Anda di halaman 1dari 19

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Profesi Kependidikan


Semester/ Tahun Ajaran : Genap / 2021-2022
Dosen Pengampu : Prof. Drs. Ahmad Suriansyah., M.Pd., Ph.D
Celia Cinantya, S.Kom., M.Pd
Lidya Astuti, M.Pd

Nama : Eka Widiyani

NIM : 2110126220025

Kelas : 2B PG-PAUD

1. Jelaskan alasan mengapa sebagai calon Guru perlu memahami profesi kependidikan!
Jawaban:
Terdapat beberapa alasan mengapa kita sebagai calon guru perlu memahami profesi
kependidikan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengapa pekerjaan guru dikatakan sebagai profesi .
Menurut Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:10) bahwa profesi
pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan
atau pelayan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan itu. Berdasarkan pernyataan tersebut jelaslah bahwa pekerjaan
guru adalah profesi. Karena seorang guru sanggup dan rela mengabdikan
dirinya untuk membimbing, mengajar, dan mendidik peserta didik agar
nantinya berguna bagi dirinya sendiri, orang lain dan negara. Profesi guru
itu merupakan panggilan jiwanya sendiri, sehingga ia bertanggung jawab
atas profesinya tersebut.
2. Untuk mengetahui hakikat guru sebagai profesi.
Setelah tahu bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi, maka juga harus
tahu bagaimana hakikat guru sebagai profesi. Sehingga berguna bagi diri
saya sendiri selaku calon pendidik nantinya. Menurut Arni Muhammad
dan Asmidir Ilyas (2005:20) bahwa hakikat guru sebagai profesi adalah
memahami tentang harkat dan martabat guru, kompetensi apa saja yang
harus dimiliki guru agar dapat menjadi guru yang professional, wadah atau
organisasi profesi apa saja yang dapat dijadikan tempat bagi guru
memperjuangkan hak-haknya dan juga untuk meningkatkan wawasan dan
profesionalismenya, dan memahami norma yang harus dipedomani dan di
patuhi yakni Kode Etik Guru.
a. Harkat dan martabat guru
Dengan mengetahui hakikat guru sebagai profesi ini, saya
selaku calon pendidik menjadi tahu harkat dan martabat saya
sebagai seorang guru. Kemudian bagaimana saya menjaga harkat
dan martabat tersebut, lalu meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap profesi guru.
b. Kompetensi guru
Saya menjadi tahu kompetensi-kompetensi yang harus saya
penuhi sebagai calon pendidik/guru nantinya. Sebagai pendidik
saya tidak hanya mendidik, yaitu membantu anak didik
mengembangkan pribadinya, memperluas pengetahuannya, dan
melatih keterampilannya dalam berbagai bidang. Akan tetapi saya
harus memiliki kemampuan yang disebut kompentesi guru yang
harus saya penuhi tadi.
Dimana Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( dalam Arni
Muhammad dan Asmidir Ilyas, 2005:21) dan (dalam Syahril, dkk.,
1999:18) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki dan dipenuhi oleh guru dan mengelompokkannya atas tiga
dimensi umum:
1. Kompetensi Kognitif (kecakapan ranah cipta)
2. Kompetensi Afektif (kecakapan ranah rasa)
3. Kompetensi Psikomotorik (kecakapan ranah rasa)
Setelah mengetahui ketiga kompetensi guru tersebut, saya
menjadi tahu sebagai calon pendidik nantinya harus menciptakan
(ranah cipta) metode yang bagus dan menarik dalam mengajar,
sehingga dapat memberikan dua pengetahuan kepada peserta didik
yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan bidang studi.
Kemudian, agar pengetahuan dapat diterima secara efektif oleh
peserta didik, maka saya harus memiliki sikap dan perasaan (ranah
rasa) yang baik seperti yang dikemukakan oleh Syahril, dkk (1999:
19) yakni self concept and self esteem (konsep diri dan harga
diri) , self efficacy and contextual efficacy (efikasi diri dan efikasi
kontekstual guru), attitude of self-acceptance and others
acceptance (sikap terhadap penerimaan diri sendiri dan orang lain).
Lalu, agar proses belajar mengajar semakin lancar dan peserta
didik tidak jenuh mendengarkan saya saat mengajar, maka saya
harus memilki kecakapan (ranah karsa) agar dapat menjadi teladan
bagi peserta didik seperti, saat duduk, berdiri, berbicara dan lain
sebagainya.
c. Organisasi professional keguruan
Menurut Arni Muhammad dan Asmidir Ilyas (2005:27)
organisasi professional keguruan merupakan wadah untuk
menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan
profesi. Salah satu wadah itu telah ada yakni Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), dan lain-lain.
Sebagai calon guru nantinya saya dapat berpartisipasi dabn
berjuang bersama guru lainnya untuk mempertahankan profesi
guru melalui PGRI tadi dan bagaimana meningkatkan mutu guru.
Kemudian melului MGMP saya dapat bermusyawarah dengan guru
mata pelajaran yang sama dengan yang saya ajarkan bagaimana
meningkatkan pengajarn mata pelajaran yang saya ikuti.
d. Kode Etik Guru]
Kode Etik Guru Indonesia ( dalam Arni Muhammad dan Asmidir
Ilyas, 2005: 31) adalah sebagai berikut:
1.      Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2.      Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3.      Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4.      Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5.      Guru memlihara hubungan baik dengan orangtua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6.      Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesi.
7.      Guru memelihara hubungan se-profesi , semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.
8.      Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sara penunjang dan pengabdian.
9.      Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
3. Di dalam profesi kependidikan ternyata juga berkaitan dengan bimbingan
dan konseling (BK). Oleh karena itu, saya sebagi calon guru ingin tahu
bagaimana ikut mendukung dan berpartisipasi dalam program bimbingan
dan konseling di sekolah yang berguna untuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh peserta didik. Saya bisa membantu guru pembimbing
(BK) mengidentifikasi siwa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan
dan koseling dengan memberikan data siswa-siswa tersebut.
4. Saya perlu mengetahui jabatan fungsional guru, golongan, jenjang
pangkat, jenjang jabatan dan apa itu tugas, tanggung jawab dan wewenang
seorang guru. Lahirnya Keputusan Menpan No. 84/MENPAN/1993
tentang Jabatan Fungsioanal Guru dan Angka Kreditnya merupakan bukti
kepedulian pemerintah terhadap pengembangan profesi guru. Guru
mempunyai golongan dan kepangkatan serta jabatan yang telah diatur
sedemikian dalam rangkaian pembinaan. Sebagai calon guru nantinya saya
akan selalu berusaha meningkatkan mutu saya sebagai guru dan
mengumpulkan angka kredit, sehingga bisa naik pangkat, sebagai bukti
bahwa saya benar-benar sungguh-sungguh menjalani profesi guru.
Berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 84/1993 ( dalam Arni Muhammad
dan Asmidir Ilyas, 2005:42)  adapun tugas pokok guru adalah (1)
menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi
belajar, analisis hasil belajar, serta menyusun program perbaikan, dan
pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi jawabnya, (2) menyusun
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan , dan tindak lanjut dalam program binmbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab
guru adalah menyelesaikan tugas sebagai tenaga pengajar atau
pembimbing sesuai dengan tujuan pendidikan pendidikan yang dibebankan
kepadanya. Sedangkan wewenang guru adalah memilih dan menentukan
metode kerja untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kode etik guru.
Setelah tugas, tanggung jawab, dan wewenang guru, saya selaku calon
guru menjadi tahu apa yang harus dilakukan sebagai seorang guru. Apa
yang menjadi tugas dan wewenang yang harus saya lakukan, dan saya
harus bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepada saya.
5. Untuk mengetahui bagaimana menjadi guru yang ideal dan professional
dan berperan dalam administrasi pendidikan. Menurut Arni Muhammad
dan Asmidir Ilyas (2005:40) guru yang ideal adalah guru yang menguasai
kompetensinya sebagai guru. Menjadi guru nantinya, saya tidak hanya
akan mengajar saja dikelas, namun juga harus memberikan teladan yang
bagus bagi muridnya sehingga bisa menjadi model. Sebagai calon guru
professional, disamping memiliki wawasan bimbingan dan konseling, saya
juga perlu memililki wawasan administrasi pendidikan dan ikut
berpartisipasi di dalamnya. Dimana administrasi pendidikan itu adalah
rangkaian kegiatan menata, mengurus, mengatur pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dan tujuan sekolah. Saya mungkin
dapat berperan dalam administrasi kurikulum, yakni menjalankan
kurikulum yang telah ada dan mengembangkannya.

Dapat disimpulkan bahwa guru tidak hanya mempunyai kemampuan mengajar akan
tetapi mampu mendidik peserta didiknya berdasarkan kemempuan yang dimilikinya.
Untuk itulah seorang calon pendidik perlu untuk memahami Profesi Kependidikan.
Manfaat dari mempelajari profesi pendidikan supaya kita dapat memiliki pemahaman
dan kemampuan untuk mengembangkan peranan professional sebagai guru dengan
acuan sikap professional dan wawasan tentang kode etik keguruan dalam
melaksanakan tugas.
Sumber:
Fajril . R. (2011). Profesi Pendidikan. https://www.scribd.com/doc/116232424/soal-
UTS. Di akses pada tanggal 15 April 2022.
2. Jelaskan mengapa Guru disebut sebagai profesi!
Jawaban:
Guru dapat disebut sebagai profesi karena guru merupakan jabatan atau
pekerjaan yang masuk kedalam jenis pekerjaan yang menuntut setiap orang yang
menjalaninya memiliki keahlian, kecakapan, serta keterampilan pada bidang
kependidikan yang diperoleh melalui proses pendidikan yang memakan waktu relatif
lama sampai pada tingkat perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan kepada
warga/peserta didik secara profesional. Pekerjaan ini menuntut bahwa setiap
pengembannya menjadi pelayan bagi orang lain dengan mengandalkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, sikap, kecakapan, yang dimiliki. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui ijazah serta sertifikat kependidikan dan keguruan yang telah
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang sudah pasti telah teruji keberadaanynya.
Pekerjaan yang menuntut orang memenuhi kriteria-kriteria tersebut disebut
sebagai “profesi”. Dengan demikian dikatakan bahwa guru adalah salah satu profesi,
yang mewajibkan pengembannya “profesional”. Guru sebagai jabatan dan/atau
pekerjaan sudah diakui sebagai profesi di Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dinyatakan secara tegas dan jelas pada Undang-Undang (UU) Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, yang mewajibkan setiap pengembannya harus memenuhi
kriteria dan/atau persyaratan-persyaratan tertentu, diantaranya adalah (1) Memiliki
kualifikasi akademik, (2) Memiliki kompetensi, (3) Memiliki sertifikat pendidik, (4)
Sehat jasmani dan rohani, dan (5) Memiliki kemamouan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru sebagai jabatan
dan/atau pekerjaan tidak boleh diemban oleh sembarang orang. Hanya diperuntukkan
bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan seperti disebut di atas. Dalam rumusan
yang lebih operasional, guru sebagai jabatan diartikan sebagai jabatan fungsional
yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang bagi
pengembannya untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (Perber Mendiknas & Ka BKN
2010).
Guru juga dapat dikatakan sebagai profesi karena guru sudah sesuai dengan
kriteria profesi yaitu pendidikan dan pelatihan khusus. Untuk menjadi guru harus
mempunyai pendidikan seperti kuliah serta latihan khusus lainnya. Kriteria yang
kedua adalah adanya pengakuan dari masyarakat. Hal ini berarti bahwa masyarakat
mengakui keberadaan guru sebagai tegana pendidik yang sah. Selanjutnya terdapat
kode etik. Dimana pada profesi guru terdapat kode etik yang mengatur etika dan
perilaku guru dalam pembelajaran serta dalam organisasi profesi. Kriteria yang
terakhir yaitu organisasi profesi. Pada profesi keguruan terdapat organisasi profesi
yang berfungsi sebagai pemersatu dan untuk peningkatan kemempuan
proffesionalisme. Terdapat beberapa organisasi profesi pada profesi keguruan seperti
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-
Kanak Indonesia), HIMPAUDI (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak
Usia Dini Indonesia), dan IGI (Ikatan Guru Indonesia).
Sumber:
Siagian, S. (2019). Profesi Kependidikan. http://digilib.unimed.ac.id/35577/. Di akses
pada tanggal 15 April 2022.
PPT Profesi Pendidikan “Materi Pertemuan 1”

3. Jelaskan kompetensi yang harus dimiliki Guru agar menjadi Guru yang professional!
Dan Upaya apa saja yang harus dilakukan?
Jawaban:
Menurut UU no 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”
Guru mempunyai kompetensi sebagai berikut:
1. Kompentensi Pedagogik
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah "kemampuan mengelola pembel
ajaran peserta didik". Kompetensi ini sebagai kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan seorang guru
dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan
penilaian.
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar
mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan bahan
pembelajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, (3)
merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan
sumber pembelajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi peserta didik
untuk kepentingan pembelajaran.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana
pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih
materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi
pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/ media/alat peraga
pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan
teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar
merupakan proyeksi pendidik mengenai kegiatan yang harus dilakukan peserta
didik selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan,
menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar,
memilih berbagai media dan sumber belajar, serta merencanakan penilaian
penguasaan tujuan.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan untuk
memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran
yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi
kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pem belajaran,
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan. Sedangkan menurut peraturan pemerintah mengenai guru bahwa
kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan pendidik dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi beberapa hal
berikut.
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Pendidik memiliki latar
belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran
yang berbasis subjek (mata pelajaran), pendidik seharusnya memiliki
kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina.
Selain itu, pendidik memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penye
lenggaraan pembelajaran di kelas. Secara autentik kedua hal tersebut dapat
dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta
mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
2) Pemahaman terhadap peserta didik. Pendidik memiliki pemahaman akan
psikologi perkembangan anak sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Pendidik dapat
membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami
anak. Selain itu, pendidik memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap
latar belakang pribadi anak sehingga dapat mengidentifikasi permasalahan
yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pende katan yang tepat.
3) Pengembangan kurikulum/silabus. Pendidik memiliki kemampuan me
ngembangkan kurikulum pendidikan nasional kondisi spesifik lingkungan
sekolah. yang disesuaikan dengan
4) Perancangan pembelajaran. Pendidik memiliki merencanakan sistem
pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada. Semua akti
vitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara
strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari
skenario yang direncanakan.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pendidik mencip
takan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan.
Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi
dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan pem
belajaran, pendidik menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan
bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi
informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan tekno
logi.
7) Evaluasi hasil belajar. Pendidik memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respons anak, hasil
belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, pen
didik harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengu
kuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Pendidik memiliki kemampuan untuk membimbing
anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan
melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan mereka
membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan. Kom petensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi terse but
memiliki indikator esensial.
Subkompetensi profesional adalah menguasai subtansi keilmuan yang terkait
dengan bidang studi dengan memiliki indikator esensial, memahami materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antarmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari. Subkompetensi menguasai struktur dan metode
keilmuan, memiliki indikator esensial, me nguasai langkah-langkah penelitian,
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Peran yang dibawa pendidik dalam
masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan
masyarakat terhadap pendidik pun berbeda dan ada kekhususan, terutama adanya
tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat pendidik tinggal.
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai anggota
masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk mening katkan
kemampuan profesional; (2) kemampuan untuk mengenal dan mema hami fungsi-
fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerja
sama baik secara individual maupun secara kelompok.
Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki pendidik, antara lain berikut
ini.
1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua peserta didik.

2) Bersikap simpatik.

3) Dapat bekerja sama dengan komite sekolah maupun dewan pendidikan.

4) Pandai bergaul dengan rekan kerja dan mitra pendidikan.

5) Memahami lingkungan sekitarnya.


4. Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik
maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan tampil sebagai sosok
yang patut "digugu" (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh
sikap dan perilakunya).
Kepribadian pendidik merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar
anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000) menegaskan
bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih
kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan
pendidik dalam menggeluti profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta
merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan
memadai dalam situasi tertentu. Pendidik yang fleksibel pada umumnya ditandai
dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki
resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam
pengamatan dan pengenalan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
kepribadian adalah "kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik". Pendapat lain juga
menganggap kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu
kemampuan pribadi seorang pendidik yang diperlukan agar dapat menjadi
pendidik yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang
berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1)
pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan
tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4)
pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6)
memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pokorioon (7) setia terhadap
harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus
lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab, dan mampu
menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63)
mengemukakan kemampuan personal pendidik, mencakup (1) penampilan sikap
yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai pendidik, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman,
penghayatan, dan penampilan nilai nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang
pendidik, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para peserta didiknya.
Dengan demikian, kompetensi personal mengharuskan pendidik memiliki
kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subjek didik,
dan patut diteladani oleh peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi
kepribadian pen didik tercermin dari indikator sikap dan keteladanan. Hal terakhir
tentang kompetensi kepribadian, diharapkan guru memiliki jiwa pendidik,
terbuka, mampu mengendalikan dan mengembangkan diri, serta memiliki
integritas kepribadian.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemam puan
ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak
dalam belajar sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan
pendidik dapat tercapai. Pada prinsipnya, semua aspek kompetensi pedagogik di
atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengem bangan kajian masalah dan
alternatif solusi.
Sumber:
Sanhedrin Ginting, S. H., Tarigan, M. P. D. R., Perangin-angin, M. P. D. A.,
Sihombing, M. P. H. B. M., & Panjaitan, M. P. J. (2022). PROFESI
KEPENDIDIKAN. CV Literasi Nusantara Abadi. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=Db1bEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=Sanhedrin+Ginting,+S.
+H.,+Tarigan,+M.+P.+D.+R.,+Perangin-angin,+M.+P.+D.+A.,+Sihombing,+M.+P.
+H.+B.+M.,+%26+Panjaitan,+M.+P.+J.+(2022).+PROFESI+KEPENDIDIKAN.
+CV+Literasi+Nusantara+Abadi.&ots=Sw4KexHmAL&sig=kEt4ASLAWIPzmG3JC
7ktQa3ckO8&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false . Di akses pada tanggal 15 April
2022

4. Jelaskan apa saja fungsi dari Organisasi profesi!


Jawaban:
Fungsi organisasi profesi pendidikan diantaranya yaitu sebagai fungsi
pemersatu dan fungsi peningkatan kemampuan professional. Sebagai fungsi
pemersatu artinya organisasi profesi pendidikan mampu menyatukan anggotanya
demi tujuan bersama, hal ini dikarenakan mereka memiliki motif yang sama.
Motif yaitu dorongan yang menggerakan para professional untuk membentuk
organisasi keprofesian. Motif tersebut bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik,
ekonomi, cultural dan falsafah tentang nilai. Namun pada umumnya dilator
belakangi oleh dua motif yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsic
diantaranya yaitu keinginan mendapatkan kehidupan yang layak sesuai dengan
tugas dan profesi yang diemban, atau bahkan terdorong semangat menunaikan
tugasnya dengan sebaik dan seiklas mungkin. Motif ekstriksik antara lain terdorng
oleh tuntutan masyarakat mengenai jasa tuntutan profesi yang semakin kompleks.
Fungsi peningkatan kemampuan professional tertuang dalam PP No.18 pasal 61
yang berbunyi, “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai
wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karir, kemampuan, kewenagan
professional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan”. Selain itu dalam
UUSPN tahun 1989 pasal 31 ayat 4, disebutkan bahwa, “tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai
dengan perkembangan tuntutan ilmu penggetahuan dan teknologi serta
pembangunan bangsa”.Dari kedua pasal tersebut, jelas pemerintah memberikan
kebebasan untuk membuat suatu ikatan profesi bahkan mewajibkan dengan tujuan
agar bisa mengembangkan kemampuan professionalnya.Peningkatan kemampuan
professional tenaga kependidikan dibedakan menjadi 2 program menurut
kurikulum 1994 yaitu program terstruktur dan program tidak terstruktur. Program
terstruktur yaitu program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa
mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan secara
akademik dalam jumlah SKS tertentu, sedangkan program tidak terstruktur yaitu
program pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka
berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan
yang ada, contoh program tidak terstruktur antara lain penataran baik tingkat
nasional maupun wilayah, seminar, pembinaan dan pengembangan oleh teman
sejawat dan sebagainya.
Sumber:
PRAYOGA, M. D. DEFINISI DAN FUNGSI DARI ORGANISASI PROFESI.
https://osf.io/fs85x. Di akses pada tanggal 15 April 2022
5. Jelas kan apa yg dimaksud dengan kode etik profesi dan mengapa harus ada kode etik
dalam profesi pendidikan
Jawaban:
Menurut Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan
norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk
mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu bagaimana
"seharusnya" (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang
bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif. Kode
etik profesi merupakan bagian dari moral etika terapan (professional ethic application)
karena dihasilkan berdasarkan penerapan dari pemikiran etis yang berkaitan dengan
suatu prilaku atau aplikasi profesi tertentu yang berpedoman dengan tindakan etik,
yaitu "mana yang seharusnya dapat dilakukan dan yang mana semestinya tidak
dilakukan".
Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu
profesi adalah norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma
norma tersebut berisi petunjuk petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan
tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi merupakan
norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi oleh setiap anggota
profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi para anggota profesi tentang
bagaimana mereka melaksanakan profesi dan larangan-larangannya.
Kode etik harus ada dalam profesi pendidikan karena sesuai dengan fungsi
kode etik itu sendiri yaitu untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dalam
menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan
para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajibannya. Jadi
substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah
kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik.
Menurut Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik
mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi
kode etik tersebut sebagai berikut.
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan
pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
pada profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas. (Ibid).
Sumber:
https://sc.syekhnurjati.ac.id
6. Sebutkan dan Jelaskan peranan Guru dalam program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah!
Jawaban:
1. G u r u s e b a g a i m e d i a t o r
Guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses
pewarisankebudayaan. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan
aspek kebudayaan seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan sosial, sikap
dansebagainya diterima oleh anak dengan perantaraan guru. Dalam peranannya
sebagaiseorang mediator kebudayaan maka seorang guru harus sanggup
memberikan,mengajarkan dan membimbing berbagai ilmu
pengetahuan,keterampilan dan sikapkepada peserta didiknya. Seorang guru harus
mampu membimbing peserta didiknyadalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan kebudayaannya. Perkembangankebudayaan itu sendiri sering kali
menimbulkan masalah-msalah bagi murid-murid,terutama masalah penyesuaian
diri dan masalah pemilihan. Untuk itu hendaknya gurumampu memberikn bantuan
kepada peserta didiknya dalam melakukan penyesuaiandiri kepada unsure-unsur
kebudayaan.
2. Guru sebagai mediator dalam belajar
Guru bertindak sebagai perantara dalam proses pembelajaran
secarakeseluruhan. Guru lah yang menyelenggarakan pembelajaran peserta didik
dan guruharus bertanggung jawab akan hasil pembelajran itu, melaluia proses
interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor penting yang mempengaruhi
berhasil tidaknya proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menguasai
prinsip-prinsip belajar, disamping menguasai materi yang akan di ajarkan dan
guru juga harus mampumenciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya
3. Guru sebagai pembimbing
Dalam ugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak
mencapai kedewasaan secara optimal,artinya kedewasaan yang sempurna
sesuaidengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam
peranan ini guruharus memperhatikan aspek-aspek pribadi peserta didik, antara
lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan,sikap dan sebagainya,
supaya kepada mereka ini dapat diberikan bantuan dalam mencapai tngkat
kedewasaan optimal. Halini mengandung arti bahwa guru pun turut bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.Sebagai seorang petugas
bmbingan, guru merupakan tangan pertama dalamusaha membantu memecahkan
kesulitan murid-murid yang menjadi peserta didikya.Guru harus paling banyak
dan sering berhubungan dengan murid-muridnya,terutamadalam kegiatan-kegiatan
kurikuler. Jadi, tugas guru tidak hanya terbatas dalammemberikan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya,tetapi guru juga
bertanggung jawab untuk membantu dan mengawasi peserta didiknya.Sehubungan
dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus :
a. Mengumpulkan data tentang murid
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari
c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus
d. Mengadakan interaksi dengan orang tua murid, baik secara individual
maupunsecara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam
pandidikan anak
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk
membantumemecahkan masalah murid.
f. Membuat cacatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik
g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok maupun individual
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk
membantumemecahkan masalah murid
i. Bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya menyusun program
bimbingansekolah
j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.
4. Guru sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat
Ini berarti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan
masyarakatmerupakan tugas dan tanggung jawab guru. Lancar tidaknya hubungan
tersebut tergantung pada tingkat kemampuan guru dalam memainkan peranan ini.
Dalam peranan itu, guru seharusnya mampu :
a. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang
kebijaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung atau yang akan
ditempuh
b. Menerima usul-usl atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang
pendidikan
c. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan
masyarakatkhususnya dengan orang tua murid
d. Bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan
masalah-masalah pihak di masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah pendidikan
e. Meyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.

5. Guru sebagai penegak disiplin


Dalam peranan ini guru harus menegakkan disiplin baik di dalam maupun
diluar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin. Guru
harusmembimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang
berdisiplin.Guru harus menyiapkan murid-muridnya sebagai calon anggota
masyarakat yangsadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Dalam
peranan inilah seorangguru harus mencerminkan suatu tingkah laku sebagai
anggota masyarakat yang dapat“digugu dand itiru” oleh segenp pesertadidik
dengan penuh kesadaran.
6. Guru sebagai administrator dan manager kelas
Sebagai administrator, tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan
program pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berbagai aspek yang
menyangkutkelacaran jalannya pendidikan merupakan tanggung jawab guru. Guru
harusmengambil bagian dalam hal perencanaan kegiatan pendidikan (planning),
mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendidikan (organizing),
mengarahkan kegiatan- kegiatan dalam pendidikan (directing), melaksanakan
segala rencana dan kebijakan pendidikana (actuating), merencanakan dan
menyusun biaya
(budgeting), danmengawasi serta menilai kegiatan-kegiatan pendidikan
(controlling dan evaluating ).Sebagai manager , khususnya sebagai
manager kelas, guru merupakan penguasa utama dan bertanggung jawab terhadap
kelancaran program pendidikan dan pengajaran. Dalam management
kelas, guru berfungsi sebagai pemimpin yang harusmemimpin murid-muridnya
dalam kegiatan pembelajaran. Kepemimpinan guru disekolah menentukan
keberhasilan sekolah itu secara keseluruhan. Guru harusmengatur dan
mengkoordinir jalannya program pendidikan agar memperoleh hasilyang sebaik-
baiknya.
7. Guru sebagai anggota suatu profesi
Suatu profesi adalah jabatan yang mempunyai kualifikasi tertentu.
Pekerjaanguru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang
ahli. Keahliantersebut tidak dapat dilakukan oleh ahli-ahli atau pejabat-pejabat
lain yang tidak memperoleh dasar pendidikan keahlian tersebut. Sebagai anggota
suatu profesi, makaguru harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
tertentu yaituketerampilan keguruan. Kemampuan untuk membimbing murid,
merupakan salah satuaspek keterampilan profesi keguruan. Di samping itu,
seorang guru harusmenunjukkan, mempertahankan serta mengembangkan
keahlian itu.Peranan guru tidak hanya terbatas dalam kegiatan dalam kelas atau
pengajaransaja, akan tetapi lebih luas dari itu. Guru memiliki peranan yang besar
dalammendewasakan murid-muridnya dengan berbagai cara. Salah satu
diantaranya melalui partisipasi dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Sumber:
Sigalingging.(2011). Peranan Guru Dalam Pelaksanaaan Program Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah. https://www.scribd.com/doc/59678589/5-Peranan-Guru-
Dalam-Pelaksanaaan-Program-Bimbingan-Dan-Konseling-Di-Sekolah. Di akses
pada tanggal 15 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai