Anda di halaman 1dari 29

Makalah

Profesionalisasi Pengawas Sekolah/Madrasah


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesionalisasi Administrasi
Pendidikan

Dosen: Dr. H. Endang Herawan, M. Pd

Elin Rosalin, M. Pd

oleh:

Abdullah (1704011)

Muhammad Rizky Feiszal (1706252)

Regita Putrima Haffi (1702941)

Rinisa Febrianti Rizkika Putri (1703424)

Shofaa Asyrofah (1704010)

Ulis Nurmita Ayu (1702403)

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
profesionalisasi Administrasi Pendidikan. Semoga shalawat serta salam selalu
tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Hambatan-hamabatan yang dihadapi mampu diatas berkat bantuan dari seluruh pihak
yang terkait. Untuk itu kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk Dr.
H. Endang Herawan, M. Pd dan Ibu Elin Rosalin, M. Pd atas bantuan dan
bimbingannya, serta kepada Bpk Prof. H. Udin Saefudin Sa’ud Ph. D atas
kebaikannya untuk bersedia menjadi narasumber kelompok sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Semoga kebaikan selalu menyertai. Namun kelompok
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami
terbuka terhadap kritik dan saran pembaca yang akan bermanfaat untuk perbaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai
profesionalisasi pengawas sekolah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Bandung, 16 April 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan


tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Dalam bidang pendidikan seorang yang melakukan
pengawas dinamakan pengawas sekolah. Sebagai jabatan karir, pengawas sekolah
merupakan jabatan yang strategis dalam penyelenggaraan pendididikan. Pengawas
Sekolah berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang pengawasan yang
mencakup pengawasan dibidang akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Untuk itu pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya, merupakan
perpanjangan tangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota.

Pengawas merupakan guru atau kepala sekolah yang diangkat melalui seleksi,
artinya pengawas merupakan pejabat yang memiliki pengetahuan lebih dibandingkan
guru dan kepala sekolah. Pengawas memiliki peran yang penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan melalui pengawasan dan supervise yang dilakukannya terhadap guru-
guru di sekolah. Kompetensi manajerial dan akademiki yang harus dimiliki oleh
pengawas akan membantu guru-guru dan kepala sekolah dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Artinya keberadaan pengawas sekolah adalah sebagai pembelajar bagi
guru dan juga kepala sekolah. Mereka bertugas untuk memastikan bahwa standar
pendidikan dilaksanakan, dengan cara melakukan inspeksi dan evaluasi, memberikan
nasihat, bimbingan, dan dukungan bagi guru dan kepala sekolah.

Selain itu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas nemiliki


keterkaitan yang erat dengan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan. Pengawas sekolah sebagai salah satu tenaga pendidik dan kependidikan
memegang peran yang strategis dan signifikan dalam menigkatkan profesionalisme guru
dan mutu pendidikan di sekolah.

Dengan demikian keberadaan pengawas sekolah sangat penting untuk


meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan-perbaikan profesionalisme guru dalam
melakukan proses pembelajaran, perbaikan mutu pendidikan dilakukan melalui porses
pembelajaran yang efektf dan efisien.
B. Tujuan Kajian

Kajian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pentingnya keberadaan pengawas sekolah dalam pendidikan dan


peningkatan mutu pendidikan
2. Mengetahui dasar hukum keberadaan, fungsi, tugas dan peranan pengawas
sekolah
3. Mengetahui tantangan dan permasalah yang terjadi dalam pendidikan terkait
dengan pengawas sekolah
4. Mampu menganalisis solusi untuk permasalah dan tantangan dalam pendidikan
terkait dengan pengawas sekolah

C. Dasar Hukum

Jabatan pengawas sekolah sebagai sebuah profesi dalam bidang pendidikan


memiliki dasar hukum dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Adapun dasar
hukum yang berlaku dan menaungi profesi kepengawasan sebagai berikut;

Undang - undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional,sebagai induk peraturan perundang-undangan mengenai pendidikan yang
mengatur pendidikan pada umumnya. Dalam BAB XIX tentang Pengawasan Pasal
66 dijelaskan sebagai berikuit ;

1. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/


madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada
semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan prinsip
transparansi dan akuntabilitas publik.
3. Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun


2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010,tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angka Kreditnya. Dalam pelaksanaannya, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Dalam kaitannya, pengawas
sekolah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung
jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan.

Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 15 Tahun 2018 tentang pemenuhan beban kerja Guru, Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah Pasal 1, pengawas sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Dalam pasal 2
Peraturan yang sama, ayat (1) dinyatakan bahwa pengawas sekolah melaksanakan
beban kerja selama 40 jam dalam 1 minggu pada satuan administrasi pangkal. Dalam
pasal 10 ayat (2) dinyatakan bahwa pengawas sekolah selain melaksanakan tugasnya
juga melakukan perencanaan, mengevaluasi, pelaporan hasil pembinaan,
pemantauan, penilaian dan pembimbingan terhadap guru dan kepala sekolah di
sekolah binaannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Profesi/Keprofesian


Menurut Waddington (1996), istilah profesi pada awalnya berarti sejumlah
pekerjaan terbatas yaitu pekerjaan-pekerjaan yang hanya ada dalam era pra-industri di
eropa, yang membuat orang-orang berpenghasilan mampu hidup tanpa tergantung
pada perdagangan atau pekerjaan manual. Abbott (1998; 1991), menyatakan bahwa
profesi adalah kelompok pekerjaan eksklusif yang melakukan yuridiksi pada bidang
pekerjaan tertentu. Yuridiksi ini dilaksanakan berdasarkan kontrol yang kurang lebih
abstrak, esoterik dan pengetahuan intelektual; kelompok yang kurang pengetahuannya
(misalnya polisi dibandingkan dengan pengacara) umumnya gagal dalam
mempertahakan profesionalismenya. Apa yang berbeda dari pendekatan Abbott
bukanlah definisi profesinya tetapi penegasannya bahwa profesionalisasi tidak dapat
dipahami hanya sebagai perkembangan linier sederhana dari pekerjaan individu yang
dilihat secara tersendiri, karena perkembangan berbagai profesi harus dipandang
sebagai saling ketergantungan.
Secara harfiah, kata profesi merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris
profession, yang artinya adalah pekerjaan. Berdasarkan kajian akademik, selain
pengertian sebagaimana dikemukakan Waddington (1996), Wirawan (2009), dan
Abbott (1988, 1991), di atas, ada pengertian lain profesi yang sejalan. Arifin (1995),
misalnya, mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latian khusus.
Menurut Kunandar (2007), profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang ingin
atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahhuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Sedangkan menurut Martinis Yamin (2007), profesi mempunyai pengertian
seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.
Sementara Jasin Muhammad dalam Muhamad Yunus Namsa (2006),
mengemukakan bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam
melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta
cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli.
Pengertian profesi ini mengandung makna bahwa di dalam suatu pekerjaan
profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual
yang mengacu pada pelayanan keahlian.
Sudah menjadi pemahaman kolektif bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau
jabatan, namun tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi.
Menurut Brian Rowan (1994), ada suatu metode untuk menjadikan jabatan atau
peekerjaan sebagai atau profesi yang disebut profesiisme. Profesiisme adalah suatu
upaya untuk menerapkan faham profesi terhadap jabatan atau pekerjaan tertentu dan
membandingkannya dengan jabatan lain sehingga menjadi jabatan atau pekerjaan
tersebut sebagai profesi yang profesional. Salah satu teknik yang digunakan ialah
membandingkan atau menganilisis karakteristik suatu pekerjaan yang sehingga
pekerjaan tersebut dapat disebut sebagai profesi.
Perihal karakteristik profesi, Ornstein dan Levine (1984), mengemukakan
bahwa suatu pekejaan atau jabatan disebut profesi apabila memenuhi sejumlah
karakteristik berikut ini :
1. Memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat, dalam arti pelayanan jasa tersebut
merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat, tidak berganti-ganti
pekerjaan.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkuan khalayak ramai,
artinya, tidak setiap orang dapat melakukannya.
3. Pekerjaan yang dilakukan berangkat dari teori ke praktik dan hasil-hasil penelitian
tentang pekerjaan itu sehingga sangat dimungkinkan adanya teori baru dan praktik
baru pekerjaan.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang relatif lama (panjang).
5. Terkendali berdasarkan “lisensi” baku dan atau mempunyai persyaratan masuk.
Artinya, untuk mendapatkan pekerjaan tau jabatan tersebut diperlukan izin khusus
atau sertifikasi serta persyaratan khusus yang dikeluarkan oleh organisasi atau
birokrasi pemerintahan.
6. Memiliki otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu
yang tidak teratur oleh pihak luar.
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan kinerja yang
ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. Artinya,
pertanggungjawaban bersifat personal terhadap apa yang diputuskannya, tidak
dipindah ke pihak atasan atau instansi, baik horisontal maupun vertikal.
8. Mempunyai sekumpulan kinerja terstandar (baku mutu).
9. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap
layanan yang akan diberikan.
10. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya. Sebut misalnya, dokter,
memakai tenaga administrasi (ahli rekam medis) untuk mendata klien dan mencatat
segala segala kemajuan kesehatan klien berikut obat-obat apa saja yang telah
diberikan sepanjang layanan medik.
11. Relatif bebas dari supervisi dalam jabatan, artinya tidak ada supervisi dari pihak luar
terhadap pekerjaan yang dilakukan.
12. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. Mempunyai asosiasi
profesi dan atau kelompok “elit” untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan
anggotanya, termasuk di dalamnya kewenangan organisasi profesi untuk menindak
anggotanya yang “malpraktik” dengan berpegangan pada kode etik profesi yang telah
disepakati bersama.
13. Mempunyai kode etik (code of conduct) untuk menjelaskan hal-hal meragukan atau
menyangsikan berhubungan dengan layanan pekerjaan yang diberikan.
14. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap
anggotanya.
15. Secara umum dipandang sebagai suatu status sosial dan status ekonomi yang tinggi
apabila dibandingkan dengan pekerjaan atau jabatan lainnya.

Berdasarkan karakteristik tersebut sekarang menjadi jelas bahwa tidak setiap


pekerjaan atau jabatan bisa disebut sebagai profesi. Pengawas memenuhi karakteristik
profesi, sehingga pengawas menjadi salah satu profesi dalam bidang pendidikan.

B. Profesionalisasi Pengawas Sekolah


1. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas Sekolah
Secara sederhana, tugas pengawas pendidikan adalah melaksanakan supervisi
dengan pengamatan terhadap pegawai dan kegiatan pendidikan, serta memastikan
segala sesuatunya berjalan dengan baik, aman dan sempurna. Pengawasan
pendidikan adalah bimbingan profesional bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya seperti kepala sekolah. Bimbingan profesional memberikan kesempatan
bagi mereka untuk berkembang secara profesional. Guru akan maju dalam
pekerjaan mereka, yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan belajar siswa.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam melaksanakan pengawasan
pendidikan; ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif dan kreatif. Ilmiah
mencakup sistematis, obyektif dan penggunaan instrumen. Sistematis yaitu
diimplementasikan secara teratur, perencanaan, dan berkelanjutan. Obyektif
berarti bahwa data itu berdasarkan pengamatan nyata. Kegiatan perbaikan atau
pengembangan berdasarkan hasil dari kebutuhan guru atau kelemahan guru, bukan
berdasarkan interpretasi pribadi. Penggunaan instrumen dapat memberikan
informasi sebagai umpan balik untuk melakukan penilaian terhadap proses
pembelajaran. Demokrasi berarti menjunjung tinggi prinsip musyawarah,
memiliki keramahan yang kuat dan mampu menerima pendapat orang lain.
Kooperatif berarti semua staf berpartisipasi dalam pengumpulan data, analisis data
dan pengembangan proses belajar mengajar. Konstruktif dan kreatif berarti untuk
membantu inisiatif guru. Pengawas mendorong guru untuk aktif menciptakan
suasana di mana setiap orang merasa aman dan bebas untuk mengembangkan
potensinya.
Pengawas pendidikan bagi sekolah juga memiliki peran yang harus dijalankan.
Laura Pedersen (2007: hlm. 4) mengatakan bahwa pengawas sekolah memainkan
tiga peran:
a. Sebagai penasihat, berpartisipasi dengan guru dalam diri-eksplorasi;
penetapan batas-batas, menyadari nilai-nilai dan kemungkinan bias, dan
menghadapi berbagai emosi yang pasti terjadi.
b. Sebagai guru, menanamkan pengetahuan baru; pemurnian keterampilan
sebagaimana yang diminta oleh guru atau sebagai kesempatan panggilan
untuk; bertanya tentang orientasi teoritis kognitif guru; menunjukkan
dengan contoh sebagai model peran; memastikan guru memiliki berbagai
pengalaman, dan mengamati serta memberikan umpan balik pada kinerja.
c. Sebagai konsultan, dapat mengadakan pertemuan mingguan dengan guru;
menanggapi permintaan guru khusus untuk sebuah konferensi atau
konseling tertentu, atau pendekatan/teknik yang dapat dimanfaatkan guru;
menekankan komitmen profesional dan perbaikan.
2. Kualifikasi Persyaratan Pengawas Sekolah
Menurut Permendikbud Nomor 12 Tahun 2007, Kualifikasi TK/RA dan
SD/MI adalah sebagai berikut:
a. Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi;
b. 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah
TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas
TK/RA; 2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah
SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas
SD/MI;
c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;
d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat
diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional
pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

Sedangkan kualifikasi Pengawas SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK


adalah sebagai berikut :
a. Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis
sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan
tinggi terakreditasi;
b. 1) Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMP/MTs
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; 2) Guru SMA/MA bersertifikat
pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah
SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi
pengawas SMA/MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; 3) Guru
SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SMK/MAK dengan
pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK
sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
c. Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;
d. Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan
pendidikan;
e. Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat
diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan
fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
f. Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

Menurut Bapak Udin Saud, ketua Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepala
Sekolah dan Pengawas Sekolah (wawancara, 15/04/2019), Syarat di Indonesia
untuk menjadi Pengawas Sekolah yaitu minimun mengikuti diklat pelatihan
pengawas sebanyak 171 jam (untuk calon pengawas). Kalau dia sudah menjadi
pengawas hanya 171 jam, berarti sudah berpengalaman. Peraturan mengenai
pengawas itu ada pada Permendiknas no 12 th 2007 mengenai standar kualifikasi
dan kompetensi pengawas sekolah dan madrasah. Di dalamnya ada syarat-syarat
mengenai kepengawasan. Kalau di luar negeri, menjadi pengawas harus
menempuh S2 terlebih dahulu yaitu S2 kepengawasan. Khusus S2 kepengawasan.
Ada S2 khusus kepala sekolah juga. Dalam aturan Permendiknas No 12 Tahun
2007, bahwa seorang pengawas harus memiliki minimal 6 kompetensi dasar.
Untuk itu, maka setidaknya seorang pengawas harus memiliki sertifikat pengawas
melalui 2 cara, yaitu yang pertama, diberi pendidikan dan pelatihan terlebih
dahulu baru diangkat (Dikduk), Yang kedua yaitu seorang pengawas dukdik, yaitu
duduk atau diangkat terlebih dahulu baru diberi pendidikan dan Pelatihan.
Biasanya pengawas pada umumnya jadi pengawas bukan lewat proses pelatihan
dulu tapi melalui proses menjadi guru dulu, baru menjadi kepala sekolah, lalu
menjadi pengawas.

Sebelum dibuat peraturan mengenai keprofesionalan seperti sekaran, untuk


menjadi seorang pengawas urutannya yang pertama jadi guru, kemudia baru bisa
diangkat menjadi pengawas (tanpa dibekali ilmu mengenai pengawasnya). Tetapi
sekarang sudah tidak bisa seperti itu. Untuk menjadi pengawas harus menjadi guru
terlebih dahulu selama beberapa tahun, lalu menjadi kepala sekolah, barulah bisa
menjadi pengawas pendidikan. Pengawas diangkat oleh Pemda untuk jenjang SD
dan SMP/MTS dan diangkat oleh pemerintah provinsi untuk jenjang
SMA/SMK/MA. (Udin Saud, Wawancara Personal, 16 April 2019)

Untuk menjadi pengawas sekolah yang professional diharuskan untuk


memiliki sertifikat. Pemerintah mengeluarkan kebijakan agar pengawas dan calon
pengawas mendapatkan sertifikat supaya bisa dikatakan professional. Untuk
mendapatkan sertifikat tersebut perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan disuatu
lembaga yang berstandar nasional, salah satunya Lemdiklat KSPS. Kalau yang
sudah jadi pengawas namun belum professional, tapi dia ingin meningkatkan
kompetensinya melalui diklat, maka dilatih selama 71 jam karena ia sudah
berpengalam menjadi pengawas sebelumnya. Kalau calon pengawas 171 jam.

3. Analisis Kompetensi
Kompetensi adalah apa yang dibawa oleh seseorang ke dalam pekerjaannya
dalam bentuk jenis dan tingkatan perilaku yang berbeda. Ini harus dibedakan dari
atribut tertentu (pengetahuan, keahlian dan kepiawaian) yang dibutuhkan untuk
melaksanakan berbagai tugas yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.
Kompetensi menentukan aspek-aspek proses dari kinerja suatu pekerjaan (Surya
Dharma,2005).
Kompetensi pengawas sekolah/madrasah menurut Husaini (2008: hlm.7)
adalah seperangkat kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap
dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah/madrasah secara
terpadu dan ditampilkan dalam tindakannya untuk peningkatan mutu pendidikan
pada sekolah/madrasah yang dibinanya. Makna kompetensi pengawas
sekolah/madrasah yang terkandung dalam rumusan ini pada hakikatnya tercermin
dalam pola pikir, pola rasa dan pola tindak pengawas sekolah/madrasah dalam
melaksanakan tugas kepengawasan.
Ada delapan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pengawas
sekolah/madrasah menurut Wiles dan Bondi (dalam Husaini Usman, 2008: hlm. 7)
yaitu adalah: (1) pengawas sekolah/madrasah sebagai pengembang siswa, (2)
pengawas sekolah/madrasah sebagai pengembang kurikulum, (3) pengawas
sekolah/madrasah sebagai spesialis pembelajaran, (4) pengawas sekolah/madrasah
sebagai pekerja hubungan manusia, (5) pengawas sekolah/madrasah sebagai
pengembang staf, (6) pengawas sekolah/madrasah sebagai administrator, (7)
pengawas sekolah/madrasah sebagai manajer perubahan, dan (8) pengawas
sekolah/madrasah sebagai evaluator.
Menerut Permendikbud Nomor 12 Tahun 2007, Kompetensi Pengawas
TK/RA dan SD/MI, yaitu:
DIMENSI
KOMPETENSI
KOMPETENSI
1. 1 Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan
pendidikan.
1. 2 Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik
yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun
1. Kompetensi tugas-tugas jabatannya.
Kepribadian 1. 3 Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang
pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya.
1. 4 Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada
stakeholder pendidikan.
2. 1 Menguasai metode, teknik dan prinsipprinsip supervisi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
2. 2 Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-
misi-tujuan dan program pendidikan di sekolah.
2. 3 Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
di sekolah.
2. Kompetensi
2. 4 Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan
Supervisi
menindaklanjutinya untuk perbaikan program
Manajerial
pengawasan berikutnya di sekolah.
2. 5 Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan
administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
2. 6 Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
bimbingan konseling di sekolah.
2. 7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.
2. 8 Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan
memanfaatkan hasilhasilnya untuk membantu kepala
sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.
3.1 Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik,
dan kecenderungan perkembangan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3.2 Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3.3 Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan
KTSP.
3. Kompetensi 3.4 Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
Supervisi strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang
Akademik dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
SD/MI.
3.5 Membimbing guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3.6 Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium,
dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi
siswa pada tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di SD/MI.
3.7 Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3.8 Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi untuk pembelajaran/ bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran SD/MI.
4.1 Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran/ bimbingan di sekolah.
4.2 Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang
penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di
SD/MI.
4.3 Menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah
dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung
jawabnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
4. Kompetensi pembelajaran/ bimbingan tiap bidang pengembangan di
Evaluasi TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
Pendidikan 4.4 Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan
hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk
perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
4.5 Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian
untuk perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
4.6 Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja
kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah.
5.1 Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode
penelitian dalam pendidikan.
5. Kompetensi
5.2 Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti
Penelitian dan
baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk
Pengembanga
pengembangan karirnya sebagai pengawas.
n
5.3 Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal
penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif.
5.4 Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan
masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan
pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung
jawabnya.
5.5 Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.
5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan
memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan.
5.7 Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di
sekolah.
5.8 Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian
tindakan kelas, baik perencanaan maupun
pelaksanaannya di sekolah.
6.1 Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan
6. Kompetensi
tugas dan tanggung jawabnya.
Sosial.
6.2 Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan
pendidikan.
Sedangkan Kompetensi Pengawas Sekolah SMP/MTs dan SMA/MA dalam
Rumpun Mata Pelajaran yang Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga
Kesehatan, atau Seni Budaya)

DIMENSI
KOMPETENSI
KOMPETENSI
1. 1 Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan
pendidikan.
1. 2 Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik
1. Kompetensi yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun
Kepribadian tugas-tugas jabatannya.
1. 3 Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang
pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang menunjang tugas pokok dan tanggung jawabnya.
1. 4 Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada
stakeholder pendidikan.
2. 1 Menguasai metode, teknik dan prinsipprinsip supervisi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
menengah yang sejenis.
2. 2 Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-
misi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah
yang sejenis.
2. 3 Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
di sekolah menengah yang sejenis.
2. 4 Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program
pengawasan berikutnya di sekolah menengah yang
sejenis.
2. Kompetensi
2. 5 Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan
Supervisi
administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen
Manajerial
peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah yang
sejenis.
2. 6 Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
bimbingan konseling di sekolah menengah yang sejenis.
2. 7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah menengah
yang sejenis.
2. 8 Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan
memanfaatkan hasilhasilnya untuk membantu kepala
sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah
menengah yang sejenis.
3. Kompetensi 3.1 Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik,
Supervisi dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran
Akademik dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
3.2 Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran /bimbingan tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
3.3 Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-
prinsip pengembangan KTSP.
3.4 Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang
dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui
mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.5 Membimbing guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis.
3.6 Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan
atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
3.7 Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
3.8 Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi dalam pembelajaran/ bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaan yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis.
4.1 Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
4.2 Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang
penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis.
4.3 Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf
sekolah lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggung jawabnya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan pembelajaran/bimbingan pada tiap mata
4. Kompetensi pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
Evaluasi sekolah menengah yang sejenis.
Pendidikan 4.4 Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan
hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk
perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis.
4.5 Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian
untuk kepentingan pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
menengah yang sejenis.
4.6 Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja
kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah di sekolah
menengah yang sejenis.
5.1 Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode
5. Kompetensi penelitian dalam pendidikan.
Penelitian 5.2 Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti
Pengembangan baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk
pengembangan karirnya sebagai pengawas.
5.3 Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal
penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif.
5.4 Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan
masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan
pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tanggung
jawabnya.
5.5 Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.
5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan dan atau bidang kepengawasan dan
memanfaatkannya untuk perbaikan mutu pendidikan
5.7 Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di
sekolah menengah yang sejenis.
5.8 Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian
tindakan kelas, baik perencanaan maupun
pelaksanaannya di sekolah menengah yang sejenis.
6.1 Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan
6. Kompetensi
tugas dan tanggung jawabnya.
Sosial
6.2 Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan
pendidikan.

4. Prospek Pengembangan Karir Pengawas Sekolah


Alur prospek pengembangan karir pengawas sekolah, mulai dari proses
penyiapan calon, yaitu sebagai berikut:
Proses Penyiapan Calon Pengawas Sekolah
1. Proyeksi Kebutuhan
Proyeksi kebutuhan pengawas sekolah limat tahun mendatang
dilakukan dengan memperhatikan jumlah Pengawas Sekolah yang
memasuki usia pensiun/mutasi pada jabatan lain, pembangunan unit
sekolah baru, jumlah Satuan Pendidikan, jumlah guru, kesesuai jenjang
dan jenis satuan pendidikan.
Hasil proyeksi tersebut menjadi patokan jumlah calon Pengawas Sekolah
yang harus disiapkan oleh dinas pendidikan daerah dengan persetujuan
Direktur Jendral.
2. Seleksi
a. Seleksi Administrasi
Merupakan penyaringan Bakal Calon Pengawas Sekolah melalui
pemeriksaan kelengkapan dokumen yang akan dijadikan bahan penilaian
sebagai bukti bahwa Bakal Calon Pengawas bersangkutan telah memenuhi
persyaratan dan telah melengkapi dokumen persyaratan.
Pelaksanaan seleksi administrasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Daerah dengan melibatkan pengawas sekolah dari satuan pendidikan asal.
b.Seleksi Substansi
Seleksi ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal c.q. LPPKS. Bagi Bakal
Calon Pengawas Sekolah yang dinyatakan lolos seleksi substansi dapat
mengikuti Diklat Fungsional Calon Pengawas Sekolah, bagi yang tidak lolos
dapat mengikuti seleksi substansi kembali paling banyak satu kali pada tahun
yang sama.

Proses Diklat Fungsional Calon Pengawas Sekolah.

1. On The Job Training I


a. Penilaian makalah kompetensi inti pengawas sekolah, yang dimana
calon pengawas sekolah menyusun makalah tentang problematikan
dan solusi jabatan fungsional pengawas sekolah melalui observasi,
penyusunan makan yang berisi ide, gagasan, dan/atau pengalaman
terbaik selama menjadi guru atau kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi akademik
b. Penilaian Rencana Tindakan Pengawasan (RTP), yang dimana
peserta diklat didampingi dan dinilai oleh Pengajar Diklat. RTP
disusun berdasarkan makan kompetensi inti Pengawas Sekolah,
hasil observasi dan pengumpulan bahan RTP.
c. Penilaian Kompetensi Sosial dan Kepribadian, pengajar diklat
menilai kompetensi sosial dan kepribadian peserta meliputi aspek
integritas, komitmen, kerjasama, etika, dan komunikasi.
2. In Service Training
a. Program Umum yang mencakup kebijakan kementrian pendidikan
dan kebudayaan tentang jabatan fungsional pengawas sekolah yang
regulasi dan kebijakan terkini tentamg pendidikan dan jabatan
fungsional pengawas sekolah serta arah kebijakan umum jabatan
fungsional pengawas sekolah sesuai perundang-undangan.
b. Program Pokok yang mencakup pengelolaan tugas pokok dan etika
pengawas sekolah, pengelolaan supervisi manajerial, pengelolaan
supervisi akademik, evaluasi pendidikan, pengembangan profesi,
dan penilaian prestasi kerja.
c. Program Penunjang yang mencakup Penyususan Rencana
Tindakan Lanjut Praktik Pengawasan (RTLPP), tes awal dan tes
akhir tertulis berupa uji kompetensi pengetahuan dari seluruh mata
Diklat yang diajarkan dalam Diklat Fungsional Pengawas Sekolah.
d. Evaluasi Diklat yang merupakan evaluasi penyenggaraan dan
evaluasi pengajar diklat.
3. On The Job Training II
Pelaksanaan kegiataan OJT II yang mencakup pelaksanaan
RTLPP, pelaporan RTLPP, presentasi hasil OJT II, dan Penilaian
Kompetensi sosial dan kepribadian.
4. Kelulusan
Peserta Diklat dinyatakan lulus Diklat Fungsional Calon
Pengawas Sekolah apabila peserta Diklat mengikuti seluruh rangkaian
Diklat (OJT I, IST, OJT II) dan mendapat nilai akhir paling rendah 71
dengan kriteria memuaskan. Peserta yang dinyatakan lulus berhak
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatiha (STTPP)
Diklat Fungsional Calon Pengawas Sekolah. Peserta yang dinyatakan
tidak lulus ujian akan diberikan surat keterangan telah mengikuti diklat
dan diberikan kesempatan 1 kali untuk mengikuti diklat kembali dalam
jangka waktu 2 tahun.

Instansi yang menyelenggarakan Proses Pengembangan Karir


Pengawas Sekolah salah satunya adalah Lembaga Pendidikan Pelatihan
Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah (Lemdiklat KSPS) berstandar
Nasional. Berdasarkan wawancara kami kepada Prof. H. Udin Saefudin, Ph.D
(16/04/2019) Adanya lembaga ini adalah bentuk kerjasama UPI dengan Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Kemendikbud. Lembaga ini memiliki tugas untuk
menjadikan pengawas dan kepala sekolah sebagai profesi,dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan bagi pengawas dan kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalitasnya.

Pada saat ini beliau sedang menjabat sebagi pimpinan Lemdiklat


KSPS,Lembaga ini bertujuan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan bagi
pengawas dalam bentuk refreshing, improving, pelatihan ini berdasarkan
keputusan dinas pendidikan,dan berupa lisensi. Dengan mengikuti pelatihan
di Lembaga ini, pengawas akan memiliki lisensi, dengan sertifikat berarti
memiliki hak untuk diangkat menjadi pengawas. Tapi ada pelatihan-pelatihan
lain yang sifanya refreshing, dan berdasarkan kebutuhan pengawas.

Untuk menjadi seorang pengawas, ada tahapan yang harus dilalui, yaitu
harus menjadi guru terlebih dahulu, kemudian menjadi kepala sekolah, setelah
itu baru bisa diangkat menjadi pengawas. Pengawas Sekolah tidak bisa berasal
dari fresh graduate, baik itu lulus S1 maupaun S2, misalnya mahasiswa
program studi Administrasi Pendidikan, tetap harus menjadi guru atau manajer
sekolah terlebihdahulu dan mengajar apabila ada kesempatan. sebelum adanya
UU No 20 tentang sistem pendidikan nasional,lulusan program studi
Administrasi Pendidikan bisa langsung jadi pengawas dan bisa menjadi guru
disekolah.
BAB III
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Identifikasi Permasalahan
Persyaratan profesi kepengawasan terutama pada sistem perekrutan pengawas
sekolah/madrasah sering tidak sesuai dengan peraturan dari PERMENDIKNAS RI
No. 12, Tahun 2007. Tentang standar pengawas sekolah/madrasah. Tidak sesuai baik
dari segi kualifikasi maupun kompetensi. Seringkali hal-hal mengenai politik
menjadikan peraturan dari pemerintah pusat untuk mengatur standar seorang
pengawas sekolah/madrasah ini kurang dipedulikan. Bisa juga terjadi karena sistem
desentralisasi kini memberikan kewenangan kepada daerah untuk bisa mengangkat
dan memberhentikan seorang pengawas, menjadikan kemungkinan timbul sewenang
wenang dalam pengangkatan pengawas sekolah/madrasah.
Hal tersebut akan mengakibatkan kualitas pengawas sekolah/madrasah tidak
sesuai kompetensi, yaitu; kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi
akademik, evaluasi pendidikan, penelitian pengembangan dan kompetensi sosial.
Yang dimana semua kompetensi tersebut diperlukan seorang pengawas
sekolah/madrasah untuk meningkatkan mutu sekolah/pendidikan di Indonesia.
Faktanya sekarang masih ada seorang pengawas sekolah/madrasah tanpa memiliki
sertifikat pengawas
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah tidak akan diberi tunjangan
profesi bagi pengawas yang belum tersetifikasi. Hal ini akan mendorong seorang
pengawas untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu untuk
mendapatkan sertifikasi sebagai seorang pengawas. Dari pendidikan dan pelatihan
tersebut calon pengawas akan dikembangkan kompetensinya sehingga sesuai dengan
PERMENDIKNAS RI No. 12, Tahun 2007.
Analisis SWOT mengenai pemberian sanksi tersebut sebagai berikut;
Strength/kekuatan: mendorong seorang pengawas untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan dalam mendapatkan sertifikasi pengawas, menumbuhkan kesadaran
bahwa PERMENDIKNAS RI No. 12, Tahun 2007. Dibuat agar para pengawas harus
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya untuk meningkatkan mutu
sekolah/pendidikan di Indonesia.
Weakness/kelemahan: sanksi ini hanya tidak memberikan tunjangan profesi
saja kepada pengawas. Masih ada gaji pokok dan gaji lainnya sebagai penghasilan
seorang pengawas. Sanksi ini masih bisa tidak dipedulikan oleh para pengawas yang
belum tersertifikasi, megingat masih ada penghasilan lain yang bisa didapatkan.
Opportunity/peluang: peluang dalam solusi ini adalah menjadikan para
pengawas di Indonesia berkompeten dan kualifikasinya sesuai serta profesional dalam
pekerjaanya, sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah/madrasah dan pendidikan di
Indonesia.
Threat/ancaman: ancamannya adalah peraturan pemberian sanksi ini tidak
akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah karena pemerintah daerah
memiliki wewenang sebagai otonomi daerah terhadap kepengurusan pengawasan.
Jadi peraturan dari pemerintah pusat ini tidak akan terlalu dipedulikan.

Peraturan Presiden RI No. 58, Tahun 2006. Tentang Tunjangan Tenaga


Kependidikan dipasal 6 serta Peraturan Presiden RI No. 168, Tahun 2014. Tentang
Tunjangan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dipasal 5 dapat dilihat bahwa
Pemberian tunjangan Tenaga Kependidikan, dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil
diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau karena hal lain
yang mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam kedua Peraturan Presiden RI tersebut sudah disebutkan tunjangan dapat


dihentikan akan tetapi tidak disebutkan secara terperinci mengenai pengawas yang
belum tersertifikasi tidak mendapatkan tunjangan profesi.

Sampai saat ini regulasi mengenai tunjangan profesi pengawas masih dalam
proses. Peraturan pemberian sanksi ini masih dalam tahap perancangan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
Profesionalisme pengawas sekolah/madrasah adalah bagian penting dalam
proses keberlangsungan pendidikan disekolah/madrasah. Pentingnya peran
pengawas sebagai pembelajar bagi guru dan juga kepala sekolah yang memastikan
bahwa standar pendidikan terpenuhi. Pembelajar ini dilaksanakan dengan cara
melakukan inspeksi dan evaluasi, memberikan nasihat, bimbingan, dan dukungan
bagi guru dan kepala sekolah. Agara menigkanya profesionalisme guru dan mutu
pendidikan di sekolah,serta pembelajaran yang efektf dan efisien.
Untuk mewujudkan profesionalisme pengawas sekolah/madrasah atau
pengawas yang professional. Maka pengawas harus memenuhi kompetensi
seorang pengawas sekolah, sebagai mana yang sudah tercantum dalam
Permendikbud No. 12 Thn. 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
yaitu; (a.) Kompetensi Kepribadian, (b.) Kompetensi Supervisi Manajerial, (c.)
Kompetensi Supervisi Akademik, (d.) Kompetensi Evaluasi Pendidikan, (e.)
Kompetensi Penelitian Pengembangan, (f.) Kompetensi sosial. Untuk menjadi
seorang pengawas sekolah/madrasah harus melalui beberapa tahapan mulai dari
menjadi guru, kemudian kepala sekolah atauu manajer, dan harus mengikuti
diklat untuk mendapatkan sertifikat pengawas atau pengakuan keprofesiannya.

B. REKOMENDASI
Dalam mewujudkan profesionalisme pengawas sekolah/madrasah maka harus
ada perbaikan dalam pengangkatan pengawas sekolah. Kualifikasi bagi siapa saja
yang pantas untuk diangkat berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku,seperti
undang-undang dan peraturan pemerintah, serta kompetensi yang harus dipenuhi
oleh seorang pengawas.
Pertimbangan pemerintah daerah yang memiliki otonomi untuk mengangkat
pengawas sekolah harus benar-benar mengacu pada undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berlaku. Dikarenakan pentingnya dan besarnya peran kepala
sekolah dalam menunjang keberlangsungan proses pendidikan disekolah dan
peningkatan mutu pendidikan di sekolah / madrasah.
DAFTAR PUSTAKA

Allan, Zaennur. (2015). “Konsep Dasar Profesi”. [Online]. Tersedia:


https://datakata.wordpress.com/2015/01/16/konsep-dasar-profesi/. Diakses pada:
16 April 2019

Arikunto, Suharsimi & Yuliana, Lia. 2009. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:


Aditya Media.

Hermawan, Daman. et al. 2009. Bahan Ajar: Pengawasan Pendidikan. Bandung:


Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Kemendikbud. (2018). Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Calon


Pengawas Sekolah. Jakarta: Depdiknas

Pedersen, Laura. (2007). School Supervisor’s Manual for Internship: School


Counseling Program: SCED 516. Portland: Lewis & Clark College.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 Tahun 2007 tentang Standar


Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Jakarta: Depdiknas

Usman, Husaeni. (2008). Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.


Jurnal Tenaga Kependidikan, 4 (3), hlm. 1-18.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai