aku pun terjatuh, kaya kakiku keseleo nih” sahut Syla sambil
memegang kakinya yang sakit. “Ya udah, Kalau begitu Syla aku yang gendong biar tasnya Mirza yang
bawain” ucap Zaky. “Oke deh kalau begitu” sahut Mirza. “Ya udah kalau begitu, yuk lanjut!” seruku
sambil berjalan.

Setelah kurang lebih 30 menit berjalan kami pun tiba dipuncak. Pemandangan indah yang sering disebut
dengan istilah “Samudera di atas awan” pun nampak terlihat di depan mata kami. Lelah kami terbayar,
mata kami terpana takjub melihat pemandangan Samudera di atas awan.

Setelah puas menikmati pemandangan, kami pun mendirikan tenda di puncak. Malam pun tiba, kami
pun membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh kami yang kedinginan. “Gak rugi kita mendaki
gunung ini, ya kan?” ucapku. “Iya, lelahku terbayar” sahut Tama. “Syl kakimu udah mendingan kan?”
tanya Mirza. “Iya, udah mendingan kok” sahut Syla. “Gak ada yang jera kan?” tanya Reza. “Ya gak lah”
sahut kami. “Nih, ayo dimakan” ucap Zaky sambil menghidangkan makanan. Sambil menyantap makanan
favorit kami digunung, kami berbincang-bincang, bergurau dan tertawa bersama. Setelah puas
menyantap makanan, kami pun kekenyangan dan mengantuk. Kami pun bergegas menuju tenda untuk
tidur.

Pagi yang dingin dan berembun menyambut kami. Kami pun bergegas keluar tenda untuk menyaksikan
matahari terbit. “Woohoo, sunshine bray” ucap Tama bersemangat. “Ini dia yang kutunggu tunggu”
sahut Zaky. “Yuhuu, nice sunshine” ucapku. “Kapan-kapan kayak gini lagi ya?” tanya Syla. “Akur deh”
sahut kami semua. Setelah lama menikmati matahari terbenam, kami mulai mengemas barang-barang
untuk segera pulang.

Cerpen Karangan: Muhammad Miftah Irfani


Blog / Facebook: zennosukemiftah

Anda mungkin juga menyukai