Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kita membuat 2 sediaan steril yakni salep mata
dengan zat aktif Chloramfenicol 1% dan Hidrocortison asetat 0,1%.
Hal yang pertama yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi terhadap
alat – alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini. Meliputi, tube salep
mata, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, batang pengaduk, dan corong. Di
sterilkan dengan oven pada suhu 170°C selama 30 menit. Setelah mensterilkan
semua alat yang akan dipakai barulah melanjutkan proses pembuatan salep
yang semuanya dilakukan di dalam ‘in case’ untuk menghindari adanya
kontaminasi.
Pertama pembuatan salep mata Chloramfenicol 1% dilakukan
penimbangan bahan yang dilebihkan 20% karena ada penyaringan dalam
proses pembuatan. Pembuatan sediaan obat setelah dilakukan penimbangan
masing-masing bahan, kemudian dilakukan peleburan basis pada cawan
porselen yang. Peleburan dilakukan menggunakan pemanasan kering pada
oven dengan suhu 170°C selama 30 menit sampai seluruh basis melebur
sempurna. Peleburan ini juga berfungsi untuk sterilisasi bahan di mana vaselin
yang mengandung kolesterol (lemak bulu domba) dapat disterilkan
menggunakan udara panas tanpa mengurangi kualitasnya. Kemudian disaring
dengan kain kasa steril berfungsi sebagai penyaring (filter) basis salep agar
diperoleh basis salep yang halus dan bebas dari partikel-partikel pengotor
sehingga pada pemakaiannya tidak akan menimbulkan iritasi pada jaringan
mata. Setelah itu dilakukan pencampuran bahan aktif dengan basis.
Pencampuran dilakukan pada saat basis masih dalam keadaan panas karena
apabila dibiarkan sampai dingin maka basis akan mengeras perlahan. Pada
monografi tercantum bahwa kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut
dalam propilen glikol, aseton, dan etil asetat. Dalam hal ini penggunaan
propilen glikol sebagai pelarut dalam formulasi salep mata dihindari karena
propilen glikol memiliki daya osmotik yang dapat merangsang mata serta
bersifat iritan bagi mata. Sehingga sebagai pengatasannya dilakukan
penggerusan kloramfenikol terlebih dahulu di dalam mortir hingga halus, baru
ditambahkan basis sedikit demi sedikit hingga untuk menjamin
kehomogenitasan sediaan, kloramfenikol digerus terlebih dahulu di dalam
mortir untuk memperoleh ukuran partikel kloramfenikol yang lebih kecil
sehingga nantinya akan dapat terdispersi homogen dalam basis. Pada saat
penggerusan, kloramfenikol dapat bercampur dengan basis dan diperoleh
campuran semisolid yang homogen dan berwarna kuning.
Permasalahan yang muncul dalam pembuatan sediaan ini adalah sifat
kloramfenikol yang tidak larut air sehingga untuk menghasilkan sediaan yang
homogen maka kloramfenikol terlebih dahulu digerus dalam mortir dan
dilarutkan dalam basis berlemak. Sediaan akhir yang diperoleh praktikan
bertekstur halus dan berwarna kuning. Keuntungan utama salep mata
dibandingkan larutan untuk mata adalah adanya penambahan waktu kontak
antara obat dengan mata. Waktu kontak antara obat dengan mata 2 sampai 4
kali lebih besar apabila digunakan salep dibandingkan tetes mata sedangkan
kekurangan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar
salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata.
Kedua, pembuatan salep mata Hidrocortison asetat 0,1% dilakukan
penimbangan bahan yang dilebihkan 20% karena ada penyaringan dalam
proses pembuatan. Pembuatan sediaan obat setelah dilakukan penimbangan
masing-masing bahan, kemudian dilakukan peleburan basis pada cawan
porselen yang. Peleburan dilakukan menggunakan pemanasan kering pada
oven dengan suhu 170°C selama 30 menit sampai seluruh basis melebur
sempurna. Zat aktif Hidrocortison asetat yang digunakan sebanyak 0,1 %
sedangkan basis yang digunakan ada 3 macam yaitu adeps lanae, vaselin
flavum, dan paraffin cair. Selain sebagai basis salep, adeps lanae berfungsi
sebagai emulgator yang dapat menyerap air dan memiliki efek melembutkan
sehingga memudahkan untuk kontak dengan cairan mata.
Vaselin flavum (vaselin kuning) merupakan basis salep petrolatum yang
titik lebur atau titik melumernya mendekati suhu tubuh, sehingga dengan
demikian basis ini baik digunakan sebagai basis salep mata. Pemilihan basis
vaselin flavum karena vaselin ini tidak mengalami proses pemutihan
(bleaching) yang dikhawatirkan masih mengandung sesepora bahan
pemutih yang tertinggal dalam masa vaselin tersebut. Vaselin yang
digunakan harus mengandung pengotor seminimal mungkin. Dengan
demikian kemungkinan teroksidasinya senyawa ini menjadi lebih kecil. Oleh
karena itu tidak diperlukan penambahan antioksidan. Sedangkan jika
digunakan vaselin album maka sudah mengalami proses pemutihan
(bleaching) yang ditambahkan asam kuat dan juga masih mengandung banyak
sesepora bahan pemutih, sehingga masih banyak mengandung pengotor.
Selain itu karena basis salep yang digunakan Hidrokarbon, maka dapat
memperpanjang waktu kontak dengan mata dan lebih aman digunakan untuk
organ mata yang sensitif.
Paraffin cair merupakan campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan
yang diperoleh dari minyak tanah. Tujuan penambahan bahan ini karena
Paraffin cair berguna untuk memperbaiki konsistensi basis sehingga lebih
lunak dan memudahkan penggunaan.
Proses pembuatan salep mata Hidrocortison asetat 0,1% sama dengan
pembuatan salep mata Chloramfenicol 1% hanya beda dengan penambahan
cetyl alcohol yakni sebagai bahan peningkat viskositas. Salep mata
membutuhkan peningkat viskositas agar kontak dengan mata lebih lama.
Setelah membuat sediaan tersebut maka dilakukan uji strelitas sediaan
salep mata unyuk mengetahui bahwa sediaan yang kita buat streil atau tidak.
Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan
melakukan kontrol kualitas sediaan steril. Uji ini harus direncanakan dengan
baik untuk menghindari hasil positif palsu. Positif palsu dapat terjadi karena
kontaminasi lingkungan maupun kesalahan yang dilakukan oleh personil.
Lingkungan harus didesain sesuai dengan persyaratan ruang steril yang telah
ditetapkan oleh Farmakope terutama mengenai jumlah mikroorganisme
maupun jumlah partikel yang hidup di udara. menumbuhkan mikroorganisme
yang dapat berupa jamur maupun bakteri. Uji sterilisasi menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV dapat dilakukan dengan dua prosedur pengujian yang
terdiri dari metode inokulasi langsung ke dalam media uji dan metode teknik
filtrasi membran.
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak
jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana
dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis
untuk menghindari kontaminasi pada media. Dalam Farmakope Edisi IV,
disebutkan terdapat 3 media yang dapat digunakan dalam uji sterilitas sediaan,
yaitu media tioglikolat cair, media tioglikolat alternatif (untuk alat yang
mempunyailumen kecil), dan Soybean-Casein Digest Medium. Pada
praktikum kali ini uji sterilitas menggunakan metode inokulasi langsung
kedalam media uji dan media yang digunakan adalah tioglikolat cair. Jadi
sediaan yang telah dibuat diambil sampel sebanyak ± 2ml kemudian
dicampurkan dengan media yang telah dibuat dalam tabung rx kemudian di
inkubasi selama 1 minggu. Hasil yang diperoleh setelah 7 hari diinkubasi tidak
terdapat kekeruhan pada tabung sediaan salep mata Chloramfenicol 1% dan
Hidrocortison asetat 0,1% serta pada tabung kontrol ruangan dan kontrol
negatif tidak terlihat adanya keruhan (steril), sehingga memenuhi persyaratan
sediaan steril.

Anda mungkin juga menyukai