Anda di halaman 1dari 3

Senyum Melia Di Tubin

I. Latar Belakang
Pada awalnya Sungai/Tukad Bindu dan bantarannya menjadi tempat yang sangat
kotor, kumuh dan tercemar sebagai akibat kurangnya kesadaran masyarakat sekitar yang
membuang sampah ke aliran sungai. Hal ini menggugah tokoh masyarakat sekitar sungai
untuk merubah kondisi tersebut. Bersama dengan Kelurahan Kesiman kemudian dibentuk
komunitas kali bersih yang selanjutnya menjadi Yayasan Tukad Bindu. Merubah kondisi
sungai memerlukan solusi yang tepat, karena selain edukasi dalam menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan secara mandiri dan berkelanjutan,
penataan kawasan sungai merupakan faktor pendukung karena dengan sungai yang bersih
dan tertata akan membuat masyarakat malu membuang sampah ke sungai. Poin penting
inilah memunculkan inovasi pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Kesiman yaitu Senyum
Melia di Tubin (Sungai Elok, Nyaman untuk Masyarakat dengan Menjaga Lingkungan dan
Alam di Sungai/Tukad Bindu). Proses edukasi dalam inovasi ini dilandasi filosofi kearifan
lokal masyarakat Bali, yaitu Tri Hita Karana, “kita menjaga alam, maka alam akan menjaga
kita” sehingga memudahkan pembelajaran, menumbuhkan empati dan mengajak
masyarakat untuk berperan serta. Inovasi ini juga selaras dengan tujuan Pemerintah Kota
Denpasar dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang Inklusi, pembangunan yang
mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat, sehingga
tidak hanya bertujuan untuk merubah sungai kotor menjadi destinasi wisata alam baru
ditengah perkotaan, tetapi revitalisasi sungai ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja masyarakat sekitar sungai.

II. Keunikan
Senyum Melia di Tubin ini merupakan inovasi penataan lingkungan sungai berbasis
masyarakat (Community Based) dan tidak mengadopsi dari tempat lain. Ide ini murni muncul
dari permasalahan sungai dan lingkungan yang kotor. Inovasi ini memberdayakan
masyarakat untuk sadar tidak membuang sampah ke sungai, ikut peduli dan menjaga
lingkungan sungai, karena sungai yang bersih dan tertata akan berpengaruh kepada semua
komponen, baik kesehatan, ekosistem, biota, kelestarian, sehingga kesan kumuh, kotor,
seram, angker menjadi hilang, sungai menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi warga
dan memiliki potensi ekonomi.

III. Implementasi
Berawal dari gagasan tokoh masyarakat Kelurahan Kesiman pada waktu itu IB. Ketut
Suantara (Alm), kawasan Tukad Bindu dilakukan penataan bersama BKM (Badan
Keswadayaan Masyarakat) Kelurahan Kesiman melalui bantuan PLBK (Penataan
Lingkungan Berbasis Komunitas) - PNPM Mandiri Perkotaan. Kemudian Kelurahan Kesiman
bersama Kepala Lingkungan Banjar Ujung (I Gusti Rai Ary Temaja) melakukan pendekatan
serta berkoordinasi kepada masyarakat yang ada di empat banjar yang dilalui oleh Aliran
Sungai Bindu yaitu Banjar Ujung, Banjar Dukuh, Banjar Abian Nangka Kelod dan Banjar
Abian Nangka Kaja untuk membentuk “Komunitas Kali Bersih“ dengan tujuan lebih
mengefektifkan pengelolaan Tukad Bindu. Melihat begitu antusiasnya lapisan masyarakat
sekitar sungai dibentuklah “Yayasan Tukad Bindu“ yang merupakan metamorfosisnya
“Komunitas Kali Bersih“ yang kepengurusannya mewakili masyarakat 4 banjar. Keterlibatan
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan penataan dan pengembangan.
Pemerintah dalam hal ini Kelurahan Kesiman memberikan pendampingan kepada kelompok
masyarakat sungai Bindu baik di dalam setiap proses 5 w 1 H (Who, What, Where, When,
Why, How) yang dilakukan misalnya Yayasan Tukad Bindu dalam merancang proposal
bantuan sarana dan prasarana penunjang penataan Sungai/Tukad Bindu seperti: penataan
tanaman hayati, stage panggung, tempat foodcourt, tempat coworking space sarana
permainan, sarana rekreasi air, sarana pembangkit listrik, sarana internet, budidaya ikan.
Selanjutnya Kelurahan Kesiman melaksanakan konsolidasi, kolaborasi serta koordinasi
vertikal maupun horizontal antar instansi/OPD Pemerintah Kota Denpasar dan
melaksanakan audensi dengan Bapak Walikota Denpasar terkait proposal sarana dan
prasarana tersebut, sehingga permasalahan serta tantangan yang dihadapi dalam
mewujudkan tujuan dapat dicarikan solusi bersama yang tepat, efektif dan efisien(Sinergitas
Pemerintah dengan Masyarakat).

IV. Dampak (Sebelum/Sesudah)


Sebelum: Sungai Bindu dulunya merupakan kawasan kotor, penuh sampah dan lumpur
Sesudah: Pola perilaku masyarakat berubah dalam hal membuang sampah, dan ikut
berperan serta dalam revitalisasi kawasan Sungai Bindu yang memiliki dampak penting
lainnya seperti:
1. Pengembangan Ekonomi Kreatif:
 Kunjungan wisatawan memberikan dampak positif bagi warga setempat dalam
pengembangan ekonomi kreatif terutamanya dibidang “kuliner“ dengan
memberdayakan masyarakat yang kurang mampu untuk dapat berjualan di bantaran
Tukad Bindu(foodcourt sebanyak 25 unit dengan rata-rata minimal penghasilan bersih
4 juta per bulan).
 Ibu-Ibu PKK sekitar aliran sungai Bindu(KWT Taru Lestari) menanam sayur-
mayur(terong, sawi, singkong, labu, cabai, bayam, tomat) di bantaran sungai,
kemudian hasilnya dipakai sendiri (ketahanan pangan) dan dijual kepada pengunjung
Tukad Bindu.
 Coworking space untuk merangsang ekonomi kreatif/ start up.
2. Pengembangan Wisata Edukatif dan Rekreasi:
 Ada kegiatan edukasi untuk Anak-anak PAUD, SD,SMP tentang bagaimana menjaga
kebersihan sungai dan lingkungan dengan konsep Kita Menjaga Alam, Alam Menjaga
Kita. Sebagai tempat Outing Class, Free Class dan pengenalan permainan tradisional.
 Anak-anak SMA dan Mahasiswa dapat berkemah, edukasi sekolah alam, mengikuti
kegiatan ekstra sekolah di Tukad Bindu.
 Para Lansia dan masyarakat Kota Denpasar dapat berwisata, rekreasi air, kuliner,
berolahraga, jogging track, yoga.
3. Pengembangan Wisata Sosial Budaya:
Tukad/Sungai Bindu dimanfaatkan sebagai tempat prosesi kegiatan agama Hindu, Sosial
(acara resepsi pernikahan, acara rapat, gathering, lomba mancing, dll), Budaya (menjadi
obyek wisata baik turis lokal maupun manca negara).

V. Keberlanjutan
Yayasan Tukad Bindu berkonsolidasi, berkolaborasi dan bersinergi dengan pihak
swasta, stakeholer/CSR(salah satu contoh Bank BPD Bali), OPD terkait untuk keberlanjutan
melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang keberlangsungan Wisata Air Tukad
Bindu meliputi: tenaga kebersihan sungai, stage panggung acara pertunjukan, area food
court, area parkir, taman, taman burung, toliet, sarana permainan air, sound system,
jaringan internet, instalasi jaringan air, coworking space, penataan taman permainan
tradisional, taman edukasi pertanian dan perikanan dan terakhir adalah kemandirian
terhadap listrik dengan bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Mikro (PLTHM) yang mampu menghasilkan 7.500 watt,
sehingga Yayasan Tukad Bindu dapat mencapai kemandirian dalam pengelolaan.

VI. Potensi Replikasi


Tukad Bindu sebagai pilot project dalam penataan dan pengembangan sungai
sangat mudah untuk diduplikasikan kawasan sungai yang lain di seluruh Indonesia,
contohnya Sungai Ijo Gading Jembaran Bali. Kawasan Tukad Bindu ini pernah meraih
penghargaan Nasional masuk peringkat 5 besar nasional pada Tahun 2017, sudah
beberapa kali menerima kunjungan baik nasional maupun international sebagai contoh
kunjungan CEO World Bank, Kristalina Georgieva disela pelaksanaan Annual Meeting World
Bank dan IMF Tahun 2018 di Bali.

Anda mungkin juga menyukai