Kelas : 13.5B.01
1. Berikan 3 contoh perubahan proses bisnis/sosial akibat teknologi yang “melunturkan” nilai etika
tradisional. Untuk tiap contoh, sebutkan teknologinya, model kerjanya, nilai etika tradisional yang
hilang.
2. Pelanggaran terhadap etika akan mendapatkan sanksi sosial dan sanksi hukum. Kapan pelanggaran
etika memperoleh sanksi sosial dan memperoleh sanksi hukum. Berikan contoh.
Jawabanya :
1. Contohnya
a. Proses jual beli
Teknologi yang digunakan
Komputer sebagai media yang bisa mengakses internet dan sebagai media
terjadinya transaksi tersebut.
Mobile phone (handphone), merupakan media yang sering digunakan saat ini
dengan menggunakan sms dan sms banking
Model kerja
Seiring dengan meningkatnya teknologi saat ini, memberi pengaruh yang besar
pada proses jual beli seperti :
Via Online, merupakan sarana jual beli yang banyak digunakan
masyarakat saat ini. Contohnya : Bukalapak.com, Blibli.com, TokoPedia
dan lain sebagainya. Layanan-layanan tersebut memberi kemudahan
dalam proses jual-beli dikalangan masyarakat.
Proses jual beli pilihan kedua, bisa dilakukan di mall-mall, supermarket
atau minimarket seperti Matahari, Ramayana, Indomaret, Alfamart, Giant
dan sebagainya.
Nilai tradisional yang hilang
Tidak adanya tawar menawar dalam proses jual beli
b. Televisi
Teknologi yang digunakan
Televisi sebagai media informasi
Model kerja
Televisi sebagai media informasi dari berbagai belahan dunia dari informasi
teknologi, ekonomi, hukum, sosial dll yang menampilkan secara nyata.
Nilai tradisional yang hilang
tayangan televisi memperngaruhi pola berpikir serta berpengaruh pada nilai
sopan santun terhadap orang yang lebih tua/sesama, cara berpenampilan,
sikap dan berprilaku
Adapun beberapa hal yang membuat seseorang melanggar etika antara lain :
b. Tidak ada pedoman : ketika masyarakat dihadapkan pada persoalan yang belum
jelas aturanya, maka mereka melakukan intrepretasi sendiri atas persoalan yang
dialami. Contohnya pembangunan rumah kumuh di pinggir rel kereta api,
dibawah jembatan layang, di tanah kosong. Hal ini dikarenakan belum adanya
perda ataupun ketentuan mengikat yang memberikan kejelasan bahwa daerag
tersebut tidak boleh ditempati dan dibangun pemukiman liar. Sehingga
masyarakat mengitrepretasikan bahwa lahan kosong yang tidak digunakan boleh
dibuat tempat tinggal, apalagi mereka bagian dari warga negara. Sehingga pada
saat tiba waktunya untuk membersihkan maka sudag terlalu komplek
permasalahan dan sulit dipecahkan.
c. Perilaku dan kebiasaan individu : kebiasaan yang terakumulasi dan tidak
dikoneksi akan dapat menimbulkan pelanggaran. Contohnya anggota DPR yang
setiap menelurkan kebijakan selalu ada komisi atau uang tips ataupun ada
anggota yang tidur pada saat sidang berlangsung. Hal demikian ini salah dan
keliru namun kerena telah dilakukan bertahun-tahun dan di pelakunya hampir
mayoritas maka pelaku yang menyimpang tadi dianggap biasa tidak ada masalah.
d. Lingkungan yang tidak etis : lingkungan yang memiliki daya dukung moral yang
buruk, akan mampu membuat seseorang menjadi menyimpang perilakunya untuk
tidak taat terhadap pedoman yang berlaku. Contohnya seorang residivis
kambuhan yang selalu keluar masuk penjara dalam penjata yang notabene
merupakan tempat yang kurang baik maka mempengaruhi pola pikir seseorang.
Sehingga setiap kali dia masuk penjara ketika keluar telah memiliki informasi,
keahlian, ketrampilan yang baru untuk dapat menyempurnakan tinddakan
kejahatan.
1. Sanksi sosial : sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan
pihak berwenang pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan
kejahatan kecil, ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian
hukuman yang diterima akan ditentukan oleh masyarakat. Misalnya membayar
ganti rugi pedoman yang digunakan adalah etika setempat berdasarkan keputusan
bersama.
2. Sanksi hukum : sanksi ini diberikan oleh pihak berwenang dalam hal ini pihak
kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat
dan harus diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata pedoman suatu
KUHP.