Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA
DI PUSKESMAS BULELENG I
TANGGAL 26 OKTOBER 2018

DISUSUN OLEH:

I KETUT CENIK SUPRAPTHA


16089014038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2018
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
sauran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya. Seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14hari yang termasuk dalam infeksi saluran
nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan,
influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yangmenyerang bagian
bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk sinus, rongga telinga
tengah dan
2. Epidemiologi
Penyakit ISPA sebagai maslah kesehatan utama yang dihadapi oleh Negara-
negara berkembang umunya dan tertama Negara Indonesia khusnya telah mendapat
prioritas dalam upaya penanggulangannya, mengingat penyakit tersebut memiliki
angka kesakitan dan keamtian yang tertinggi ksusnya dikalangan bayi dan anak-
anak, hal ini relevan dengan hasil penelitian kartasamita (1994) terhadap balita di
cikutra di kotamadya bandung yang menunjukkan bahwa insiden paling tinggi pada
bayi di usia satu tahun dan insiden menurun

Di negara berkembang,penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang


kematian pada anak,terutama pada bayi kurang dari dua bulan.Dari survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahi bahwa anka mobiditas pada
bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sebesar 40,6%,sedangkan
angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sebesar
36% [8]. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitaspada bayi
akibat pennyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada
balita menduduki peringkat kedua (13%) [8].

Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-305 kematian


disebabkan oleh ISPA. Factor penting yag mempengaruhi ISPA adalah pencemaran
udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga memepermudah timbulnya gangguan pernafasan.
Tinggi tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling
banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya. Selain factor
tersebut peningkatan penyebaranpenyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan
iklimserta rendahnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat

3. Etiologi

ISPA disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

1. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,


koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain-lain. Virus
merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka menginfeksi
mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus primer pertama kali ini akan
menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak mucus lendir dan
terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas.
2. Bakteri yang menyebabkan ISPA: kelompok A beta-hemolytic streptococci,
corynebacterium diphtheriae (diptheria), neisseria gonorrhoeae (gonore),
klamidia pneumoniae (klamidia), dan kelompok C beta-hemolytic streptoco

4. Klasifikasi
1) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan
sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada,
tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpa penarikan
dinding dada. Pernafasan cepat adalah 40 kali per menit atau lebih pada usia 12
bulan hingga 5 tahun.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas) tanpa
pernafasan cepat atau penarikan dinding dada

5. Tanda dan Gejala


1) Demam, pada neonates mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun
2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biaanya terjadi selama periodic bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk.
3) Anoreksia, biasanya terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum bahkan tidak mau minum.
4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit
5) Diare, sering terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
6) Sumbatan pada jalan nafas, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret
7) Batuk, merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
8) Sakit saat menelan
9) Suara serak, biasanya saat anak mengalami laryngitis
10) Kelelahan dan merasa lemas
11) Nafsu makan menurun
6. Patofisiologi terjadinya penyakit

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus


dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan
silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus
ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap
awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi
bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran
pernafasan atas sepertistreptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi
bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut
pada bayi dan anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
7. Web Of Caution (WOC)

Virus

Masuk melalui
udara/droplet/tangan

Lemah Intoleransi
aktivitas

Virus mengfiltrasi
epitel

Suhu tubuh meningkat


Hipertermi
Epitel terkikis

Nyeri tenggorokan

Peradangan Bersihan jalan nafas


Menghasilkan sekret
tidak efektif

Pembengkakan

Sulit bernafas

RR
Meningkat,
penggunaang
otot bantu
Ketidaktahuan orangtua nafas, retraksi
akan kondisi anak dinding dada

Ansietas

Pola nafas tidak


efektif
8. Pemerikasaan fisik
1. Mengukur TTV
2. kesadaran umum pasien
3. head to toe
a) kulit/integument
b) kepala dan rambut
c) mata/penglihatan
d) hidung/penciuman kaji adanya cuping hidung
e) mulut dan gigi
f) leher
g) dada kaji adanya suara ronchi

9. Pemeriksaan diagnostic/penunjang

Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.

1) Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis
2) Biopsi
Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh,
dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga
hidung. Dalam tindakan ini mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical
atau umum tergantung pada tempat prosedur dilakukan.
3) Pemeriksaan pencitraan,
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan
dengan zat kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut
mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus
tumor
10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut meliputi langkah-langkahpencegahan dan


pengobatan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menurunkanangka kejadian ISPA antara
lain:

1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik sehingga tubuh memiliki daya tahan yang optimal untuk
melawan segala macam agen infeksi yang dapat menyebabkan seseorang jatuhsakit.
2) Imunisasi. Vaksinasi juga dapat dilakukan dalam upaya pencegahan infeksi beberapa jenis
virus seperti influenza dan pneumonia. Namun, saat ini masih kontroversial mengenai
efektivitas pemberian vaksinasi pada usia lanjut yang berhubungan dengan penurunan fungsi
limfosit B pada kelompok geriatri
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan akan mengurangi risiko terjadinya
penyebaran agen infeksi dari luar
4) Menghindari berhubungan dengan penderita ISPA untuk mencegah penularan infeksi dari
invidu satu ke individu lainnya
5) Berikan anak asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang dideritaterutama bila anak batuk dan demam.
6) Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
11. Komplikasi
1) Infeksi pada telinga bagian tengah (Otitis media)
2) Infeksi saluran pernafasan bagian bawah
3) Timbulnya kantung bernanah di sekitar amandel
4) Epiglotitis (peradangan pada bagian atas trachea)
5) Peradangan selaput otak (meningitis)
6) Peradangan otak (encephalitis)
7) Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system tubuh
8) Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien meliputi, nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, alamat,
suku bangsa, agama, anak, diagnose.
2) Identitas penanggung jawab klien meliputi, nama ayah, nama ibu, pekerjaan
ayah, pekerjaan ibu, Pendidikan ayah, Pendidikan ibu, alamat.
3) Riwayat kesehatan
4) Riwayat kehamilan
5) Neonatal (imunisasi)
6) Riwayat alergi
7) Riwayat kesehatan keluarga
8) Kebutuhan nutrisi
9) Kebutuhan cairan
10) Pola eleminasi
11) Pola aktivitas dan latihan
12) Pola tidur dan istirahat
13) Pemeriksaan fisik meliputi, tanda-tanda vital, Berat badan, dan tinggi badan.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan lemah
2) Hipertermi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret dalam jumlah
banyak
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan respirasi meningkat
5) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan orangtua akan kondisi anaknya
3. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan


o keperawata NOC NIC Rasional
n
1. Intoleransi Setelah dilakukan O : monitor respon -untuk mengetahui
aktivitas tindakan fisik pasien seberapa tingkat
berhubungan keperawatan sela N : bantu pasien respon pasien
dengan …x…jam untuk -untuk
lemah diharapkan pasien mengidentifikasi mempermudah
dengan kriteria aktivitas yang dalam
evaluasi : disukai mengintrusikan
Mampu berpindah pasien untuk
dengan atau tanpa E :ajarkan beraktivitas
alat bantu, mampu keluarga pasien -agar keluarga
melakukan mengidentifikasi mengetahui
aktivitas sehari- kekurangan dalam dimana
hari beraktifitas kekurangan pasien
dalam beraktifitas
yg mengakibatkan
lelah
C:kolaborasikan -untuk
dengan keluarga memepercepat
dalam membantu proses
aktivitas penyembuhan
2. Hipertermi Setelah dilakukan O : monitor suhu -untuk mengetahui
berhubungan tindakan sesering mungkin suhu tubuh pasien
dengan suhu keperawatn selama N : berikan
tubuh …x…jam kompres pasien -untuk
meningkat diharapkan pasien pada lipat paha mengurangi suhu
dengan kriteria dan aksila tinggi tubuh
evaluasi : E : ajarkan pada pasien
1.suhu tubuh keluarga pasien
dalam rentang cara mencegah -agar pasien tidak
normal keletihan akibat letih akibat panas
2.tidak ada panas
perubuhan warna C:kolaborasikan -untuk
kulit dan pusing dengan dokter mempercepat
dalam pemberian prosespenyembuh
obat an
3. Bersihan O : kaji fungsi - untuk
Tujuan:
jalan nafas pernapasan: mengetahui
setelah dilakukan
tidak efektif bunyi napas, tingkat sakit dan
tindakan
berhubungan kecepatan, tindakan apa yang
keperawatan jalan
dengan kedalaman dan harus dilakukan
nafas kembali
sekret dalam penggunaan
efektif dalam
jumlah yang otot aksesori.
waktu …x… jam.
banyak - semi fowler
Dengan kriteria N : Berikan pasien memudahkan
evaluasi:Sekret posisi semi atau pasien untuk
berkurang sampai fowler bernafas
dengan hilang,
pernafasan dalam E:Catatkemampua -untuk mengetahui
batas normal 40- n untuk perkembangan
60x/menit mengeluarkan kesehatan pasien
secret atau
batuk efektif -untuk
membersihkan
C : Kolaborasikan sekret dari mulut
dengan keluarga
4. Pola nafas Setelah dilakukan O : monitor -untuk mengetahui
tidak efektif tindakan respirasi dan status respirasi dan
berhubingan keperawatan O2 status O2 pasien
dengsan selama …x… jam
respirasi diharapkan pasien N : posisikan -agar pasien
meningkat dengan kriteria pasien untuk nyaman
evaluasi : memaksimalkan
Menunjukan jalan ventilasi
nafas yang paten,
mendemonstrasika E : auskultasi -untuk mengetahui
n batuk efektif dan suara nafas adanya suara
suara nafas yang tambahan
bersih C : kolaborasikan -untuk
dengan dokter memberikan terapi
dalam pemberian lanjutan
trapi
5. Ansietas Setelah dilakukan O : kaji tingkat -untuk mengetahui
berhubungan tindakan pengetahuan tingkat
dengan keperawatan sela keluarga pengetahuan
ketidaktahua …x…jam keluarga pasien
n orangtua diharapkan pasien sampai mana
akan kondisi dapat dengan N : jelaskan setiap -untuk
anaknya kriteria evaluasi : tindakan mengurangi
pengetahuan keperawatan yang kecemasan
orangtua akan dilakukan keluraga pasien
meningkat tentang
kondisi anaknya E : berikan
pendidikan -agar keluarga
kesehatan pasien mengetahui
berkaitan dengan dan tidak cemas
penyakit pasien

C : kolaborasikan
dengan keluarga -agar keluarga
dalam memberikan pasien memahami
edukasi sepebuhnya
C. DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi 2016. Asuhan keperawatan praktis berdasarkan Diagnosa medis &
Nanda and NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta. Mediaction

https://www.scribd.com/doc/86136109/Penatalaksanaan-ISPA. Diakses pada


tanggal 29 oktober 2018

wordpress.com/2010/08/09/penatalaksanaan-ispa/. Diakses pada tanggal 29 oktober 2018

http://www.salamedukasi.com/2015/09/cara-pencegahan-dan-penanganan.html.
Diakses pada tanggal 29 oktober 2018

epidemiologi-infeksi-saluran-pernafasan.html. diakses pada tanggal 29 oktober 2018

http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/THT/ispa. Diakses pada tanggal 29


oktober 2018

https://www.scribd.com/doc/86136109/Patofisiologi-ISPA diakses pada tanggal 29 oktober


2018

Anda mungkin juga menyukai