Anda di halaman 1dari 10

profesi kependidikan

SOAL .

1. Jelaskan 5 (lima) alasan mengapa Saudara sebagai calon guru perlumemahami profesi
kependidikan?

2. Jelaskan mengapa pekerjaan guru disebut sebagai suatu profesi? Uraian Saudara dilengkapi secara
rinci syarat-syarat suatu pekerjaan/jabatan disebut sebagai suatu profesi?

3. Coba Saudara ilustrasikan upaya-upaya yang dapat Saudara lakukan untuk mengangkat harkat dan
martabat guru di masa depan untuk peningkatan mutu pendidikan yang masih rendah saat ini dan demi
masadepan?

4. Jelaskan dan rinci 4 (empat) kompetensi yang perlu dikuasai guru berdasarkan PP No. 74 tahun
2008? Dan upaya apa yang perlu Saudara lakukan untuk memenuhi keempat kompetensi yang
dimaksudkan!

5. Identifikasikanlah kurang lebih dua persoalan profesi kependidikan yang paling sering terjadi di
indonesia dan berikan tawaran solusi terhadap persoalan tersebut.

JAWAB:

1. Alasannya:

A. Untuk mengetahui mengapa pekerjaan guru dikatakan sebagai profesi

Menurut Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:10) bahwa profesi pada hakikatnya adalah suatu
pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada
suatu jabatan atau pelayan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Berdasarkan pernyataan tersebut jelaslah bahwa pekerjaan guru adalah profesi. Karena seorang guru
sanggup dan rela mengabdikan dirinya untuk membimbing, mengajar, dan mendidik peserta didik agar
nantinya berguna bagi dirinya sendiri, orang lain dan negara. Profesi guru itu merupakan panggilan
jiwanya sendiri, sehingga ia bertanggung jawab atas profesinya tersebut.

B. Untuk mengetahui hakikat guru sebagai profesi.

Setelah tahu bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi, maka juga harus tahu bagaimana hakikat
guru sebagai profesi. Sehingga berguna bagi diri saya sendiri selaku calon pendidik nantinya. Menurut
Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:20) bahwa hakikat guru sebagai profesi adalah memahami
tentang harkat dan martabat guru, kompetensi apa saja yang harus dimiliki guru agar dapat menjadi
guru yang professional, wadah atau organisasi profesi apa saja yang dapat dijadikan tempat bagi guru
memperjuangkan hak-haknya dan juga untuk meningkatkan wawasan dan profesionalismenya, dan
memahami norma yang harus dipedomani dan di patuhi yakni Kode Etik Guru.

a) Harkat dan martabat guru

Dengan mengetahui hakikat guru sebagai profesi ini, saya selaku calon pendidik menjadi tahu harkat dan
martabat saya sebagai seorang guru. Kemudian bagaimana saya menjaga harkat dan martabat tersebut,
lalu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap profesi guru.

b) Kompetensi guru

Saya menjadi tahu kompetensi-kompetensi yang harus saya penuhi sebagai calon pendidik/guru
nantinya. Sebagai pendidik saya tidak hanya mendidik, yaitu membantu anak didik mengembangkan
pribadinya, memperluas pengetahuannya, dan melatih keterampilannya dalam berbagai bidang. Akan
tetapi saya harus memiliki kemampuan yang disebut kompentesi guru yang harus saya penuhi tadi.
Dimana Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( dalam Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas, 2005:21)
dan (dalam Syahril, dkk., 1999:18) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki dan
dipenuhi oleh guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum:

 Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)

 Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa)

 Kompetensi Psikomotorik (kecakapan ranah rasa)

Setelah mengetahui ketiga kompetensi guru tersebut, saya menjadi tahu sebagai calon pendidik nantinya
harus menciptakan (ranah cipta) metode yang bagus dan menarik dalam mengajar, sehingga dapat
memberikan dua pengetahuan kepada peserta didik yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan bidang
studi. Kemudian, agar pengetahuan dapat diterima secara efektif oleh peserta didik, maka saya harus
memiliki sikap dan perasaan (ranah rasa) yang baik seperti yang dikemukakan oleh Syahril, dkk (1999: 19)
yakni self concept and self esteem (konsep diri dan harga diri) , self efficacy and contextual efficacy
(efikasi diri dan efikasi kontekstual guru), attitude of self-acceptance and others acceptance (sikap
terhadap penerimaan diri sendiri dan orang lain). Lalu, agar proses belajar mengajar semakin lancar dan
peserta didik tidak jenuh mendengarkan saya saat mengajar, maka saya harus memilki kecakapan (ranah
karsa) agar dapat menjadi teladan bagi peserta didik seperti, saat duduk, berdiri, berbicara dan lain
sebagainya.

c) Organisasi professional keguruan

Menurut Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:27) organisasi professional keguruan merupakan
wadah untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi. Salah satu wadah itu
telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
dan lain-lain. Sebagai calon guru nantinya saya dapat berpartisipasi dabn berjuang bersama guru lainnya
untuk mempertahankan profesi guru melalui PGRI tadi dan bagaimana meningkatkan mutu guru.
Kemudian melului MGMP saya dapat bermusyawarah dengan guru mata pelajaran yang sama dengan
yang saya ajarkan bagaimana meningkatkan pengajarn mata pelajaran yang saya ikuti

d) Kode Etik Guru

Kode Etik Guru Indonesia ( dalam Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas, 2005: 31) adalah sebagai berikut:

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.

2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional

3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.

5) Guru memlihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina
peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesi.

7) Guru memelihara hubungan se-profesi , semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.

8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sara
penunjang dan pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Setelah tahu Kode Etik Guru Indonesia ini, saya sebagai calon guru nantinya menjadi tahu apa saja tugas
dan kewajiban saya sebagai guru serta aturan-aturan yang harus sata ikuti dan patuhi

C. Di dalam profesi kependidikan ternyata juga berkaitan dengan bimbingan dan konseling (BK). Oleh
karena itu, saya sebagi calon guru ingin tahu bagaimana ikut mendukung dan berpartisipasi dalam
program bimbingan dan konseling di sekolah yang berguna untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Saya bisa membantu guru pembimbing (BK) mengidentifikasi siwa-siswa
yang memerlukan layanan bimbingan dan koseling dengan memberikan data siswa-siswa tersebut.

D. Saya perlu mengetahui jabatan fungsional guru, golongan, jenjang pangkat, jenjang jabatan dan apa
itu tugas, tanggung jawab dan wewenang seorang guru. Lahirnya Keputusan Menpan No.
84/MENPAN/1993 tentang Jabatan Fungsioanal Guru dan Angka Kreditnya merupakan bukti kepedulian
pemerintah terhadap pengembangan profesi guru.

Guru mempunyai golongan dan kepangkatan serta jabatan yang telah diatur sedemikian dalam rangkaian
pembinaan. Sebagai calon guru nantinya saya akan selalu berusaha meningkatkan mutu saya sebagai
guru dan mengumpulkan angka kredit, sehingga bisa naik pangkat, sebagai bukti bahwa saya benar-
benar sungguh-sungguh menjalani profesi guru.

Berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 84/1993 ( dalam Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas, 2005:42)
adapun tugas pokok guru adalah (1) menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran,
evaluasi belajar, analisis hasil belajar, serta menyusun program perbaikan, dan pengayaan terhadap
peserta didik yang menjadi jawabnya, (2) menyusun program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan , dan tindak lanjut dalam program binmbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab guru adalah menyelesaikan
tugas sebagai tenaga pengajar atau pembimbing sesuai dengan tujuan pendidikan pendidikan yang
dibebankan kepadanya. Sedangkan wewenang guru adalah memilih dan menentukan metode kerja
untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kode etik guru.

Setelah tugas, tanggung jawab, dan wewenang guru, saya selaku calon guru menjadi tahu apa yang harus
dilakukan sebagai seorang guru. Apa yang menjadi tugas dan wewenang yang harus saya lakukan, dan
saya harus bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepada saya.

E. Untuk mengetahui bagaimana menjadi guru yang ideal dan professional dan berperan dalam
administrasi pendidikan.

Menurut Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:40) guru yang ideal adalah guru yang menguasai
kompetensinya sebagai guru. Menjadi guru nantinya, saya tidak hanya akan mengajar saja dikelas,
namun juga harus memberikan teladan yang bagus bagi muridnya sehingga bisa menjadi model.

Sebagai calon guru professional, disamping memiliki wawasan bimbingan dan konseling, saya juga perlu
memililki wawasan administrasi pendidikan dan ikut berpartisipasi di dalamnya. Dimana administrasi
pendidikan itu adalah rangkaian kegiatan menata, mengurus, mengatur pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional dan tujuan sekolah. Saya mungkin dapat berperan dalam administrasi
kurikulum, yakni menjalankan kurikulum yang telah ada dan mengembangkannya.

2. Suatu profesi alas an adalah tugas guru pada intinya tidak bisa tergantikan orang lain. Kalau
ingin hasil yang maksimal sedangkan tugas sebagai profesi adalah orang tersebut menyadari pentingnya
menambah ilmu wawasan,pengetahuan,bekerja berdasarkan petunjuk program yang di rencanakan
sejak dari awal dan dilaksanakan menurut langkah-langkah yang jelas dan berurutan,kemudian dapat di
control dan di cari solusi jika menghadapi masalah.

Yang di maksud tugas profesi juga berkaitan dengan waktu serta rintangan yang di sediakan sesuai
dengan program yang di susun pedoman kepada lembaran silabus dan kurikulum.seorang guru tidak bisa
bekerja secara acak-acakan dan selalu mengutamakan prinsip dan sasaran yang ingin di capai,mana yang
harus didahulukan,seorang guru harus lebih mengerti memillih desain yang tepat berdasarkan konsep
belajar,metode yang tepat dalam upaya, pendekatan dengan anak didiknya. Yang dimaksud dengan tugas
keprofesian adalah guru bekerja selalu pedoman kepada konsep awal yang disusun pada awal tahun.
Guru dapat memberikan penugasan didalam hal supaya anak didik lebih menjadi paham.guru harus
paham kapan saatnya di lakukan secara tepat.

3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengangkat harkat, martabat dan citra guru di masa
depan :

Guru merupakan profesi yang sangat mulia, tanpa seorang guru belum tentulah setiap pemimpin bisa
melaksanakan tugasnya. Di masa yang akan datang peran guru sangatlah dibutuhkan, karena sebagian
besar moral anak-anak bangsa ini sudah mulai rusak akibat pergaulan dan lingkungan yang salah. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengangkat harkat, martabat dan citra guru di masa depan
adalah melalui program sertifikasi guru. Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi
guru. Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi
guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Dalam
program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan, yaitu
minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan kualifikasi itu, diharapkan guru akan memiliki kompetensi yang
memadai. (Puguh, 2009)

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam mengangkat harkat dan martabat guru. Salah satunya adalah
dengan cara meningkatkan kesejahteraannya, penghasilannya yang dapat membuatnya hidup layak, bisa
menghidupi rumah tangga, tanpa menabur kredit/hutang. Akan tetapi ini saja tentunya belum cukup
tanpa harus dibarengi oleh peningkatan profesionalitas dari profesi guru.

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengangkat harkat dan martabat guru yaitu:

1) Menjadikan Posisi Guru Sebagai Suatu Profesi (Guru Sebagai Profesi)

2) Meningkatkan Peran Guru Dalam Masyarakat.

Selama ini peran guru di tengah masyarakat kurang terlihat begitu menjamur. Meskipun peran terbesar
dalam penentuan generasi penerus terletak pada guru. Peran yang dimaksud disini adalah peran guru
secara lansung. Dalam beberapa fakta di lapangan guru yang mampu mewujudkan perannya secara
lansung di tengah masyarakat sangat dihargai atau terlihat ketinggian martabatnya.
3) Meningkatkan Kewibawaan Guru Dimata Masyarakat

Dalam meningkat kewibawaan guru di mata masyarakat, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut (termasuk diwaktu diklat):

· Membekali guru dengan berbagai pengetahuan umum, sehingga guru dapat memandang
masalah disekitarnya dengan cermat.

· Menanamkan kedalam diri guru akan norma yang yang berlaku ditempat ia berada.

· Mengatur penggunaan wewenang guru seperti dengan diadakannya UU BHP.

4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bahwa “Kompetensi merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 tersebut, adalah
”Kompetensi Guru sebagaimana meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Ø Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
yang sekurang-kurangnya meliputi:

· pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

· pemahaman terhadap peserta didik;

· pengembangan kurikulum atau silabus;

· perancangan pembelajaran;

· pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

· pemanfaatan teknologi pembelajaran;

· evaluasi hasil belajar;

· pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Ø Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

· beriman dan bertakwa;

· berakhlak mulia;

· arif dan bijaksana;

· demokratis;
· mantap;

· berwibawa;

· stabil;

· dewasa;

· jujur;

· sportif;

· Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

· secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan m. mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.

Ø Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-
kurangnya meliputi kompetensi untuk:

· berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

· menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

· bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan
satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

· bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku;

· menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Ø Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan :

· materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;

· konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu”.

Upaya yang dapat saya lakukan untuk memenuhi keempat kompetensi di atas adalah dengan cara
belajar, baik belajar dengan hal-hal bru maupun belajar dari kesalahan sendiri dan orang lain , meminta
petunjuk dari guru-guru yang telah berpengalaman di bidangnya dan memahami dengan sebenar-
benarnya selama mempelajarinya melalui mata-mata kuliah kependidikan.
5. Dunia pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah yang ada, masalah masalah itu
antara lain:

a. Kualitas Guru

Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal penyampaian informasi dan
pengembangan karakter mengingat guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam
pembelajaran di ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan.

Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang
berpendidikan S1 atau lebih sedangkan sisanya belum berpendidikan S1. Begitu juga dari persyaratan
sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi sedangkan
861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.

Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru untuk sekolah di perkotaan,
desa, dan daerah terpencil masingmasing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan
Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi kelebihan guru. Belum
lagi pada tahun 20102015 ada sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun
sehingga harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar.

b. Kurikulum

Melihat latar sejarah pendidikan di Indonesia,ternyata Negara ini telah mengalami beberapa kali
perubahan kurikulum. Minimal telah ada sepuluh macam kurikulum sebelum lahirnya kurikulum 2013.
Kurikulum itu, Rencana Pelajaran dalam Rencana Pelajaran Terurai(1947), Rencana Pendidikan Sekolah
Dasar(1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968), Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973),
juga di namakan Kurikulum Sekolah Dasar (1975) Kurikulum 1984(1984), Kurikulum 1994(1994), Revisi
Kurikulum 1994 (1997), rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2006), dan pada tahun 2013 diberlakukan pula kurikulum 2013. Kurikulum 2013 pasti
menemui berbagai kendala dalam pelaksanaan di lapangan, kendala tersebut antara lain: penyiapan
tenaga guru masih belum maksimal sehingga belum banyak guru yang mengetahui, memahami, termpil,
yakin dan berkemauan untuk menerapkannya. Kemudian penyiapan buku berupa buku siswa , buku
panduan guru dan dokumentasi Kurikulum juga belum lengkap, padahal buku buku tersebut menjadi
acuan bagi siswa dan guru, begitu juga pendistribusiannya belum merata. Sosialisasi kurikulum 2013
masih kurang maka belum semua guru mendapat pengetahuan dan informasi, sedangkan guru yang
telah ikut sosialisasi kesulitan menyampaikan kepada guru lain di sekolah karena pembekalan dirasa
kurang lengkap.

c. Kualitas Infrastruktur

Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih menjadi hantu bagi pendidikan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih banyaknya sekolahsekolah yang belum menerima bantuan untuk
perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang rusak atau tidak layak dilakukan
secara sporadis sehingga tidak kunjung selesai. Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini
Indonesia memiliki 899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098 (32,6%) dalam kondisi rusak.
Sementara pada tingkat SMP, saat ini Indonesia memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam
kondisi rusak mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari daerahnya, kelas rusak terbanyak di Nusa
Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652, disusul Sulawesi Tengah 1.186, Lampung 911, Jawa Barat 23.415,
Sulawesi Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576, Jawa Tengah 22.062,
Jawa Timur 17.972, dan Sulawesi Barat 898.

d. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang
Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000
menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3
juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP
masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

e. Mahalnya Biaya Pendidikan

Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu dari problematika pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada tiap tahun selalu saja terdengar keluhan masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan yang
harus dibayar,selain itu juga adanya fasilitas pendidikan yang kurang memadai,seperti masih ada gedung
sekolah yang ambruk,ruang belajar yang kurang tertata dan fasilitas pendidikan dalam keadaan
minim,dan lainlain. Sementara pada sisi lain,Pemerintah sudah menganggarkan biaya pendidikan sebesar
20 % dari APBN dan anggaran tersebut merupakan anggaran yang paling tinggi saat ini.tidak ada
anggaran kementrian lainnya, yang melebihi besarnya anggaran yang diperuntukkan bagi kementrian
pendidikan nasional.Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya
biaya pendidikan dari Taman KanakKanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin
tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Mahalnya biaya
pendidikan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat, semakin disadari tidak sebanding dengan mutu
pendidikan yang dinikmati masyarakat. Biaya pendidikan di berbagai daerah di Indonesia mengalami
kenaikan fantastik mengikuti deret ukur (kepentingan pasar), namun kualitasnya berjalan di tempat.

Solusi dari Permasalahan Pendidikan agar pendidikan dapat berjalan dengan baik:

a. Untuk masalah mengenai meningkatkan kualitas guru maka bisa dengan meningkatkan
kesejahteraan bagi guru, bisa juga dengan membiayaai guru untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi,dan memberikan berbagai pelatihan bagi guru.
b. Untuk mengatasi masalah pada kurikulum 2013 seharusnya pemerintah melaksanakan sosialisasi
tentang kurikulum 2013 agar di tambah intensitasnya bagi seluruh guru dan pelaksana pendidikan, agar
semua guru mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 setelah memperoleh pembekalan.
Pemerintah daerah juga di harapkan menyediakan dana khusus dalam APBD untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 2013 dan jangan hanya diserahkan pada sekolah dan guruguru sebagai pelaksana
di lapangan. Dibentuk sebuah lembaga khusus sebagai pusat informasi implementasi Kurikulum 2013
yang menyediakan data, informasi dan tenaga ahli yang dapat memberikan saran dan solusi
permasalahan kurikulum.

c. Untuk mengatasi masalah kualitas infrastruktur pemerintah seharusnya menyediakan dana untuk
perbaikan infrastruktur yang masih kurang di dalam dunia pendidikan, jika infrastruktur sudah mendapat
perbaikan dari pemerintah maka seharusnya kita menjaga agar fasilitas itu tidak cepat rusak.

d. Untuk mengatasi masalah mengenai kurang meratanya kesempatan pendidikan pemerintah


Indonesia secara formal telah mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan dengan
wajib belajar Sembilan tahun. Memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi atau dari keluarga
yang tidak mampu. Menyebarkan lulusan guruguru ke daerah yang masih minim tenaga pengajarnya.

e. Untuk mengatasi masalah mengenai mahalnya biaya pendidikan bisa dengan :

Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dari jajaran birokrasi pendidikan,untuk
mengimplementasikan anggaran pendidikan pada program pembiayaan pendidikan Gratis (Murah) bagi
masyarakat.

Kedua,dalam sekolah (dunia pendidikan)harus dibersihkan dari berbagai biaya pungutan, seperti biaya
LKS,biaya seragam,biaya uang gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh karena itu harusnya,program
pemberantasan korupsi harus bisa menyentuh dunia pendidikan terutama disekolahsekolah.

Ketiga, kebijakan dari bidang pendidikan yang menyepakati program kapasitasi pendidikan harus
diberhentikan/dihapus. Selanjutnya untuk mengatasi anggapan masyarakat yang menganggap bahwa
mahalnya biaya pendidikan karena adanya praktik korupsi yang dilakukan pejabat dan birokrasi sekolah
solusi yang kiranya perlu dilakukan oleh sekolah adalah di setiap akhir tahun sekolah perlu
menyampaikan laporan tentang keuangan kepada wali murid (orang tua siswa) baik uang masuk maupun
pengeluaran uang sekolah. Dalam penyampaian laporan perlu disertai bukti atau kwitansi yang jelas
(sah),sehingga wali murid (orang tua siswa) dapat percaya bahwa tidak ada penyelewengan dana .

Anda mungkin juga menyukai