Analisa Picot Stroke
Analisa Picot Stroke
OLEH :
NAMA KELOMPOK
SARJANA KEPERAWATAN C
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kerja keras penulis makalah yang berjudul “Telaah Jurnal pada
Pasien Stroke” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan
tugas untuk menempuh mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ungkapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini diantaranya:
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna atau masih perlu
perbaikan. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik
serta saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki penyusunan makalah
selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mencegah berbagai komplikasi seperti nyeri karena tekanan, kontraktur,
tromboplebitis, dekubitus sehingga mobilisasi dini penting dilakukan secara
rutin dan kontinyu. Memberikan latihan ROM secara dini dapat meningkatkan
kekuatan otot karena dapat menstimulasi motor unit sehingga semakin banyak
motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot, kerugian
pasien hemiparese bila tidak segera ditangani maka akan terjadi kecacatan yang
permanen (Potter & Perry, 2009).
SSBM adalah tindakan massage pada punggung dengan usapan
perlahan selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005). Diharapkan dengan
memberikan terapi terapi komplementer ini dapat mengurangi atau
menghilangkan depresi yang biasa dialami oleh pasien pasca stroke. Secara
patofisiologi SSBM mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening,
memperlancar aliran oksigen dalam darah, pembuangan metabolisme semakin
lancar sehingga memacu hormon endorfin sehingga memberi rasa nyaman,
merangsang saraf reseptor saraf sensorik menunju ke sistem saraf pusat dan
apabila mengenai impuls tersebut mengenai bagian kelabu pada otak tengah
(periaqueductus) kemudian dari periaqueductus ini disampaikan ke
hipotalamus, dari hipotalamus inilah melalui saraf desenden hormon endorfin
dikeluarkan sehingga menimbulkan rasa relaksasi (Shocker, 2008)
2
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil analisis jurnal Pengaruh Rom (Range
Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non
Hemoragic dengan metode PICOT
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil analisis jurnal Slow Stroke Back
Massage Terhadap Penurunan Depresi Pada Penderita Pascastroke Iskemik
dengan metode PICOT
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problem
Untuk mengetahui Pengaruh ROM (range of Motion) terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien Stroke Non Hemaoragic di
RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah sampel 90 orang.
B. Intervensi
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain
penelitian quasi experimental dengan pendekatan one group pre test-post
test. Pada desain penelitian ini hanya terdapat satu kelompok, yaitu
kelompok perlakuan sekaligus menjadi kelompok kontrol. Kelompok
tersebut dilakukan intervensi berupa latihan ROM pasif menggunakan
metode langsung. Dilakukan penilaian untuk mengetahui kekuatan otot
sebelum intervensi (pre-test).
C. Comporasi
Pada kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu latihan ROM
pasif menggunakan metode langsung selama 4 kali dalam seminggu dan
pada kelompok kontrol tidak diberikan sama sekali.
D. Outcome
Hasil penelitian tersebut menunjukan ada perbedaan kekuatan otot
ekstrimitas pada tangan dan kaki sebelum dan sesudah dilakukan Range
Of Motion (ROM) pasif pada responden. Hal ini membuktikan bahwa
4
Range Of Motion (ROM) pasif berpengaruh terhadap peningkatan
kekuatan otot ekstrimitas pada tangan dan kaki.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebagian besar pada otot
ektremitas tangan dan kaki setelah dilakukan latihan ROM pasif 4 kali
seminggu mengalami peningkatan Mean kekuatan motorik pada hari ke
12. Dimana terjadi peningkatan kekuatan otot ekstrimitas tangan dari
rata-rata kekuatan otot 2,5 menjadi rata-rata kekuatan otot 3,52 .
Sementara pada kaki terjadi perubahan dari 3,11 menjadi 3,93. ROM
berdampak cukup besar pada peningkatan kekuatan otot tangan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh yang dilakukan oleh
Reese (2009), yang membuktikan bahwa setelah diberikan latihan ROM
pada pasien stroke terjadi peningkatan kekuatan otot dan kemampuan
fungsional secara signifikan. Sebesar 30% - 40% pasien stroke dapat
sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama, namun
apabila dalam waktu tersebut pasien stroke tidak mendapatkan
penanganan yang maksimal maka akan terjadi kecacatan atau kelemahan
fisik. Pasien serangan pasca stroke membutuhkan waktu yang lama untuk
memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal
khususnya bagian otot ekstrimitas, oleh sebab itu dibutuhkan segera
untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah satu program rehabilitasi
yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi persendian
dengan latihan range of motion (Levine,2008).
E. Time
02 Desember 2018
5
2.2 JURNAL 2 : SLOW STROKE BACK MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN DEPRESI PADA PENDERITA PASCASTROKE
ISKEMIK
A. Problem
Untuk mengetahui pengaruh SSBM terhadap penurunan depresi
pada penderita pascastroke iskemik. Di Puskesmas Kartasura Sukoharjo
dengan jumlah sampel 72 orang yang terbagi menjadi dua, 36 responden
sebagai kelompok intervensi 36 responden sebagai kelompok kontrol.
B. Intervensi
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment)
dimana dalam penelitian ini peneliti mengungkapkan hubungan sebab
akibat dari terapi SSBM dengan penurunan depresi. Pada kelompok
intervensi diberikan perlakuan terapi SSBM dalam 16 menit
C. Comparasi
Kelompok kontrol tidak diberikan intervensi SSBM tapi diberikan
pendidikan kesehatan penangan depresi pascastroke. Kemudian pada
kedua kelompok diawali pretest dan setelah perlakuan selesai dilakukan
posttest kembali (Nursalam, 2013). Sering dikenal dengan pretest-
posttest kontrol group design.
D. Outcome
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh SSBM terhadap
penurunan depresi pada penderita pasca stroke iskemik yang dibedakan
menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil pengukuran
pada kelompok intervensi dengan menggunakan Beck Depression
Inventory II yang dilihat dari nilai skornya menunjukkan rerata
penurunan depresi pada penderita pasca stroke iskemik diperoleh bahwa
sebagian besar responden yang mengalami depresi sedang dan
6
mengalami penurunan menjadi depresi ringan setelah mendapat
perlakuan SSBM.
Hasil pengukuran pada kelompok kontrol dengan menggunakan
Beck Depression Inventory II yang dilihat dari nilai skornya
menunjukkan rerata penurunan depresi tapi tidak bermakna. Dari hasil
pengukuran depresi pre dan post pada kelompok intervensi dan kontrol
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penurunan depresi antara
kelompok intervensi yang mendapat SSBM dengan kelompok kontrol
yang tidak mendapat SSBM, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi
penurunan karena responden tidak mendapat SSBM tetapi mendapat
Pendidikan kesehatan penanganan depresi pascastroke berupa leflet.
E. Time
10 Oktober - 17 November tahun 2015.
BAB III
7
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Jurnal pertama menjelaskan bahwa setelah diberikan latihan ROM pada
pasien stroke terjadi peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional
secara signifikan. Sebesar 30% - 40% pasien stroke dapat sembuh sempurna
bila ditangani dalam waktu 6 jam pertama, namun apabila dalam waktu
tersebut pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka
akan terjadi kecacatan atau kelemahan fisik. Pasien serangan pasca stroke
membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi
penyesuaian diri secara maksimal khususnya bagian otot ekstrimitas, oleh
sebab itu dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah
satu program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu
mobilisasi persendian dengan latihan range of motion (Levine,2008).
2) Jurnal kedua menjelaskan bahwa terdapat perbedaan penurunan depresi
antara kelompok intervensi yang mendapat SSBM dengan kelompok
kontrol yang tidak mendapat SSBM, sedangkan pada kelompok kontrol
terjadi penurunan karena responden tidak mendapat SSBM tetapi mendapat
Pendidikan kesehatan penanganan depresi pascastroke berupa leflet.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Levine, G. Peter. 2008. Stronger After Stroke Your Roadmap to Recovery. Demos
Medical Publishing
8
Nursalam. 2013. Konsep dan Metodelogi Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta:
EGC
Reese, N.B., 2009. Joint Range of Motion and Muscle Length Testing. Edisi II. St.
Louis: Elsevier Health Sciences