Anda di halaman 1dari 6

Jesslyn Alvina Venecia

19. I1.0009
Teknologi Pangan

Pancasila Sebagai Fondasi Dalam Penanganan Kebakaran Hutan


Latar Belakang Permasalahan Pancasila
Pada jaman sekarang ini, kerusakan lingkungan hidup merupakan masalah
yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari
kerusakan lingkungan ini tidak hanya berkaitan dengan satu atau dua aspek, tetapi
juga menyangkut sistem lainnya. Persoalan yang sedang menjadi permasalahan
sekarang ini adalah kebakaran hutan, lahan kritis, global warming.

Dalam lingkungan dan ekosistemnya, Pancasila yang mana sebagai dasar


negara memberikan fondasi untuk mengatur posisi kehidupan berbangsa dan
bernegara daam menjaga lingkungan hidup dan ekosistem. Sebagai derivasi dari
Pancasila, peraturan perundangan negara Indonesia khususnya UU No 32 Tahun
2009 menjelaskan bahwa kesehatan lingkungan hidup merupakan hak asasi setiap
warga negara. Dalam mewujudkan lingkungan yang sehat, pasti diperlukan
masyarakat yang andil dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Dalam hal ini,
bangsa Indonesia yang memiliki ideologi berupa Pancasila dapat dijadikan sebagai
nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi semua rakyat untuk
memahami bumi dan lingkungan yang ada didalamnya serta dapat menentukan
sikap yang harus dilakukan untuk mengolah lingkungan. Pada kasus kebakaran
hutan ini, para pelaku pembakaran hutan yang mengakibatkan dampak yang negatif
bagi lingkungan sudah melanggar nilai-nilai Pancasila yang mana seharusnya bisa
mengarahkan mereka dan menjadi pedoman dalam bertindak di kehidupan ini.

Menurut Soejadi, 1999 nilai yang terkandung dari sila Pancasila dari sila
pertama hingga sila ke lima harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap
kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa
terkandung nilainilai bahwa kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yakni dalam menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi apa yang
menjadi larangan-Nya. Dalam memanfaatkan potensi alam, termasuk pepohonan
dan huran kita harus menyadari bahwa setiap benda dan makhluk hidup yang ada
di sekeliling kita merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga sebaik-baiknya dan
dirawat agar tidak rusak. Lingkungan hidup yang ada di sekitar kita dianugerahkan
oleh Tuhan kepada masyarakat Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang
sudah semestinya dilestarikan dan dikembangkan kemampuan yang ada di
dalamnya agar tetap dapat menjadi sumber serta penunjang hidup bagi rakyat dan
bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya. Hal ini dilakukan sudah semestinya
agar menjamin kelangsungan hidup kita semua serta meningkatkan kualitas hidup.

Dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dijabarkan dalam


Undang-undang Pasal 5 ayat (1), bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama

1
Jesslyn Alvina Venecia
19. I1.0009
Teknologi Pangan

atas lingkungan yang baik dan sehat. Hal ini berarti kita sebagai masyarakat tidak
hanya berinteraksi dan bergantung pada lingkungan, tetapi juga kepada masyarakat
lain, jika kita bertindak semau kita sendiri yang dirugikan tidak hanya lingkungan
tetapi juga masyarakat lainnya. Setiap orang berkewajiban untuk memelihara
kelestarian fungsi hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup. Perlu kita sadari bahwa lingkungan hidup sendiri
memiliki keterbatasan dalam hal kuantitas dan kualitasnya, jika kita telaah juga
penurunan kualitas tersebut disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang timbul dari
aktivitas manusia. Maka dari itu, melestarikan lingkungan adalah sebua perwujudan
dari kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebagai manusia yang adil, kita tidak
boleh egois dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada, mengingat sumber
daya alam mendukung kelangsungan bangsa kita sehingga ketersediaannya harus
senantiasa dijamin dan dengan menjaga lingkungan tidak hanya menyelamatkan
kelangsungan kehidupan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kita semua.

Dalam sila Persatuan Indonesia, terkandung makna bahwa kita sebagai


masyarakat yang tinggal di Indonesia harus menjaga persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia serta wajib menjunjung tinggi patriotisme. Semua
masyarakat yang ada di Indonesia berada dalam satu hamparan wilayah yang saling
berhubungan, jika satu wilayah mengalami kerusakan lingkungan maka wilayah
lain juga akan merasakan yang sama. Semua berada dalam satu rangkaian yang tak
terpisahkan yang mana saling membutuhkan, merasakan, dan terikat. Jika terjadi
kerusakan lingkungan di satu wilayah pasti akan berimbas dengan hubungan
dengan wiayah lain dalam hal ini, sudah mengganggu persatuan dari wilayah kita
ini. Dalam menjaga kelestarian lingkungan, sebenarnya sudah diajarkan turun
temurun bahwa kita tidak boleh menebang pohon sembarangan apalagi
membakarnya. Dengan menjaga kelestarian lingkungan, kita sebagai bangsa
Indonesia mencerminkan nilai persatuan untuk sama-sama merawat lingkungan
kita ini dan melindungi kelestariannya.

Dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai kerakyatan, yakni kita sendiri yang
berdaulat untuk mengatur dan mengolah lingkungan yang ada di sekitar kita.
Sebagai pihak yang berdaulat tentunya kita harus bijksana dan memiliki akhlak
yang baik dalam berperilaku untuk menjaga kelestarian lingkungan serta dapat
mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita yang berpengaruh terhadap
kepentingan lingkungan yang ada di sekitar. Serta dalam aspek kerakyatan, semua
usaha yang kita lakukan adalah dari, oleh dan untuk rakyat sendiri. Maka dari itu,
sebagai rakyat yang punya andil, kita sendiri yang menentukan bagaimana
lingkungan akan terjaga kelestariannya,

2
Jesslyn Alvina Venecia
19. I1.0009
Teknologi Pangan

Dalam sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah


bagaimana kita sebagai rakyat Indonesia dapat mengelola SDA dan memeliharanya
agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi,
serta menggunakan SDA yang untuk kemakmuran semua rakyat tetapi dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan
begitu, semua masyarakat tanpa terkecuali akan merasakan keadilan dan
kemakmuran dari pemanfaatan SDA tapi juga lingkungan tetap lestari.

Data-data dan Argumen


Selama beberapa minggu terakhir, kebakaran hutan di Indonesia telah
menjadi sorotan dunia. Kebakaran hutan tahun ini berdampak pada jutaan
penduduk. Sekolah-sekolah di beberapa daerah terpaksa ditutup karena polusi
udara sudah mencapai tingkat yang tidak aman dan banyak orang menderita
penyakit pernapasan. Kabut asap bahkan telah menyebar hingga ke Singapura dan
Malaysia.

Siklus kebakaran hutan di Indonesia biasanya terjadi di bulan Juli hingga


Oktober setiap tahunnya. Tahun ini merupakan yang terparah sejak kebakaran pada
2015 silam, yang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$16 miliar dan emisi
gas rumah kaca harian yang dihasilkan melampaui dari keseluruhan aktivitas
ekonomi Amerika Serikat. Kebakaran yang sebagian besar diakibatkan oleh
pembukaan lahan ini akan menghambat pencapaian Indonesia selama beberapa
tahun terakhir dalam menurunkan deforestasi.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mayoritas kebakaran


hutan yang terjadi disebabkan oleh manusia, baik secara sengaja maupun tidak
disengaja. Kebakaran biasanya disebabkan oleh pembukaan lahan untuk
perkebunan dengan metode tebang dan bakar. Meskipun hukumannya bisa
sampai 12 tahun penjara atau denda 10 miliar rupiah (lebih dari $700.000), tebang
dan bakar terus dilakukan karena dianggap sebagai cara paling mudah dan
murah untuk membuka lahan.

Larangan tebang bakar akan sulit diberlakukan jika tidak ada alternatif lain
yang lebih mudah bagi para petani. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah
Indonesia telah menyebarkan informasi mengenai metode tanpa pembakaran
kepada petani dan perusahaan, seperti menggunakan alat berat dan bahan biologis,
atau menanam tanaman yang dapat ditanam tanpa mengeringkan lahan gambut.
Tetapi, BNPB mengakui bahwa cara-cara ini tidak cukup untuk mengubah
kebiasaan mereka. Apalagi, cara-cara ini memerlukan biaya yang besar dan sulit
dilakukan oleh petani.

3
Jesslyn Alvina Venecia
19. I1.0009
Teknologi Pangan

Diketahui bahwa kebakaran hutan tahun ini diberikan peringatan yang


paling tinggi sejak kebakaran yang terjadi pada tahun 2015, hal itu disebabkan
karena kebakaran tahun 2019 merupakan yang terparah sejak tahun 2015.

Berdasarkan data yang ditampilkan di Global Forest Watch (GFW) Fires, terdapat
66.000 peringatan kebakaran sepanjang Januari hingga akhir September. Meskipun
tingkat kebakarannya lebih rendah dari tahun 2015 dengan lebih dari 110.000
peringatan kebakaran terdeteksi hingga akhir September, angka ini jauh di atas
tingkat kebakaran hutan pada tahun 2016, 2017, dan 2018.

Kebakaran tahun ini bisa jadi mengancam perkembangan Indonesia dalam


mengurangi dan menekan deforestasi. Di antara negara-negara dengan tingkat
deforestasi yang tinggi, dikeahui bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara
yang berhasil mengurangi laju deforestasinya dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, kebakaran hutan tahun ini dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan
tersebut. Dari data kehilangan tutupan pohon tahunan yang dirilis Global Forest
Watch, laju deforestasi di Indonesia menurun secara signifikan pada tahun 2017
dan 2018, setelah mencapai rekor tertinggi pada tahun 2016. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kebijakan-kebijakan nasional seperti penagguhan hutan dan restorasi lahan
gambut ikut berperan dalam penurunan deforestasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Global Forest Watch, 42%


kebakaran terjadi di lahan gambut. Data dari GFW Fires menunjukkan bahwa 42
persen peringatan kebakaran yang terdeteksi di Indonesia tahun ini berada di atas
lahan gambut. Hal yang sama juga terjadi di tahun 2015 dengan 40 persen
kebakaran juga terjadi di atas lahan gambut.

4
Jesslyn Alvina Venecia
19. I1.0009
Teknologi Pangan

Kebakaran yang terjadi di lahan gambut memiliki kandungan senyawa


karbon yang tinggi yang terkenal sangat sulit dipadamkan. Senyawa organik yang
terkandung dalam gambut menyebabkan kobaran api menjadi lebih besar dan
menghasilkan asap lebih banyak. Lahan gambut yang terbakar juga sangat
berbahaya dalam memperburuk perubahan iklim, pengeringan satu hektar lahan
gambut tropis akan menghasilkan setidaknya 55 metrik ton karbon dioksida setiap
tahunnya. Hal ini bisa disamakan dengan sama membakar lebih dari 6.000 galon
gas.

Peringatan kebakaran di Indonesia saat ini paling banyak terdeteksi di


daerah Kalimantan yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, disusul oleh
Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Dari beberapa provinsi tersebut, peringatan
kebakaran paling banyak terdeteksi di kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat dan
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah jika dibandingkan daerah lainnya di
Indonesia. Hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 2015. Kabupaten Ketapang
merupakan kabupaten terbesar di Kalimantan Barat juga sekaligus menjadi salah
satu daerah dengan kehilangan tutupan pohon yang tinggi akibat perluasan lahan
perkebunan kelapa sawit. Sedangkan kabupaten Pulang Pisau sangat rentan
kehilangan tutupan pohon, terutama jika terjadi pada saat musim kemarau, hal ini
dikarenakan struktur geologisnya yang didominasi oleh lahan gambut yang
dikeringkan.

Kesimpulan
Bangsa Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang besar jika mengabaikan
nilai-nilai dasar dalam kehidupannya. Nilai-nilai dasar itu adalah Pancasila sendiri
yang lahir dan tumbuh di kehidupan bangsa Indonesia, sudah seharusnya dijadikan
landasan yang kuat dan kokoh bagi mewujudkan kesejahteraan lingkungan. Dalam
pengelolaan hutan dengan dasar ideologi Pancasila, berdasarkan sila pertama
adalah berdasarkan moralitas ke-Tuhan-an, yaitu pengelolaan hutan yang baik dan
benar harus mengedepankan ajaran-ajaran yang sudah didapatkan, dan tidak
melakukan perbuatan yang dapat melanggar perintah-Nya, dengan begitu kita
sudah menjadikan hal itu sebagai pemenuhan tanggung jawab kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Berdasarkan sila kedua, adalah moralitas manusia beradab, dalam arti
kita semua tanpa terkecuali harus melibatkan semua masyarakat dan perbuatan
dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya hutan harus mendatangkan
manfaat bagi banyak orang. Berdasarkan sila ketiga, adalah nilai persatuan yang
mana pengelolaan lingkungan harus mengedepankan seluruh kepentingan dan
memelihara lingkungan yang berorientasi kepada seluruh bangsa, berbondong-
bondong untuk sama-sama mau melestarikan lingkungan. Berdasarkan sila
keempat, yaitu kerakyatan, semua rakyat turut serta dalam menjaga kelestarian
lingkungan serta pengelolaannya berdasarkan pada kepentingan rakyat dan

5
Jesslyn Alvina Venecia
19. I1.0009
Teknologi Pangan

nantinya akan berguna bagi rakyat pula. Berdasarkan sila kelima, keadilan sosial
berarti dalam pengelolaan hutan harus mewujudkan nilai keadilan sosial di tengah
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara demi menyejahterakan kehidupan
seluruh rakyat tetapi tetap menjaga sumber daya alam dan kelestariannya yang ada.

Daftar Pustaka
Ismail, Taufiq. 2012. Prosding Kongres Pancasila IV Strategi Pelembagaan Nilai-
nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia. Yogyakarta. PSP
UGM.
(https://books.google.co.id/books?id=ZqkvAgAAQBAJ&pg=PA298&lpg=PA298
&dq=penerapan+pancasila+dalam+penanganan+kebakaran+hutan&source=bl&ot
s=daqKjBWqqo&sig=ACfU3U15VjqRwOTs8TR_eqSxAC-
JO0rUUQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4xYCY1IblAhXO63MBHU2RBQY4
ChDoATAMegQICBAB#v=onepage&q=penerapan%20pancasila%20dalam%20p
enanganan%20kebakaran%20hutan&f=false)

https://bountifuljournal.blogspot.com/2011/10/pelestarian-lingkungan-sebagai-
wujud.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2018/06/08/refleksi-nilai-
nilai-pancasila-dalam-pelestarian-alam-indonesia/amp/

Elviandri. 2016. Revitalisasi Ideologi Pancasila dalam Penegakan Hukum


Kebakara Hutan: Meneguhkan Otensitas Hukum Keindonesiaan Berbasis Local
Wisdom. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang. Volume 2(1) :
93-108

https://wri-indonesia.org/id/blog/kebakaran-hutan-mengancam-kemajuan-
indonesia-dalam-mengurangi-deforestasi

Anda mungkin juga menyukai